Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENGANTAR
Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia didirikan tanggal 01 Desember 1973
mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan Motto “
Melayani bukan untuk Dilayani “. Tugas panggilan ini antara lain diwujudkan dalam pelayanan
kesehatan dengan sentuhan kasih kepada seluruh lapisan masyarakat.
Dalam mengelola dan meningkatkan pelayanannya maka kwantitas dan kwalitas serta
kesejahteraan Sumber Daya Manusia SDM senantiasa mendapat perhatian dan terus
diberdayakan secara berkelanjutan. Kita semua menyadari betapa pentingnya peranan dan
kedudukaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan
Rumah Sakit, karena keberhasilan yang telah kita capai selama ini merupakan hasil kerjasama
manajemen bersama – sama seluruh karyawan.
Untuk itu perlu diupayakan terus menerus pembinaan, kerjasama yang serasi, saling
menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti hak dan kewajiban.
Oleh karena itu diperlukan suatu peraturan kesepakatan bersama yang mengatur hak
dan kewajiban Rumah Sakit maupun Karyawan serta Tata Tertib, yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pelayanan sehari-hari. Dengan suasana hubungan Industrial yang
harmonis dan keselamatan, kesehatan kerja serta kesejahteraan karyawan yang optimal, maka
diharapkan peraturan perusahaan ini dapat dipatuhi dan ditaati semua karyawan.
Selamat Bertugas. Tuhan Memberkati.
Jakarta, …. .
Dengan landasan tersebut, maka ditetapkan bahwa Rumah Sakit Umum UKI ini adalah
wadah pelayanan dan kesaksian umat Kristen dalam bidang kesehatan sehingga setiap warga
yang terlibat dalam kegiatan Yayasan haruslah terdorong menjalankan cinta kasih Kristus.
Sebagai Organisasi Kristen, maka Yayasan bertanggung jawab terhadap pengamalan Tata
Dasar Organisasi Kristen yang antara lain menyebutkan :
Ikut bertanggung jawab terhadap usaha bangsa untuk menghayati, mengamalkan dan
melestarikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Bersama – sama dengan alat kelengkapan Organisasi Kristen lainnya, marupakan
keseluruhan yang saling mendukung dalam rangka pelaksanaan tugas panggilan bersama.
Sebagai Lembaga yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan dalam lingkup Sistem
Kesehatan Nasional, yang bertanggung jawab untuk berpartisipasi aktif dalam bidang upaya
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat sebagai Tujuan Pembangunan Kesehatan
Bangsa Indonesia.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian dan Batasan
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
1. Mengatur syarat – syarat kerja dan tata tertib Rumah Sakit Umum Universitas Kristen
Indonesia.
2. Membina suatu hubungan kerja yang baik dan harmonis, memberikan perlindungan,
ketenagaan dan kenyamanan kerja.
3. Sebagai petunjuk dan bimbingan dalam hubungan kerja antara manajemen dengan
karyawan sehingga hak dan kewajiban masing – masing pihak menjadi jelas.
4. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku bagi karyawan Rumah Sakit Umum Universitas Kristen
Indonesia.
5. Untuk karyawan kontrak diatur tersendiri melalui perjanjian waktu tertentu.
Bab II
Hubungan Kerja
Pasal 3
Penerimaan Karyawan
1. Penerimaan karyawan dilakukan sesuai kebutuhan Rumah Sakit dan harus memenuhi
syarat – syarat yang ditetapkan antara lain ;
a. Warga Negara Indonesia
b. Usia :
- Lulusan SMA sederajat usia maksimal 23 tahun.
- Lulusan D3 sederajat usia maksimal 25 tahun.
- Lulusan S1 sederajat usia maksimal 28 tahun.
- Lulusan S1 Sederajat dan berpengalaman usia maksimal 40 tahun
- Lulusan S2 sederajat usia maksimal 42 tahun
- Tenaga Khusus dengan Keterampilan khusus yang dibutuhkan tidak ditetapkan
c. Tenaga Medis Spesialistik usia maksimal 40 tahun, kecuali memiliki kompetensi khusus
atas persetujuan Direksi.
d. Surat Keterangan Kelakuan baik dari yang berwajib.
e. Memiliki pendidikan dan kemampuan sesuai dengan jenis ketenagaan dan jabatan yang
dibutuhkan.
f. Fotokopi ijasah, transkrip yang dilegalisir, SIP, SIK ( bagi tenaga kesehatan ) KTP, Pas foto
4x6 (masing – masing 2 lembar).
g. Lulus seleksi yang dilaksanakan meliputi test wawancara. Test tertulis dan atau test
praktek pada bagian yang membutuhkan, serta hasil Psikotest.
h. Sehat fisik dan mental yang dinyatakan oleh dokter poliklinik karyawan Rumah Sakit
Umum Universitas Kristen Indonesia.
i. Bersedia melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai Visi dan Misi Rumah Sakit Umum
Universitas Kristen Indonesia yang berdasarkan nilai – nilai kristiani.
j. Bersedia ditempatkan di seluruh unit kerja yang berada di bawah Yayasan Universitas
Kristen Indonesia.
2. Pengangkatan karyawan tetap dilakukan pada bulan Maret dan September.
Pasal 4
Penempatan dan Pengangkatan
1. Calon karyawan yang lulus seleksi dilakukan penempatan kerja untuk menjalankan masa
pencobaan atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
2. a. Karyawan yang selesai menjalankan masa percobaan, PKWT dilakukan evaluasi kinerja
sebelum diangkat menjadi karyawan tetap.
b. Evaluasi dilakukan baik melalui penilaian kinerja di lapangan atau dilkukan tes akhir.
