Sunteți pe pagina 1din 29

LAPORAN

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Hirscsprung adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum
atau bagian rektosigmoid colon. dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltic serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily &
Sowden : 2000 ). Kondisi merupakan kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonates, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berta lahir 3 kg,
lebih banyak laki-laki daripada perempuan. ( Aref mansjoeer, 2000 )

B. Etiologi
Penyebab hirschprung atau mega colon itu sendiri belum diketahui tetapi diduga
terjadi karena factor genetic dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down
syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson)
Gejala penyakit Hirschprung adalah obstruksi usus letak rendah dan penyakit dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:
1. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan
evakuasi meconium. keterlambatan evakuasi meconium diiukuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi
2. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi
abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur
merupakan tanda yang khas. bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare. berbau busuk yang dapat berdarah. (Nelson)
3. Anak-anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distensi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
4. Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi )

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia darah : pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya
dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan
dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan
cairan dan elektrolit.
b. Darah rutin : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematocrit dan platelet
preoperatiof.
c. profil koagulasi : pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen dapat menunjukkan adanya loop usus yang distensi dengan
adanya udara dalam rectum
b. barium enema
3. Biopsi
Biopsi rectumuntuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan. Berupa
kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal. tindakan ini
dimaksudkan untuk menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
sebagai salah satu komplikasi yang berbahaya.
4. Tindakan bedah definitive
a. Prosedur Swenson
Orvar Swenson dan Bill (1984) adalah yang mula-mula memperkenalkan operasi
Tarik terobos (pull-through) sebagai tindakan bedah definitive pada penyakit
hirschprung. pada dasarnya, operasi yang dilakukan adalah rektosigmoidektomi
dengan preservasi spinkter ani. Dengan meninggalkan 2-3 cm rectum distal dari
linea dentate, sebenarnya adalah meninggalkan daerah aganglionik, sehingga
dalam pengamatan pasca operasi masih sering dijumpai spasme rectum yang
ditinggalkan. Oleh sebab itu Swenson memperbaiki metode operasinya (tahun
!(^$) dengan melakukan spinkterektomi posterior, yaitu dengan hanya
menyisakan 2 cm rectum bagiana anterior dan 0,5-1 cm rectum posterior
b. Prosedur Duhamel
Prosedur ini diperkenalkan Duhamel tahun 1956 untuk menagatasi kesulitan
diseksi pelvik pada prosedur Swenson. Prinsip dasar prosedur ini adalah menarik
kolon proksimal yang ganglionic kea rah anal melalui bagian posterior rectum
yang aganglionik, menyatukan dinding posterior rectum yang aganglionik,
kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionic sehingga membentuk
rongga yang baru dengan anastomose and to side
c. Prosedur Soave
d. Prosedur ini sebenarnya pertama kali diperkenalkan Rehbein tahun 1959 untuk
tindakan bedah pada malformasi anorektal letak tinggi. Namun oleh Soave tahun
1966 diperkenalkan untuk tindakan bedah definitive hirschprung. Tujuan utama
dari prosedur Soave ini adalah membuang mukosa rectum yang aganglionikmm,
kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionic masuk kedalam
lumen rectum yang telah dikupas tersebut.
e. Prosedur Rehbein
Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan
anastomose end to end anatar usus aganglionik dengan rectum pada level otot
levator ani (2-3 cm diatas anal verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang
dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal. pasca operasi, sangat penting
melakukan businasi secara rutin guna mencegah stenosis

D. Masalah yang lazim muncul


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d saluran pencernaan mual
dan muntah
2. Konstipasi b.d obstruksi ketidak mampuan kolon mengevakuasi feses
3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah, ketidakmampuan absorbs air
oleh intestinal
4. Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen (refluk peristaltic)
5. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (obstruksi parsial pada dinding usus)
6. Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana pembedahan

E. Discharge Planning
1. Pelajari adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
2. Selalu menjaga ikatan orang tua dengan anak agar perkembangannya tidak terganggu
dengan bertanya kepada tenaga ahli jika tidak mengerti
3. Konsultasikan kembali dengan dokter tentang intervensi medis (pembedahan)
4. Pelajari perawatan colostomy setelah rencana pulang
5. Konsultasikan diet makanan yang harus dijalani
F. Patofisiologi

