Sunteți pe pagina 1din 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam memberikan
asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Kecemasan atau
anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman.
Kecemasan akan membuat seseorang tidak merasa nyaman, karena dapat mengganggu
aktivitas individu itu sendiri. Adapun jenis dapat teratasi dengan sendirinya, contohnya cemas
ringan, sedang cemas yang berkepanjangan yang bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu
faktor penyebab atau pencetus tertentu dapat menjadi pertanda gangguan kejiwaan yang dapat
menyebabkan hambatan dalam berbagai segi dan kemampuan fungsi sosial penderitanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kecemasan/kecemasan ?
2. Apa saja etiologi kecemasan/kecemasan ?
3. Apa saja manifestasi kecemasan/kecemasan ?
4. Bagaimana rentang respon kecemasan/kecemasan ?
5. Apa saja tingkat kecemasan/kecemasan ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pengertian kecemasan/kecemasan
2. Etiologi kecemasan/kecemasan
3. Manifestasi kecemasan/kecemasan
4. Rentang respon kecemasan/kecemasan
5. Tingkat kecemasan/kecemasan
6. Asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan

1.3.2 Tujuan khusus :


Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa dan mendapatkan nilai
yang maksimal dan memuaskan untuk matakuliah keperawatan jiwa ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri,
bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang
dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan:
ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana
saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6. tidur terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
Tingkat kecemasan sebagai berikut:
1. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya.
Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak
dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.

2.2. RENTANG RESPON KECEMASAN

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

2.3 ETIOLOGI / PENYEBAB


Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor
organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi adalah ketidakseimbangan zat
kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.

A. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.B. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.


a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.4 TANDA DAN GEJALA KECEMASAN


• Respons fisik :
ovaskular : palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
fasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dadanapas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, terengah-engah
omuskular : refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
kaki goyah, gerakan yang janggal
ointestinal : anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd abdomen
ur urinarius : sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
: wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
 Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
 Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
 Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin

2.5 PENATALAKSANAAN KECEMASAN


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.6. ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan
superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah
dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons


 Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
 Pernafasan • Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.
 Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.
 Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.
• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Rasa terbakar pada jantung.
• Nausea.
• Diare.
 Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing.
• Sering kencing.
 Kulit • Rasa terbakar pada mukosa.
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons
 Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
• Terhambat melakukan aktifitas.
 Kognitif • Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.
• Khawatir yang berlebihan.
• Hilang menilai objektifitas.
• Takut akan kehilangan kendali.
• Takut yang berlebihan.
 Afektif • Mudah terganggu.
• Tidak sabar.
• Gelisah.
• Tegang.
• Nerveus.
• Ketakutan.
• Alarm.
• Tremor.
• Gugup.
• Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang
yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah
laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan
primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
 Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
 Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak tenang
ansietas normal dimana b) Gelisah. b) Perhatikan tanda
motivasi individu pada c) Insomnia ringan peningkatan ansietas
keseharian dalam batas d) Perubahan nafsu makan c) Bantu klien menyalurkan
kemampuan untuk ringan energi secara konstruktif
melakukan dan e) Peka d) Gunakan obat bila perlu
memecahkan masalah f) Pengulangan pertanyaan e) Dorong pemecahan
meningkat. g) Perilaku mencari masalah
perhatian f) Berikan informasi akurat
h) Peningkatan dan fuktual
kewaspadaan g) Sadari penggunaan
i) Peningkatan persepsi mekanisme pertahanan
pemecahan masalah h) Bantu dalam
j) Mudah marah. mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil
i) Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu
j) Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a) Perkembangan dari a) Pertahankan sikap tidak
cemas yang mempengaruhi ansietas ringan tergesa-gesa, tenang bila
pengetahuan baru dengan b) Perhatian terpilih dari berurusan dengan klien
penyempitan lapangan lingkungan b) Bicara dengan sikap
persepsi sehngga individu c) Konsentrasi hanya pada tenang, tegas meyakinkan
kehilangan pegangan tetapi tugas-tugas individu c) Gunakan kalimat yang
dapat mengikuti d) Suara bergetar pendek dan sederhana
pengarahan orang lain. e) Ketidaknyamanan jumlah d) Hindari menjadi cemas,
waktu yang digunakan marah, dan melawan
f) Takipnea e) Dengarkan klien
g) Takikardia f) Berikan kontak fisik
h) Perubahan dalam nada dengan menyentuh lengan
suara dan tangan klien
i) Gemetaran g) Anjurkan klien
j) Peningkatan ketegangan menggunakan tehnik
otot relaksasi
k) Menggigit kuku, h) Ajak klien untuk
memukul-mukulkan jari, mengungkapkan
menggoyangkan kaki dan perasaannya
mengetukkan jari kaki i) Bantu klien mengenali
dan menamai ansietasnya

