Sunteți pe pagina 1din 15

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

Disusun Oleh : Kelompok 11 (Semester 5B)

1. Muhammad Asnul Husni (015.01.3205)


2. Arum Paramita (015.01.3173)
3. Susanti (015.01.3228)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2017
Nursing Pathway Asma Pada Anak

Factor Pencetus Serangan

Factor ekstrinsik Campuran Factor instrinsik

Inhalasi allergen (debu, Polusi udara : CO, asap rokok, parfum


serbu-serbuk dan bulu Emosional : takut, cemas, strees
binatang)
Fisik : cuaca dingin perubahan tempreatur
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Iritan : kimia
Aktifitas yang berlebih

Reaksi antigen & antibody

Antigen merangsang IgE di sel mast maka terjadi reaksi antigen-antibody

Proses pelepasan produk-produk sel mast (mediator kimiawi) : histamin, bradikinin, prostaglandin, anafilaksis

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada jalan nafas

Edema dinding bronkioulus Kontraksi otot polos Peningkatan produksi mukus

Obstruksi jalan nafas Spasme otot bronkus (bronkospasme) Peningkatan sekresi mukus

MK: Pola Nafas Tidak Efektif Dyspnea Rangsangan batuk

Kelelahan otot interkosta Asma MK: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Muncul pada malam hari Aliran O2 terganggu


Tubuh lemah

MK: Insomnia Ke perifer


MK: Intoleransi Aktivitas

MK : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer


ASKEP PADA ANAK ASMA Commented [Redmi 4A1]: Apkh histamin, bradikin.....
Mmpunyai reaksi trtentu thd pernfasan.
A. Pengkajian Commented [A2R1]: Enggih ada ibu,kalua bradykinin
akan menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat
1. Identitas Klien sehingga terjadi edema mukosa dan saluran pernafasan
akan menyempit
a. Nama lengkap :
Commented [A3R1]:
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Alamat :
e. Pekerjaan :
f. Agama :
g. Status :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
3. Data dasar Pengkajian
a. Kaji Status mental : lemas, takut, gelisah
b. Faktor pencetus ; stress, latihan, kebiasaan dan rutinitas, perawatan
sebelumnya.
c. Kaji pengetahua anak dan orang tua tentang penyakit dan pengobatan
d. Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.penggunaan otot
asesori pernafasan, cuping hidung,
e. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
f. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
4. Pemeriksaan fisik
a. Dada
1) Insfeksi: Contour, Confek, tidak ada defresi sternum, Diameter antero
posterior lebih besar dari diameter transversal, Keabnormalan struktur
Thorax, Contour dada simetris, Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat
atau tidak, distribusi warna merata, RR dan ritme selama satu menit.
2) Palpasi : Temperatur kulit, Premitus : fibrasi dada, Pengembangan dada,
Krepitasi, Massa, Edema
3) Auskultasi : Vesikuler, Broncho vesikuler, Hyper ventilasi, Rochi,
Wheezing, Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat
terjadinya.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi : Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus. Tes
provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri. Tes provokasi
bronchial, Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi
dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial
seperti : Test provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani,
hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
c. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.dan Pemeriksaan sputum.

B. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi mukus
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dyspnea
4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan aliran O2 ke perifer
terganggu
5. Insomnia berhubungan dengan asma mucul malam hari
C. INTERVENSI
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan askep selama NIC Label >> Respiratory monitoring 1. Mengetahui tingkat gangguan yang
5x 24 jam, diharapkan bersihan 1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha terjadi dan membantu dalam menetukan
jalan nafas klien kembali efektif respirasi intervensi yang akan diberikan.
dengan kriteria hasil:
2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, 2. menunjukkan keparahan dari gangguan
NOC Label >> Respiratory
penggunaan otot aksesori, retraksi otot respirasi yang terjadi dan menetukan
status: airway patency
supraclavicular dan interkostal intervensi yang akan diberikan

