Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Defenisi
Hirscsprung adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum
atau bagian rektosigmoid colon. dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltic serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily &
Sowden : 2000 ). Kondisi merupakan kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonates, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berta lahir 3 kg,
lebih banyak laki-laki daripada perempuan. ( Aref mansjoeer, 2000 )
B. Etiologi
Penyebab hirschprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga
terjadi karena factor genetic dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down
syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson)
Gejala penyakit Hirschprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakit dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi meconium. keterlambatan evakuasi meconium diiukuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi
abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur
merupakan tanda yang khas. bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare. berbau busuk yang dapat berdarah. (Nelson)
3. Anak-anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distensi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
4. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi )
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia darah : pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya
dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan
dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan
cairan dan elektrolit.
b. Darah rutin : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematocrit dan platelet
preoperatiof.
c. profil koagulasi : pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya loop usus yang distensi dengan
adanya udara dalam rectum
b. barium enema
3. Biopsi
Biopsi rectumuntuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan. Berupa
kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal. tindakan ini
dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
sebagai salah satu komplikasi yang berbahaya.
4. Tindakan bedah definitive
a. Prosedur Swenson
Orvar Swenson dan Bill (1984) adalah yang mula-mula memperkenalkan operasi
Tarik terobos (pull-through) sebagai tindakan bedah definitive pada penyakit
hirschprung. pada dasarnya, operasi yang dilakukan adalah rektosigmoidektomi
dengan preservasi spinkter ani. Dengan meninggalkan 2-3 cm rectum distal dari
linea dentate, sebenarnya adalah meninggalkan daerah aganglionik, sehingga
dalam pengamatan pasca operasi masih sering dijumpai spasme rectum yang
ditinggalkan. Oleh sebab itu Swenson memperbaiki metode operasinya (tahun
!(^$) dengan melakukan spinkterektomi posterior, yaitu dengan hanya
menyisakan 2 cm rectum bagiana anterior dan 0,5-1 cm rectum posterior
b. Prosedur Duhamel
Prosedur ini diperkenalkan Duhamel tahun 1956 untuk menagatasi kesulitan
diseksi pelvik pada prosedur Swenson. Prinsip dasar prosedur ini adalah menarik
kolon proksimal yang ganglionic kea rah anal melalui bagian posterior rectum
yang aganglionik, menyatukan dinding posterior rectum yang aganglionik,
kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionic sehingga membentuk
rongga yang baru dengan anastomose and to side
c. Prosedur Soave
d. Prosedur ini sebenarnya pertama kali diperkenalkan Rehbein tahun 1959 untuk
tindakan bedah pada malformasi anorektal letak tinggi. Namun oleh Soave tahun
1966 diperkenalkan untuk tindakan bedah definitive hirschprung. Tujuan utama
dari prosedur Soave ini adalah membuang mukosa rectum yang aganglionikmm,
kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionic masuk kedalam
lumen rectum yang telah dikupas tersebut.
e. Prosedur Rehbein
Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end anatar usus aganglionik dengan rectum pada level otot
levator ani (2-3 cm diatas anal verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang
dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal. pasca operasi, sangat penting
melakukan businasi secara rutin guna mencegah stenosis
E. Discharge Planning
1. Pelajari adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
2. Selalu menjaga ikatan orang tua dengan anak agar perkembangannya tidak terganggu
dengan bertanya kepada tenaga ahli jika tidak mengerti
3. Konsultasikan kembali dengan dokter tentang intervensi medis (pembedahan)
4. Pelajari perawatan colostomy setelah rencana pulang
5. Konsultasikan diet makanan yang harus dijalani
F. Patofisiologi
Peristaltic tidak
Springter rectum
sempurna
tidak dapat
relaksasi
Obstruksi parsial
Akumulasi benda padat, gas,
Feses tidak mampu
cair
melewati spinkter
Refluk peristaltik ani
Obstruksi dikolon
Pelebaran kolon
(mega kolon)
Publishing
Https://www.scribd.com/doc/94316280/Askep-Pada-Anak-Dengan-Penyakit-Megacolon
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI
A. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
1. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
4. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
5. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah
diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
7. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.Riwayat tumbuh kembang
8. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
2) Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
3) Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
4) Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
5) Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
C. Intervensi Keperawatan
Preoperasi
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi BAB : 1. Monitor cairan yang Rasional : Mengetahui
obstipasi berhubungan keluar dari warna dan konsistensi feses
dengan spastis usus dan kolostomi. dan menentukan rencana
tidak adanya daya dorong. selanjutnya
Rasional : Jumlah cairan
Tujuan : klien tidak 1. Pantau jumlah
yang keluar dapat
mengalami ganggguan cairan kolostomi.
