Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara berkembang, penyakit ini dapat mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun. Salah satu kelainan atau penyakit yang terjadi dalam sistem pencernaan
yang membutuhkan pembedahan secara khusus adalah Apendisitis.
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang. Namun
dalam tiga - empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. hal ini diduga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.
Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu di negara barat, dan merupakan sebab terlazim
akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Sekitar 200.000 apendektomi dilakukan setiap
tahun di Amerika Serikat. Angka mortalitas bervariasi dari kurang dari 0,1 % dalam kasus tak
berkomplikasi sampai sekitar 5 % dalam kasus dengan perforasi.
Apendisitis dapat juga disebut dengan radang usus buntu, bila peradangannya bertambah
parah dan terinfeksi, usus buntu bisa pecah dan mengakibatkan perforasi usus. Usus buntu sendiri
merupakan suatu saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus
besar atau sekum (secum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak diperut
kanan bawah bentuknya seperti bagian usus lainnya dan banyak mengandung kelenjar yang selalu
mengeluarkan lendir.
Apendiks merupakan organ tambahan kecil yang menyerupai jari melekat pada sekum
tepat dibawah katub ileosekal. Karena apendiks mengosongkan diri dengan tidak efisien dan
lumennya kecil maka apendiks mudah mengalami obstruksi dan rentan terhadap infeksi.
Sedangkan penyebabnya belum diketahui secara pasti tetapi terjadinya apendisitis
ini umumnya karena bakteri. Selain bakteri banyak sekali faktor pencetus lainnya. Diantaranya
sumbatan dari lumen apendiks, adanya timbunan tinja yang keras (fekolit), tumor apendiks, namun
juga dapat terjadi karena pengikisan mukosa apendiks akibat parasit seperti E.hystalitica, makanan
rendah serat juga akan menimbulkan kemungkinan terjadinya hal tesebut, Tinja yang keras pada
akhirnya akan menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan tekanan didalam sekum sehingga
akan mempermudah timbulnya penyakit itu
Gejala yang timbul pada penyakit apendisitis ini adalah anoreksia (hampir semuanya
mengalami) dikuti dengan nyeri periumbilikal konstan derajat sedang dengan pergeseran dalam
4-6 jam menjadi nyeri tajam pada kuadran kanan bawah. Posisi ujung apendiks yang bervariasi
atau malrotasi, memungkinkan variabilitas dari lokasi nyeri. Selanjutnya dapat terjadi episode
muntah, bersamaan dengan obstipasi atau diare, terutama pada anak-anak.
Umumnya pengobatan yang disarankan langsung oleh dokter adalah operasi, pasalnya usus
buntu yang meradang dan tak segera dioperasi bisa bocor sehingga radang meluas dalam rongga
perut dan bisa menyebabkan terjadinya peritonitis dan itu bisa berlanjut kepada kematian apabila
tidak cepat ditangani.
Sebenarnya ada cara mudah untuk menghindari penyakit Apendisitis, yang pertama yang
harus dilakukan adalah diet tinggi serat dan yang kedua adalah minum air putih minimal 8 gelas
sehari. Tetapi masalahnya sekarang adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
Apendisitis. Hal inilah yang membuat penyakit Apendisitis menjadi salah satu penyakit yang
mempunyai jumlah penderita yang cukup tinggi di Indonesia khususnya Sumatera Selatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari appendiksitis?
2. Ada berapa macam klasifikasi pada appendiksitis?
3. Apa etiologi atau penyebab timbulnya appendiksitis?
4. Apa manifestasi klinis dari appendiksitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari appendiksitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien appendiksitis?
7. Bagaimana terapi atau pengobatan pada pasien appendiksitis?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien appendiksitis?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan klien
appendiksitis secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui pengertian dari appendiksitis
2. Untuk mengetahui macam klasifikasi pada appendiksitis
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya appendiksitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari appendiksitis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari appendiksitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien appendiksitis
7. Untuk mengetahui terapi atau pengobatan pada pasien appendiksitis
8. Untuk mengetahui dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien appendiksitis
sesuai konsep

