Sunteți pe pagina 1din 20

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan Utama
Pada pasien hernia, keluhan utamanya adalah benjolan yang timbul bergantung
padakeadaan isi hernia, ada tidaknya perlekatan maupun komplikasi yang telah terjadi
dan bila tonjolan ditekan akan terasa nyeri.
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
Ada benjolan pada perut atau isi perut keluar. Benjolan semakin terlihat bila tekanan
dalam rongga perut besar, biasanya benjolan tersebut semakin besar/terlihat jika
mengangkat beban berat, mengejan karena batuk atau buang air dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk.
Nyeri :
P : Pada pasien hernia akan terasa nyeri jika benjolan tertekan atau disentuh.
Q : Biasanya pada pasien hernia rasa nyeri terasa tajam seperti ditusuk-tusuk.
R : Nyeri hernia pada bagian tergantung dari letak hernia. Misalnya : daerah
lipatan paha, perut, diafragma, umbilical, dll.
S : Pada pasien hernia, biasanya retensitas/keparahannya sangat keras.
T : Pada pasien hernia terasa nyeri pada saat benjolan ditekan. Dan juga
saat beraktifitas serta mengejan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu .apabila
digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan Palpasi
- Inspeksi daerah inguinal dan femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus,
atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari
semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas
dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk
melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan
hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh
nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
- Palpasi hernia inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan
pemeriksa didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum
kedalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin
inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan
bantalan jari kedalam.
Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda
spermatika dilateral masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum
inguinal dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar
dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal
inguinal, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau
mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh
ujung atau bantalan jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring
terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan
yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan hernia
dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan
perlahan-lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri
hernia akan dibahas berikutnya.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari
telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari
telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan
lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman. Jika ada massa skrotum
berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek
mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk
menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna
untuk menegakkan dignosis hernia inguinal indirek.
b. Review of System
1. Keadaan Umum
Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan, konjungtiva
anemis.
2. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki, nadi, respirasi, temperatur yang merupakan tolak ukur dari
keadaan umum pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB
untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan
nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.
Pernafasan B1 (breath)
Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2,
tidak ada ronchi, whezing, stridor.
Kardiovaskuler B2 (blood)
TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada bunyi jantung tambahan, Penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi.
Persyarafan B3 (brain)
Nyeri pada daerah benjolan
Perkemihan B4 (bladder)
Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada skortum, tidak bisa
mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.
Pencernaan B5 (bowel)
- Pola makan rendah serat
- Keluhan mual, muntah dan abdomen distension
- Obesitas
- Kebiasaan mengejan saat BAB dan BAK
- Konstipasi
Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya benjolan
diselangkangan

B. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa pre-operasi

No Diagnosa Definisi Kriteria Mayor Kriteria Minor


Keperawatan
1. Gangguan rasa Sensori yang  Terfokus  Gelisah
nyaman nyeri tidak pada diri  Merintih
berhubungan menyenagkan sendiri  Menangis
dengan proses dan pengalaman  Diaphoresis waspada
penyakit emosional yang  Gerakan  Nafas
muncul secara melindungi panjang/
aktual atau  Tingkah berkeluh
potensial laku berhati- kesah
kerusakan hati
jaringan atau
menggambarkan
adanya
kerusakan.
(assosiasi studi
nyeri
Internasional)
2. Gangguan Intake nutrisi  Berat badan  Suara usus
Nutrisi kurang tidak cukup 20% atau hiperaktif
dari kebutuhan untuk keperluan lebih  Kurang
berhubungan metabolisme dibawah berminat
dengan tubuh. ideal terhadap
mual,muntah  Membran makanan
mukosa dan  Keengganan
konjungtiva untuk makan
pucat  Kehilangan
 Kelemahan BB
otot
3. Gangguan Ganggguan cara  Berfokus  Perilaku
konsep diri seseorang pada menghindar
berhubungan menerima penampilan  Perubahan
dengan adanya gambaran dirinya dimasa lalu dalam
benjolan  Rasa takut keterlibatan
terhadap sosial
penolakan  Trauma
 Putus asa terhadap
 Tidak bagian tubuh
mampu atau  Menutupi
tidak bagian tubuh.
berdaya
 Perasaan
negatif
tentang
tubuh
4. Gangguan Penurunan pada  Feses keras  Nyeri
eliminasi alvi frekuensi normal dan abdomen
berhubungan defekasi yang berbentuk  Anoreksia
dengan disertai oleh  Distensi  Nyeri saat
penurunan kesulitan atau abdomen defekasi
peristaltik usus pengeluaran  Perubahan  Perkusi
tidak lengkap pola abdomen
feses dan defekasi pekak
pengeluran feses
yang keras,
kering dan
banyak
5. Cemas Perasaan gelisah  Gelisah  Fokus pada
berhubungan yang tak jelas  Insomnia diri sendiri
dengan krisis dari  Resah  kekhawatiran
situasi (proses ketidaknyamanan  Ketakutan
penyakit, atau ketakutan  Sedih
pengobatan dan yang disertai
prosedur respon autonom
pembedahan) (sumber tidak
spesifik atau
tidak diketahui
oleh individu);
perasaan
keprihatinan
disebabkan dari
antisipasi
terhadap bahaya.
Sinyal ini
merupakan
peringatan
adanya ancaman
yang akan datang
dan
memungkinkan
individu untuk
mengambil
langkah untuk
menyetujui
terhadap
tindakan.

b. Diagnosa post-operasi

No Diagnosa Definisi Kriteria Mayor Kriteria Minor


Keperawatan
1. Deficit volume Penurunan  Penurunan  Kehilangan
cairan berhubungan cairan turgor kulit cairan aktif
dengan kehilangan intravaskuler.  Membran  Kegagalan
cairan secara aktif, Ini mengacu mukosa mekanisme
pembatasan pada dehidrasi, kering regulasi
pemasukan cairan kehilangan  Kulit kering
peroral caitran saja  Kelemahan
tanpa  Penurunan
perubahan pada tekanan nadi
natrium.
2. Resiko ketidak Keadaan ketika  Perubahan  Takipnea,
efektifan bersihan seorang dalam hiperventilasi
napas berhubungan individu frekuensi  Pernafasa
dengan mengalami atau pola sukar dan
kemampuan batuk kehilangan atau pernafasan berhati hati
menurun kesulitan untuk (dari nilai  Suara nafas
bernafas dasar) irreguler.
berhubungan  Perubahan
dengan pada nadi
kemapuan batu (frekuensi,
yang menurun. irama dan
kualitas)
3. Ketidakseimbangan Intake nutrisi  Berat badan  Suara usus
nutrisi kurang dari tidak cukup 20% atau hiperaktif
kebutuhan tubuh untuk lebih  Kurang
berhubungan keperluan dibawah berminat
dengan puasa metabolisme ideal terhadap
tubuh.  Membran makanan
mukosa dan  Keengganan
konjungtiva untuk makan
pucat  Kehilangan
 Kelemahan BB
otot
4. Resti infeksi b/d Mengalami  Kerusakan  Malnutrisi
adanya luka peningkatan integritas  Pemajanan
operasi, imunitas resiko kulit terhadap
tubuh menurun, terserang  Trauma patogen
prosedur invasive organisme jaringan lingkungan
patogenik  Imunosupresi meningkat
 Prosedur  Penurunan
invasif hemoglobin

C. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi pre operasi
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan askep 2x24 jam nyeri berkurang sampai hilang secara
bertahap.
Kriteria Hasil:
a. Klien melaporkan nyeri hilang, skala nyeri 0-1
b. Pasien tampak rileks
c. TTV normal (HR: 60-100 x/menit, RR:16–24 x/menit ,suhu:36-370C, TD: 80/120)
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat menjelaskan dan memberikan Untuk mengurangi rasa nyeri yang di
tindakan relaksasi pada pasien alami pasien
Mandiri:
1. Kaji lokasi nyeri, karakteristik dan Untuk melanjutkan intervensi secara
intensitas. tepat.
Untuk memonitor efektifitas pengobatan
dan kemajuan penyembuhan.
2. Beri posisi nyaman menurut klien, Mengurangi ketegangan abdomen.
semi fowler.
3. Anjurkan klien untuk mengurangi Aktivitas yang berlebihan akan
aktifitasnya. menambah tekanan pada abdomen
sehingga menambah nyeri
Observasi:
1. Observasi TTV (suhu, pernapasan, Sebagai tanda adanya penambahan nyeri
nadi,tekanan darah) dan infeksi.
Mengurangi ketegangan abdomen.
HE:
1. Ajarkan klien untuk melakukan Tehnik relaksasi dapat mengurangi
tehnik relaksasi: nafas dalam. ketegangan abdomen.

Kolaborasi dengan tim medik untuk Pemberian analgetik mengurangi nyeri.


pemberian therapi yang sesuai: analgetik.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia.


Tujuan : Setelah 3 x 4 jam pada pasien intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Kriteria hasil :
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
- Berat badan menjadi normal
- Hemoglobin : 12-14 gr% (wanita) dan 14-16 gr% (pria)
- Tekstur kulit baik
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat memberi tahu manfaat dan Pasien meyakini tindakan yang
tindakan yang akan dilakukan dilakukan perawat.
Mandiri:
1. Berikan makanan lunak atau cair Agar mudah ditelan oleh pasien
sesuai kondisi klien
2. Porsi makanan kecil tetapi sering Agar menambah nafsu makan pasien
3. Beri makanan tambahan diantara Untuk menambah nutrisi pasien dan
jam makan nafsu makan
4. Ciptakan lingkungan yang Agar nafsu makan pasien bertambah dan
menyenangkan menjelang jam kenyamanan saat makan
makan
Observasi:
Timbang berat badan dua hari sekali Untuk mengetahui perkembangan
pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
HE:
Ajarkan pasien untuk makan secara Agar nutrisi tetap terpenuhi dalam batas
teratur meski dalam porsi kecil normal
Kolaborasi:
pemberian ruborantia bila diperlukan Untuk menambah nutrisi pasien dan
nafsu makan
Kolaborasi dengan ahli gizi Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah
mencukupi atau tidak

Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya benjolan


Tujuan: dalam waktu 3x24 jam percaya diri pada pasien mulai tumbuh kembali
dan memiliki gambaran diri yang positif kembali
Kriteria Hasil:
- Klien menyenangi kembali tubuhnya
- Klien dapat melakukan koping positiv
- Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan sosial sehari-hari
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat dapat memberitahu manfaat Pasien yakin kepada perawat terhadap
dan tindakan apa yang dapat dilakukan tindakan yang kan dilakukan.
untuk menambah percaya diri klien
Mandiri:
1. Kaji dan jelaskan kepada klien Klien perlu mengerti tentang kondisi
tentang adanya benjolan dengan cara untuk mengontrol
timbulnya nyeri.
2. Beri pujian bila klien dapat Agar pasien mempunyai motivasi dan
melakukan upaya-upaya positif tidak membenci tubuhnya
untuk meningkatkan penampilan
diri
3. Diskusikan upaya-upaya yang dapat Untuk meningkatkan percaya diri
dilakukan klien untuk mengurangi pasien
perasaan malu seperti menggunakan
baju yang berkerah tertutup
4. Libatkan sistem pendukung dalam
perawatan klien Untuk mengurangi benjolan yang
terdapat pada klien.
Observasi:
Jelaskan pula setiap risiko yang perlu di Agar pasien mengetahui setiap tindakan
antisipasi dari setiap tindakan yang dan risiko stelah dilakukan tindakan
dapat dilakukan
HE:
Ajarkan klien untuk Ikut serta dalam Agar pasien merasa diikutsertakan
kegiatan keperawatan sesuai kondisi dalam setiap tindakan keperawatan
klien
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan Psikolog Agar rasa percaya diri pasien kembali
normal, dan pasien lebih tenang

