Sunteți pe pagina 1din 16

BACA PERINGATAN DI AKHIR TULISAN... !

MEMPERTANYAKAN KEBANGKITAN &


KENAIKAN ISA AL MASIH
OLEH: Hj. Irena Handono

“Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih yang


dilangit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman
justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi
bagi penyimpulan mereka bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau
bukan Tuhan? Kalau umat Islam mengakui Isa Al Masih sebagai
hakim di akhir zaman berarti umat Islam meyakini Isa Al Masih
sebagai Tuhan di akhir zaman. Dengan penjelasan seperti yang
telah saya sampaikan pada buku ini, kiranya umat Islam tidak perlu
lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan
Isa Al Masih. Sebab sudah jelas bahwa doktrin tersebut
bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.”

Benarkah nabi Isa Al Masih alaihissalam disalib dan meninggal pada kayu salib?
Pertanyaan tersebut menarik untuk didiskusikan karena persoalan penyaliban akan membawa
implikasi panjang pada aqidah umat. Sebab seperti kita ketahui, doktrin Kristen menegaskan
bahwa Isa Al Masih, yang oleh kalangan Kristen disebut dengan Yesus, meninggal di kayu salib.
Implikasi panjang yang saya maksud, karena konsep penyaliban tersebut menjadi tonggak
“aqidah” umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkitan Yesus, yang pada ujung-ujungnya
mengarah pada pengakuan Ketuhanan Yesus.

Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib. Hukuman itu
diterimanya karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa dirinya
adalah anak Allah (Mat. 26:63). Tetapi ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh
makar sehingga Pilatus bertanya: Engkau raja orang Yahudi? (Mat 27:11). Karena dituduh
makar itulah, beliau disalib.

Marilah kita telaah sejarah itu secara obyektif. Dalam injil dijelaskan sebagai
berikut: “Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12” (Yoh 19:14). Istilah Paskah
sendiri berasal dari bahasa Ibrani dari kata “pesah” yang berarti: melewati. Upacara ini seperti
dijelaskan Perjanjian Lama sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa
Israel dari bangsa Mesir, yang pada saat itu anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi

1
pintu-pintu rumah orang Ibrani “dilewati”, karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah
mereka disapu dengan darah anak kambing domba (kel 12:23-28).

Sedang dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai “anak domba
Paskah” (I Kor 5:7). Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen sendiri Isa Al Masih (harus)
disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa.
Dengan penyaliban tersebut, maka manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam
perkembangan selanjutnya gereja menyatakan bahwa Paskah adalah hari “Kebangkitan
Yesus”. Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12, Pitalus selaku gubernur Romawi,
memutuskan untuk menyerahkan Isa Al Masih kepada orangorang Yahudi, agar disalib di bukit
Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al Masih dipaksa memanggul salib ke Bukit Golgota.

Setelah sampai di bukit Golgota (Matius 27:46) kira-kira jam tiga sore berserulah Isa Al
Masih dengan suara nyaring “Eli, Eli lama sahakhtani!, yang artinya “Tuhanku, Tuhanku
mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Hari itu adalah hari persiapan Paskah dan besoknya adalah hari Sabat (hari Sabtu). Bagi
umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci dan Tuhan berhenti bekerja pada
hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja apapun (Kel 20:8-11), termasuk
melakukan penyaliban, dan orang yang bekerja pada hari itu harus dihukum mati (kel 31:12-
14).

Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum
memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 – 3 jam lagi (ingat, bahwa pergantian waktu menurut tradisi
Yahudi adalah terbenamnya matahari, bukan pada jam 00.00). Terdesak oleh waktu, dan untuk
mempercepat proses kematian orang-orang yang disalib tersebut, orang-orang Yahudi ingin
segera memastikan kematian dcngan cara “mematahkan kaki”, yaitu meremukkan kaki dengan
batas bagian tempurung ke bawah.

“Datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-
orang yang disalib tersebut dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”. (Yoh 19: 31).

Isa Al Masih Meninggal di kayu salib?

Tepat giliran Isa Al Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya.
Sebab, mereka menyangka Isa Al Masih telah mati.

“Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak
mematahkan kakinya.” ( Yoh. 19:33).

“Filatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala serdadu
dan menanyakan kepadanya benarkah Yesus sudah mati.” (Markus 15 : 44 ).

Benarkah Isa Al Masih telah mati di kayu salib? Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu
juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains,
umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya, minimal 2 hari.

2
Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal:

Pertama, oleh infeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka peluang masuknya
kuman ke dalam tubuh. Tanpa perlindungan antibiotika, kuman tersebut akan berkembang
dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses kematian karena infekasi seperti ini, biasanya
berlangsung 2-3 hari.

Kedua, Kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan
makanan yang diperlukan untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan mengganggu
metabolisme dalam tubuh. Karena tidak adanya suplai makanan, tubuh memobilisasi bahan
simpanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen yang ada
habis, maka protein yang ada di otot digunakan sebagai pembentukan energi yaitu
pembentukan ATP ATP merupakan energi “siap pakai”. Bila protein yang ada di otot berkurang
sedemikian rupa, maka fungsi sel akan terganggu dan diakhiri dengan kematian. Proses ini
biasanya berlangsung 6-7 hari. Dengan tinjauan medis seperti itu, terbukti bahwa waktu 1 hari
(saat itu hari Jum’at) belum cukup untuk membuat Isa Al Masih meninggal di kayu salib. Di sisi
lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya
dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34).

Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan
darah jika terkena tikaman?

Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran
darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas
memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut,
menandakan bahwa seseorang masih hidup. Penelaahan yang cermat dan objektif terhadap
ayat-ayat Bibel di atas membuktikan bahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Ia hanya
pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati (ingat, pada
kejadian tersebut para serdadu hanya melihat bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati).

Al-Qur’an tentang Penyaliban Isa Al Masih

Lolosnya Isa Al Masih dan pematahan kaki yang berarti tidak dilakukannya pemastian
kematian karcna para serdadu sudah yakin Isa Al Masih telah meninggal merupakan suatu
pertolongan Allah atas hambaNya. Pingsannya Isa Al Masih telah dilihat oleh para serdadu
sebagai kematian lsa Al Masih.

Kronologis peristiwa yang diung-kapkan oleh Bibel justru menunjukkan hahwa saat itu
Isa Al Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi
konsep Ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalarn Konsili Nicea tahun 325 M. Sebab konsep
Ketuhanan itu mengharuskan adanya proses “evolusi Ketuhanan Yesus” sebagai berikut:
penyaliban, mati, bangkit (hidup kembali), duduk di surga di sebelah kanan Allah (Markus
16:19), dan (menjadi) Tuhan.

3
Al-Qur’an sendiri secara gamblang menjelaskan bahwa Isa Al Masih tidak mati dibunuh pada
kayu salib.

“Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah membunuh Isa
Al Masih anak Maryam rasul Allah itu. Padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan
tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka …
“. (An-Nisa’ / 4 : 157).

Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya “Isa dalam Al Qur’an Muhammad dalam
Bible”. (Firdaus), cet. 8, hal. 45 dan 47 menyatakan penafsirannya tentang QS An Nisa’/4:157.

“Kalimat “Ma qotaluhu wama sholabuhu” yang berarti: “Mereka tidak membunuhnya dan
tidak menyalibnya” haruslah diartikan sebagai penguat (kalimat) satu dengan yang lain. Ma
qotaluhu artinya mereka tidak membunuh Isa dengan jalan apa saja (di sini membunuh berarti
umum). Ma sholabuhu mereka juga tidak membunuhnya dengan penyaliban. Disini
membunuh dengan cara khusus yakni dengan penyaliban (kruisiging).”

Penyaliban artinya memakukan orang dengan membentangkan kedua tangan pada


kayu yang bersilang sehingga mati. Kalau tidak sampai mati namanya bukan penyaliban, tetapi
hanya terserupa saja sebagai penyaliban.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa lsa Al Masih tidak disalib, tetapi yang disalib sampai
mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Askhariyuti. Pendapat seperti ini sulit
dipertanggungjawabkan sebab Al-Qur’an sama sekali tidak pernah menyebut atau
mengkisahkan nama tersebut.

Lantas dari mana umat Islam mengenal nama Yudas Iskariot? Jawaban atas pertanyaan
ini bisa kita baca lewat keterangan Prof. HAMKA:

“Mereka menerima riwayat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang masuk Islam. Satu
riwayat yang dinukilkan Ibnu Jarir menyatakan bahwa rupa Isa disamakan kepada Yahuda
(Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang ditangkap dan dialah yang disalib.”

….. Adapun riwayat-riwayat ini diterima oleh sahabat Rasulullah dan penafsir sesudahnya ialah
orang-orang ahlul kitab yang masuk Islam, diantaranya Wahab bin Munabbih.

Jadi, jelas bahwa umat Islam mengenal Yudas dari ahlul kitab, bukan dari Al-Quran.

Misteri Penguburan Isa Al Masih

Dalam keadaan pingsan serdadu menganggap dalam keadaan mati Isa Al Masih
diturunkan dari kayu salib. Berikut adalah penjelasan Bibel, berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa setelah Isa Al Masih dianggap mati di kayu salib.

“sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut
kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus supaya ia diperholehkan menurunkan
mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan
mayat itu ( Yoh 19:38 ).

4
Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus.
la membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu. Kira-kira lima puluh kali
beratnya ( Yoh 19:39 ).

Mereka rnengambil mayat Yesus, menggapainya dengatt kain lerran dan membubuhinya
dengan rempah-rampah menurut adat vrartg Yahudi bila menguburkan mayat (Y oh 19:40 ).

Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan
menggapainya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di
dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu kepintu kubur itu ( Markus 19:46 ).

Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli
rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus ( Markus 16:1 ).

Ayat-ayat tersebut, memang jika dibaca tanpa daya kritis, seolah menguatkan
fenomena bahwa Isa Al Masih meninggal karena disalib. Tetapi marilah dengan kekuatan nalar,
kita telaah makna-makna di balik ayat-ayat tersebut.

Secara kronologis, peristiwa penurunan Isa Al Masih dari kayu salib, seperti dijelaskan
ayat-ayat diatas, adalah sebagai berikut:

Hari Jum’at, sebelum masuk waktu Sabat (sebelum maghrib) Yusuf dari Arimatea membawa
Yesus ke kuburnya.

Malam harinya, Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan
gaharu. Lalu mengkafani Yesus dengan kain lenan.

Ahad pagi hari, Maria Magdalena dan kawan-kawan membawa rempah-rempah ke kubur untuk
meminyaki Yesus.