3. Pengangkatan menjadi karyawan tetap didasarkan pada kompetensi dan kwalifikasi yang
ditentukan serta ditetapkan dengan surat pengangkatan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
4. Apabila tidak sesuai dengan standar kompetensi Rumah Sakit, maka calon karyawan dapat
diputus hubunan kerjanya tanpa syarat apapun.
Pasal 5
Penempatan Kembali, Rotasi dan Mutasi
1. Penempatan kembali karyawan, dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja yang berada di bawah
Yayasan Universitas Kristen Indonesia.
2. a. Bagi Karyawan yang menduduki jabatan tertentu dan/atau yang tugas dan fungsinya dapat
menimbulkan pertentangan kepentingan antara “Rumah Sakit Umum UKI” dan “Farkes” atau
karena posisinya mewakili kepentingan “Rumah Sakit”, tidak bisa menjadi pengurus serikat
pekerja (UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh).
b. Jabatan tertentu yang dimaksud pada Pasal 5 ayat 2a adalah Pejabat Struktural dan
Fungsional yang terdiri dari:Kepala Bidang / Kepala Instalasi setingkat dan Kepala Sub
Bidang setingkat, karyawan personalia,karyawan keuangan, karyawan satuan
pengamanan dan sekretaris manajemen.
3. Mutasi khusus dilakukan bila terdapat suami,istri,anak,saudara sekandung dalam satu
bidang/instalasi,kecuali berdasarkan pertimbangan Pimpinan dan adanya factor – factor lain
yang mempunyai Kinerja di Rumah Sakit.
4. Rotasi Karyawan dilakukan oleh Kepala Bidang/Instalasi dan menyampaikan secara tertulis
kepada bagian Personalia.
5. Mutasi Karyawan dilakukan bagian SDM berdasarkan kebutuhan tenaga, rencana
pengembangan tenaga, penyegaran untuk peningkatan kinerja yang diperlukan di seluruh
unit kerja yang berada di bawah Yayasan Universitas Kristen Indonesia.
6. Selambat-lambatnya 6 (enam) hari sebelum mutasi akan diberikan pemberitahuan tertulis
kepada karyawan yang bersangkutan dan ditembuskan ke unit kerjanya.
Pasal 6
Status Karyawan
1. Status Karyawan terdiri dari Karyawan Tetap,Kontrak, IKS dan Masa Percobaan
2. Karyawan Tetap adalah Karyawan yang bekerja secara penuh dan tidak terikat oleh instansi
lain sebagai Karyawan Tetap, ditetapkan dengan Surat Keputusan Yayasan Universitas Kristen
Indonesia.
3. Karyawan Kontrak adalah karyawan yang bekerja dengan kerja waktu tertentu yang
didasarkan atas suatu perjanjian atau disebut juga dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT)/Perjanjian kerja yang didasarkan pada suatu jangka waktu yang diadakan.
4. Karyawan Masa Percobaan adalah Karyawan baru yang sedang melaksanakan pekerjaan
yang di evaluasi pekerjaannya dengan jabatan yang di embannya.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN
Pasal 7
Penilaian Prestasi Kerja (Kinerja)
1. a. Penilaian Prestasi kerja dilakukan sejak penempatan karyawan di suatu unit kerja.
b. Penilaian Prestasi kerja dilakukan terus menerus, berkesinambungan sesuai dengan
maksud dan tujuan dilakukannya penilaian tersebut.
c. Penilaian kinerja karyawan yang berada di suatu unit kerja dilaksanakan secara ………..
oleh atasan langsung dan / atau kepala bidang / kepala instalasi dan atasan tidak
langsung dan bawahannya dan ……………
d. Form penilaian Kinerja / DP3 dikirim oleh Bagian SDM ke unit yang terkait.
e. Form Penilaian Kinerja / DP3 diisi secara lengkap oleh atasan atau kepala unit kerja
apabila karyawan telah melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 3 bulan kemudian
dikembalikan ke Bagian SDM untuk dievaluasi.
f. Penilaian hasil kerja dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu untuk mengukur tingkat
keberhasilan karyawan atas tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaanya.
2. a. Penilaian prestasi kerja dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu untuk mengukur tingkat
keberhasilan karyawan atas tugas dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya.
b. Prestasi kerja tiap-tiap karyawan di evaluasi di Bagian SDM untuk kemudian menjadi
salah satu dasar (acuan) :
b.1. Kenaikan Berkala
b.2. Kenaikan Golongan
Pasal 8
Promosi
1. Promosi dilakukan untuk peningkatan jabatan yang lebih tinggi dari jabatan sebelumnya
2. Promosi dilakukan tergantung pada formasi yang tersedia dan memenuhi kualifikasi
(persyaratan) jabatan yang sesuai serta hasil penilaian sebagai berikut :
a. Prestasi kerja baik
b. Sikap dan perilaku baik
c. Loyalitas dan kesetiaan baik.
Pasal 9
Demosi
1. Demosi karyawan bertujuan untuk pembinaan agar lebih berdayaguna dan berhasil guna.
2. Demosi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Pelanggaran terhadap hal-hal yang dilarang dalam Peraturan Perusahaan Rumah Sakit.
b. Karyawan yang menduduki suatu jabatan melakukan suatu pelanggaran terhadap batas-
batas kewenangan dan tanggung jawabnya.
c. Bersikap dan berperilaku tidak baik serta tidak memiliki kesetiaan dan loyalitas terhadap
Rumah Sakit Umum UKI.