Gangguan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus


Setelah dilakukan askep 3x24 jam fungsi usus menjadi normal
Kriteria Hasil :
 BAB kembali normal
 Feses tidak keras(konstipasi)

Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat memberikan tindakan Klien meyakini bahwa tindakan tersebut
pembatasan pada cairan untuk mengurangi konstipasi
Mandiri:
1. Dorong peningkatan asupan cairan Untuk membantu agar feses klien tidak
dalam batas batas restriksi cairan keras lagi.
2. Berikan makanan yg kaya akan serat Agar BAB klien menjadi normal kembali
dan konsistensi feses tidak keras.
3. Dorong pasien untuk meningkatkan Untuk meningkatkan toleransi aktivitas
mobilitas dalam batas batas toleransi pasien yang akan berpengaruh keorgan
latihan tubuhya.
HE:
Ajarkan kepada pasien tentang jenis Klien diharapkan memakan makanan
jenis makanan yg banyak yang banyak mengandung air seperti
mengandung air buah atau meminum jus jus buah.

Observasi:
Pantau fungsi usus Untuk mengetahui bising usus apakah
dalam keadaan normal atau tidak.
Kolaborasi:
Dorong pasien untuk menggunakan Untuk mengatasi konstipasi jika
pencahar dan enema hanya bila intervensi yang dilakukan perawat tidak
diperlukannya saja memperoleh hasil.

Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi.


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria Hasil:
 Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
 Pasien dapat mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalahnya
dan perubahan koping yang digunakan sesuai yang dihadapi.
 Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar, pasien
dapat rilek dan tidur/istirahat dengan baik.
 Pasien tampak rileks.
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat dapat memberi tahu Pasien dapat meyakini tindakan yang dilakukan
manfaat dan tindakan yang akan perawat.
dilakukan
Mandiri:
1. Monitor respon fisik, seperti Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat
kelemahan, perubahan tanda kesadaran/konsentrasi, khususnya ketika
vital, dan gerakan yang melakukan komunikasi verbal
berulang-ulang. Catat
kesesuaian respons verbal
dan nonverbal selama
komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi,
2. Anjurkan pasien dan kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi cemas
keluarga untuk yang berlebihan
mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa
takutnya Untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki
3. Kaji pengetahuan klien pasien tentang penyakitnya
tentang penyakit dan
pengobatannya Pasien mengetahui keadaan dan solusi yang
4. Buat rancangan pembelajaran harus dimengerti dan pengobatan yang telah
yang mencakup : diberikan kepadanya
 Jenis penyakit dan
penyebabnya
 Upaya penanggulangan
seperti pemberian obat-
obatan, tindakan operasi
bila ada indikasi
 Prognosa dan prevalensi
penyakit
 Kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan
keadaan yang lebih buruk
dan kondisi yang
mempercepat
penyembuhan
Observasi:
Pantau raut wajah pasien Untuk mengetahui apakah pasien sudah tampak
rileks atau masih mengalami ketakutan cemas
dan gelisah.
HE:
Laksanakan pembelajaran Untuk memahami tengan penyakitnya
bersama dengan anggota
keluarga, perhatikan kondisi klien
dan lingkungannya
Kolaborasi:
Dengan ahli psikologi Agar pasien tampak tenang dan rasa cemas serta
takut bisa berkurang