Dari kronologi tersebut, muncul pertanyaan “mayat” Isa Al Masih sudah diberi
rempah-rempah untuk diminyaki oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus serta dikafani, mengapa
pada pagi hari dua hari berikurnya (hari Ahad) datang para wanita ke kubur dengan membawa
rempah-rempah dan minyak untuk meminyaki Isa Al Masih? Jawabannya tidak sulit, datangnya
para wanita tersebut pada dua hari sesudah “penguburan” justru menunjukkan bahwa Isa Al
Masih belum meninggal. Kedatangan mereka dengan membawa tambahan rempahrempah
tersebut, tentu saja, dimaksudkan untuk mengobati Isa Al Masih. Mengingat rempah-rempah
dan minyak mur antara lain berfungsi sebagai obat untuk luka.

Bentuk Kubur Yahudi

Mungkin anda bertanya: “Bisakah orang bertahan hidup dalam kuburan?” Anda juga
mungkin bertanya: “Bisakah kubur itu didatangi/dimasuki, sebagaimana dilakukan Maria
Magdalena dan kawan-kawan?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita harus paham tentang kubur orang
Yahudi.

5
Bentuk kubur orang Yahudi jangan kita bayangkan sama dengan model kubur orang
Islam, mayat tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas batu yang ada di
dalam ruang kubur terletak di gua ataupun yang sengaja dibangun berbentuk semacam
tempurung, dan berpintu. Marilah kita perhatikan model kubur Yahudi tersebut!

Kondisi kubur seperti itu memberi dua kemungkinan. pertama, orang yang dimasukkan dalam
ruang kubur seperti yang dialami Isa Al Masih masih tetap hidup, karena masih ada ruangan
untuk bergerak dan bernafas.

Kedua, memungkinkan orang lain memasukinya, seperti yang dilakukan oleh para murid Isa Al
Masih, sehingga terbuka lebar-lebar kesempatan memberi pengobatan (sekaligus makanan)
sampai luka-luka Isa Al Masih sembuh.

6
Dimanakah Isa AI Masih Wafat dan Dimakamkan?

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Isa Al Masih tidak meninggal di kayu
salib. Beliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban namun akhirnya diselamatkan oleh
Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan. Jadi Isa Al
Masih tidak meninggal disalib melainkan selamat dan tetap hidup, bahkan sampai usia lanjut.
Keterangan bahwa kehidupan Isa Al Masih berlanjut sampai usia lanjut dapat kita baca dari
keterangan Al-Qur’an surat Ali Imran/3:46.

“Dia dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ketika sesudah
dewasa.”

Kamus Bahasa Arab “Munjid fil Lughati wal Adabi” mengartikan “kahlan” sebagai “man
kaanat sinnu „umrihi bainal tsalatsina wal khamsina taqriban” (seorang yang berusia kurang
30-50 tahun).

Al Imam Raghib, seperti dikutib Saleh A. Nahdi (Bibel dalam Timbangan, PT Arista
Brahmatyasa, 1994, h. 20) mengatakan bahwa “kahlan” sebagai “man wakhatahu
syaib” (orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena usianya yang lanjut).

Adapun bukti-bukti sejarah bahwa Isa Al Masih hidup sampai usia lanjut, diantaranya:

Dalam usia lanjut yang dimulai antara 40-50 tahun, Yesus masih memberikan pengajaran. Masa
hidup tadi disaksikan bukan saja oleh para penginjil melainkan juga oleh semua pemimpin-
pemimpin gereja yang datang ke Asia bersama Yahya yang menyampaikan riwayat itu kepada
pemimpin-pemimpin gereja adalah Yahya sendiri (C.R. Gregory, Canon and the New
Testament).

James Moffat: Pemuda-pemuda gereja di Asia percaya kematian Yesus itu terjadi di zaman
Kladius tahun 41-50. Papias sendiri mengatakan bahwa pada usia tersebut Yesus masih
mengajar.

Pertanyaan selanjutnya adalah, dimanakah beliau menjalani masa-masa kehidupannya sampai


usia lanjut dan dimakamkan?

Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat kita dapatkan dari penjelasan Al-Qur’an surat Al
Mu’minun/23:50:

“Dan kami telah jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata hagi
(kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak
terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir “.

Dimanakah tempat yang oleh ayat ini disebut “suatu tanah tinggi yang datar yang
banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir”?

Seperti dikutip H.M. Josoef Sou’yb (Isa Al Masih Sudah Mati?, PT Al Husna Zikra, 1994, Cet. 1,
h. 20-26), di antara para pakar merujuk bahwa tempat itu adalah dataran tinggi pada bukit
sebelah Barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte Esenes. Tempat ini

7
dikenal dengan Bukit Qumran. “Pada dataran deretan bukit batu yang membujur di sebelah
Barat Laut Mati itu terdapat suatu dataran luas … pada dataran itu menonjol sekelumit
runtuhan dinding tembok.”

“Pere de Vaux dengan stafnya, demikian Edmund Wilson di dalam bukunya Dead Sea Scrolls
edisi 1956 H. 55-71, yang melakukan penggalian dan menemukan reruntuhan suatu biara
besar denga ruangan-ruangan yang luas. Di bawahnya dijumpai pttla enam saluran air tapi kini
sudah kering.”

