Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KELOMPOK I
1. Ardi Wiranto
2. Ari Afrian
3. Arianto
4. Aswinda Lestari
5. Ayu Inda Pitasari
1. Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih
tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
2. Pembagian Hipertensi
Hipertensi di klasifikasikan menjadi 2 tipe penyebab :
a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)
Penyebab pasti masih belum dapat diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi
natrium, lemak jenuh dan penuaan adalah factor pendukung.
b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyakit yang teridentifikasi
lainnya (Stockslager, 2008)
Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman
Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)
Optimal 155 atau kurang 75 atau kurang
Normal >120 >80
Prehipertensi 120 - 139 80 – 89
Hipertensi tahap I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tahap II Lebih dari 160 Lebih dari 100
3. Etiologi
Secara pasti, penyebab hipertensi masih bersifat idiopaik, namun ada beberapa hal
yang dapt menjadi penyebab factor resiko terjadinya hipertensi ada 2, yaitu dapat
dikontrol atau tidak dapat dikontrol (Elsanti, 2009) :
a. Factor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007)
2. Umur – proses aging
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari oarng
muda hal ini dikarenakan meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
3. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan
70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007).
b. Factor resiko yang dapat dikontrol :
1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat
badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat
badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30%
memiliki berat badan lebih.
2. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri
(Rohaendi, 2008).
3. Kebiasaan Merokok
Dalam kasus hipertensi seorang perokok mempunyai risiko yang lebih
besar dibandingkan orang yang tidak merokok.
4. Konsumsi alcohol
Perlu diperhatikan oleh penderita penyakit kardiovaskuler adalah
konsumsi alkohol, karena adanya bukti yang saling tolak belakang antara
keuntungan dan risiko minum.
5. Mengkonsumsi kopi
kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
– 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
6. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut
Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
.Gejala yang lazim
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa :
1. Sakit kepala
2. Pusing atau vertigo
3. Mudah marah (emosi meningkat)
4. Susah tidur
5. Rasa berat di tengkuk
6. Mudah lelah
7. Mata berkunang-kunang
8. Telinga berdengung
9. Sulit bernapas setelah selesai bekerja
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan derajat hipertensi tidaklah membutuhkan alat-alat canggih,
namun cukup dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa yang sederhana
saja, digunakan dengan baik yaitu sesuai dengan pedoman pengukuran tekanan darah.
Untuk menentukan ukuran dalam, menentukan hipertensi setepat mungkin, CUFF
sphygmomanometer bersih dan tidak buram atau tidak miring. Batasan yang
diterapkan di Indonesia untuk menilai hipertensi adalah sesuai dengan menggunakan
standar WHO seperti lazimnya penyakit lain diagnosa hipertensi ditegakkan
berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium
maupun pemeriksaan penunjang. Selain itu data mengenai penyakit yang diderita dan
faktor risiko penyakit hipertensi.
7. Penatalaksanan
a. Pengobatan.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian
minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan
serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan
mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager, 2008).
Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal
diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alcohol
4) Mengurangi asupan garam, lemak jenuh dan kolesterol
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data umum
Nama Kepala Keluarga : Tn Abdul Kadir
Usia : 62 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : RT 05, Otak desa, Ampenan
Daftar anggota keluarga
No Nama L/P Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status kesehatan
1 Abdul Kadir L 62 thn KK S1 Wirausaha Diabetes insipidus
2 Nurhasanah P 57 thn Istri Smp IRT Hipertensi
3 Nurhayati P 35 thn Anak S1 - Sehat
4 Agung L 32 thn Anak S1 Wirausaha Sehat
Rinjani
Genogram :
Keterangan :
Tipe keluarga : nuclear family yang terdiri atas ayah dan ibu.
a. Kewarganegaraan / suku bangsa : Indonesi / Sasak
b. Agama : agama yang dianut adalah Islam
c. Status social ekonomi keluarga :
Tn. Abdul mengatakan bahwa penghasilan keluarganya sekitar 2.000.000/bulan
d. Aktivitas rekreasi keluarga :
Tn. Abdul mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi
adalah menonton tv di rumah. Kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara
atau tetangga terdekat.