dipertimbangkan untuk
eliminasi dengan kriteria
penggantian cairan
defekasi normal, tidak
2. Pantau pengaruh Rasional : Untuk
distensi abdomen.
diet terhadap pola mengetahui diet yang
2. Pantau pemasukan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi Rasional : Mengetahui
makanan selama
terpenuhi dengan kriteria keseimbangan nutrisi sesuai
perawatan.
dapat mentoleransi diet kebutuhan 1300-3400 kalori
sesuai kebutuhan secara
Rasional : Untuk
parenteal atau per oral.
3. Pantau atau timbang mengetahui perubahan berat
berat badan. badan
Post operasi
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan integritas kulit 1. kaji insisi pembedahan,
b/d kolostomi dan bengkak dan drainage.
perbaikan pembedahan 2. Berikan perawatan kulit
untuk mencegah
Tujuan :memberikan
kerusakan kulit.
perawatan perbaikan kulit
3. Oleskan krim jika perlu.
setelah dilakukan operasi
D. Evaluasi
Kasus
Bayi a umur 2 minggu dibawah oleh orang tuanya ke rs respati pada tanggal 3 januari
2011 dengan keluhan perut kembung, muntah terus – menerus, membran mukosa tampak
kering, rewel, konstipasi selama 1 minggu dengan riwayat terlambat mengeluarkan
mekonium selama 2 hari setelah lahir lalu dilakukan pemeriksaan colon inloop hasil short
segmen kesan megakolon hirschprung selanjutnya dilakukan tindakan colostomi sementara
di daerah sigmoid.
A. Pengkajian
1. Identitas data
Pasien
Nama : bayi a
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : janti,jl.adisucipto 56, yogyakarta
Diagnosa medis : megakolon hirschprung.
Penanggung jawab
Nama : tn.d
Agama : islam
Pendidikan : smp
Pekerjaan : petani
Alamat : janti,jl.adisucipto 56, yogyakarta
Hubungan dengan klien : orangtua
2. Keluhan utama
Perut kembung
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Munculnya keluhan
Bayi a mengalami perut kembung, muntah terus-menerus, rewel, konstipasi
dan tidak mengeluarkan tinja i selama 2 hari setelah lahir tepatnya pada
tanggal 21 desember 2010 dan menurut ibunya bayi a selalu muntah ketika
meminum asi.
b. Karakteristik
Menurut ibunya bayi a setiapkali diberi asi selalu muntah dan perut menjadi
kembung dan kejadian ini terus-menerus dengan muntah yang berat,
konstipasi selama 1 minggu.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Menurut ibunya bayi a mengalami muntah yg hebat secara tiba-tiba dan terus-
menerus terutama bila diberi asi.perkembangan bayi a tetap tidak mengalami
perubahan,namun bayi a tampak lemah setelah muntah.
Keterangan :
X: Meninggal
Ibu bayi A mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit seperti yang bayi A alami. Namun, Ayah bayi A mengalami hipertensi.
6. Riwayat sosial
Selama bayi a sakit yang mengasuh adalah kedua orangtuanya juga bersama
neneknya. Sejak bayi a sakit ia semakin rewel, kebiasan lain : menghisap jari.
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : kompos mentis
TTV TD : 70/40mmhg
Nadi : 170x/mnt
Respirasi : 50x/mnt
Suhu :39oc
Palliative/Profokatif :
Region :
Depan Belakang
b. Kepala :
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi A, bentuk kepala normochepallus
dan simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan,
masih teraba pontanel,warna rambut hitam dengan struktur lurus dan lembab.