“Diantara biara besar pada dataran tinggi itu dengan pinggir Laut Mati, demikian Edmund
Wilson, tampak terdapat lebih seribu kuburan …. Di antara seluruh kuburan yang digali itu
maka hanya ada satu jenazah saja yang punya “keistimewaan” yaitu memakai keranda. Dan
diantara seluruh jenarah itu terdapat jenazah seorang wanita (ingat, penghuni biara/bukit
Qumran hanya kaum laki-laki.”

Satu jenazah yang mempunyai keistimewaan dengan keranda dan satu jenazah seorang wanita
itu tidak lain adalah jenazah Isa Al Masih dan ibundanya Siti Maryam yang hidup dan
meninggal serta dimakamkan dibukit Qumran.

Mengapa data-data penting ini terkesan tidak banyak diungkap. Mudah menjawabnya.
Karena ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya dapat
kita cermati dari fenomena naskah Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls), yang terletak di gua
Qumran, sekitar 10 mil sebelah Timur Yerussalem yang menyimpan sekitar 800 macam
fragmen dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 S.M. sampai tahun 50 M dalam bahasa Ibrani,
Yunani, dan Aram (bahasa sehari-hari yang dipakai Yesus), di antaranya terdapat 127 dokumen
ayat-ayat Bibel juga kitab suci Apokriba (kitab yang tidak boleh dibaca oleh umat Kristen).
Sejak penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui sampai selama
empat dekade berikutnya, banyak rahasia gulungan yang disembunyikan oleh kelompok kecil
sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir bulan
September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California yang menyimpan empat set
fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para sarjana yang berkepentingan untuk
menelitinya. Bahkan komentar Frank M. Cross, editor naskah Gulungan Laut Mati dan seorang
pakar bahasa Ibrani dan Barat di Harvard university, memperingatkan bahwa akses tanpa
batas pada naskah gulungan itu akan membongkar misteri yang aneh di sekitar Al Kitab,
seperti kitab Tobit, Sirakh dan Yobel (yang apokripa bagi pemeluk Katolik dan Protestan) (Dr.
Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus daktrn sejaralt, Pustaka Da’I, 1994).

Kebangkitan Isa Almasih & Penampakan dirinya

Kebangkitan termasuk doktrin utama bagi umat Kristen. Paulus mengatakan

“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu, dan kamu masih
hidup dalam dosamu.” (I kor 15: 17).

8
Doktrin kebangkitan menegaskan bahwa tiga hari setelah kematiannya di kayu salib, Yesus
dibangkitkan oleh Tuhan (Yesus meninggal hari Jum’at, bangkit hari ahad).

Sebenarnya, kita tidak perlu secara panjang lebar membuktikan benar tidaknya
kebangkitan Isa Al Masih, sebab, seperti telah kita simpulkan di depan, Isa Al Masih tidak
meninggal saat di salib. Beliau diselamatkan oleh Allah swt. lewat murid-muridnya.
Disembuhkan dan dikeluarkan dari kubur. Hilangnya Isa Al Masih dari kubur itulah yang
diyakini pemeluk Kristen sebagai kebangkitan Yesus (dari kubur). Namun, untuk lebih
meyakinkan, kebangkitan itu sendiri perlu mendapat telaah kritis. Apalagi, masalah tersebut di
kalangan sarjana-sarjana Kristen sendiri menimbulkan pro dan kontra.

Dalam simposium “Menyamhut Yesus di tahun 2000” yang diselenggarakan oleh


Oregon State University, AS Februari (1996) silam seperti dilaporkan mingguan News Week
edisi 8 April (1996) (Ummat, No. 22 Thn I, 29 April 1996/11 Zulhijjah 1416 H) doktrin
kebangkitan itu mendapat gugatan-gugatan kritis.

Umat Kristen sendiri terbagi menjadi dua kelompok dalam memahami kebangkitan. Kelompok
pertama memahami bahwa kebangkitan dari kubur berarti Isa Al Masih meninggal kemudian
bangkit. Sedangkan kedua memahami bahwa dimaksud kebangkitan adalah bangkit dari
penyaliban, yang berarti Isa Al Masih belum meninggal saat disalib.

Kenyataan lain juga membuktikan kian runtuhnya keyakinan umat Kristen tentang
kebangkitan. Dari hasil sigi tentang kebangkitan yang dilakukan Kenneth L. Woodward
terhadap umat Kristen Amerika tahun 1994, dapat dilihat terjadinya penurunan keyakinan itu.
Pada tahun 1994, 87% responden menyatakan percaya Yesus dari kematiannya, sedangkan
tahun 1996, merosot tinggal 70%.

Gerd Ludemann, seorang sarjana yang menekuni kajian Perjanjian Baru asal Jerman,
menolak alasan apa pun tentang doktrin kebangkitan itu tidak lebih dari “formula kosong”.
Menurut Ludeman, kebangkitan yang diriwayatkan Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes itu,
seluruhnya berasal dari Rasul Petrus. Dan apa yang dilihat Petrus tentang Yesus hanyalah
khayalannya. “Itu terjadi karena kesedihannya yang berlebihan atas kematian Yesus”.

David Friedrich, dalam The Life of Jessus Critically Examined, seperti dikutip Ummat,
meyakini bahwa orang-orang Kristen pertama dahulu telah membuat mitos-mitos dan cerita--
cerita bohong tentang Yesus. Sedangkan riwayat Injil yang empat itu baru ditulis 40 tahun
setelah kematian Yesus. Itu pun para periwayat Injil menuliskan riwayatnya dengan khayalan
dan pemahaman mereka masing-masing.