3. Keadaan lingkungan
a. Karakteristik rumah :
Luas bangunan rumah yang ditempati sekitar , terdiri atas 1 ruang
tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang dapur, 2 kamar mandi, 1 ruang makan, mushola, dan
didepan ada teras rumah. Lantai rumah tebuat dari keramik dengan keadaan
tampak bersih dan penataan alat rumah tangga yang cukup rapi. Penerangan dan
ventilasi cukup. Tn. Abdul mengatakan bahwa sumber air keluarganya
menggunakan PAM dan air minum menggunakan air gallon. Wc menggunakan
septi tank yang terletak dibelakang rumah. Didepan rumah terdapat taman yang
rapi dan bersih.
Teras rumah
R. Tengah/Keluarga
K. mandi K. mandi
Musholla R. Makan
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga :
Di antara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis. Dalam menghadapi
suatu permasalahan biasanya selalu dilakukan dengan cara musyawarah.
Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak.
c. Struktur peran keluarga :
Tn. Abdul sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangga nya
Ibu Nurhasanah sebagai ibu rumah tangga
Nurhayati sebagai anak pertama yang membantu pekerjaan rumah ibu
Nurhasanah dan Agung sebagai anak kedua yang membantu wirausaha Tn.
Abdul.
d. Nilai dan norma keluarga :
Tn. Abdul mengatakan bahwa nilai dan norma yang berlaku dalam keluarganya
menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang dianut nya serta norma
masyarakat sekitar. Keluarga ini menganggap hipertensi yang di derita Ibu
Nurhasanah adalah penyakit darah tinggi namun kurang mengetahui penyebab
dan bagaimana penatalaksanaannya. Ibu Nurhasanah sering menolak apabila
dibawa kepuskesmas atau rumah sakit terdekat.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif :
Tn. Abdul mengatakan bahwa keluarganya cukup rukun dan perhatian dalam
membina hubungan rumah tangga
b. Fungsi social :
Tn. Abdul mengatakan bahwa keluarganya selalu mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik.
c. Fungsi perawatan kesehatan :
Tn. Abdul mengatakan bahwa keluarganya kurang mampu mengenali masalah
kesehatan tentang hipertensi hal ini ditunjukkan dengan keluarga hanya mampu
menyebutkan pengertian namun kurang mampu menyebutkan penyebab dan
bagaimana penatalaksanaanya. Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang
masalah yang terjadi pada Ibu Nurhsanah. Keluarga kesulitan membawa Ibu
Nurhasanah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat karena pekerjaan dan
kesulitan dalam memotivasi Ibu Nuhasanah
d. Fungsi reproduksi :
Tn. Abdul berusia 62 tahun dan Ibu Nurhasanah berusia 57 tahun merupakan usia
nonproduktif
e. Fungsi ekonomi :
Tn. Abdul mengatakan bahwa penghasilan keluarga nya dari wirausaha jamur dan
peternak ayam yang dibantu oleh Agung anak keduanya.
7. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum :
Keadaan umum Ibu Hasanah Nampak masih kuat, badannya berisi, makan dan
minum masih dalam batas normal.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/90 MmHg
Nadi : 72 x/mnt
Respirasi rate : 20 x/mnt
Berat badan : 70 kg
Suhu : 36,5
8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. Abdul berharap istrinya mau dibawa ke puskesmas terdekat dan sebuh
dari penyakitnya.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Kurang Ketidakmampuan
a. Tn. Abdul mengatakan bahwa pengetahuan keluarga dalam
istrinya mengalami hipertensi tentang hipertensi mengenal masalah
sejak setahun yang lalu. kesehatan keluarga
b. Saat ditanyakan tentang
hipertensi, keluarga tidak mampu
untuk menyebutkan penyebab
dan bagaimana penatalaksanaan
hipertensi.
Data Objektif
Keluarga tampak kebingungan
saat ditanyakan penyebab dan
penatalaksaan hipertensi
2 Data Subjektif Kurangnya Ketidakmampuan
a. Tn. Abdul mengatakan bahwa tindakan keluarga keluarga
dirinya kesulitan membawa untuk memotivasi menggunakan
istrinya kepuskesmas. ibu hasanah pelayanan kesehatan.
b. Ibu Hasanah mengatakan bahwa kepuskesmas.
dirinya baik-baik saja tanpa harus
dibawa kepuskesmas.
Data Objektif
a. Ibu Hasanah tampak tidak
memperdulikan keluarga yang
mengajaknya kepuskesmas.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang hipertensi.
2. Ketidakmampuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan berhubungan dengan
kurangnya tindakan keluarga untuk memotivasi klien kepuskesmas.