Kegagalan sel neural Sel ganglion pada kolon tidak


pada masa embrio ada / sangat sedikit
dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio
kaudal pada myentrik
Control kontraksi dan
dan sub mukosa
relaksasi peristaltic abnormal
dinding plexus

Peristaltic tidak
Springter rectum
sempurna
tidak dapat
relaksasi

Obstruksi parsial
Akumulasi benda padat, gas,
Feses tidak mampu
cair
melewati spinkter
Refluk peristaltik ani

Obstruksi dikolon
Pelebaran kolon
(mega kolon)

Mual dan muntah Perasaan penuh

Resiko kekurangan Ketidakseimbangan nutrisi


volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan rasa Intervensi pembedahan Gangguan defekasi


nyaman Nyeri

Ansietas Kurangnya informasi Konstipasi


DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, hardi. 2015. “Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis

& NANDA NIC-NOC” Edisi Revisi, jilid 2. Jogjakarta: MediaAction

Publishing

Swearingan, Pamela. L (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Https://www.scribd.com/doc/94316280/Askep-Pada-Anak-Dengan-Penyakit-Megacolon
ASUHAN KEPERAWATAN

TEORI

A. Pengkajian

Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.

1. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya
klien mengatasi masalah tersebut.

3. Riwayat kesehatan masa lalu


Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan
dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.

4. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.

5. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah
diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.

6. Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.

7. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.Riwayat tumbuh kembang

8. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
2) Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
3) Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
4) Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
5) Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.

B. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi

1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Post operasi

1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan


2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.

C. Intervensi Keperawatan
Preoperasi
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan eliminasi BAB : 1. Monitor cairan yang Rasional : Mengetahui
obstipasi berhubungan keluar dari warna dan konsistensi feses
dengan spastis usus dan kolostomi. dan menentukan rencana
tidak adanya daya dorong. selanjutnya
Rasional : Jumlah cairan
Tujuan : klien tidak 1. Pantau jumlah
yang keluar dapat
mengalami ganggguan cairan kolostomi.
dipertimbangkan untuk
eliminasi dengan kriteria
penggantian cairan
defekasi normal, tidak
2. Pantau pengaruh Rasional : Untuk
distensi abdomen.
diet terhadap pola mengetahui diet yang

defekasi. mempengaruhi pola


defekasi terganggu.
Gangguan nutrisi kurang 1. Berikan nutrisi Rasional : Memenuhi
dari kebutuhan tubuh parenteral sesuai kebutuhan nutrisi dan cairan
berhubungan dengan intake kebutuhan
yang inadekuat.

2. Pantau pemasukan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi Rasional : Mengetahui
makanan selama
terpenuhi dengan kriteria keseimbangan nutrisi sesuai
perawatan.
dapat mentoleransi diet kebutuhan 1300-3400 kalori
sesuai kebutuhan secara
Rasional : Untuk
parenteal atau per oral.
3. Pantau atau timbang mengetahui perubahan berat
berat badan. badan

Kekurangan cairan tubuh 1. Monitor tanda-tanda


Rasional : Mengetahui
berhubungan muntah dan dehidrasi.
kondisi dan menentukan
diare.
langkah selanjutnya

Tujuan : Kebutuhan cairan 2. Monitor cairan yang


Rasional : Untuk
tubuh terpenuhi dengan masuk dan keluar.
mengetahui keseimbangan
kriteria tidak mengalami
cairan tubuh
dehidrasi, turgor kulit
normal. Rasional : Mencegah
3. Berikan caiaran
terjadinya dehidrasi
sesuai kebutuhan
dan yang
diprograrmkan.