Friedrich benar, dari empat karangan Injil yang berkaitan dengan kebangkitan dan
penampakan diri Yesus terdapat banyak hal yang kontradiktif. R.P Roguet dalam
bukunya Initiation a I‟Evangile (Pembimbing Kepala Injil), halaman 132 memberikan contoh
yang kontradiktif antara lain: daftar nama wanita yang datang ke kubur tidak sama, hari
penampakan yang berbeda, dan tempat penampakan Yesus tidak sama.

Berikut daftar perbedaan dari 4 Injil tersebut:

9
Injil Yohanes :

Seorang wanita bernama Maria Magdalena (20:1), tapi ia memakai istilah “kami” (20:2).

Injil Matius :

Dua orang, yaitu: Maria Magdalena dan Maria yang lain (28:1) Malaikat menyatakan bahwa
mereka akan melihat Yesus di Galilea dan sekejab mata sesudah itu Yesus datang menemui
mereka dekat kubur (28:7-9).

Injil Lukas :

Tiga orang, yaitu Maria dari Magdala, Yohana dan Maria Ibu Yakobus (24:10). Dua Malaikat
menyatakan: Yesus akan bangkit pada hari ke-3 (24:7). Yesus menampakkan diri di Yudea.
Kleopas dan seorang temannya melihat Yesus, menyatakan Yesus bangkit dan menampakkan
diri pada simon (24:34).

Injil Yohanes :

Seorang, yaitu Maria Magdalena. Penampakan ke-1 dan ke-2 berselang 8 hari di Yerussalem.
Penampakan ke 3 di pantai danau Tiberias (hikayat ini merupakan ulangan atas peristiwa yang
ditulis Lukas 5:1-11).

Semua berita di atas sangat kontradiktif dengan surat Paulus kepada orang Korintus (15:5-7)
Yaitu: Yesus telah menampakkan diri kepada 500 orang sekaligus.

Jadi bibel tidak bisa menunjukkan kapan dan bagaimana peristiwa kebangkitan terjadi. Yang
bisa disajikan oleh Bibel dalam hal ini Perjanjian Baru hanyalah berita-berita yang simpang siur.

Loisy, dalam bukunya La Le „gende de Jesus hal. 467, bahkan membuktikan bahwa
konsep kebangkitan hanyalah buatan gereja. Katanya, “Pernyataan di dalam Injil kanonik dan
Apokripa tidak menampakkan keasliannya. Tetapi dengan cara mana kepercayaan kebangkitan
Kristus disadari mengambil bentuk dan mengabadikan diri baru setengah abad atau lebih
setelah lahirnya agama Kristen.”

Oleh karena itu R.P Roguet yang bekerja sebagai redaktur suatu mingguan Katolik yang
ditugaskan menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca yang mendapat kesulitan dalam
memahami teks Injil dapat memahami kebingungan para pembacanya, sehingga ia pun
menyatakan kecamannya: “Terdapat khayalan yang aneh dan kekanak-kanakan dalam Injil
Apokripa mengenai kebangkitan Yesus!”

Kenaikanan Isa Al Masih

Hanya Markus dan Lukas yang memuat hikayat tentang kenaikan.

“Yesus diangkat ke surga dan duduk di kanan Allah.” (Markus 16:19).

Sedangkan Lukas 24:51, menjelaskan,

10
“ketika ia (Yesus) sedang memberkati mereka, ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga.
Kenaikan Yesus ke surga terjadi pada hari ia dibangkitkan dari kubur.”

Namun tulisan Lukas lainnya dalam Kisah Para Rasul1:2-3, menyebutkan:

“Selama 40 hari ia (Yesus) berulangkali menampakkan diri dan berbicara kepada mereka
tentang kerajaan Allah.”

Beberapa tinjauan kritis berkaitan dengan kenaikan Yesus seperti diungkapkan oleh Injil di atas
adalah sebagai berikut:

Perlu diingat bahwa akhir Injil Markus (16:9-20) menurut R.P Roguet dalam
bukunya Initiation a I‟Evangile (Pembimbing Kepada Injil) memuat hikayat yang tidak otentik.
Kalimat tersebut hanyalah tambahan (yang tidak termuat dalam Codex vaticanus maupun Codex
Sinaticus). Hikayat yang dimaksud adalah sekitar peristiwa penyaliban, kebangkitan, dan
kenaikan Isa Al Masih.

Tidak jelas siapa saksinya, kapan terjadinya, apa hubungannya dengan kebangkitan.

Dua pemberitaan dari Lukas di atas (Lukas 24:51 dan Kisah Para Rasul 1:2-3), satu sama lain
bertentangan. Yang satu menyatakan bahwa kenaikan Yesus ke surga terjadi pada hari ia
dibangkitkan dari kubur (hari Ahad); sedangkan yang lain setelah 40 hari dari penampakan
dirinya.

Ringkasan 4 Injil yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh sekolah Bibel di Yerussalem
(jilid II hal. 451) yang mengkritik data-data kenaikan (ascention) dengan
mengatakan “Sesungguhnya tidak ada kenaikan dalam arti kata fisik.”