3. Demosi dilakukan atas pertimbangan dan keputusan pimpinan yang dilaksanakan melalui
Bagian SDM.
Pasal 10
Pelatihan
1. a. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap kerja
yang dibutuhkan untuk pekerjaan sekarang atau untuk menyiapkan tugas/jabatan yang
lebih tinggi.
b. Pelatihan dapat dilakukan di dalam Rumah Sakit (In House Training) atau di luar Rumah
Sakit ( Ex House Training ).
2. Pemilihan dan penentuan jenis pelatihan bagi Karyawan dilaksanakan sebagai berikut :
a. usulan dari unit kerja yang bersangkutan yang berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan
yang sesuai dengan uraian kerja dan kompetensi kerja.
b. Rencana pengembangan pelayanan dan pengoperasian fasilitas atau teknologi baru
c. Berdasarkan penugasan Pimpinan untuk mewakili Rumah Sakit dalam pertemuan atau
menghadiri undangan tertentu.
d. Berdasarkan skala prioritas pelatihan dalam rencana kerja tahunan yang disesuaikan
kemampuan pendanaan/keuangan Rumah Sakit.
3. Bagi setiap Karyawan terbuka kesempatan mengikuti salah satu dari bentuk pelatihan
sebagai berikut : group diskusi, kursus, lokakarya, seminar, simulasi, symposium, praktek
kerja, dan lain-lain.
4. Penugasan karyawan untuk mengikuti pelatihan berdasarkan persetujuan kepala bidang
diputuskan oleh Direktur yang bersangkutan, yang dilaksanakan melalui bagian SDM.
5. a. Karyawan melaksanakan tugas pelatihan setelah mendapatkan surat penugasan yang di
tandatangani oleh Direktur Utama.
b. Biaya pelatihan dan biaya perjalanan diberikan kepada karyawan yang bersangkutan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan.
6. Setelah mengikuti pelatihan karyawan wajib melaporkan dan menyampaikan hasil pelatihan
tersebut ke bagian SDM dan mempresentasikannya pada unit yang bersangkutan, yang
dihadiri oleh Kabag SDM atau yang mewakilinya.
Pasal 11
Tugas Belajar
1. a.Tugas belajar adalah penugasan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk menambah atau meningkatkan
pengetahuan/ketrampilan melalui suatu proses pendidikan formal.
b. Karyawan dapat melaksanakan tugas belajar melalui penugasan ataupun secara mandiri.
c. Tugas belajar dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri.
2. a. Kebutuhan dan tujuan penugasan karyawan tersebut berdasarkan perencanaan atau
kebijakan Pimpinan.
b. Jangka waktu tugas belajar disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dilaksanakan.
3. Untuk mengikuti tugas belajar, maka setiap karyawan wajib memenuhi persyaratan :
a. Karyawan tetap.
b. Masa kerja setidak-tidaknya 8 tahun sejak karyawan tetap
c. Memiliki nilai kinerja baik
d. Memiliki loyalitas dan kesetiaan yang tinggi terhadap institusi.
e. Surat Permohonan dari yang bersangkutan.
f. Bukti tanda lulus termasuk dari lembaga pendidikan.
g. Persetujuan dari atasan
h. Persetujuan dari suami atau istri (bagi yang sudah menikah).
4. a. Tugas belajar dilaksanakan setelah mendapat ijin dan atau surat penugasan dari Pimpinan
melalui .
b. Ijin meninggalkan pekerjaan untuk tugas belajar mandiri diberikan kepada karyawan
bagian SDM setelah terlebih dahulu membuat surat permohonan yang ditujukan kepada
Direksi .
5. a. Karyawan yang mendapatkan penugasan belajar harus menandatangani perjanjian
beasiswa dan ikatan dinas.
b. Hak dan kewajiban masing-masing pihak diatur di dalam perjanjian beasiswa dan ikatan
dinas.
c. Hak dan kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut di atas harus
dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak kedua sebagai penerima beasiswa.
6. a. Rumah Sakit sebagai pihak pertama akan memenuhi kewajiban perjanjian beasiswa dan
ikatan dinas sepanjang pihak kedua melaksanakan penugasan sebagaimana mestinya.
b. Kewajiban pembiayaan penugasan belajar akan dipenuhi sepanjang Rumah Sakit mampu
dan memiliki ketersediaan dana.
c. Untuk suatu alasan yang sangat mendesak Rumah Sakit dapat melakukan penundaan
sementara dan,atau pembatalan penugasan belajar tersebut.
7. Jangka waktu penugasan yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian beasiswa dan
ikatan dinas wajib diselesaikan tepat waktu oleh karyawan penerima beasiswa.
8. Sanksi atas tidak dipenuhinya kewajiban penugasan belajar oleh karyawan berdasarkan
perjanjian beasiswa dan ikatan dinas.
9. Karyawan yang telah selesai melaksanakan penugasan belajar wajib;
a. Bekerja kembali di unit kerja yang ditentukan olen Pimpinan melalui Bidang Personalia.
b. Menyerahkan ijazah asli ke Bagian Personalia.
c. Menjalankan ikatan dinas menurut ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian beasiswa
dan ikatan dinas.
10. a. Ijazah asli akan dikembalikan kepada karyawan penerima beasiswa setelah selesai
masa
ikatan dinas.
b. Penyesuaian ijazah dilakukan berdasarkan ketetapan dan keputusan Direksi dan
diteruskan kepada Yayasan UKI .