Gangguan rasa nyaman 1. Kaji terhadap tanda Rasional : Mengetahui


berhubungan dengan nyeri. tingkat nyeri dan
adanya distensi abdomen. menentukan langkah
selanjutnya
Tujuan : Kebutuhan rasa 2. Berikan tindakan
Rasional : Upaya dengan
nyaman terpenuhi dengan kenyamanan :
distraksi dapat mengurangi
kriteria tenang, tidak menggendong, suara
rasa nyeri
menangis, tidak mengalami halus, ketenangan.
gangguan pola tidur.

3. Kolaborsi dengan Rasional : Mengurangi


dokter pemberian persepsi terhadap nyeri
obat analgesik yamg kerjanya pada sistem
sesuai program. saraf pusat

Post operasi
Diagnosa Intervensi Rasional
Gangguan integritas kulit 1. kaji insisi pembedahan,
b/d kolostomi dan bengkak dan drainage.
perbaikan pembedahan 2. Berikan perawatan kulit
untuk mencegah
Tujuan :memberikan
kerusakan kulit.
perawatan perbaikan kulit
3. Oleskan krim jika perlu.
setelah dilakukan operasi

Nyeri b/d insisi 1. Observasi dan monitoring Rasional : Mengetahui


pembedahan tanda skala nyeri. tingkat nyeri dan
menentukan langkah
Tujuan :Kebutuhan rasa
selanjutnya
nyaman terpenuhi dengan
2. Lakukan teknik Rasional : Upaya
kriteria tenang, tidak
pengurangan nyeri seperti dengan distraksi dapat
menangis, tidak mengalami
teknik pijat punggung mengurangi rasa nyeri
gangguan pola tidur. dansentuhan.

3. Kolaborasi dalam Rasional : Mengurangi


pemberian analgetik persepsi terhadap
apabila dimungkinkan. nyeri yamg kerjanya
pada sistem saraf
pusat

Kurangnya pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahuan


b/d kebutuhan irigasi, tentang kondisi yang
pembedahan dan dialami perawatan di
perawatan kolostomi. rumah dan pengobatan.
2. Ajarkan pada orang tua
Tujuan : pengetahuan
untuk mengekspresikan
keluarga pasien tentang
perasaan, kecemasan dan
cara menangani kebutuhan
perhatian tentang irigasi
irigasi, pembedahan dan
rectal dan perawatan
perawatan kolostomi
ostomi.
tambah adekuat.
3. Jelaskan perbaikan
pembedahan dan proses
kesembuhan.
4. Ajarkan pada anak dengan
membuat gambar-gambar
sebagai ilustrasi misalnya
bagaimana dilakukan
irigasi dan kolostomi.
5. Ajarkan perawatan ostomi
segera setelah
pembedahan dan lakukan
supervisi saat orang tua
melakukan perawatan
ostomi.

D. Evaluasi

Pre operasi Hirschsprung

1. Pola eliminasi berfungsi normal


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi

Post operasi Hirschsprung

1. Integritas kulit lebih baik


2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Bayi a umur 2 minggu dibawah oleh orang tuanya ke rs respati pada tanggal 3 januari
2011 dengan keluhan perut kembung, muntah terus – menerus, membran mukosa tampak
kering, rewel, konstipasi selama 1 minggu dengan riwayat terlambat mengeluarkan
mekonium selama 2 hari setelah lahir lalu dilakukan pemeriksaan colon inloop hasil short
segmen kesan megakolon hirschprung selanjutnya dilakukan tindakan colostomi sementara
di daerah sigmoid.

A. Pengkajian
1. Identitas data
Pasien
Nama : bayi a
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : janti,jl.adisucipto 56, yogyakarta
Diagnosa medis : megakolon hirschprung.

Penanggung jawab
Nama : tn.d
Agama : islam
Pendidikan : smp
Pekerjaan : petani
Alamat : janti,jl.adisucipto 56, yogyakarta
Hubungan dengan klien : orangtua

2. Keluhan utama
Perut kembung
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Munculnya keluhan
Bayi a mengalami perut kembung, muntah terus-menerus, rewel, konstipasi
dan tidak mengeluarkan tinja i selama 2 hari setelah lahir tepatnya pada
tanggal 21 desember 2010 dan menurut ibunya bayi a selalu muntah ketika
meminum asi.
b. Karakteristik
Menurut ibunya bayi a setiapkali diberi asi selalu muntah dan perut menjadi
kembung dan kejadian ini terus-menerus dengan muntah yang berat,
konstipasi selama 1 minggu.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Menurut ibunya bayi a mengalami muntah yg hebat secara tiba-tiba dan terus-
menerus terutama bila diberi asi.perkembangan bayi a tetap tidak mengalami
perubahan,namun bayi a tampak lemah setelah muntah.