1.4 MANFAAT
- Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada
klien appendiksitis.
- Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang benar tentang masalah klien appendiksitis
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Apendisitis


Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut
yang palingsering(Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi
dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995) .
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab
umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu
appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada
suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local.
b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas:
a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
2.3 Etiologi
 Fekolit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
 Tumor apendiks.
 Cacing ascaris.
 Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
 Hiperplasia jaringan limfe

2.4 Manifestasi klinis


 Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
 Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
 Anoreksia
 Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
 Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
 Nyeri lepas.
 Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
 Konstipasi.
 Diare.
 Disuria.
 Iritabilitas.
 Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya
gejala pertama.

2.4 Patofisiologi
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum
menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah
bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,
sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut
fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus (Mansjoer 2005).
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut (Faradillah 2009).
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika
dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam
keadaan perforasi (Faradillah 2009).
2.5 Pathway
Feces yang terperangkap dalam lumen appendiks menyerap air berlebihan
Obstruksi limen appendiks
Hyperplasia jaringan limfoid sub mukosa
invasi kuman E.coli

Lumen menyempit
udema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa
Merangsang medula spinalis
Appendiksitis
Kurangnya informasi

Adanya rencana op

Menglami perubahan status


Kecemasan

Merangsang nociceptor
Pengeluaran mediator kimia oleh sel radang
Korteks serebri
Nyeri
Kekurangan volume cairan
Mual muntah
Apendixitis kronis
Apendiktomy

Luka insisi bedah


Nyeri

Resiko infeksi
2.6 Penatalaksanaan
 Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
 Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
 Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
 Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun
psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami
setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk)
untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa
cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.

2.7 Terapi
a. Amoxan
b. Dulcolax
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama :-
Umur : semua umur bisa terjadi resiko apendisitis
s kelamin : perempuan dan laki-laki mempunyai resiko terjadi apendisitis
Suku bangsa :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Tanggal masuk :-
No. regestrasi :-
Penanggung jawab : Bila pasien anak-anak atau lansia atau tidak sadar perlu adanya data
penanggung jawab pasien yang meliputi :
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan keluarga: -

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah,lemas, meringis kesakitan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut kanan bawah,dengan :
P : nyeri timbul saat melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti terbakar
R : abdomen kanan bawah
S : skala nyeri 7
T : nyeri selalu
- nafsu makan menurun , rasa mual dan muntah
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah pernah mengalami penyakit yang sama
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit keturunan

3. Pola kesehatan fungsional


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Kaji persepsi pasien tentang kesehatan diri
- Kaji pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakitnya
- Kaji kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila sakit,
kemana pasien biasa berobat bila sakit)
b. Pola nutrisi dan metabolik
- Kaji pola makan pasien sebelum sakit dan sesudah sakit yang meliputi frekuensi, porsi makan,
jenis makanan yang biasa dimakan
c. Pola eliminasi
- Kaji pola BAB & BAK pasien sebelum dan sesudah sakit meliputi Frekuensi, waktu, warnanya,
jumlah
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kaji adakah keluhan Kesulitan dalam aktifitas baik itu mandi, makan ,dalm bermain
- Kaji adakah Keluhan nyeri pada daerah abdomen setelah melakukan aktifitas
- Kaji apakah mudah merasa kelelahan
e. Pola istirahat tidur
- Kaji kebiasaan tidur Waktu tidur, lama tidur dalam sehari, kebiasaan pengantar tidur sebelum dan
sesudah sakit
- Kaji kesulitan dalam hal tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur, merasa tidak puas setelah
bangun tidur, merasa sesaknyeri pada daerah abdomen saat tidur dll) sebelum dan sesudah
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
- Kaji keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (seperti pengelihatan, pendengaran,
penghidu, pengecapan, sensasi perabaan
- Kaji kemampuan kognitif klien (kemampuan mengingat / memory, bicara dan memahami pesan
yang diterima, pengambilan keputusan yang bersifat sederhana
g. Pola hubungan dengan orang lain
- Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga, tenaga kesehatan, pasien lain),
apakah keadaan penyakitnya mempengaruhi hubungan tersebut)
h. Pola reproduksi / seksual
- Bagaimana pemahaman keluarga pasien/ pasien terhadap fungsi seksual
- Kaji jenis kelamin anakyang dapat berhuungan dengan terjadinya penyakit apendixitis
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
- Kaji persepsi keluarga (hal yang dipikirkan keluarga saat ini, harapan keluaga setelah anak
menjalani perawatan, perubahan yang dirasa setelah sakit)
- Kaji bagaimana persepsi klien/keluaga terhadap tubuhnya, adakah pengaruh penyakit yang
dialami terhadap persepsi klien tersebut)
j. Pola mekanisme koping
- Kaji bagaimana upaya keluaga klien dalam menghadapi masalahnya sekarang
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
- Kaji bagaimana keluraga klien/klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan (macam,
frekuensi), apakah pasien mengalami permasalahan berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama
dirawat
- Kaji adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut kelurga pasien/pasien bertentangan dengan
kesehatan