11. a. Karyawan yang telah berhasil menyelesaikan tugas belajar mandiri dapat mengajukan
permohonan penyesuaian ijazah dengan melampirkan fotocopy ijazah dan transkip nilai
yang sudah dilegalisir.
b. Penyesuaian ijazah akan dilakukan bila memenuhi kebutuhan, aspek kinerja,kompetensi
yang sesuai serta berdasarkan kebijakan dan ketetapan Pimpinan.
Pasal 12
Pengembangan Karir
1. Pengembangan karir jabatan struktural dan non struktural dilakukan atas dasar pertimbangan
persyaratan jabatan, kompetensi, prestasi kerja, masa kerja, kecakapan, dedikasi dan
loyalitas.
2. Pengembangan karir jabatan struktural dan non struktural diatur tersendiri, melaui
keputusan Pimpinan.
3. Pengembangan karir Keperawatan berdasarkan jenjang karir yang ditetapkan Rumah Sakit.
BAB IV
WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT
Pasal 13
Waktu Kerja
Pasal 14
Kerja Lembur
Pasal 15
Istirahat Mingguan
1. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu (40 jam)
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu ( 40 jam ).
2. Rumah Sakit dapat mempekerjan karyawan untuk bekerja pada hari-hari libur resmi, sesuai
dengan jenis dan sifar pekerjaanya.
3. Bila melaksanakan tugas pada hari libur resmi,maka libur tersebut diganti pada hari
kerja yang lain yang diatur oleh kepala unit kerja.
Pasal 16
Cuti Tahunan
1. Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut/terus
menerus berhak mendapat cuti tahunan selama 12 ( dua belas ) hari kerja dengan mendapat
Upah kecuali tunjangan kehadiran dan tunjangan resiko.
2. Hak cuti tahunan diberikan dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Karyawan dapat mengajukan cuti tahunan sekurang – kurangnya 2 ( dua ) minggu
sebelum pelaksanaan cuti tahunan.
b. Pelaksanaan cuti tahunan diatur oleh Kepala Bagian/Ka. Instalasi/Ka. Ruangan/atasan
masing – masing, sehingga tidak mengganggu pekerjaan .
3. Rumah Sakit dapat menunda permohonan cuti tahunan paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak lahirnya cuti tahunan.
4. Cuti tahunan tersebut dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian asalkan pada satu bagian
terdapat sekurang – kurangnya 6 (enam) hari kerja terus menerus.
5. Pelaksanaan cuti tahunan secara terbagi yang tidak memnuhi syarat pada ayat 4 harus
melalui persetujuan Kepala Bidang/Kepala Instalasi yang bersangkutan dan dilaporkan ke
Bagian Personalia.
6. Jangka waktu antara cuti tahunan yang terakhir yang sudah dilaksanakan dengan cuti
tahunan berikutnya yang sudah jatuh tempo dilaksanakan sedikit-dikitnya berjarak 6 (enam)
bulan
7. Cuti tahunan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali atas kepentingan pelayanan
Rumah Sakit dan disetujui oleh Bagian Personalia.
8. Cuti tahunan juga tidak dapat dilaksanakan secara kumulatif.
9. Hak atas cuti tahunan gugur bilamana setelah 6 (enam) bulan sejak lahirnya hak tersebut
karyawan ternyata tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan
oleh Rumah Sakit.
10. Prosedur cuti tahunan :
a. Formulir permohonan pelaksanaan cuti tahunan diisi dan ditanda tangani oleh
pemohon, atasan langsung, Kepala Bidang/Instalasi dan disetujui oleh Kepala Bagian
Personalia.
b. Rencana waktu pelaksaan cuti tahunan harus dicantumkan
c. Sebelum dan sesudah menjalankan cuti tahunan harus memberitahukan kepada atasan
dan Bagian Personalia.
Pasal 17
Cuti Besar / Kelipatan
1. Karyawan yang sudah bekerja sekurang – kurangnya 6 (enam) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.
2. Cuti Kelipatan dapat diambil setiap kelipatan 5 ( lima ) tahun selama 1 ( satu ) bulan dan
cuti kelipatan dapat diambil setelah melaksanakan cuti besar.
3. Karyawan yang menjalani cuti besar / kelipatan tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam
tahun berjalan.
4. Cuti Besar/kelipatan tidak dapat dilaksanakan kumulatif dengan cuti – cuti lainnya dan
tidak dapat diganti dengan uang.
5. Cuti Besar / kelipatan dapat ditunda paling lama 2 (dua) tahun apabila ada kepentingan
tugas dan pekerjaan yang mendesak pada unit / bagian yang bersangkutan.
6. Pegawai yang menjalankan cuti besar / kelipatan berhak mendapat upah.
7. Prosedur cuti besar / kelipatan :
a. Formulir permohonan pelaksanaan cuti besar / kelipatan diisi dan ditandatangani oleh
pemohon, atasan langsung dan disetjui oleh Kepala Bagian Personalia 1 ( satu ) bulan
sebelum pelaksanaan cuti
b. Rencana waktu pelaksanaan cuti besar / kelipatan harus dicantumkan.
c. Sebelum dan sesudah melaksanakan cuti besar / kelipatan harus memberitahukan
kepada atasan dan Bagian Personalia.
Pasal 18
Cuti Melahirkan / Bersalin
1. Cuti melahirkan/bersalin diberikan 1 ½ (satu setengah) bulan sebelum menurut perkiraan
dokter akan melahirkan dan 1 ½ (satu setengah) bulan setelah melahirkan.
2. Apabila melahirkan kurang dari 1 ½ (satu setengah) bulan dari cuti sebelum melahirkan,
maka sisanya diperhitungkan.
3. Apabila melahirkan lebih dari 1 ½ (satu setengah)bulan dari cuti sebelum melahirkan, maka
sisanya diperhitungkan.