3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas berat a) Perasaan terancam a) Isolasi klien dalam
lapangan persepsi menjadi b) Ketegangan otot yang lingkungan yang aman dan
sangat menurun. Individu berlebihan tenang
cenderung memikirkan hal c) Diaforesis b) Biarkan perawatan dan
yang sangat kecil saja dan d) Perubahan pernapasan kontak sering sampai
mengabaikan hal yang lain. e) Napas panjang konstan
Individu tidak mampu f) Hiperventilasi c) Berikan obat-obatan
berfikir realistis dan g) Dispnea klien melakukan hal untuk
membutuhkan banyak h) Pusing dirinya sendiri
pengarahan, untuk dapat i) Perubahan d) Observasi adanya
memusatkan pada daerah gastrointestinalis tanda-tanda peningkatan
lain. j) Mual muntah agitasi.
k) Rasa terbakar pada ulu e) Jangan mennyentuh
hati klien tanpa permisi
l) Sendawa f) Yakinkan klien bahwa
m) Anoreksia dia aman
n) Diare atau konstipasi g) Kaji keamanan dalam
o) Perubahan kardivaskuler lingkungan sekitarnya
p) Takikardia
q) Palpitasi
r) Rasa tidak nyaman pada
prekokardia
s) Berkurangnya jarak
persepsi secara berat
t) Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi
u) Rasa terbakar
v) Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan
w) Aktivitas yang tidak
berguna
x) Bermusuhan

4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah tingkat dimana a) Hiperaktif / imobilitasi a) Tetap bersama klien ;
individu berada pada berat minta bantuan
bahaya terhadap diri b) Rasa terisolasi yang b) Jika mungkin hilangkan
sendiri dan orang lain serta ekstrim beberapa stressor fisik dan
dapat menjadi diam atau c) Kehilangan desintegrasi psikologisdari lingkungan
menyerang dengan cara kepribadian c) Bicara dengan tenang,
kacau. d) Sangat goncang dan otot- sikap meyakinkan,
otot tegang menggunakan nada suara
e) Ketidakmampuan untuk yang rendah
berkomunikasi dengan d) Katakan pada klien
kalimat yang lengkap bahwa anda (staf) tidak
f) Distori persepsi dan akan membahayakan
penilaian yang tidak realistis dirinya sendiri atau orang
terhadap lingkungan dan lain
ancaman e) Isolasikan klien pada
g) Perilaku kacau dalam daerah yang aman dan
usaha melarikan diri nyaman
h) Menyerang f) Lanjut dengan
perawatan ansietas berat
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “K”


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Informan : Tn. M
Tanggal Masuk RS : 7 Oktober 2014
Tanggal pengkajian : 8 Oktober 2014
Nomor registrasi : 00 57 83

II. ALASAN MASUK


Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih
selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna seperti
teh.
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan tidak
pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Klien takut dengan
kondinya saat ini.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : Kecemasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama istrinya.
3) Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun sudah memasuki usia lanjut.
4) Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

FAKTOR PRESIPITASI
1) Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2 Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah mengalami
sama sekali sebelumnya.
3) Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya

PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital TD : 120 / 80 mmHg N : 80 x/mt S : 36,4o C P:
22x/mt
2. Ukur TB :168 cm BB: 59 kg (^) turun ( )naik
3. Keluhan Fisik (^) ya () tidak
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal, rongga
mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa tidak enak
pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien mengatakan BAB 1x
sehari sedikit-sedikit dengan konsistensi lembek, berwarna hitam, dan bau khas feses.
Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman; mual

IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan istrinya (namun
dalam bagan tidak dijelaskan). Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan
erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan istrinya.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien mengatakan
sudah menjadi kakek mengurusi cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya. Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan sudah bekerja.
e. Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.

3. Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien berkata jika
ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya pasti akan membantu
memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka mengikuti kegiatan gotong-
royang di daerah rumahnya.

4. Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu mengikuti upacara
keagamaan dirumah. Klien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih terhadap
agama yang dianutnya.

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas.
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira.
Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang
berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam
satu topik.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien
terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan
atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka
panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk
menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikan
tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu
karena kata klien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

VII. PERSIAPAN PULANG


1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi, sayur,
lauk-pauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

2. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan sabun,
shampoo, dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah

4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
menggunakan baju dengan benar.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun karena
diganggu pasien lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

6. Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan oleh
perawat dan harus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut : (^) ya ( ) tidak
Perawatan pendukung : (^) ya ( ) tidak

8. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah

9. Kegiatan di luar rumah


Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

VIII. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman di rumah
daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan
manfaat obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang diminum.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah

XI. ASPEK MEDIS


Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV + Dispepsia
Therapi obat:
-Baxima 2×1 -Letonal 2×1
-Ranitidine 3×1 -Hepamax 3×1
-Neurosanbe 1×1 -Tonar 2×1
-Zibac 2×1 -Opilac 3×1
-Sanmag 3×1

XII. ANALISA DATA

No DATA MASALAH

1. DS :

- Klien mengatakan merasa cemas dengan


keadaannya
Kecemasan
DO :

- Wajah klien tampak takut


- Klien tampak gelisah
2. DS :

- klien mengatakan pusing berkurang


Skala nyeri 2/10.
Nyeri

DO :

