Sunteți pe pagina 1din 22

8

BAB II

KAJIAN PUTAKA

A. Tinjauan Tentang Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada

manusia itu sendiri. Oleh karena itu perilaku manusia mempunyai

bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, beraksi,

berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal sendiri, seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi

pendidikan, membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang

jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan

tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga

domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotor

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan

untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur

dari:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan,


9

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 dalam Fharis Khamdani

2009).

Pengetahuan merupakan tahap awal bagi seseorang berbuat

sesuatu. Karena itu kalau dilihat manusia sebagai individu (pekerja)

maka diperlukan unsur-unsur agar ia dapat berbuat sesuatu yaitu:

a. Pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri

b. Keyakinan/kepercayaan tentang manfaat penggunaan alat

pelindung diri.

c. Sarana atau jenis penggunaan alat pelindung diri yang digunakan

ada kesesuaian dengan pekerjaan yang dihadapi.

d. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh

kebutuhan dan atau kecelakaan yang dirasakan. Jad pada

prinsipnya agar individu (pekerja) dapat berbuat atau berperilaku

seperti yang diharapkan, maka perlu ditanamkan pengetahuan

yang positif tentang apa yang dikehendaki dan atau yang akan

dilakukan atau diperbuat.

Secara garis besar tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 6

yaitu :

1) Tahu (knowledge)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


10

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek tidak hanya sekedar tahu terhadap

objek tertentu, tidak hanya sekedar menyebutkan, akan tetapi

orang tersebut juga harus dapat mengintrepretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi/penerapan (application)

Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi yang menandakan bahwa

seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan


11

kata lain, bahwa sintensis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Berdasarkan pengertian dan uraian pengetahuan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segenap

apa yang diketahui terhadap suatu obyek yang melibatkan

simbol variabel. Atribut, sifat, hubungan dan fakta yang diingat

dan dikenali kembali yang diperoleh melalui proses pendidikan

pengalaman (Cecep Triwibowo, 2013).

2. Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan

adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek

tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Sikap adalah

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional


12

terhadap stimulus sosial. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003 dalam Fharis

Khamdani 2009)

Menurut Allport yang di kutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2014)

sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yakni :

a. Kepercayaan atau keyakinan. Ide. Dan konsep terhadap objek.

Artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek. Sikap orang terhadap penggunaan alat pelindung

diri misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan

seseorang terhadap pentingnya penggunaan alat pelindung diri

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian ( terkandung didalamnya factor emosi) orang

terhadap objek. Seperti contoh bagaimana seseorang dapat menilai

alat pelindung diri yang digunakan, apakah alat pelindung diri

tersebut aman atau tidak.

c. Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave ), artinya sikap

adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap merupakan ancang-ancang untuk bertindak

atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap

terhadap penggunaan alat pelindung diri, adalah contoh yang

dilakukan seseorang bila mengaplikasikan pestisida.

Ketiga komponen diatas tersebut secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan


13

sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-

tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1) Menerima ( Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau objek menerima

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang

terhadap pentingnya penggunaan alat pelindung diri pada saat

pengaplikasian pestisida, dapat diketahui atau diukur dari

kehadiran petani untuk mendengarkan penyuluhan tentang alat

pelindung diri.

2) Menanggapi ( Responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Misalnya seorang petani yang mengikuti penyuluhan tentang

alat pelindung diri tersebut ditanya atau diminta ditanggapi oleh

penyuluh, kemudian dia menjawab atau menanggapinya.

3) Menghargai ( valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan

penilaian positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain yang

mencemohkannya, atau adanya resiko lain. Contoh tersebut,


14

seorang petani mau mengikuti penyuluhan mengenai

pentingnya penggunaan alat pelindung diri, ia harus berani

mengorbankan waktunya di kebun untuk bertani dan

sebagainya. (Miftahul Jannah Ismail, 2017)

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden

Calon pernyataan yang terpilih kemudian, di susun dalam

suatu daftar dan responden diminta pendapatnya tentang

pernyataan itu mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak

setuju.

B. Tinjauan Tentang Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan

cide:membunuh). Berdasarkan SK Menteri pertanian RI Nomor

434/1/Kpts/TP.270/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran

Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia

atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk

beberapa tujuan berikut :


15

a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian tanaman, atau hasil pertanian

b. Memberantas rerumputan

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak

diinginkan

d. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian

tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk)

e. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan piaraan dan

ternak

f. Memberantas hama di air

g. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan, dan dalam alat pengangkut (Panut

Djojosumarto,2008)

2. Karakteristik Pestisida

Dalam menentukan jenis pestisida yang tepat, perlu diketahui

karakteristik pestisida, yang meliputi efektivitas, selektivitas,

fitotoksisitas, residu, parsistensi, resistensi, LD 50, dan kompatabilitas.