 Frekuensi pernapasan dalam 3. Monitor suara napas tambahan 3. suara napas tambahan dapat menjadi
batas normal (16-20x/mnt) indikator gangguan kepatenan jalan
4. Monitor pola napas : bradypnea,
napas yang tentunya akan berpengaruh
 Irama pernapasn normal tachypnea, hyperventilasi, napas
terhadap kecukupan pertukaran udara.
kussmaul, napas cheyne-stokes, apnea,
 Kedalaman pernapasan
napas biot’s dan pola ataxic 4. mengetahui permasalahan jalan napas
normal
yang dialami dan keefektifan pola napas
NIC Label >> Airway Management
 Klien mampu mengeluarkan klien untuk memenuhi kebutuhan

sputum secara efektif oksigen tubuh.


 Tidak ada akumulasi sputum 5. Auskultasi bunyi nafas tambahan; 5. Adanya bunyi ronchi menandakan
ronchi, wheezing. terdapat penumpukan sekret atau sekret
berlebih di jalan nafas.
6. Berikan posisi yang nyaman
untuk mengurangi dispnea. 6. posisi memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya pernapasan.
7. Bersihkan sekret dari mulut dan
Ventilasi maksimal membuka area
trakea; lakukan penghisapan
atelektasis dan meningkatkan gerakan
sesuai keperluan.
sekret ke jalan nafas besar untuk
8. Anjurkan asupan cairan dikeluarkan.

adekuat.
7. Mencegah obstruksi atau aspirasi.
9. Ajarkan batuk efektif Penghisapan dapat diperlukan bia klien
tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.
10. Kolaborasi pemberian oksigen
8. Mengoptimalkan keseimbangan cairan
11. Kolaborasi pemberian dan membantu mengencerkan sekret
broncodilator sesuai indikasi. sehingga mudah dikeluarkan

NIC Label >> Airway suctioning


12. Putuskan kapan dibutuhkan oral 9. Fisioterapi dada/ back massage dapat
dan/atau trakea suction membantu menjatuhkan secret yang ada
dijalan nafas.
13. Auskultasi sura nafas sebelum dan
sesudah suction 10. Meringankan kerja paru untuk
memenuhi kebutuhan oksigen serta
14. Informasikan kepada keluarga
memenuhi kebutuhan oksigen dalam
mengenai tindakan suction
tubuh.
15. Gunakan universal precaution,
11. Broncodilator meningkatkan ukuran
sarung tangan, goggle, masker sesuai
lumen percabangan trakeobronkial
kebutuhan
sehingga menurunkan tahanan terhadap
16. Gunakan aliran rendah untuk aliran udara.

menghilangkan sekret (80-100 mmHg


12. waktu tindakan suction yang tepat
pada dewasa)
membantu melapangan jalan nafas

17. Monitor status oksigen pasien (SaO2 pasien


dan SvO2) dan status hemodinamik
13. Mengetahui adanya suara nafas
(MAP dan irama jantung) sebelum, saat,
tambahan dan kefektifan jalan nafas
dan setelah suction
untuk memenuhi O2 pasien
14. memberikan pemahaman kepada
keluarga mengenai indikasi kenapa
dilakukan tindakan suction

15. untuk melindungai tenaga kesehatan dan


pasien dari penyebaran infeksi dan
memberikan pasien safety

16. aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas

17. Mengetahui adanya perubahan nilai


SaO2 dan satus hemodinamik, jika
terjadi perburukan suction bisa
dihentikan.

