Sunteți pe pagina 1din 7

ANALISIS CURAH HUJAN DI JAKARTA PADA TANGGAL

20 FEBRUARI 2017

Tugas Mata Kuliah Analisis Perubahan Iklim Lanjut

Aulia Nisa’ul Khoir (21.13.0006)


M Agvi Septiarno Rahman (21.13.0018)
Muhammad Sudirman (21.13.0022)
Nimrot Adipapa Sipa (24.17.0002)
Selvia Tohatta (24.17.0003)

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


TANGERANG SELATAN
2017
1. Pendahuluan
Pada tanggal 20 Februari 2017, tercatat curah hujan sebesar 179,7 mm dalam satu hari
di Stasiun Meteorologi Kemayoran. Hujan deras ini mengguyur wilayah Jabodetabek dan
menyebabkan sejumlah wilayah terendam banjir. Tidak kunjung berhenti, hujan juga masih
mengguyur Jakarta hingga pagi pada hari berikutnya. Menurut sumber yang dilaporkan di
beberapa media massa, menyebutkan bahwa setidaknya 54 wilayah di Ibu Kota yaitu di Jakarta
Selatan (11 titik), Jakarta Timur (29 titik), dan Jakarta Utara (14 titik) terendam banjir dan
genangan, ribuan rumah dan jalan terendam banjir. Selanjutya penulis akan mencoba
menganalisis apakah dengan menggunakan data Reanalysis yang di dapat dari ITACS dan
berbagai sumber lain sebagai pendukung analisis sudah dapat menjelaskan atau belum kejadian
curah hujan lebat yang terjadi di Jakarta.
2. Data
Data hujan yaitu data observasi yang tercatat di Stasiun Metorologi Kemayoran, yaitu
curah hujan harian sebesar 179,7 mm.
3. Analisis
Analisis untuk mengetahui faktor yang memengaruhi curah hujan tinggi di Stasiun
Meteorologi Kemayoran adalah dengan melihat data pendukung seperti data Reanalysis dari
ITACS dan citra satelit, yang dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilihat dari kondisi global
dan kondisi regionalnya. Dengan menggunakan metode tersebut akan ditarik kesimpulan
faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya hujan lebat pada saat itu.
3.1 Analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Nilai OLR pada wilayah Jakarta yang terlihat pada gambar rata-rata OLR pada
20 Februari 2017 menunjukkan nilai yang sangat rendah, yaitu kurang dari 160 W/m²
(Gambar 1). Nilai OLR menunjukkan semakin rendah nilai OLR semakin tebal tutupan
awan di wilayah tersebut. Nilai yang rendah ini menunjukkan pada saat itu tutupan awan
di wilayah Jakarta banyak. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Banyaknya tutupan awan pada saat itu sejalan dengan data jumlah curah hujan yang
merata yang tercatat di Stasiun Meteorologi Kemayoran. Menurut rata-rata OLR-nya,
nilai 160 W/m² merupakan nilai yang cukup rendah, sehingga bisa kita katakan bahwa
tutupan awan cenderung lebih tebal dibanding dengan biasanya.
3.2 Madden Julian Oscilator (MJO)
Pada periode dimana hujan lebat terjadi, pergerakan MJO seperti yang kita bisa
lihat pada gambar (Gambar 2) berada pada kuadran 2. Hal tersebut menandakan MJO
tidak berkontribusi pada pembentukan awan-awan hujan, karena seperti yang kita ketahui
bahwa MJO berperan pada pembentukan awan jika berada di kuadran 4 dan 5.
3.3 Sea Surface Temperature (SST)
Pada gambar rata-rata SST yang terlihat (Gambar 3), SST pada wilayah
perairan utara Jakarta pada 20 Februari 2017 berkisar 30.1-30.2°C. Kondisi suhu tersebut
cukup hangat untuk memberi pasokan uap air ke atmosfer sebagai faktor terbentuknya
awan yang berpotensi menimbulkan hujan lebat di wilayah Jakarta.
3.4 Angin gradien
Seperti yang terlihat pada gambar streamline (Gambar 4) ada tekanan rendah
di Samudra Hindia yaitu 1007 hpa dan 1008 hpa. Selain itu juga terjadi sirkulasi Eddy di
Laut Jawa menyebabkan timbulnya arus konvergensi serta belokan angin (shearline) di
wilayah Sumatra bagian selatan hingga Jawa bagian barat, termasuk wilayah Jakarta.
Belokan angin ini diindikasi menjadi pengaruh dominan dari pembentukan cuaca di
wilayah Jakarta pada hari kejadian hujan lebat.
3.5 Pertumbuhan konvektif
Berdasarkan citra satelit pada Gambar 5, terlihat bahwa awan konvektif yang
sudah matang bergerak dari barat daya wilayah Jakarta menuju wilayah Jakarta dan mulai
menutupi wilayah Jakarta dan sekitarnya pada malam hari yaitu 22 UTC. Terlihat pada
23 UTC sudah hampir seluruh wilayah Jakarta tertutup awan konvektif . Suhu puncak
terlihat sangat dingin hingga mencapai ± -100°C. Awan Cumulunimbus terpantau
menutupi wilayah Jakarta yang menyebabkan petir dan kilat muncul hingga dini hari.
Hujan lebat turun di wilayah Jakarta hingga dini hari serta atmosfer terpantau sangat
basah pada saat kejadian hujan lebat sehingga awan-awan hujan bisa berkembang dalam
waktu yang lama.
3.6 Surface Total Precipitation (ITACS)
Nilai precipitation pada wilayah Jakarta yang di tunjukan dari model ITACS
seperti pada gambar (gambar 6) menunjukkan nilai yang sangat rendah, yaitu hanya
21mm. Nilai tersebut jauh dari nilai observasi curah hujan yang di lakukan secara
langsung di Stasiun Meteorologi Kemayoran yang mencapai 179,7mm. hal ini
menunjukan bahwa data reanalysis yang diperoleh dari ITACS masih belum mampu
menunjukkan kejadian curah hujan lebat yang terjadi di Jakarta dengan baik, sehingga
masih diperlukan data pendukung lainnya untuk dapat menjelaskan kejadian ini dengan
lebih baik.