Al Quran Tentang Kenaikan Isa Al Masih

Sebenarnya Al Qur’an sudah menjelaskan tentang persoalan ini, yaitu dalam surat Ali
Imran/3:55:

“(Ingatlah) tatkala Allah berfirman: Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau
dan mengangkat engkau kepadaKu, dan membersihkan engkau dari pada orangorang kafir, dan
akan menjadikan orangorang yang mengikuti engkau lebih tinggi dari orang-orang kafir itu
sampai hari kiamat. Maka kepada Akulah tempat kembali, maka akan Aku putuskan nanti di
antara kamu dari hal yang telah kamu perselisihkan padanya itu.”

Ada dua kelompok penafsiran yang berbeda terhadap ayat diatas, terutama disebabkan dalam
mengartikan dua kata yaitu “mutawaffika” dan “rafi‟uka ilayya”. Kelompok Pertama,
mengartikan kata “mutawaffika” sebagai “menyempurnakanmu” atau “menggenggamu.”
Sedangkan kata “rafiuka ilayya” diartikan sebagai mengangkatmu kepadaKu (mengangkat Isa
Al Masih ke langit). Kelompok Kedua, mengartikan
kata “Mutawaffika” dengan “mewafatkan” dan “rafi‟uka ilayva” dengan mengangkat
(derajat Isa Al Masih).

Pendapat yang terakhir ini diantaranya dikemukakan oleh beberapa ulama sebagai
berikut:

11
Prof. Dr. KH. Hasbullah Bakry, SH. dalam bukunya “Isa dalam Al Qur‟an Muhamrrrad
dalam Bibel,” (Jakarta, 1987) cet. Ke-8, hal. 19, 52 dan 53 menjelaskan:

“Tuhan mematikan (Isa) sebagai kematian biasa (bukan dibunuh) dan Tuhan mengangkat
derajat orang-orang yang mengikutinya lebih tinggi dari orang-orang yang menentangnya.”

“Tradisi Kristen menurut Injil serta pendapat sebagian umat Islam menyatakan bahwa Nabi Isa
setelah

Khotbah perpisahannya di bukit Zaitun lalu berangkat terbang ke langit lalu duduk disamping
Tuhan dan nanti akan turun lagi meng-islamkan umat Nasrani adalah sangat bertentangan
dengan tradisi agama-agama Tuhan sendiri sejak Nabi Adam. Umat Islam menerima tradisi itu
dari tradisi umat Kristen atau pendapat itu dibawa oleh orang-orang Nasrani yang amat banyak
masuk Islam setelah Mesir dan Syria dibebaskan umat Islam dari jajahan Romawi.

Prof. Dr. HAMKA, dalam tafsir Al Azhar (Jakarta, 1988) Juz ItI, hal. 181, menjelaskan:

“Arti yang tepat dari ayat ini ialah bahwa maksud orang-orang kafir itu hendak menjadikan Isa
Al Masih mati dihukum bunuh, sebagai yang dikenal yaitu dipalangkan dengan kayu, tidaklah
akan berhasil. Tetapi Nabi Isa Al Masih akan wafat dengan sewajarnya dan sesudah beliau
wafat, beliau akan diangkat Tuhan ke tempat yang mulia di sisiNya dan bersihkan diri beliau
dari pada gangguan orang yang kafir-kafir itu.”

“Maka dari itu arti pemahaman Dia (Isa) akan diangkat ke sisi Tuhan, ialah sebagai Nabi Idris
yang diangkat derajatnya ke tempat yang tinggi, sebagaimana tersebut di dalam surat Maryam
(surat 19 ayat 57). Begitu juga orang yang mati syahid di dalam surat Ali Imran ayat 169,
dikatakan bahwa dia tetap hidup.”

Al Alusi, dalam Tafsirnya yang terkenal Ruhul Ma’ani (Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut, 1994),
jilid III, ha1.179 memberikan pendapat tentang Mutawaffika, yang artinya telah mematikan
engkau, yaitu menyempurnakan ajal engkau (mustaufi ajalaka) dan mematikan engkau
menurut jalan biasa, tidak sampai dapat dikuasai oleh musuh yang hendak membunuh engkau.

Beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi’uka ilayya (dan mengangkat engkau kepadaKu),
telah mengangkat derajat beliau, memuliakan beliau, mendudukkan beliau ditempat yang
tinggi, yaitu ruh beliau sesudah mati. Bukan mengangkat badannya. Lalu Al Alusi
mengemukakan beberapa kata rafa’a yang berarti “mengangkat” dari beberapa ayat Al Qur’an
yang tiada lain artinya adalah mengangkat kemuliaan ruhani sesudah meninggal.

Syaikh Muhammad Abduh, dalam Tafsir Al Manar jilid II, hal 316, menjelaskan:

“Ulama dalam menafsirkan ayat ini menempuh dua jalan. Yang pertama bahwa dia diangkat
Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup. Dan nanti dia akan turun kembali di akhir zaman
dan menghukum diantara manusia dengan syariat kita. Penafsiran yang kedua ialah
memahamkan ayat menurut asli yang tertulis, mengambil arti tawaffa dengan maknanya yang
nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa’a (angkat), ialah ruhnya diangkat sesudah beliau
mati…”

12
Kata beliau pula:

“Golongan ini, terhadap golongan pertama yang menyatakan Nabi Isa telah naik ke langit dan
akan turun kembali, mereka mengeluarkan kesimpulan hadits-hadits itu ialah hadits-hadits
ahad yang bersangkut paut dengan kepercayaan yang tidaklah dapat diambil kalau tidak qoth’i
(tegas). Padahal perkara ini tidak ada sama sekali hadits yang mutawatir.”