4. Riwayat masa lampau


a. Prenatal
Ibu klien mengatakan saat mengandung bayi A sekitar usia 5 bulan ibu
tersebut mengalami penyakit malaria vivax selama 1 minggu dan ibu bayi A
mengatakan selama hamil ia sering mengontrol kehamilannya di POLINDES.
Namun, selama kehamilannya ibu klien mengatakan jarang mengkonsumsi
makanan yang bergizi, selama kehamilan ibu klien hanya makan 2 kali sehari.
b. Natal
Pada saat persalinan di rumah sakit Respati ibu klien tidak bisa menjalani
persalinan dengan normal sehingga dilakukan operasi caesar
c. Postnatal
Ibunya bayi A menjalani persalinan ini berjalan dengan lancar dan selamat,
dengan BBL bayi A 3,5 kg, PBL : 75 cm.
Namun setelah kelahiran bayi A tampak anomaly kongenital.
d. Allergi : bayi A tidak pernah menderita asma, eczema, reaksi yang tidak biasa
terhadap makanan, binatang, tanaman atau produk rumah tangga
e. Imunisasi : bayi A belum pernah diimunisasi
5. Riwayat keluarga

Keterangan :

: Wanita : Garis keturunan

: Pria : Garis pernikahan

: Bayi.A : Tinggal serumah

X: Meninggal

Ibu bayi A mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit seperti yang bayi A alami. Namun, Ayah bayi A mengalami hipertensi.
6. Riwayat sosial
Selama bayi a sakit yang mengasuh adalah kedua orangtuanya juga bersama
neneknya. Sejak bayi a sakit ia semakin rewel, kebiasan lain : menghisap jari.

7. Keadaan kesehatan saat ini


a. Diagnosa medis : penyakit hirschprung
b. Tindakan operasi : kolostomi
c. Obat-obatan :
Cefotaksim, metronidazole, antrain.
d. Tindakan keperawatan
Perawatan kolostomi, pemasangan infus, pendkes pada orang tua pasien,
pemasangan ngt.
e. Hasil laboratorium
f. Hasil rontgen : diagnosis dengan foto rontgen pada penyakit hirshprung
didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang
melebar normal dan kolon distal tersumbat dengan diameter yang lebih kecil
karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi.
g. Data tambahan