- Klien tampak pucat


- Klien seperti menahan sakit

3. DS :

- Klien mengatakan takut akan kondisinya saat ini


DO :
Ketakutan
- Klien tampak gelisah dan berkeringat
- Wajah klien tampak ketakutan

XIII. DAFTAR MASALAH


1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Gangguan rasa nyaman
XIV. POHON MASALAH

XV. DAFTAR DIAGNOSA


a. Kecemasan
b. Ketakutan
c. Gangguan Rasa Nyaman
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien : K
Ruang : Cendrawasih

Hari/tgl/ No
jam Dx Tujuan Intervensi Rasional
Rabu, 8 1 1 TUM : Klien mampu Sp 1 Pembinaan
Oktober 2 mengurangi dan Bina hubungan saling percaya hubungan saling
2014 mengontrol dengan : percaya
kecemasannya. - Sapa klien dengan ramah merupakan
10.00 baik verbal maupun non dasar terjalinnya
WIB TUK : verbal komunikasi
1) Setelah diberikan - Perkenalkan diri dengan terbuka
askep selama 2 kali sopan. sehingga
pertemuan (tiap - Tanyakan nama lengkap klien meningkatkan
pertemuan 20 menit) dan nama panggilan yang rasa komunikasi
diharapkan klien membina disukai. klien.
hubungan saling percaya - Jelaskan tujuan pertemuan.
dengan KH : - Jujur dan menepati janji
- Wajah klien cerah dan - Tunjukkan sikap empati dan
tersenyum menerima klien apa adanya.
- Klien mau membalas
salam.
- Klien mau menyebutkan
nama sambil berjabat
tangan dan ada kontak
mata
- Klien bersedia
menceritakan perasaannya

TUK : - Adakan kontak sering dan Dapat


2) Klien dapat singkat secara bertahap. mengetahui
mengidentifikasi dan - Bantu klien untuk kapan klien
menggambarkan perasaan mengidentifikasi dan mengalami
tentang kecemasannya menggambarkan perasaan kecemasan.
dengan KH : yang mendasari Untuk
- Klien dapat menyebutkan kecemasannya. mengadopsi
waktu, isi, frekuensi - Kaitkan perilaku klien dengan koping yang
timbulnya kecemasan. perasaan tersebut baru, klien
- Klien dapat - Gunakan pertanyaan terbuka pertama kali
mengungkapkan beralih dari topik yang tidak harus
perasaannya terhadap mengancam ke isu konflik menyadari
kecemasannya. - Gunakan konfrontasi yang perasaan dan
suportif dengan bijaksana. mengatasi
TUK : 3) Klien dapat - Bantu klien menggambarkan penyangkalan
mengidentifikasi penyebab situasi dan interaksi yang yang disadari
kecemasannya dengan KE mendahului kecemasan. atau tidak
: - Tinjau penilaian terhadap disadari
- Klien dapat menceritakan stresor, nilai-nilai yang Mengetahui
penyebab kecemasan terancam dan cara konflik cara yang
- Klien dapat menyebutkan berkembang terbaik untuk
tindakan yang biasanya - Hubungkan pengalaman mengontrol
dilakukan untuk klien saat ini dengan kecemasan
mengendalikan pengalaman yang relevan
kecemasannya. dengan masa lalu.
- Klien dapat memilih cara
mengatasi kecemasannya.
- Identifikasi bersama klien
cara / tindakan yang dilakukan
jika terjadi kecemasan.
- Diskusikan cara baru untuk
memutus / mengontrol
timbulnya kecemasan
- Bantu klien dalam menilai
kembali nilai, sifat, dan arti
stresor pada saat yang tepat.

XVII. TINDAKAN KEPERAWATAN

No. IMPLEMENTASI paraf EVALUASI tgl paraf


1. Kamis, 9 Oktober 2016 pukul 10.00 – S: klien 9 Okt
10.30 perawat - “Saya sudah bisa mengontrol 2014 perawat
Anes kecemasan saya” Anes
Data klien: O: Klien
-Klien mengatakan merasa cemas - Mampu mengontrol
dengan keadaannya kecemasannya
-Saat berinteraksi klien merespon - Wajah klien berseri
perawar, ada kontak mata. Klien - kontak mata (+),
tampak gelisah dengan kondisinya
Diagnosis Keperawatan : A: Klien mampu menyebutkan cara
Gangguan Psikososial : Kecemasan mengontrol kecemasan
P: Klien melakukan cara berikutnya
Tindakan Keperawatan: untuk mengontrol kecemasan (2
Klien : kali dalam sehari tiap 20 menit)
 Membina hubungan saling percaya
 Membantu klien menggambarkan
situasi dan interaksi yang mendahului
kecemasan____________________
 Diskusikan cara baru untuk memutus /
mengontrol timbulnya kecemasan
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan panik.

Saran
Keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sangat serius dan diansangat
penting. Masalah –masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang
akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang , aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri sangat diperlukan untuk dimiliki oleh setiap individu.
Bagi pembaca pengontrolan emosi sangat harus diperhatikan, Karena dapat
memberikan dampak yang positif dan negatif. Jiwa dan diri anda sangatlah berharga.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC.
Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

S-ar putea să vă placă și