4. Cuti melahirkan tidak dapat dilaksanakan bersama dengan hak cuti lainnya.
5. Formulir permohonan cuti melahirkan dilampirkan Surat Keterangan dari dokter kandungan
Pasal 19
Cuti Gugur Kandungan
Cuti gugur kandungan diberikan 1 (satu ) bulan setelah gugur kandungan atau sesuai dengan
surat keterangan dokter kandungan.
Pasal 20
Cuti Diluar Tanggungan Rumah Sakit
1. Karyawan dapat diberikan cuti di luar tanggungan tanpa mendapatkan gaji, untuk hal-hal
berikut :
a. Memerlukan istirahat dalam upaya memiliki anak sesuai anjuran dokter.
b. Akibat kehamilan yang memerlukan perhatian khusus sesuai saran dokter.
c. Mengikuti program pendidikan.
d. Mendampingi suami/istri yang sedang mengikuti tugas belajar.
e. Mengurus suami/istri/anak/orangtua sakit yang berkepanjangan.
f. Karyawan dapat mengajukan permohonan cuti di luar tanggungan ke Direktur yang
telah diketahui oleh atasannya, sesudah memiliki masa kerja 5 ( lima ) tahun.
g. Cuti di luar tanggungan diberikan minimal 1 (satu) bulan dan maksimal 2 (dua) tahun
2.a. Karyawan yang melaksanakan cuti di luar tanggungan selama 1 (satu) sampai 3 (tiga)
bulan dan akan kembali bekerja, maka harus membuat surat pemberitahuan ke Bagian
Personalia sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum masuk kerja kembali. Bila
terlambat memberitahukan di luar waktu yang sudah ditentukan, maka dikualifikasikan
mengundurkan diri.
b. Karyawan yang melaksanakan cuti di luar tanggungan selama lebih dari 3 (tiga) bulan
sampai 2 (dua) tahun apabila akan bekerja kembali, harus mengajukan lamaran paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya cuti di luar tanggungan untuk dapat diterima
atau tidaknya sebagai karyawan. Bila terlambat mengajukan lamaran di luar waktu yang
sudah ditentukan, maka dikualifikasikan mengundurkan diri.
3.a. Pejabat Struktural yang mengajukan cuti di luar tanggungan 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan
tugas dan tanggungjawab jabatannya dilaksanakan oleh pejabat sementara.
b. Pejabat Struktural yang melaksanakan cuti di luar tanggungan lebih dari 3 (tiga) bulan
wajib digantikan oleh pejabat lain.
c. Penunjukan pejabat sementara dan pengangkatan pejabat baru tersebut sesuai dengan
kebijakan Pimpinan. Permohonan untuk melaksanakan cuti di luar tanggungan yang
kedua atau lebih dari dua kali hanya disetujui bila yang bersangkutan telah bekerja
kembali sebagai berikut.
1. a. Bila cuti di luar tanggungan diambil berjangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan maka
dapat mengajukan cuti di luar tanggungan kembali setelah bekerja 3 (tiga) bulan.
b. Bila cuti di luar tanggungan diambil berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) sampai 6 (enam)
bulan, maka dapat mengajukan kembali cuti di luar tanggungan setelah bekerja 6 (enam)
bulan.
c. Bila cuti di luar tanggungan di ambil berjangka waktu lebih dari 6 (enam) sampai 12 (dua
belas) bulan, maka dapat mengajukan kembali cuti di luar tanggungan setelah bekerja 2
(dua) tahun.
c. Bila cuti di luar tanggungan diambil berjangka waktu 2 (dua) tahun,maka dapat
mengajukan kembali cuti di luar tanggungan setelah bekerja 5 (lima) tahun.
2. Cuti di luar tanggungan hanya diperbolehkan diambil maksimum 3 (tiga) kali, kecuali cuti di
luar tanggungan 1 (satu) bulan, diatur tersendiri dengan pertimbangan dan persetujuan
Bagian Personalia.
3. Cuti diluar tanggungan mengakibatkan karyawan yang bersangkutan dibebaskan dari status
dan kedudukannya/ masa kerja sebagai karyawan yang berpengaruh juga kepada hak –
haknya sebagai karyawan.
Pasal 21
Ijin Khusus
Pasal 22
Cuti Sakit
1. a. Cuti sakit rawat jalan harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter poliklinik
karyawan, bila sakit saat melaksanakan Tugas.
b. Cuti sakit diberikan kepada karyawan berdasarkian keputusan dokter karena alasan
medis, sesuai dengan Surat Keterangan Sakit dari dokter keluarga.
c. Surat cuti sakit yang dikeluarkan poliklinik karyawan paling lama 1 (Satu) hari.
d. Karyawan yang berobat ke IGD harus melapor kembali ke poliklinik karyawan untuk
pemeriksaan lanjutan.
2. Karyawan dianggap mangkir bila cuti melewati batas waktu yang ditentukan sesuai
dengan ayat 1b dan c
BAB V
PENGGAJIAN DAN KESEJAHTERAAN
Pasal 23
Penggajian (Remunerasi)
1. Penetapan gaji berdasarkan faktor-faktor pendidikan formal dan non formal, pengalaman
/ masa kerja, prestasi, jabatan, prestasi kerja, kondite dan kompetensi.
2. Pangkat dan Golongan gaji didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
serta masa kerja.
3. Pembayaran gaji dilakukan tiap akhir bulan yang dimasukkan ke rekening karyawan
melalui Bank.