8. Pengkajian pola fungsional menurut gordon


a. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
Menurut ibu klien status kesehatan bayi a sejak lahir kurang baik, bayi.a
setelah 2 hari kelahirannya tidak bisa mengeluarkan tinja, ketika diberi asi
bayi.a muntah terus-menerus,perut bayi a tampak kembung, klien juga demam
selama 3 hari.
Melihat keadaan bayi a seperti ini ibu klien membawa bayi a ke polindes
untuk pemeriksaan kesehatan.
b. Nutrisi – pola metabolic
Ibu klien mengatakan pada saat diberi asi kekuatan menghisap asi melemah
dan bila diberi asi bayi a muntah terus-menerus.oleh karena bayi a muntah
terus-menerus maka, ibu bayi a menghentikan pemberian asi dan
menggantinya dengan pemberian air gula.
c. Pola eliminasi
1. Pola defekasi
Menurut ibu klien, bayi a mengalami kesulitan dalam mengeluarkan tinja
pertama 2 hari setelah lahir dan saat mengeluarkan tinja konsistensinya
cair, warnanya hitam bercampur lendir, berbau busuk dan jumlahnya
sedikit.
2. Pola eliminasi urin
Menurut ibu klien, dalam sehari bisa mengganti popok sebanyak 5
kali,bayi a sering ngompol dengan bau dan warna yang khas urin.
d. Aktivitas – pola latihan
Bayi a biasa dimandikan oleh ibunya dengan menggunakan waslap basah dan
diganti pakaian yang bersih dan nyaman
e. Pola istirahat – tidur
Menurut ibu klien anaknya dalam sehari tidur 8 jam dengan posisi tidur
menyamping.
f. Pola kognitif – persepsi
Ibu klien mengatakan bila bayi a sakit,lapar, ngompol bayi a memberi tanda
dengan menangis yang lama.
g. Persepsi diri – pola konsep diri
Orang tua
Persepsi diri sebagai orang tua
Orangtua klien sangat mengkwatirkan keadaan anaknya oleh karena itu
mereka membawa ke rumah sakit. Orangtua klien mengatakan bahwa
kesehatan merupakan suatu hal yang penting dan harus dipelihara.
h. Pola peran – hubungan
Orangtua bayi a mengatakan mereka sangat menyayangi anaknya dan bayi a
sangat dekat dengan ibunya. Bila ibunya meninggalkan anaknya pada ayahnya
untuk masak bayi a menangis mencari ibunya.
i. Sexualitas
Bayi a berjenis kelamin laki – laki. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada
genitalia tidak terdapat kelainan epispadia maupun hipospadia.
j. Koping – pola toleransi stress
Berdasarkan anamnesa,orangtua klien mengatakan setiap kali mengatasi stress
yaitu memilih koping dengan cara cerita kepada keluarganya karena dengan
bercerita dapat mengurangi beban stress terhadap masalah yang muncul.
k. Nilai – pola keyakinan
Orangtua klien menganut nilai budaya jawa dan keyakinan terhadap agama
islam.orangtua klien meyakini bahwa anaknya dapat sembuh karena ia
berharap dan percaya pada kuasa allah.

9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : kompos mentis
TTV TD : 70/40mmhg
Nadi : 170x/mnt
Respirasi : 50x/mnt
Suhu :39oc

Palliative/Profokatif :

Quality : hilang timbul terus menerus

Region :

Depan Belakang

b. Kepala :
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi A, bentuk kepala normochepallus
dan simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan,
masih teraba pontanel,warna rambut hitam dengan struktur lurus dan lembab.
Wajah klien oval, konjungtiva merah mudah cerah, sklera putih kebiruan,
pupil hitam, bulat reguler dan sama ukurannya. Pada palpebra tidak terdapat
lesih, edema dan kemerahan,lipatan palpebra simetris, tidak ada kelambatan
penutupan palpebra dan dapat menutup sempurna, lama berkedip secara
involunter dan bilateral sampai 20x/menit. Lensa mata normal dan mata klien
belum melihat jelas. Hidung klien mancung, halus simetris, warna sama
dengan wajah, septum dekat dengan garis tengah. Gigi belum tumbuh. Telinga
sejajar, simetris, titik atas perlekatan lurus dengan kantus lateral/sudut mata,
warna sama dengan wajah, halus, tanpa lesi dan nyeri tekan. Mukosa bibir
tampak kering
c. Leher
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid, dan tidak terdapat
pembesaran vena jugularis.
d. Dada
Bentuk dada simetris. Palpasi pulmo fremitus ka/ki tidak teraba, perkusi
sonor/resonansi, auskultasi vesikuler ka/ki. Palpasi cor ictus cordis tampak
saat inspeksi jantung, perkusi didapatkan bunyi redup di Ics3-5 yang
menandakan batas jantung. Auskultasi bunyi jantung I (SI), II (SII), III (SIII)
normal (bunyi lup dup).

e. Abdomen

Abdomen nampak kembung, mengkilat, saat dilakukan auskultasi terdengar


bunyi metallic. Ada nyeri tekan di kuadran kiri bawah, perkusi hipertimpani.

f. Ektremitas (atas dan bawah)


kekuatan otot ka/ki :Tampak lemah bila gerak, capilary refile menunjukkan
kambali dalam 2 detik.