Sayid Rasyid Ridha dalam Majalah Al Manar, juz 10 hal 28, seperti dikutip Hamka dalam
Tafsir Al Azhar (Pustaka Panjimas, 1988) Juz III, hal. 183, pernah menjawab pertanyaan dari
Tunisia.

“Bagaimana keadaan Nabi Isa sekarang? Dimana tubuh dan nyawanya? Bagaimana pendapat
tuan tentang ayat inni mutawaffika wa rafi’uka? Kalau memang dia sekarang masih hidup,
sebagaimana di dunia, dari mana dia mendapat makanan yang amat diperlukan bagi tubuh
jasmani itu? Sebagaimana yang telah menjadi sunnatullah atas makhluknya?”

Atas pertanyaan itu, Sayid Rasyid Ridha menguraikan jawabannya:

“Tidak ada nash yang sharih (tegas) di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan
tubuh dan nyawa ke langit dan hidup disana seperti di dunia ini, sehingga perlu menurut
sunnatullah tentang makan dan minum, sehingga menimhulkan pertanyaan tentang makanan
beliau sehari-hari. Dan tidak pula ada nash yang sharih menyatakan beliau akan turun dari
langit. Itu hanyalah aqidah dari kebanyakan orang Nasrani, sedang mereka itu telah berusaha
sejak lahirnya Islam menyebarkan kepercayaan ini di dalam kalangan muslimin.

Beliau menegaskan:

“Ini adalah masalah khilafiyah.”

Ahmad Mustofa Al Maraghi, dalam Tafsir Al Maroghi (Syarikah Maktabah Wa Mathba’ah


Mustafa Albabi Alhalabi, 1946), jilid I, juz ke-3 ha1.165 menjelaskan:

“Tidak ada dalam Al-Qur’an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa a.s diangkat ke langit
dengan tubuh dan nyawanya. Adapun sabda Tuhan mengatakan bahwa: Aku akan mewafatkan
engkau dan mengangkat engkau daripada orang-orang kafir itu, jelaslah bahwa Allah
mewafatkannya dan mengangkatnya, zahiriah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu,
yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah. Sebagaimana Idris a.s dikatakan Tuhan: “Dan kami
angkatkan dia ke tempat yang tinggi.”

“Hadits-hadits yang menyatakan bahwa Nabi Isa masih hidup (jasmani dan ruhani) dan akan
turun dari langit, tidaklah sampai kepada derajat haditshadits yang mutawatir. Oleh karena itu
maka tidaklah wajib seorang mulim beri’tikad bahwa Isa Al Masih sekarang hidup dengan
tubuh dan nyawanya, dan orang yang menjalani aqidah ini tidaklah kafir dari syariat Islam.”

Syaikh Mahmoud Shaltout, Syaikh Jami’ Al Azhar (meninggal tahun 1963) seperti yang
disiarkan mingguan Ar Risalah, yang terbit di Mesir, No 452 jilid 10 hal 515, seperti dikutip

13
Hamka (Tafsir Al Azhar, 1988) cet. Ke-3 hal 317, memberikan pendapat tentang hadits-hadits
yang menyatakan bahwa Nabi Isa akan turun:

“Riwayat-riwayat itu adalah kacau balau, berlain-lain saja lafadnya dan maknanya yang tidak
dapat dipertemukan. Kekacau balauan ini dijelaskan benar-benar oleh ulama hadits. Dan diatas
dari itu semua, yang membawa riwayat ini ialah Wahab bin Munabbih dan Kaab Al Ahkbar,
keduanya itu ialah ahlul kitab yang kemudian memeluk Islam.”

“Adapula hadits yang dirawikan Abu Hurairah tentang Nabi Isa akan turun, apabila hadits itu
shahih, namun dia adala.h hadits ahad. Dan ulama telah ijma’ bahwa hadits ahad tidak
berfaedah untuk dijadikan dasar aqidah dan tidak sah dipegang dalam urusan yang ghaib.”

Syaikh Abdul Karim Amrullah, Ulama besar Indonesia dalam bukunya Al Qoulus Shahih,
1924.

“Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah, jadi bukan
tubuhnya diangkat ke langit.”

Dr. Quraish Shihab, dalam harian Republika, hal 10 tanggal 18 Nopember 1994:

“Bahwa Isa a.s kini masih hidup di langit, bukanlah satu kewajiban untuk mempercayainya,
serta beberapa hadits yang berkaitan dengan kenaikan Isa Al Masih dan akan turunnya kelak
menjelang kiamat. Hadits-hadits tersebut walaupun banyak kesemuanya bermuara pada dua
orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka’ab Al Akhbar dan Wahab
bin Munabbih. Tidak sedikit ulama yang menilai bahwa informasi mereka pada hakekatnya
bersandar dari sisa kepercayaan kedua perowi haditshadits itu.”

Dari beberapa pendapat ulama diatas, dapat disimpulkan bahwa:

Isa Al Masih telah diwafatkan oleh Allah. Seperti manusia lain, beliau pun, akan terkena
sunnatullah kematian “Setiap nafs (yang berjiwa), akan menghadapi kematian” (Ali
Imran/3:185).