b. Intervensi post operasi


Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif,
pembatasan pemasukan cairan peroral
Tujuan: Setelah dilakukan askep 2x24Jam deficit volume cairan teratasi dengan
Kriteria Hasil:
1. Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
2. TTV dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, HR: 60-100 x/mnt, RR: 16-
20x/mnt).
3. Pengeluaran urine normal
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat melakukan tindakan sesuai Klien meyakini tindakan yang dilakukan
prosedur yang ada perawat adalah tindakan untuk
kesembuhannya
Mandiri:
1. Ukur dan catat pemasukan dan Untuk mengetahui keseimbangan cairan
pengeluaran cairan dalam tubuh klien
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi: Agar tidak menimbulkan komplikasi dan
turgor kulit,membrane mukosa syok.
3. Catat timbulnya keluhan mual dan Mual dan muntah dapat memperburuk
muntah keadaan klien yang berakibat pada
dehidrasi dan pasien dapat mengalami
kelemahan serta kelelahan
Observasi:
Pantau TTV Sebagai tanda untuk mengetahui batasan
normal dan tanda tanda dehidrasi
HE:
Ajarkan pasien untuk mengatur intake Agar keseimbangan cairan dalam tubuh
cairan yang dikonsumsi pasien tetap dalam keadaan normal
Kolaborasi:
Berikan cairan peroral secara bertahap Membantu jika terdapat tanda tanda
sesuai indikasi dehidrasi yang berat dan pemulihan
cairan dalam tubuh klien.
Berikan cairan parenteral Membantu kebutuhan cairan dalam tubuh
klien agar dalam keadaan normal
kembali.

Resiko ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan kemampuan


batuk menurun
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam bersihan jalan
nafas pasien tetap optimal.
Kriteria hasil :
a. Jalan nafas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan nafas.
b. Suara nafas normal, tidak ada bunyi nafas tambahan seperti stridor.
c. Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi sekret pada jalan napas.
d. Napas vesikuler
e. Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
f. RR dalam batas normal 16-20 x/menit.
g. TD normal 110/70 mmHg
h. Nadi 60-100x/ menit
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat menjelaskan maanfat dan dapat Pasien meyakini perawat yang melakukan
menguasai tindakan. tindakan
Mandiri:
1. Kaji dan monitor jalan napas Deteksi awal untuk interpretasi selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah
pasien bernapas atau tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan diatas hidung
dan mulut pasien untuk merasakan
hembusan napas. Gerakan toraks dan
diagfragma tidak selalu menandakan pasien
bernapas.
Pemeberian oksigen dilakukan untuk
2. Beri oksigen 3 liter/menit mengurangi sesak yang dialami pasien
Membantu klien mengalami efek fisiologis
3. Pertahankan perilaku tenang, bantu hipoksia, yang dapat dimanifestasikan
klien untuk kontrol diri dengan sebagai ketakutan/ansietas
menggunakan pernapasan lebih Ekspansi dada lebih luas , lebih mudah
lambat dan dalam untuk penghirupan oksigen
4. Posisi tidur setengah duduk dengan
kepala ekstensi bila diperlukan Untuk mengurangi kebutuhan oksigen
5. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas dalam tubuh
yang melelahkan
Observasi:
1. Observasi warna kulit Menggambarkan adanya kegagalan
pernapasan yang memerlukan tindakan
segera
2. Pantau analisis gas darah (AGD) Untuk mengetahui adanya kelainan fungsi
pertukaran gas sebagai contoh
hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2
meningkat
HE:
Ajarkan pasien untuk pernapasan dalam Pada pasien dengan tingkat toleransi yang
dan melakukan batuk efektif baik, maka pernapasan diafragma dapat
meningkatkan ekspansi paru. Batuk juga
didorong untuk melonggarkan sumbatan
mukus. Bantu pasien mengatasi
ketakutannya bahwa ekskresi dari batuk
dapat menyebabkan nyeri yang semakin
menjadi.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan nabulizer Nabulizer digunakan dengan cara
menghirup larutan obat yang telah diubah
menjadi bentuk kabut. Pengiriman obat
melalui nabulizer ke jalan napas sangat
cepat sehinggga aksinya lebih cepat dalam
mengencerkan sekresi sekret dari jalan
napas. Medikasi nebulizer kontraindikasi
pada keadaan dimana suara napas tidak ada
atau berkurang kecuali jika medikasi
nebulizer diberikan melalui tuba
endokrateal tube yang menggunakan
tekanan positif.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