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Pada penderita apendixitis biasanya Nampak lemah
b. Kesadaran : Composmentis (GCS : 15)
c. Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : meningkat
- Nadi : meningkat
- Pernapasan : menigkat
- Suhu : meningkat

d. Pemeriksaan Fisik Head to toe


 Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala, simetris kiri dan kanan, keadaan rambut dan hygiene
kepala , Warna rambut.
- Palpasi : Ada atau tidaknya benjolan
 Muka
- Inspeksi : Struktur muka simetris kiri dan kanan, ekspresi wajah,kaji apakah wajah
pucat atau tidak
- Palpasi : Adakah nyeri tekan, adak benjolan pada muk atau tidak
 Mata : Periksa konjungtiva, sclera, pupil,reflek cahaya, fungsi penglihatan
 Hidung dan sinus : Kebersihaan hidung, ada / tidak pernafasan cuping hidung,ada/tidak poli
hidung, adanya deviasi septum
 Telinga : Bentuk simetris / asimetris, kebersihan telingga, ada/tidaknya
serum,fungsi pendengaran
 Mulut : Kaji keadan gigi,ada atau tidak peradangan pada gusi,periks kelembapan
bibir,dan periksa kebersihan lidah, dan periksa adkah nyeri saat menelan atau tidak.
 Leher : Ada/tidak pembesaran JVP, ada/tidak pembesaran kelenjar limfe/kelenjar
tyroid
 Thorax dan pernapasan
- Inspeksi
 Bentuk dada simetris ki/ka
 Irama pernapasan mengikuti gerakan dada
 Frekuensi pernapasan 16 x/m
 Tipe pernapasan : Normal
- Palpasi
 Ada atau Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi
 Kaji bunyi Suara napas normalnya vesikuler
 Kaji ada atau tidak Bunyi tambahan
- Perkusi
 Suara perkusi dada normal : Sonor
 Jantung
- Inspeksi
 Nampak atau tidak nampak ictus cordis
- Palpasi
 Teraba atau tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra kostalis.
 Perkusi
 Teraba atau tidak teraba pembesaran jantung
- Auskultasi
 Bunyi jantung I dan II murni
 Ada atau tidak Bunyi tambahan .
 Abdomen
- Inspeksi
 Ada atau tidak pembesaran pada abdomen
 Ada atau tidak ada bekas luka pada abdomen
- Palpasi
 Pada penderita apendixitis saat dilakukn palasi ada nyeri tekan pada titik MC urney 1/3 abdomen
kanan bawah
- Auskultasi
 Peristaltik normal 5-15 x/menit, pada penderita apendixitis biasanya peristaltik usus meningkat
- Perkusi
 Normal suara perkusi adalah Tympani.
 Genitalia : Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan
tidak ada masalah.
 Ekstremitas : Ada / tidak clubbing fingers, ujung-ujung jari hiperemik.