Berikut ini akan dijelaskan karakteristik-karakteristik tersebut.

a. Efektivitas

Merupakan daya bunuh pestisida terhadap Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). pestisida yang bagus seharusnya

memiliki daya bunuh yang cukup untuk mengendalikan OPT


16

dengan dosis yang tidak terlalu tinggi, sehingga memperkecil

dampak buruknya terhadap lingkungan.

b. Selektivitas

Selektivitas sering disebut dengan istilah spectrum

pengendalian, merupakan kemampuan pestisida membunuh

beberapa jenis organisme. Pestisida yang disarankan dalam

program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pestisida yang

bersifat selektif atau berspektrum sempit. Berarti pestisida tersebut

hanya membunuh OPT sasaran dan tidak berbahaya untuk

organism lain dan aman bagi musuh alami OPT.

c. Fitotoksisitas

Fitotoksisitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan

potensi pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman

yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi

pestisida. Pestisida yang sebaiknya digunakan adalah pestisida

dengan fitotoksisitas yang rendah. Beberapa jenis pestisida jika

diaplikasikan dengan cara yang tidak tepat akan merusak tanaman.

Contohnya, penyemprotan fungisida pada saat suhu udara sangat

panas akan menyebabkan daun tanaman menjadi kuning dan layu.

d. Residu
17

Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah

penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas

waktu tertentu. Jika residu pestisida terlalu lama bertahan pada

bagian tanaman yang disemprot, akan berbahaya bagi manusia

dan makhluk hidup lain, karena residu pestisida akan termakan

oleh manusia saat mengkonsumsi hasil pertanian. Tetapi jika racun

pestisida terlalu cepat hilang dari bagian tanaman yang disemprot,

pestisida akan kehilangan efektivitasnya dalam pengendalian OPT.

e. Persistensi

Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam

bentuk racun di dalam tanah. Pestisida yang mempunyai

persistensi tinggi akan sangat berbahaya karena dapat meracuni

lingkungan. Pestisida dengan bahan aktif Eldrin dan Dieldrin dapat

bertahan di dalam tanah dan aktif dalam bentuk racun selama 10

tahun. Karenanya, pestisida jenis ini dilarang oleh pemerintah.

f. Resistensi

Resistensi merupakan kekebalan OPT terhadap aplikasi

suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan

resistensi OPT sebaiknya tidak digunakan.

g. LD 50 atau Lethal Dosage 50%


18

Berarti besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari

jumlah mamalia percobaan ( biasanya tikus). Program PHT

menginginkan pestisida dengan LD 50 yang tinggi. Artinya hanya

pada dosis yang sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan

mamalia. Dengan kata lain daya racunnya terhadap manusia dan

binatang lebih rendah.

h. Kompatabilitas

Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida

untuk dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak

negatif. Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur

dengan pestisida tertentu biasanya terdapat pada label di kemasan

pestisida. (Ir Novisan, 2002)

3. Klasifikasi Pestisida

Menurut organisme targetnya pestisida dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Insektisida untuk membunuh atau mengendalikan serangga,

b. Herbisida untuk membunuh gulma,

c. Fungisida untuk membunuh jamur atau cendawan,

d. Algasida untuk membunuh alga,

e. Avisida untuk membunuh burung serta mengontrol populasi burung

f. Akarisida untuk membunuh tungau atau kutu,

g. Bakterisida untuk membunuh atau melawan bakteri,

h. Larvasida untuk membunuh larva,


19

i. Moluskisida untuk membunuh siput,

j. Nematisida untuk membunuh cacing,

k. Ovisida untuk membunuh telur,

l. Pedukulisida untuk membunuh kutu atau tuma,

m. Piscisida untuk membunuh ikan,

n. Rodentisida untuk membunuh binatang pengerat,

o. Predisida untuk membunuh pemangsa atau predator,

p. Termisida untuk membunuh rayap.( Faris Khamdani, 2009)

4. Rute perjalanan pestisida masuk ke dalam tubuh

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan

melalui berbagai rute, yakni :

a. Penetrasi lewat kulit ( dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke

dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi

pestisida lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering

terjadi. Lebih dari 90% dari kasus keracunan di seluruh dunia

disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Tingkat bahaya

kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut :

1) Toksisitas dermal (dermal LD50) pestisida yang bersangkutan:

makin rendah angka LD50 makin berbahaya


20

2) Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit: makin pekat

pestisida, makin berbahaya

3) Formulasi pestisida: misalnya, formulasiEc dan ULV lebih

mudah diserap kulit daripada formulasi butiran

4) Jenis atau bagian kulit yang terpapar: mata, misalnya mudah

sekali meresapkan pestisida. Kulit punggung tangan lebih

mudah meresapkan pestisida daripada kulit telapak tangan.

