Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2004) .
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien atau pasien pada berbagai
secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pola makan
sebanding kecuali pada umur 20-30 tahun. Insiden pada laki-laki lebih tinggi.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak yang kurang dari
(Santacrose, 2009)
1
Dari data rekam medik RSU Bethesda GMIM Tomohon pada tahun 2010
yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 31 orang perempuan, dan pada tahun
2012 bulan januari sampai bulan juni yang menderita apendisitis berjumlah 39
Data dari ruangan Markus pada tahun 2010 yang dilakukan tindakan
apendektomi berjumlah 19 orang, pada tahun 2012 bulan januari sampai awal
spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi, yang merupakan
2
Berdasarkan data yang diambil dari rekam medic RSU Bethesda GMIM
Tomohon dan sumber dari beberapa buku serta melihat dari kenyataannya bahwa
B.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tomohon
2. Tujuan Khusus
GMIM Tomohon
3
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.X dengan
C. Manfaat penulisan
apendektomi.
3. Bagi Penulis
4
D. Metode Penulisan
1. Studi kepustakaan
2. Studi kasus
post apendektomi.
3. Studi dokumentasi
klien.
E. Sistematika Penulisan
5
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB III: tinjauan
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. APENDISITIS
1. Pengertian
pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah.
(S.Jitowiyono, 2010)
dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas, atau timbul setelah
2. Etiologi
7
lumen apendiks adalah fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid. (Irga,
2007)
(Santacrose, 2009)
8
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan
melewatinya.
ml. Bagian ini di kelilingi oleh cincin otot halus disebut sfingter
halus.
dari panjang total saluran.Bagian ini membalik dan melipat diri yang
absorbsi. Usus halus dibagi kedalam tiga bagian anatomi: bagian atas,
9
ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus kedalam
pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari 2
keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik
10
Gambar 1 : Sistem Pencernaan
(H.Syaifuddin,AMK 2006)
11
Usus Besar
Sekum
Apendiks
(Soleman,2011)
12
2. APENDEKTOMI
1. Pengertian
operasi lainnya misal pengaturan diet dan cairan. Insisi dibuat pada
setelah empat sampai lima minggu. Jahitan dilepas pada hari kelima
2. Patofisiologi
13
faeces). Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,
(S.Jitowiyono, 2010)
14
3. Penyimpangn KDM
Fekalit, hyperplasia
Obstruksi Lumen oleh limfoid
fekalit
InfeksiEdema
bacteria
Terputusnya
kontinuitas Masuk melalui
Obstruksi fecalapendiks
lumen oral
jaringan apendiks
Apendektomi
Menstimulus
reseptor nyeri Luka insisi pada abdomen
Merangsang pusat
nyeri ke thalamus
bagian korteks
serebri Terpasang alat
invasif
Nyeri
dipersepsikan
Resiko tinggi infeksi
Nyeri
Kurang terpajannya
informasi tentang prognosis
penyakit
Klien bertanya-tanya
tentang penyakit
Pembatasan
pasca operasi
15
4. Diagnostik Test
Laboratorium
perforasi
press.com)
5. Penatalaksanaan
medis dan terapi bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien
pada pasie yang diberi terapi medis saja. Selain itu terapi medis juga
16
berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai resiko operasi yang
pada absesnya.
I. Perawatan Umum
e. Memantau nyeri
17
II. Perawatan khusus
Perawatan Luka
2) Mencegah infeksi
1) Pinset anatomi
2) Pinset sirurgis
3) Gunting
4) Kom kecil
5) Handskoen steril
6) Kasa steril
7) Gunting verban
8) Plester/balutan
9) Bengkok
11) Betadine
c. Cara kerja
2) Cuci tangan
18
4) Lakukan pembersihan luka dimulai dengan : kaji status
7) Rapikan pasien
8) Rapikan alat-alat
7. Prognosis
2000)
19
3. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
status kesehatan, pola pertahanan klien, kekuatan dan kebutuhan klien serta
20
serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan. (Gaffar,La Ode
Jumadi, 1999).
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
c. Integritas ego
Tanda : Kecemasan
d. Eliminasi
f. Nyeri / kenyamanan
g. Keamanan
21
h. Pernapasan
2. Diagnosa Keperawatan
respons manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
contoh: puasa.
3. Perencanaan Keperawatan
operasi apendektomi :
a. Diagnosa Keperawatan I
Nyeri b/d adanya insisi bedah, distensi jaringan usus oleh inflamasi.
22
2) Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik (skala 0-10). Selidiki dan
2). Anjurkan klien untuk pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
ketidaknyamanan abdomen.
23
b. Diagnosa Keperawatan II
Resiko tinggi infeksi b/d adanya prosedur invasif, insisi bedah; tidak
pembentukan abses.
Intervensi
peritonitis.
3). Observasi insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya
eritema.
4). Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien / orang terdekat.
24
5). Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d muntah pra operasi; pembatasan
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil dan secara individual
Intervensi
intravaskuler
3). Observasi masukan dan haluaran; catat warna urine/ konsentrasi, berat
jenis
25
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat
pemasukkan peroral.
5). Berikan sedikit minuman jernih/ air putih bila pemasukkan peroral dimulai
bibir.
pecah-pecah.
d. Diagnosa Keperawatan IV
informasi
komplikasi
26
Intervensi :
1). Kaji aktivitas klien pasca operasi, contoh : mengangkat berat, olahraga,
periodik
normal.
27
4. Pelaksanaan Keperawatan
a. Independen
laksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
b. Interdependen
c. Dependen
28
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
2001).
5. Evaluasi Keperawatan
29
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth . (2002).Keperawatan Medical Bedah. Vol. II. Penerbit EGC
: Jakarta
Corwin, J Elizhabeth. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit EGC : Jakarta
30