10. Terapi Medis


Bayi A mendapat terapi cairan infuse ringer laktat(RL),bayi A juga mendapatkan
terapi obat-obatan seperti :Cefotaksim, metronidazole, antrain.
ANALISA DATA

Nama klien : bayi A No.Register : 656107


Umur : 2 minggu Diagnosa Medis : Hircsprung
Ruang rawat : Melati IV Alamat : Janti,Jl.Adisucipto 56

TANGGAL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

31/12/2010 DS : - Kehilangan Kekurangan Volume


09:00 WIB DO : volume cairan Cairan
 Bayi A muntah aktif
terus menerus
 Membran mukosa
tampak kering
 bayi A tampak
lemah
 TD :70/40 mmHg
Nadi:170x/menit
Suhu : 39oC
HCT:45%

31/12/2010 DS : Muntah. Ketidakseimbangan


09:00 WIB  Ibu klien nutrisi kurang dari
mengatakan bayi A kebutuhan tubuh
ketika diberi ASI
reflex menghisap
tampak lemah
DO :
 Konjungtiva dan
membran mucus
tampak pucat
 Bayi A muntah bila
diberi ASI

31/12/2010 DS : kurangnya Kurang pengetahuan


09:00 WIB  Orangtua klien pemahaman
mengatakan bahwa terhadap
mereka tidak sumber-sumber
mengetahui informasi
perawatan
kolostomi yang
tepat dan benar
 Orangtua klien
mengatakan bahwa
mereka tidak biasa
mendengar/tidak
familiar dengan
masalah kesehatan
yang anak mereka
alami sehingga
mereka juga tidak
mengetahui
penyebab penyakit
tersebut
 Orangtua klien
mengatakan bahwa
mereka tidak
mengetahui tanda
dan gejala penyakit
yang dialami oleh
anak mereka
DO :
 Orangtua klien
tampak bingung
31/12/2010 DS : - agen injuri fisik Nyeri akut
09:00 WIB DO :
 TD :70/40 mmHg
 Nadi:170x/menit
 RR : 50x/menit
 Wajah tampak
tegang
 Bayi A menangis
bila perut di tekan

31/12/2010 DS : - tindakan Risiko infeksi


09:00 WIB DO : infasive
 WBC :14.8103/µL
 Suhu : 390C
 Kulit tampak
kemerahan
 Terdapat oedema
pada perut

A. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-
sumber informasi

B. Diagnosa yang mungkin Muncul


PRA BEDAH :
a. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber-
sumber informasi