4. Gaji karyawan masa percobaan dan kontrak diatur tersendiri.
Pasal 24
Tunjangan dan Insentif
Pasal 25
Pajak Gaji
Pasal 26
Kenaikan Gaji
Pasal 27
Jaminan Kesehatan Karyawan
1. Rumah Sakit Umum UKI memberikan fasilitas kesehatan dan pengobatan kepada
pegawai melalui perusahaan provider asuransi yang ditunjuk oleh Yayasan UKI.
2. Keluarga karyawan yang menjadi tanggungan Rumah Sakit Umum UKI adalah :
2.1. Hanya 1 ( satu ) orang istri yang sah menurut hukum Negara dan Agama
dan tercatat pada dan tercatat di Bagian SDM.
2.2. Karyawan berhak atas tanggungan anak sampai dengan anak kedua ,
Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang disahkan menurut
hukum dan tercatat di Bagian SDM Rumah Sakit Umum UKI.
2.3. Apabila suami dan istri bekerja di RSU UKI, maka yang menanggung kelu-
arga adalah salah satu Karyawan yang pangkat dan golongannya lebih
tinggi.
3. Anak Angkat :
Dalam hal permohonan Karyawan untuk mengambil anak angkat dapat
diperhitungkan berdasarkan alasan kuat/sah serta memenuhi syarat – syarat :
Dalam Perkawinannya Karyawan tidak dikaruniai anak / karyawan tidak menikah.
4. Fasilitas perawatan di Rumah Sakit Umum UKI dan penentuan kelas disesuaikan
dengan Jabatan dan atau Golongan setiap Karyawan yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Yayasan Universitas Kristen Indonesia No. 233/YUKI/A.402/10.09.
5. Pemeriksaan kesehatan Medical Check Up (MCU) dapat dilakukan setelah karyawan
berusia 46 (empat puluh enam) tahun dan dilakukan setiap tahun pada tanggal ulang
tahun karyawan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum UKI.
6. Anak dari karyawan yang ditanggung jaminan kesehatannya harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Sampai batas usia 21 tahun, belum bekerja dan/atau belum menikah.
b. Sampai usia 25 tahun, bila sedang mengikuti pendidikan formal disertai dengan
surat keterangan resmi dari pihak Perguruan Tinggi.
7. Sesuai dengan kemampuan RSU UKI , akan mengganti biaya tindakan cuci darah
( Hemodialisis ), pemasangan alat pacu jantung (pacemaker) dan pencangkokan ginjal
Karyawan, untuk besarannya ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi RSU UKI.
Pasal 28
Pasal 30
1. Karyawan yang ditahan oleh pihak berwajib sebagai tersangka tindak pidana bukan
karena pengaduan Rumah Sakit tidak mendapat gaji
2. Rumah Sakit memberikan bantuan kepada pihak keluarga yang menjadi tanggungan
sesuai peraturan peundang-undangan yang berlaku.
3. Setelah lebih dari 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan
pihak berwajib, karyawan bersangkutan di PHK dengan mendapat uang penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Apabila karyawan tersebut dinyatakan tidak bersalah oleh Pengadilan selama 6
(enam) bulan ditahan, maka karyawan dipekerjakan kembali.
Pasal 31
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 32
Program Jamsostek
1. Seluruh karyawan diikutsertakan dalam program Jamsostek yang terdiri dari program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JK).
2. Persyaratan, hak dan kewajiban serta diatur sesuai dengan Undang-Undang No. : 3
Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek.
Pasal 33
Program Dana Pensiun
Pasal 35
Pemberian – Pemberian
Pasal 36
Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana adalah salah satu bagian untuk menunjang peningkatan
kesejahteraan Karyawan, untuk itu perlu adanya peran serta secara aktif dari
Karyawan maupun RSU UKI. Dan RSU UKI akan memberi bantuan sesuai dengan
kemampuan RSU UKI.
BAB VI
TATA TERTIB
Pasal 38
Kewajiban dan Larangan
Pasal 39
Pelanggaran Disiplin Kerja
a. Tidak hadir di tempat kerja/tidak masuk kerja 1 (satu) sampai 2 (dua) hari
kerja tanpa pemberitahuan kepada atasan dan ijin Bagian Personalia
b. Meninggalkan tempat tugas atau unit kerja pada saat jam kerja tanpa
pemberitahuan kepada atasan dan tanpa ijin meninggalkan pekerjaan yang
disetujui oleh Bagian Personalia.
c. Datang terlambat di tempat tugas atau unit kerja lebih dari 10 (sepuluh) menit
dari jam kerja yang telah ditentukan tiga kali dalam sebulan.
d. Pulang lebih awal dari waktu kerja yang telah ditentukan tanpa ijin dari atasan
dan pemberitahuan kepada Bagian Personalia.
e. Tidak mengenakan pakaian dinas atau seragam kerja yang telah ditentukan
sesuai tugas dan unit kerja selama jam kerja.
f. Tidak menggunakan sepatu dan tanda pengenal selama jam kerja.
g. Menggunakan pakaian berbahan jeans/cordorouy dan, atau menggunakan
sandal bukan pada saat bekerja di unit tertentu.
h. Rambut terurai tanpa diikat rapi kebelakang dengan menggunakan
(hairnet),khusus bagi karyawan wanita yang bertugas melayani pasien.
i. Rambut gondrong hingga menutupi kerah baju dan menutupi daun telinga
khusus bagi karyawan laki-laki.
j. Menggunakan aksesoris/kalung pada saat melaksanakan tugas khusus bagi
Perawat.
k. Bersikap tigak pantas atau berperilaku tidak sopan atau berbicara dengan
mengeluarkan ucapan-ucapan kotor, caci maki terhadap Pimpinan, atasan,
teman sekerja maupun terhadap pasien ,keluarga pasien dan pengunjung
Rumah Sakit.
l. Tidak menggunakan alat-alat maupun perlengkapan kerja (alat pelindung K3)
sebagaimana mestinya sesuai dengan tugas dan pekerjaan di unit kerja.
m. Menerima hadiah, imbalan jasa dalam bentuk apapun dari siapapun atas
permintaan sendiri.
n. Mempergunakan fasilitas dan, atau barang milik Rumah Sakit dengan tidak
sah atau tanpa ijin resmi demi kepentingan pribadi.