5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP).Pada pemeriksaan
darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
b. Pemeriksaan darah
Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada
kasus dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
c. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin..
d. Radiologi
Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang
menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum.
e. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.
f. USG
Dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses.
Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
g. Barium enema
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
h. Laparoscopi
Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada
saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.

6. Pengobatan / Perawatan
a. Amoxan
b. Dulcolax
ANALISIS DATA
PRE-OPERASI
No Data Etiologi Masalah
DS :
Klien mengeluh nyeri abdomen
bagian kanan bawah
DO
Klien nampak meringis Peradangan pada Gangguan rasa nyeri
Pada pemeriksaan laparoscopy di apendiks
dapatkan dat adanya pearadagan
pada apendik.
Vital Signs
P : adanya peradangan pda daera
1/3 bawah kanan
Q : Nyeri seperti terbakar
R : Abdomen bagian bawah
sebelah kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri selalu
DS :
- Klien mengeluh mual
DO : Output yang berlebihan Kekurangan volume
- Klien mengeluh muntah- cairan
muntah
- Turgor bibir nampak kering
DS :
Klien mengatakan cemas tentang
kondisi yang dialaminya sekarang Kecemasan Perubahan status
DO : kesehatan
- Klien nampak gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Klien dan keluarga selalu
bertanya tentang kondisinya.

POST-OPERASI
No Data Etiologi Masalah
1 DS : - Resiko terjadi infeksi Diskontinuitas
jaringan sekunder
DO :
terhadap luka insisi
TTV : bedah
Suhu 380C;
Nadi >80x/menit;
TD >110/70 mmHg;
RR >20x/menit
-Terdapat luka insisi bedah

3.2 DIAGNOSA
PRE-OPERASI
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri abdomen kanan bawah
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah muntah
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
POST – OPERASI

1. Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah

3.3 PERENCANAAN
No. Tujuan dan Kriteria
Tanggal Intervensi Rasional
Dx Hasil
3 Okt 1 Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri, lokasi, 1. Tingkatkan nyeri yang
2013 tindakan keperawatan karakteristik, dan didapatkan sebagai
09.00 selama 1x24 jam integritas nyeri dengan pendomen intervensi
selanjutnya dan
diharapkan nyeri akan skala (0-10) dan kaji perubahan tanda-tanda
berkurang/hilang tanda-tanda vital vital merupakan indi-
kator terjadinya nyeri.
Kriteria Hasil : 2. Dapat mengurangi nyeri
- Klien dapat mengetahui
terjadinya gangguan rasa 2. Lakukan masase pada 3. Teknik relaksasi (napas
nyaman yang daerah nyeri dalam) dapat mening-
berhubungan dengan katkan sup-lain O2 ke
nyeri bdomen 3. Ajarkan teknik relaksasi jaringan sehingga nyeri
- Klien tidak merasa misalnya napas dalam berkurang.
nyeri lagi pada saat 4. Obat analgetik dapat
beraktivitas mengurangi nyeri.
- Klien dapat mengatasi 4. Kolaborasi dengan 5. Untuk
nyeri dengan sendiri dokter dalam pemberian membuang/mengangkat
- Klien dapat bergerak obat analgetik apendixitis yang rusak
dengan leluasa 5. Kolaborasi dengan
- Tanda-tanda vital dalam dokter untuk
batas normal. pembedahan.
- P : peradangan pada
daerah 1/3 hilang
- Q : normal
- R : normal tidak ada
nyeri
- S : skala nyeri 0
- T :-
3 Okt 2 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat dehiderasi 1. Untuk mengetahui
2013 tindakan keperawatan klien derajat dehidrasi klien
14.00 selama 1x24 jam 2. Membantu memenuhi
diharapkan 2. Anjuran cairan cairan yang hilang
kekurangan volume peoral secara bertahap 3. Untuk memberi
cairan teratasi pengertian pada klien
3. Ajarkan pada klien makanan apa saja yang
Kriteria Hasil : makanan yang kaya akan dapat menunjang
- Klien dapat mengetahui energi kesembuhan dan
tingkat dehidrasi yang di kebutuhan tubuh
deritanya berhubungan 4. Untuk mengganti
debgn terjadinya mual cairan yang terbuang
muntah
- Klien merasa segar dan 4. Pemberian cairan infus
tidak lemas
- Klien dapat memilih
makanan yang bergizi
dan yang menghasilkan
energi yang baik untuk
tubuhnya
- Turgor kulit normal dan
klien tidak mengeluh
mual muntah
3 Okt 3 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Dengan mengetahui
2013 tindakan keperawatan klien. tentang lingkup ke-
18.00 selama 1x24 jam cemasan klien akan
diharapkan kecemasan memudahkan pe-
klien berkurang nentuan intervensi se-
lanjutnya.
Kriteria Hasil : 2. Beri kesempatan klien 2. Dengan mendengarkan
- Klien dapat mengetahui untuk mengungkapkan keluhan, klien akan
penyebab kecemasan keluhannya merasa diperhatikan dan
- Klien merasa lebih dapat mengurangi
tenang dan kecemasan kecemasannya
berkurang 3. Pemberian informasi
- Klien dapat mengatasi 3. Ajarkan pada keluarga yang adekuat dapat
kecemasan pasien untuk menurunkan kecemasan
- Klien dapat tersenyum memberikn suasana klien dan dapat
dan berkomunikasi yang tenang dan melakukan pera-watan
dengan santai nyaman. dengan baik
4. Agar klien tidak merasa
bosan dalam
menghadapi perawatan.
4. Kolaborasi dengan
keluarga untuk Ciptakan
lingkungan yang
nyaman dan tenang