5) Luas kulit yang terpapar pestisida: makin luas kulit yang

terpapar, makin besar risikonya

6) Lamanya kulit terpapar : makin lama kulit terpapar, makin besar

risikonya

7) Kondisi fisik seseorang: makin lemah kondisi fisik seseorang,

makin tinggi risiko keracunannya.

Pekerjaan yang menimbulkan risiko tinggi bagi kontaminasi

lewat kulit adalah :

a) Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan

langsung oleh drop;et atau drift pestisida dan menyeka

wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan yang

terkontaminasi pestisida.

b) Pencampuran pestisida

c) Mencuci alat-alat aplikasi

b. Terhisap masuk ke dalam saluran pernapasan( inhalation)


21

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat

hidung merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi

kulit, dan partikel semprotan yang sangat halus ( misalnya, kabut

asap dari fogging) dapat masukke paru-paru, sedangkan partikel

yang lebih besar akan menempel di selaput lender hidung atau di

kerongkongan. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran

pernapasan juga dipengaruhi oleh LD50 pestisida yang terhisap

dan ukuran partikel dan bentuk fisik pestisida.

Pestisida yang berbentuk gas mudah masuk ke dalam paru-

paru dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran

kurang dari 10 mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet

yang berukuran lebih dari 50 mikron mungkin tidak mencapai paru-

paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir

hidung dan kerongkongan. Gas beracun yang terhisap ditentukan

oleh:

1) Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara

2) Lamanya pemaparan

3) Kondisi fisik seseorang (pengguna)

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya

kontaminasi lewat saluran pernapasan adalah :

1) Bekerja dengan pestisida ( menimbang, mencampur, dsb) di

ruangan tertutup atau yang ventilasinya buruk


22

2) Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk

gas

3) Mencampur pestisida berbentuk tepung ( debu terhisap

pernapasan)

c. Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat

mulut(oral)

Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi

dibandingkan dengan kontaminasi kulit. Kercaunan lewat mulut

dapat terjadi karena:

1) Kasus bunuh diri

2) Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan

pestisida

3) Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau

sarung tangan yang terkontaminasi pestisida

4) Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut

5) Menipu nozzle yang tersumbat langsung dengan mulut

6) Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya

diangkut atau disimpan dekat pestisida yang bocor atau

disimpan dalam bekas wadah atau kemasan pestisida.

7) Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dakam

bekas wadah makanan atau disimpan tanpa label sehingga

setelah diambil (dikira bukan pestisida)


23

Besarnya risiko kecelakaan lewat mulut dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagi berikut :

1) Ld50 ( oral ) dari bahan aktif LD50 produk

2) Kuantitas bahan aktif yang tertelan

3) Formulasi pestisida, misalnya tambahan zat lain yang

bersifat racun, atau meningkatkan daya racun

4) Kondisi fisik yang bersangkutan.

5. Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Meskipun sebelum diproduksi secara komersial telah menjalani

pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat keselamatannya,

namun karena bersifat bioaktif, maka pestisida tetap merupakan racun.

Setiap racun selalu mengandung risiko(bahaya) dalam penggunaanya,

baik risiko bagi manusia maupun lingkungan.

a. Risiko bagi keselamatan pengguna

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi

pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan,

baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan

gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya.

Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat

mengakibatkan kebutaan.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan

penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal

dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera


24

terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan. Akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak

selalu mudah diprediksi.

Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan

dengan pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti

dan meyakinkan, adalah kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan

ginjal, gangguan pernapasan, keguguran, cacat pada bayi, dan

sebagainya.

b. Risiko bagi konsumen

Risiko bagi konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa)

pestisida yang terdapat dalam produk pertanian. risiko bagi

konsumen dapat berupa keracunan langsung karena memakan

produk pertanian yang tercemar pestisida atau lewat rantai

makanan. Meskipun bukan tidak mungkin konsumen menderita

keracunan akut, tetapi risiko bagi konsumen umumnya dalam

bentuk keracunan kronis, tidak segera terasa, dan dalam jangka

panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

c. Risiko bagi lingkungan

Risiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut :

1) Risiko bagi orang, hewan, atau tumbuhan yang berada di

tempat, atau di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift

pestisida, misalnya, dapat diterbangkan angin dan mengenai


25

orang yang kebetulan lewat. Pestisda dapat meracuni hewan

ternak yang masuk ke kebun yang sudah disemprot pestisida.

2) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan (tanah, udar, dan air) dengan segala

akibatknya, misalnya kematian hewan nontarget,

penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan

keanekaragaman hayati, bioakumulasi/biomagnifikasi, dan

sebagainya.

3) Khusus pada lingkungan pertanian ( agroekosistem)

penggunaan pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal

berikut :

a) Menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit, dan

gulma terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada

kekebalan(resistensi)

b) Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangan

hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektsida.

Beberapa kasus resurjensi telah dilaporkan di Indonesia dan

IRRI (Laba dan Soejitno,19870. Mekanisme resurjensi ini

belum diterangkan dengan jelas, tetapi dugaan mengarah

pada menurunnya populasi musuh alami hama dan

meningkatnya fekunditss serta longevitas hama.

c) Timbulnya hama yang selama ini tidak penting. Timbulnya

ledakan hama sekunder akibat aplikasi pestisida belum


26

banyak diteliti di Indonesia. Tetapi, pengamatan di daerah

pantai Utara Jawa barat pada tahun 1969/1970 terjadi

ledakan hama ganjur sesudah penyemprotan intensif

dengan fosfamidon untuk mengendalikan penggerak padi

d) Terbunuhnya musuh alami hama

e) Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara

terus-menerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan

merangsang perkembangan gulma daun sempit (rumput)

f) Meracuni tanaman bila salah menggunakannya.

( Panut Djojosumarto, 2000)

C. Tinjauan Tentang Alat Pelindung Diri

Dalam setiap kegiatan melakukan pekerjaan seseorang yang

terlibat dengan pekerjaan yang dimaksud tidak akan lepas dengan

kemungkinan kecelakaan ataupun pengaruh yang berdampak pada

kesehatan itu sendiri. Keselamatan dan kecelakaan kerja adalah

keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan

yang tak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian material ataupun

penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas

kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
27

secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat

sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal.

Perlindungan tenaga kerja melalaui usaha-usaha teknis

pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu

diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat

dikendalikan sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil

kebijakan untuk melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu

mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri

(personal protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian alat

pelindung diri akan sangat sulit mengingat para pekerja akan

menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.

Alat Pelindung Diri (APD) berperan penting terhadap kesehatan

dan keselamatan kerja. Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja

memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku

pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-

upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan

medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya

kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan

peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses

produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua

pihak serta berdampak kepada perekonomian nasional. (Anizer, 2009)

Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

penggunaan APD, dimana APD harus :


28

1. Enak dan nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang

gerak pekerja

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis

bahaya/potensi bahaya

4. Memenuhi syarat estetika

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD

6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan

harga terjangkau.

Adapun pelindung diri yang seharusnya dipakai petani adalah :

1. Pakaian Kerja

Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan

bahan beracun. Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik, asbes

atau kain yang dilapisi aluminium. Bentuknya dapat berupa apron

(menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dada sampai lutut), celemek

atau pakaian terusan dengan celana panjang, dan lengan panjang

(overalls).

2. Penutup Kepala

Untuk melindungi kepala dari percikan bahan beracun sebaiknya

digunakan alat pelindung kepala. Penutup kepala yang digunakan

petani dapat berupa topi atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-

zat kimia dan kondisi iklim yang buruk. Harus terbuat dari bahan yang
29

mempunyai celah atau lobang,biasanya terbuat dari asbes, kulit, wol,

katun yang di campur aluminium.

3. Alat Pelindung Hidung dan Mulut

Untuk melindungi pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara

yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi

atau rangsangan. Penggunaan masker untuk melindungi debu atau

partikel-partikel masuk ke dalam pernap asan, dapat terbuat dari kain

dengan ukuran pori-pori tertentu.

4. Sarung Tangan

Untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan

kimia (padat atau larutan). Sarung tangan dapat terbuat dari karet

(melindungi diri dari paparan bahan kimia), sehingga larutan pestisida

tidak dapat masuk ke kulit.

5. Sepatu Kerja

Untuk melindungi kaki dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu

boot sangat diperlukan pada penyemprotan pestisida. Dapat terbuat

dari kulit, karet sintetik atau plastik. Ketika menggunakan sepatu boot

ujung celana tidak boleh dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan

pestisida dapat masuk ke dalam sepatu (A. M. Sugeng Budiono, dkk.,

2003 dalam Fharis Khamdani 2009)

S-ar putea să vă placă și