2 Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Airway Management NIC Label : Airway Management
keperawatan selama 3 x 24jam 1. Posisikan pasien semi fowler 1. Untuk memaksimalkan potensial
pasien menunjukkan keefektifan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat hasil
pola nafas, dengan kriteria hasil:
penurunan daerah ventilasi atau tidak 2. Memonitor kepatenan jalan napas
adanya suara adventif
NOC Label : Respiratory 3. Monitor pernapasan dan status oksigen 3. Memonitor respirasi dan keadekuatan
Status: Airway patency yang sesuai oksigen

NIC Label : Oxygen Therapy NIC Label : Oxygen Therapy


1. Frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan dalam batas
1. Mempertahankan jalan napas paten 1. Menjaga keadekuatan ventilasi
normal
2. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 2. Meningkatkan ventilasi dan asupan
2. Tidak menggunakan otot-
terapi oksigen
otot bantu pernapasan
3. Monitor aliran oksigen 3. Menjaga aliran oksigen mencukupi
NOC Label : Vital Signs
kebutuhan pasien
NIC Label : Respiratory Monitoring
 Tanda Tanda vital dalam NIC Label : Respiratory Monitoring
rentang normal (tekanan 1. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman
darah, nadi, pernafasan) (TD dan usaha pasien saat bernafas 1. Monitor keadekuatan pernapasan
120-90/90-60 mmHg, nadi
80-100 x/menit, RR : 18-24 2. Catat pergerakan dada, simetris atau 2. Melihat apakah ada obstruksi di salah

x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C) tidak, menggunakan otot bantu satu bronkus atau adanya gangguan
pernafasan pada ventilasi
3. Monitor suara nafas seperti snoring 3. Mengetahui adanya sumbatan pada jalan
napas
4. Monitor pola nafas: bradypnea,
tachypnea, hiperventilasi, respirasi 4. Memonitor keadaan pernapasan klien
kussmaul, respirasi cheyne-stokes dll

3 Setelah dilakukan intervensi Activity Therapy Activity Therapy


selama 3 x24 jam diharapkan 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 1. Mengkaji setiap aspek klien terhadap
kondisi klien stabil saat aktivitas untuk merencanakan , monitoring terapi latihan yang dierencanakan.
dengan KH: program aktivitasi klien.
2. Aktivitas yang teralau berat dan tidak
2. Bantu klien memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi klian dapat
Activity Tolerance
sesuai dengan kondisi. memperburuk toleransi terhadap
latihan.
 Saturasi O2 saat aktivitas 3. Bantu klien untuk melakukan

dalam batas normal (95- aktivitas/latihan fisik secara teratur. 3. Melatih kekuatan dan irama jantung
100%) selama aktivitas.
4. Monitor status emosional, fisik dan

 Nadi saat aktivitas dalam social serta spiritual klien terhadap 4. Mengetahui setiap perkembangan yang
batas normal (60-100x/mnt) latihan/aktivitas. muncul segera setelah terapi aktivitas.
 RR saat aktivitas dalam 5. Monitor hasil pemeriksaan 5. EKG memberikan gambaran yang
batas normal (12-20x/mnt) EKG klien saat istirahat dan akurat mengenai konduksi jantung
aktivitas (bila memungkinkan selama istirahat maupun aktivitas.
 Tekanan darah systole saat
dengan tes toleransi latihan).
aktivitas dalam batas normal 6. Pemberian obat antihipertensi
(100-120mmHg) 6. Kolaborasi pemberian obat digunakan untuk mengembalikan TD
antihipertensi, obat-obatan digitalis, diuretic klien dbn, obat digitalis untuk
 Tekanan darah diastole saat
dan vasodilator. mengkoreksi kegagalan kontraksi
aktivitas dalam batas normal
jantung pada gambaran EKG, diuretic
(60-80mmHg) Energy Management
dan vasodilator digunakan untuk

 Hasil EKG dalam batas mengeluarkan kelebihan cairan.


1. Tentukan pembatasan aktivitas fisik
normal
pada klien Energy Management
Fatigue Level
2. Tentukan persepsi klien dan perawat
1. Mencegah penggunaan energy yang
mengenai kelelahan.
 Tidak nampak kelelahan berlebihan karena dapat menimbulkan
3. Tentukan penyebab kelelahan kelelahan.
 Tidak nampak lesu
(perawatan, nyeri, pengobatan)
2. Memudahkan klien untuk mengenali
4. Monitor efek dari pengobatan klien. kelelahan dan waktu untuk istirahat.
 Tidak ada penurunan nafsu 5. Monitor intake nutrisi yang adekuat 3. Mengetahui sumber asupan energy
makan sebagai sumber energy. klien.