Bahwa Isa Al Masih akan diangkat Allah bukan dalam arti diangkat secara fisik,
melainkan derajatnya. Penggunaan kata rafa’a seperti ini bisa juga kita temui dalam surat Al
Mujadilah/58:11 “….Allah akan mengangkat orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” Makna pengangkatan yang sama juga
diberikan kepada Nabi Idris (Maryam/19:57).

Bahwa hadits-hadits Nabi saw yang melukiskan akan tibanya suatu periode dimana Isa
akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa, atau
menyebut Isa Al Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan
pedoman yang kokoh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta dibawah ini: Pertama,
Hadits-hadits tersebut termasuk hadits ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam soal
aqidah. Kedua, walaupun menurut Bukhari sanadnya shahih tetapi karena matannya mungkin
bersinggung balik dengan Al-Qur’an yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al Masih telah
wafat maka untuk menghindari kesalahpahaman seperti yang terjadi ada jama’ah Ahmadiyah
Qodian, hadits tersebut lebih baik ditinggalkan saja. Ketiga, hadits-hadits tersebut, bermuara

14
pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka’ab Al Akhbar dan
Wahab bin Munabbih (yang masih punya keterkaitan pada kepercayaan lamanya).

Dari logika saja, bagaimana Isa Al Masih hidup dilangit itu? Apakah Tuhan ada di langit? Langit
itu walau bagaimanapun juga luasnya berarti dalam lingkungan ruang dan waktu, sedang
Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu, laitsa kamitslihi syaiun.

Bagaimana Isa Al Masih dengan tubuh jasmaninya hidup di langit yang udaranya diluar
kesanggupan paru-paru insani? Atau apakah Isa Al Masih di sana dalam keadaan alam ruhani
saja? Kalau demikian maka kondisi tersebut sama dengan manusia lainnya yang telah mati,
mereka hidup dalam alam ruhani di luar ukuran dunia fana ini. Sehingga tidak perlu
dipersoalkan lagi.

Boleh jadi juga orang-orang Kristen dan sebagian orang-orang Islam yang menyandarkan
bahwa Isa Al Masih duduk di kanan Allah itu karena ayat Al-Qur’an berbunyi: “… dan adalah
Isa salah seorang yang dekat pada Allah (minal maqarrabin) .”

Dekat disini bukan berarti dekat dalam ukuran ruang dan waktu tatapi dekat dalam arti
ruhani, maksudnya beliau sangat mulia di sisi Allah karena iman dan taqwanya pada Allah. Dan
kita jangan keliru bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Isa Al Masih hanyalah salah seorang saja
dari antara orang-orang yang dekat pada Allah. Jadi kaum “muqarrabin” itu jumlahnya banyak
sekali, dan yang sudah tergolong “muqarrabin” itu ialah para nabi dan para wali, orang-orang
yang saleh dan taqwa pada Allah. Jadi tidak seharusnya hanya Isa Al Masih saja yang dianggap
dekat pada Allah.

Sedangkan pendapat sehagian ulama bahwa Isa Al Masih masih hidup di surga justru
dipakai oleh kalangan Kristen untuk menyatakan bahwa orang Islam pun mengakui kalau Yesus
hidup di surga dengan Tuhan. Maka siapa yang bisa berdampingan dengan Tuhan kalau bukan
Tuhan?

Jika pemahaman itu merasuk pada umat Islam, maka dua doktrin umat Kristen Kebangkitan,
Kenaikan dan Ketuhanan Yesus dengan mudah juga diterima umat Islam.

Isa Al Masih Kembali ke Dunia?

Kepercayaan bahwa Isa Al Masih akan kembali ke dunia, untuk menjadi hakim atas kesalahan
umatnya adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bibel, yaitu Wahyu 19:11-
12 dan 20:4-10.

Mengacu kembali akan ketidak benaran konsep kenaikan Isa Al Masih ke dunia yang juga
tertolak.

Marilah kita simak penjelasan Al-Qur’an surat Al-Maidah / 5:117:

“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
mengatakan, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap

15
mereka selama aku berada di tengah-tengah rnereka, tetapi setelah Engkau mewafatkan aku.
Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya.”

Jadi, isi pernyataan Nabi Isa a.s adalah pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang
beliau ketahui (selama beliau hidup diantara mereka/bani Israel); kedua, beliau diwafatkan
Allah; ketiga, Allahlah, penguasa hari akhir zaman, satu-satunya hakim. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam At-Tin / 95:8:

“Bukankah Allah hakim yang seadiladilnya?”

Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Isa Al Masih yang dilangit akan turun ke dunia
untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan
argumentasi bagi penyimpulan mereka bahwa siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan?
Kalau umat Islam mengakui Isa Al Masih sebagai hakim di akhir zaman berarti umat Islam
meyakini Isa Al Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.

Dengan penjelasan seperti yang telah saya sampaikan pada buku ini, kiranya umat Islam tidak
perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al Masih. Sebab
sudah jelas bahwa doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan.

(sumber: Hj. Irena Handono)

PERINGATAN :

- Hanya untuk menambah wawasan


- Tidak untuk “Di perdebatkan”
- Tidak untuk disebarluaskan kepada kalangan lain terutama non-islam
- Sumber asli : https://muslimsemeru.wordpress.com/kristologi/mempertanyakan-
kebangkitan-kenaikan-isa-al-masih/ (Diakses tgl: 18-04-2017. Jam 13.30 Tanpa
Perubahan isi)

Asriadi, 18 April 2017

16

S-ar putea să vă placă și