POST – PERASI
tgl No dx Tujuan & KH Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan1. Awasi TTV. Perhatikan 1. Memantau adanya


tindakan keperawatan demam menggigil, infeksi/ terjadinya
selama 1x24 jam klien berkeringat, perubahan sepsis, abses
tidak menunjukkan tanda mental. 2. Memberikan deteksi
dan gejala infeksi,dengan 2. Cata karakteristik dini terjadinya proses
KH : drainase luka infeksi
K : Pasien dapat
3. Ajarkan pada pasien 3. Menurunkan risiko
mengetahui resiko infeksi teknik mencuci tangan penyebaran bakteri
b.d luka insisi dengan benar 4. menurunkan jumlah
A : pasien merasa senag 4. Kolaborasi dalam organisme (pada infeksi
tidak ada resiko memrikan antibiotik yang ada sebelumnya)
P : pasien dapat sesuai indikasi untuk menurunkan
melakukan teknik penyebaran dan
mencuci tngan dengn pertumbuhannya
benar
P : ,tidak ada eritema dan
tidak ada demam. Tidak
ada tanda-tanda infeksi
(rubor, dolor ) luka bersih
dan kering

3.3 IMPLEMENTASI
Pre- operasi
Tgl / No
Implementasi Respon pasien Ttd
Jam Dx
3 Okt 1,2 1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, Ds : Klien sudah tidak mengeluh nyeri
2013 karakteristik dan integritas dan klien mengatakan skala nyeri pada
nyeri dengan skala (0-10) skala 0
Do : Klien tidak terlihat meringis
2. Mengukur tanda-tanda vital kesakitan
Ds : -
3. Melakukan pembedahan /
Do : TD : 120/80 mmHg
apendiktomy
Nadi : 100x/menit
RR : 23x/menit
Suhu : 36oC
Ds : asien bersedia untuk dilakukan
operasi
4. Memasang cairan infus cairan
Do : pasien terliht tegang.
infuse
Ds : Klien terlihat kesakitan saat di
pasang infus
Do : Turgor kulit dan bibir mulai
5. Menganjurkan pemasukan
membaik
cairan secara bertahap
Ds : Keluarga klien mngatakan klien
mau makan sedikit demi sedikit dan
minum air putih yang banyak
6. Kolaborasi pemberian obat
Do : Turgor kulit mulai membaik
analgetik
Ds : Klien mengatakan mau meminum
obat
Do : Klien terlihat pasrah saat I suruh
minum obat
3 Okt 1,3 1. Mengajarkan teknik relaksasi Ds : Klien mengatakan tubuhnya terasa
2013 rileks
Do : Klien terlihat menurut sat di
berikan terapi rileks
2. Mengkaji tingkat kecemasan Ds : Klien mengatakan lebih tenang dan
klien tidak terlalu mencemaskan keadaannya
Do : Klien terlihat diam saja saat di
lakukn pemeriksaan dan klien sudah
3. Kolaborasi untuk Ciptakan tidak nampak cemas
lingkungan yang nyaman dan Ds : Klien mengatakan merasa nyaman
tenang Do : Klien terlihat tenang
3 Okt 3 1. Memberikan informasi tentang Ds : Klien menagatakan tidk merasa
2013 perawatan yang dilakukan kwatir lagi
selama sakit Do : Klien terlihat mengerti tentang
pengobatannya
2. Memberikan kesempatan klien Ds : Klien merasa diperhatikan
untuk mengungkapkan Do : Klien terlihat seperti tidak ada
keluhannya pikiran.