Wajah klien oval, konjungtiva merah mudah cerah, sklera putih kebiruan,
pupil hitam, bulat reguler dan sama ukurannya. Pada palpebra tidak terdapat
lesih, edema dan kemerahan,lipatan palpebra simetris, tidak ada kelambatan
penutupan palpebra dan dapat menutup sempurna, lama berkedip secara
involunter dan bilateral sampai 20x/menit. Lensa mata normal dan mata klien
belum melihat jelas. Hidung klien mancung, halus simetris, warna sama
dengan wajah, septum dekat dengan garis tengah. Gigi belum tumbuh. Telinga
sejajar, simetris, titik atas perlekatan lurus dengan kantus lateral/sudut mata,
warna sama dengan wajah, halus, tanpa lesi dan nyeri tekan. Mukosa bibir
tampak kering
c. Leher
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid, dan tidak terdapat
pembesaran vena jugularis.
d. Dada
Bentuk dada simetris. Palpasi pulmo fremitus ka/ki tidak teraba, perkusi
sonor/resonansi, auskultasi vesikuler ka/ki. Palpasi cor ictus cordis tampak
saat inspeksi jantung, perkusi didapatkan bunyi redup di Ics3-5 yang
menandakan batas jantung. Auskultasi bunyi jantung I (SI), II (SII), III (SIII)
normal (bunyi lup dup).
e. Abdomen
A. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-
sumber informasi
PASCA BEDAH
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan & kriteria
No Intervensi Rasionalisasi
keperawatan hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui
berhubunga tindakan komprehensif sifat dan
n dengan keperawatan pada termasuk(lokasi,karakt tingkat nyeri
agen injuri bayi A selama eristik,du- sehingga
fisik 3x24 jam klien rasi,frekuensi.kualitas) memudahkan
menunjukkan rasa dalam member
nyeri berkurang tindakan
dengan kriteria 2. Lingkungan di
hasil : 2. Lakukan pengntrolan sekitar klien
1. Wajah klien lingkungan sekitar dapat
tampak rileks pasien (suhu mempengaruhi
dan tidak ruangan,cahaya dan respon klien
rewel kebisingan) terhadap nyeri
2. TTV 3. Analgetik
TD: 3. Kolaborasi dengan dapat
85/54mmHg dokter untuk mengatasi
Nadi: pemberian analgetik nyeri langsung
160x/menit pada aksi
RR: sentralnya dan
40x/menit membantu
memblok jaras
nyeri
2. Risiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala 1. Pengkajian
infeksi tindakan infeksi(kemerahan,pan tanda & gejala
berhubunga keperawatan pada as,nye-ri,tumor & infeksi yang
n dengan bayi A selama fungsiolesa) tepat dapat
tindakan 3x24 jam klien mengetahui
infasive menunjukkan secara dini dan
tanda infeksi mencegah
berkurang dengan terjadinya
kriteria hasil : infeksi yang
1. TTV: berlanjut
TD: 2. Kaji temperature klien 2. Mengidentifika
85/54mmHg tiap 4 jam si indikasi
Nadi: kemajuan dan
160x/menit penyimpangan
RR: dari hasil yang
40x/menit diharapkan
Suhu : 370C 3. Teknik steril
2. WBC : 3. Rawat luka dengan untuk
11.103/µL teknik steril pencegahan
3. Kemerahan pemindahan
pada kulit kuman
hilang 4.
4. Oedema 4. Kolaborasi dengan a. antibiotika
berkurang pada dokter dan ahli gizi untuk
perut a. Dokter : dalam menghambat
pemberian dan
antibiotika membunuh
b. Ahli gizi : diet kuman
TETP pathogen
b. diet TETP
untuk
meningkatka
n ketahanan
tubuh dan
mempercepa
t
pertumbuhan
jaringan
3. Kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji TTV klien. 1. Mengetahui
volume tindakan keadaan umum
cairan keperawatan pada klien dan
berhubunga bayi A selama 3 mengidentifikasi
n dengan X 24 jam klien adanya
kehilangan menunjukan penyimpangan
volume status hidrasi pada respon
cairan aktif dalam keadaan tubuh.
normal dengan 2. Pantau warna, 2. Menilai status
kriteria hasil : jumlah, frekuensi kehilangan
1. bayi A kehilangan cairan. cairan.
tidak 3. Timbang BB klien dan 3. Mengetahui
muntah pantau kemajuannya. pertambahan atau
2. Membran penurunan BB
mukosa klien dan
tampak mengetahui status
lem bab gizi klien.
3. TD : 4. Kolaborasi dengan 4. Mempertahankan
85/54mmHg dokter dalam perfusi jaringan
Suhu : 370C pemberian cairan IV adekuat atau
Nadi: dan elektrolit. fungsi organ.
160x/menit
Suhu : 37oC
HCT:40%