puasa.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme
- Nafsu makan meningkat
- Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawatmemberi tahu manfaat dari Pasien meyakini tindakan yang
tindakan yang dilakukan dilakuakn perawat.
1. Berikan dorongan masukan cairan Agar nutrisi pasien terpenuhi dalam
yang adekuat, tetapi batasi cairan batas normal dan untuk menigkatkan BB
pada waktu makan. dalam baasan normal.
2. Sarankan makan yang disukai dan Untuk menambah nutrisi klien dan untuk
yang ditoleransi dengan baik oleh menambah nafsu makan pasien sehingga
pasien, lebih baik lagi makanan keadaan pasien dapat pulih kembali
dengan kandungan tinggi
kalori/protein. Hormati kesukaan
makanan berdasarkan etnik.
Observasi:
Pantau berat badan dua kali sehari Untuk mengetahui perkembangan pasien
setelah dilakukan tindakankeperawatan.
HE:
Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari Untuk meningkatkan nafsu makan pasien
pandangan, bau, bunyi-bunyi yang dan kenyaman saat makan.
tidak menyenangkan didalam
lingkungan selama waktu makan.
Kolaboratif pemberian diet cair Untuk membantu pemulihan kondisi
komersial dengan cara pemberian pasien pasca operasi sehingga organ
makan enteral melalui selang, diet tubuh tidak bekerja terlalu berat dan
makanan elemental/makanan yang nutrisi pasien tetap terpenuhi.
diblender melalui selang makan
silastik sesuai indikasi.

Risiko infeksi b/d adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun, prosedur
invasive.
Tujuan: Setelah dilakukan askep 2x24 jam risiko infeksi Terkontrol, terdedekti
dengan
Kriteria hasil:
 Bebas dari tanda & gejala infeksi
 Angka lekosit normal (4-11.000)
 Suhu normal ( 36 – 37 c )
Intervensi Rasional
BHSP:
Perawat dapat menjelaskan tujuan dari Pasien meyakini bahwa tindakan yang
prosedur invasief ini dilakukan perawat untuk mengurangi
resiko infeksi
Mandiri:
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai Untuk mengurangi bakteri atau virus agar
pasien lain. tidak masuk kedalam tubuh pasien.
2. Lakukan perawatan luka sesuai Perawatan luka yang benar mengurangi
indikasi jalan masuknya bakteri atau virus
sehingga resti infeksi dapat teratasi.
3. Tingkatkan intake nutrisi. & cairan Untuk menyeimbangkan nutrisi dalam
yang adekuat tubuh dan untuk membentuk antibodi
yang dapat diperoleh dari mkanan yang
dimakan pasien.
Observasi:
Pantau pereawatan luka yang telah Untuk mengetahui apakah terdapat
dilakaukan inflamasi atau luka mulai mengering dan
dalam keadaan bersih.
HE:
Ajarkan pasien untuk menggunakan Untuk membunuh mikroorganisme agar
sabun anti microba untuk mencuci tidak masuk kedalam tubuh.
tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan Agar pasien tidak terkontaminasi dengan
sesudah tindakan keperawatan. tangan perawat dan perawat juga dapat
menghindari adanya penularan atau pun
mengurangi resiko terjangkit penyakit
yang sama.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik Untuk membunuh mikroorganisme yang
sesuai program ada didalam tubuh pasien.

C. IMPLEMENTASI
Melakukan/ melaksanakan intervensi keperawatan
D. EVALUASI
1. Nyeri mereda dan dapat hilang
2. Kecemasan berkurang
3. volume cairan cukup
4. kebutuhan nutrisi terpenuhi
5. Tidak terjadi infeksi

S-ar putea să vă placă și