4. Kesimpulan
Analisis terhadap kejadian hujan lebat di Jakarta tidak bisa hanya dengan model dari
ITACS melainkan harus menggunakan beberapa data penunjang lainnya seperti analisis OLR,
SST, Streamline, MJO, dan citra satelit awan. Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan
bahwa hujan lebat yang terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta disebabkan oleh gangguan
cuaca global maupun regionalnya, seperti rendahnya nilainya OLR yang menandakan
banyaknya tutupan awan di wilayah Jakarta, sementara sirkulasi MJO yang berada di kuadran
2 tidak memberi dampak terhadap pembentukan awan, angin baratan ikut mempengaruhi
pembentukan awan-awan hujan; konvergensi dan juga shearline yang berada di sekitaran
Jakarta; dan juga hangatnya SST. Kemudian dari analisis citra satelit didapatkan awan
Cumulunimbus yang menyebabkan hujan lebat di wilayah Jakarta terbentuk mulai malam dan
terus berkembang hingga dini hari hingga hari berikutnya. Dari beberapa analisis tersebut, data
penunjang tersebut dapat digunakan sebagai cara untuk menjelaskan kejadian hujan lebat yang
terjadi di suatu tempat.
5. Referensi
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/21/09235601/hujan.deras.54.titik.di.jakarta.tere
ndam.banjir
http://www.bom.gov.au/australia/charts
http://extreme.kishou.go.jp/itacs5/
6. Lampiran

Gambar 1 Rata-rata OLR pada 20 Februari 2017

Gambar 2 Fase MJO 8 Feb – 19 Mar 2017


Gambar 3 Rata-rata SST 20 Feb 2017

Gambar 4 Streamline 20 Feb 2017


Gambar 5 Citra Himawari-8 21 UTC, 23 UTC2 20 Feb 2017 dan 1 UTC, 3 UTC 21 Feb
2017
Gambar 6 Surface Total Precipitation (ITACS)

S-ar putea să vă placă și