Post - operasi
tgal No dx Implementasi Respon pasien Ttd
3 okt 1 1. Memberikan antibiotik Ds : -
22013 2. Mengajarkan teknik mencuci Do : tidak ada tanda – tanda infeksi
tangan dengan benar Ds : asien merasa senang tidak terjadi
3. Membersihkan luka insisi infesi
secara steril Do : luka tidak terkontaminasi
Ds : -
Do : luka dalam keadaan bersih dan
kering

3.4 EVALUASI
Pre - operasi
Tgl No Dx Evalusi Ttd
4 Okt 2013 1 S : Klien mengatakan perutnya sebelah kanan tidak nyeri lagi
O : Klien tidak terlihat meringis kesakitan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
4 Okt 2013 2 S : Klien mengatakan badannya sudah tidak lemas lagi
O : Turgor kulit kemali normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4 Okt 2013 3 S : Klien mengatakan dia sudah merasa tenang tidak cemas lagi
O : Klien nampak begitu rileks
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Post – operasi
Tgal No dx Evaluasi Ttd
4 okt 2013 1 S : klien mengatakan badannya tidak panas
O : ttv :
Nadi : 10x/menit
Td : 120/80 x menit
RR : 24x/menit
Suhu : 37,5 C
- Tidak ada tanda-tanda rubor
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Apendisitis terjadi jika ada sisa-sisa makanan yang terjebak dan tidak dapat keluar dari
umbai cacing (apendiks), sehingga lama kelamaan umbai cacing tersebut akan membusuk dan
akan timbul peradangan hingga menjalar ke usus buntu. Apabila umbai cacing tersebut tidak
segera dibuang dengan cara di operasi lama kelamaan akan pecah. Dalam masa peradangan usus
buntu tersebut ditandai dengan adanya nanah.
Gejala yang timbul pada penyakit apendisitis ini adalah anoreksia (hampir semuanya
mengalami) dikuti dengan nyeri periumbilikal konstan derajat sedang dengan pergeseran dalam
4-6 jam menjadi nyeri tajam pada kuadran kanan bawah. Posisi ujung apendiks yang bervariasi
atau malrotasi, memungkinkan variabilitas dari lokasi nyeri. Selanjutnya dapat terjadi episode
muntah, bersamaan dengan obstipasi atau diare, terutama pada anak-anak.
Umumnya pengobatan yang disarankan langsung oleh dokter adalah operasi, pasalnya usus
buntu yang meradang dan tak segera dioperasi bisa bocor sehingga radang meluas dalam rongga
perut dan bisa menyebabkan terjadinya peritonitis dan itu bisa berlanjut kepada kematian apabila
tidak cepat ditangani.

4.2 Saran
Penulis menyadari asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dari sei bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan sarannya yang membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi
kebutuhan dalam memenuhi kesempurnaan makalah ini.

S-ar putea să vă placă și