2. Sanksi terhadap pelanggaran disiplin kerja ringan dapat berupa :
a. Surat Peringatan Satu (SP 1) atau
b. Penundaan pemberian kenaikan Berkala dan Golongan .
c. Dilakukan Demosi bagi pemangku jabatan/ Struktural.
3. Pelanggaran disiplin kerja sedang :
a. Menyalahgunakan alat-alat dan perlengkapan kerja, barang-barang dan
fasilitas milik Rumah Sakit tanpa ijin khusus dari Pimpinan.
b. Membawa senjata tajam dan senjata bentuk apapun yang tidak berkaitan
dengan tugas dan kebutuhan pekerjaannya kecuali petugas keamanan yang
diberikan wewenang khusus.
c. Melakukan tindakan dan, atau terlibat keributan atau keonaran baik sengaja
maupun tidak sengaja di lingkungan Rumah Sakit.
d. Melakukan perjudian dalam bentuk apapun di dalam lingkungan Rumah Sakit.
e. Meminum jenis minuman alcohol (minuman keras)yang menyebabkan mabuk
ataupun tidak mabuk di lingkungan Rumah Sakit.
f. Tidak hadir di tempat kerja/tidak masuk kerja 3 (tiga) hari kerja berturut-turut
dan atau tidak masuk kerja 5 (lima) hari kerja tidak berturut-turut dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender tanpa pemberitahuan kepada
atasan serta tidak melalui ijin resmi dari Bagian Personalia.
g. Melakukan pekerjaan yang tidak berkaitan dengan tugas dan, atau melakukan
perbuatan yang dapat membahayakan atasan,bawahan dan teman sekerja.
h. Mengabaikan prosedur kerja dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang
berakibat menimbulkan kerugian atau bahaya bagi diri sendiri, teman
sekerja.
i. Melakukan pekerjaan untuk pihak ketiga pada jam kerja yang tidak berkaitan
dengan tugas dan pekerjaannya baik langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan lapangan usaha Rumah Sakit untuk kepentingan
pribadi.
j. Melibatkan Rumah Sakit secara langsung maupun tidak langsung dalam urusan
dan kepentingan pribadi termasuk urusan hutang piutang dan, atau
kepentingan dagang dan sejenisnya yang berakibat terhambatnya kelancaran
kerja dan, atau terganggunya kenyamanan serta ketertiban lingkungan kerja.
k. Tidak melaksanakan pekerjaan sesuai Standar Operational Prosedur (SOP)
serta merusak fasilitas K3 yang disediakan di unit kerja.
l. Melakukan kegiatan-kegiatan baik langsung maupun tidak langsung yang
berhubungan dengan lapangan usaha Rumah Sakit, untuk kepentingan
pribadi.
m.Memasang poster, spanduk atau media informasi lainnya tanpa ijin resmi
yang diberikan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
n. Membuka slip gaji karyawan lain.
4. Sanksi terhadap pelanggaran disiplin kerja sedang dapat berupa :
a. Surat Peringatan Kedua (SP 2) atau
b. Penundaan pemberian kenaikan Berkala dan Golongan serta penghargaan
pengabdian masa kerja selama 1 (satu) tahun atau.
c. Dilakukan Demosi bagi pemangku jabatan/ Struktural.
5. Sanksi terhadap pelanggaran disiplin kerja berat dapat berupa :
a. Surat Peringatan Ketiga (SP 3) atau
b. Penurunan pangkat atau golongan atau
c. Skorsing 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan atau
d. Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan Undang – undang Ketenagakerjaa.
6. Apabila dalam masa berlaku Surat Peringatan Pertama (SP 1) ternyata karyawan
yang bersangkutan melakukan pelanggaran yang sama akan diberikan Surat
Peringatan Kedua (SP 2) dan begitu selanjutnya akan diberikan Surat Peringatan
Ketiga (SP 3) dan selanjutnya akan diberikan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK).
7. Masa berlaku tiap-tiap surat peringatan adalah 6 (enam) bulanan.
8. Sanksi ditetapkan berdasarkan kategori pelanggaran yang diberikan tidak harus
secara berurutan.
BAB VII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 41
Pemutusan Hubungan Kerja
Pasal 42
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Usia Pensiun
1. a. Setiap karyawan wajib berhenti bekerja (pensiun) bila telah mencapai usia
pensiun sesuai system karyawan yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.
b. Usia pensiun yang dimaksud pada ayat 1 a di atas adalah 55 tahun.
2. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun akan
memperoleh uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak sesuai dengan pasal 156 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun
2003.
3. Karyawan yang meminta pensiun dipercepat akan mendapat hak sama seperti
halnya karyawan pensiun dengan pengajuan ditetapkan bahwa karyawan telah
berusia /berumur minimal 48 tahun dan atau 50 tahun.
Pasal 43
Karyawan Mengundurkan Diri
1. Karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, akan diberhentikan dengan
hormat.