 Tidak ada sakit kepala 6. Anjurkan klien dan keluarga untuk 4. Mengetahui etiologi kelelahan, apakah
mengenali tanda dan gejala kelelahan mungkin efek samping obat atau tidak.
 Kualitas tidur dan istirahat
saat aktivitas.
dalam batas normal 5. Mengidentifikasi pencetus klelahan.
7. Anjurkan klien untuk membatasi
6. Menyamakan persepsi perawat-klien
aktivitas yang cukup berat seperti
mengenai tanda-tanda kelelahan dan
berjalan jauh, berlari, mengangkat beban
menentukan kapan aktivitas klien
berat, dll.
dihentikan.
8. Monitor respon terapi oksigen klien.
7. Mencegah timbulnya sesak akibat
9. Batasi stimuli lingkungan aktivitas fisik yang terlalu berat.
untuk relaksasi klien.
8. Mengetahui efektifitas terapi O2
10. Batasi jumlah pengunjung. terhadap keluhan sesak selama
aktivitas.
9. Menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk klien beristirahat.

10. Memfasilitasi waktu istirahat klien


untuk memperbaiki kondisi klien.

4. Setelah dilakukan intervensi 1. Meminimalkan komplikasi pada pasien 1. Untuk menvegah komplikasi yang akan
selama 3 x24 jam diharapkan yang mengalami, atau berisiko terjadi ketika oksigen tidak ke jaringan
kondisi klien stabil saat aktivitas mengalami, okulasi sirkulasi perifer perifer
dengan KH : 2. Meningkat sirkulasi arteri 2. Agar aliran oksigen ke jaringan perifer
Menunjukkan keseimbangan 3. Meningkat sirkulasi vena terpenuhi
cairan, integritas jaringan: kulit 4. Mencegah atau meminimalkan cedera 3. Untuk meningkatkan asupan oksigen
dan membrane mukosa dan atau ketidaknyamanan pada pasien yang ke jaringan perifer
perfusi jaringan perifer yang mengalami perubahan sensasi 4. Untuk mencegah perubahan sensai
dibuktikan oleh indicator sebagai ketika oksigen ke jaringan perifer tidak
berikut: terpenuhi
 Gangguan eksterm
 Berat
 Sedang
 Ringan
 Tidak ada gangguan

5 Setelah dilakukan intervensi 1. Memanipulasi lingkungan sekitar pasien 1. Agar pasien lebih nyaman ketika tidur
selama 3 x24 jam diharapkan untuk meningkatkan kenyamanan yang 2. Agar tidur tecukupi atau terpenuhi
kondisi klien stabil saat aktivitas optimal 3. Agar pengobatan yang akan diberikan
dengan KH : 2. Memfasilitasi siklus tidur-terjaga yang kepada pasien sesuai
memperlihatkan Tidur, yang teratur
dibuktikan oleh indikator 3. Diskusikan dengan dokter tentang
 Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 perlunya meninjau program pengobatan
jam per 24 jam untuk orang
dewasa)
 Pola, kualitas, dan rutinitas
tidur
 Perasaan segar setelah tidur
 Terbangun di waktu yang
sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Surabaya: Salemba


Medika

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Herdman, T. Heather, Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 – Ed. 10. – Jakarta : EGC, 2015
Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, kriteria hasil NOC – Ed. 9. – Jakarta : EGC, 2011 Commented [Redmi 4A4]: Ini buku apa...... Apkh ini
buku NIC.?
Commented [A5R4]: Enggih ibu, ini buku nanda nic noc
yang sudah jadi ibu
Commented [A6R4]:

S-ar putea să vă placă și