PASCA BEDAH

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


b. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive

C. Intervensi
Diagnosa Tujuan & kriteria
No Intervensi Rasionalisasi
keperawatan hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui
berhubunga tindakan komprehensif sifat dan
n dengan keperawatan pada termasuk(lokasi,karakt tingkat nyeri
agen injuri bayi A selama eristik,du- sehingga
fisik 3x24 jam klien rasi,frekuensi.kualitas) memudahkan
menunjukkan rasa dalam member
nyeri berkurang tindakan
dengan kriteria 2. Lingkungan di
hasil : 2. Lakukan pengntrolan sekitar klien
1. Wajah klien lingkungan sekitar dapat
tampak rileks pasien (suhu mempengaruhi
dan tidak ruangan,cahaya dan respon klien
rewel kebisingan) terhadap nyeri
2. TTV 3. Analgetik
TD: 3. Kolaborasi dengan dapat
85/54mmHg dokter untuk mengatasi
Nadi: pemberian analgetik nyeri langsung
160x/menit pada aksi
RR: sentralnya dan
40x/menit membantu
memblok jaras
nyeri
2. Risiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan gejala 1. Pengkajian
infeksi tindakan infeksi(kemerahan,pan tanda & gejala
berhubunga keperawatan pada as,nye-ri,tumor & infeksi yang
n dengan bayi A selama fungsiolesa) tepat dapat
tindakan 3x24 jam klien mengetahui
infasive menunjukkan secara dini dan
tanda infeksi mencegah
berkurang dengan terjadinya
kriteria hasil : infeksi yang
1. TTV: berlanjut
TD: 2. Kaji temperature klien 2. Mengidentifika
85/54mmHg tiap 4 jam si indikasi
Nadi: kemajuan dan
160x/menit penyimpangan
RR: dari hasil yang
40x/menit diharapkan
Suhu : 370C 3. Teknik steril
2. WBC : 3. Rawat luka dengan untuk
11.103/µL teknik steril pencegahan
3. Kemerahan pemindahan
pada kulit kuman
hilang 4.
4. Oedema 4. Kolaborasi dengan a. antibiotika
berkurang pada dokter dan ahli gizi untuk
perut a. Dokter : dalam menghambat
pemberian dan
antibiotika membunuh
b. Ahli gizi : diet kuman
TETP pathogen
b. diet TETP
untuk
meningkatka
n ketahanan
tubuh dan
mempercepa
t
pertumbuhan
jaringan
3. Kekurangan Setelah dilakukan 1. Kaji TTV klien. 1. Mengetahui
volume tindakan keadaan umum
cairan keperawatan pada klien dan
berhubunga bayi A selama 3 mengidentifikasi
n dengan X 24 jam klien adanya
kehilangan menunjukan penyimpangan
volume status hidrasi pada respon
cairan aktif dalam keadaan tubuh.
normal dengan 2. Pantau warna, 2. Menilai status
kriteria hasil : jumlah, frekuensi kehilangan
1. bayi A kehilangan cairan. cairan.
tidak 3. Timbang BB klien dan 3. Mengetahui
muntah pantau kemajuannya. pertambahan atau
2. Membran penurunan BB
mukosa klien dan
tampak mengetahui status
lem bab gizi klien.
3. TD : 4. Kolaborasi dengan 4. Mempertahankan
85/54mmHg dokter dalam perfusi jaringan
Suhu : 370C pemberian cairan IV adekuat atau
Nadi: dan elektrolit. fungsi organ.
160x/menit
Suhu : 37oC
HCT:40%

4. Ketidakseim Setelah dilakukan 1. Kaji nutrisi dengan 1. Mengidentifikasi


bangan tindakan seksama kekurangan/
nutrisi keperawatan pada kebutuhan nutrisi.
kurang dari bayi A selama 2. Memenuhi
kebutuhan 3x24 jam klien 2. Anjurkan ibu untuk kebutuhan nutrisi.
tubuh menunjukan memberikan ASI 3. Kembalinya fun
berhungan status nutrisi gsi usus
dengan terpenuhi dengan 3. Auskultasi bising usus menunjukkan
muntah kriteria hasil : kesiapan untuk
1. Bayi A tidak memulai makan
muntah lagi lagi.
2. Refleks hisap 4. Memenuhi
kembali kebutuhan nutrisi.
4. Kolaborasi dengan ahli
normal atau
gizi dan dokter dalam
kuat
pemberian makan dan
3. Bising usus
pemasangan NGT
12x/mnt

5. Kurang Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Memberikan


pengetahuan tindakan tentang penyakit dasar
behubungan keperawatan pada Hirsprung pengetahuan
dengan orangtua bayi A sehingga dapat
kurangnya selama 3x24 jam memahami
pemahaman Orangtua klien penyakit
terhadap memahami Hirschprung
sumber- penyakit yang 2. Diskusikan tanda 2. Evaluasi cepat
sumber anaknya alami dan gejala penyakit dan intervensi
informasi dengan kriteria Hirschprung terhadap
hasil : terjadinya
1. Orangtua Hirschprung
klien tidak menurunkan
bingung resiko lebih
2. Mampu serius seperti
menjelask muntah
an tanda 3. Berikan informasi 3. Berat
dan gejala yang tepat dengan ringannya
serta keadaan individu keadaan,penye
penyebab bab,usia,dan
penyakit komplikasi
Hirschpru yang muncul
ng akan
3. Mampu menentukan
melakuka tindakan
n pengobatan
perawatan 4. Bantu membuat 4. Memungkinka
kolostomi rencana memenuhi n ke rumah
dengan kebutuhan individu sementara
teknik setelah pulang tetap
steril memberikan
dukungan yang
diperlukan
selama periode
penyembuhan/
perbaikan

S-ar putea să vă placă și