2. a. Pemberitahuan pengunduran diri dibuat secara tertulis oleh yang bersangkutan
dengan diketahui atasan langsung dan Kepala Bagian/Bidang bersangkutan yang
disampaikan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya ke Direksi
b. Setiap karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri memperoleh
Surat Pengalaman Kerja.
3. Bagi karyawan yang mengundurkan diri mendapat uang Kebijaksanaan yang diatur
sebagai berikut :
a. Masa kerja 1 sampai dengan < 5 tahun = Rp. 500.000,-
b. Masa kerja 5 sampai dengan < 10 tahun = Rp. 750.000,-
c. Masa kerja 10 sampai dengan < 15 tahun = Rp. 1.000.000,-
d. Masa kerja 15 sampai dengan < 20 tahun = Rp. 1.250.000,-
e. Masa kerja 20 sampai dengan < 25 tahun = Rp. 1.500.000,-
f. Masa kerja 25 sampai dengan < 30 tahun = Rp. 1.750.000,-
g. Masa kerja > 30 tahun = Rp. 2.000.000,-
Pasal 44
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Efisiensi
Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Alasan Mendesak
1. Setiap karyawan yang melakukan tindakan, perbuatan dan, atau pelanggaran atas
peraturan Perusahaan Rumah Sakit yang dapat menimbulkan kerugian baik
secara moril ataupun materil terhadap Rumah Sakit dan, atau yang dapat
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atas Rumah Sakit, maka akan
dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) alasan mendesak.
2. Alasan-alasan mendesak yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Mengambil, membawa uang dan, atau barang milik Rumah Sakit yang
digunakan untuk kepentingan diri sendiri atau tanpa sepengetahuan dan
tanpa persetujuan Pimpinan.
b. Melakukan hal-hal yang bersifat menurunkan kehormatan Rumah Sakit dan,
atau mengabaikan budaya kerja yang berlandaskan damai dan kasih sebagai
citra institusi Kesehatan yang didasari nilai-nilai Kristiani.
c. Mendiskreditkan Rumah Sakit secara sepihak untuk kepentingan apapun baik
melalui cara penyampaian pendapat, demonstrasi atau dengan cara-cara
lainnya yang tidak sesuai dengan prosedur/peraturan maupun perundang-
undangan yang berlaku.
d. Membuka rahasia dan, atau membocorkan informasi, data mengenai Rumah
Sakit dan, atau rahasia jabatan /pekerjaan baik terkait secara langsung atau
tidak langsung dengan berkepentingan dan rahasia pasien tanpa persetujuan
dan ijin resmi dari Pimpinan.
Pasal 46
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Meninggal Dunia
Pasal 47
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Cacat Fisik dan Mental
1. Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan karena cacat fisik dan mental
dilakukan dengan tidak bertentangan terhadapa perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepada karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya karena cacat fisik dan mental
diberikan hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
ASPIRASI, KELUH KESAH DAN PENGGUNAAN HAK UNJUK RASA KARYAWAN
Pasal 48
Aspirasi dan Keluh Kesah
1. a. Penyaluran aspirasi dan, atau penyampaian keluh kesah baik tentang pekerjaan
ataupun hal-hal lain terkait kepentingan karyawan disampaikan secara langsung
ataupun tidak langsung melalui cara lisan maupun tertulis.
b. Aspirasi dan, atau keluh kesah dapat disampaikan kepada atasan langsung dan
atau kepada Kepala Bidang bersangkutan dan, atau Kepala Bagian Personalia atau
langsung kepada Pimpinan.
2. a. Penyelesaian terkait aspirasi atau keluh kesah yang merupakan bagian dari
masalah hubungan industrial dilakukan Bagian Personalia.
b. Penyelesaian masalah hubungan industrial tersebut dapat dilakukan melalui upaya
Bipartit
c. Bila Bipartit tidak membuahkan kesepakatan bersama dapat ditempuh
penyelesaiannya melalui jalur mediasi.
d. Perselisihan hubungan industrial yang terjadi setelah menempuh tata cara di atas
dapat dilanjutkan dan diselesaikan melalui jalur hukum (Pengadilan Hubungan
Industrial), sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3. a. Setiap karyawan dapat menyalurkan aspirasi dan, atau keluh kesah melalui cara
unjuk rasa (demo) setelah tahap-tahap di atas mengalami kebuntuan dengan
memenuhi seluruh ketentuan yang berlaku tentang hak berunjuk rasa.
b. Penyampaian aspirasi dengan cara unjuk rasa harus memperhatikan kepentingan
Rumah Sakit sebagai institusi publik yang memberi pelayanan kesehatan bagi
pasien (masyarakat) yang oleh karenanya harus bertanggungjawab atas
keselamatan pasien (masyarakat)
c. Tidak diperkenankan berunjuk rasa bagi petugas medis dan atau para medis yang
secara langsung sedang bertugas mengelola, menangani serta merawat pasien.
4. Penggunaan hak unjuk rasa sebagaimana diatur di atas harus dilakukan sesuai
dengan :
a. UU No. 21/2000 dan
b. UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 dan
c. Surat Edaran Menakertrans No. 368 tahun 2002 dan
d. Surat Edaran Menakertrans No. 373 tahun 2002
Pasal 49
Penutup
1. Hal – hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, akan diatur
kemudian secara tersendiri, dengan memperhatikan ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku.
2. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku untuk waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak
disahkan oleh Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kodya Jakarta Timur.
3. Buku Perjanjian Kerja Bersama Rumah Sakit ini dibagikan kepada masing-masing
karyawan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimaa mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : ……………………………….2013