Sunteți pe pagina 1din 4

ISSN 2302-1616

Vol 3, No. 2, Desember 2015, hal 96-99

Gambaran Angka Peroksida Pada Minyak Jelantah di Warung Penyetan


Wilayah Mancasan Yogyakarta
DIAN WURI ASTUTI1, SITI FATIMAH1, EMBANG ALBARI1
1
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Jl. Ring Road Utara, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283
email: dian_wa@gunabangsa.ac.id

ABSTRACT
The frying pan thermal-kimia was a process that produces characteristic of food with the brown
colour of golden. One of the parameters of the decline in quality cooking oil is the number of
peroxide. During the frying pan, cooking oil will suffer at high temperatures warning 160-1800C in
long time. The main damage is the emergence of a rancid scent while damage other covering
elevated levels of free fatty acid, the peroxide, thickness the emergence of oil, the establishment of
foam and the dirt on seasoning of material that fried. Based on cooking oil used in a penyetan stall
is generally of cooking oil used repeatedly. The use of oil can improve the former repeatedly
peroxide in the cooking oil. Research objectives is to know the image of the peroxide on a former
oil in a penyetan stall areas Mancasan Yogyakarta. This research is descriptive research. Laboratory
test to research is iodometry method. A penyetan stall to research this a total of eight-penyetan stall
located in the Mancasan Yogyakarta. Research conducted on eight a penyetan stall areas Mancasan
in Yogyakarta obtained the number of the peroxide of 1,10 meq/kg until 5,74 meq/kg. From the
result of research conducted on a penyetan stall there are 62.5% penyetan stall peroksida number
exceeding the limit of standards and 37,5% still within the limits of cooking oil according to quality
standard SNI 7709:2012.

Keywords: cooking oil former, number of peroxide

PENDAHULUAN sedangkan kerusakan lainnya meliputi


Penggorengan merupakan proses peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA),
thermal-kimia yang menghasilkan angka peroksida, timbulnya kekentalan
karakteristik makanan dengan warna cokelat minyak, terbentuknya busa dan adanya
keemasan, penampakan tekstur krispi dan kotoran pada bumbu dari bahan yang
flavor yang diinginkan, sehingga makanan digoreng. Penggunaan minyak goreng secara
yang digoreng sangat populer. Selama berulang akan meningkatkan kerusakan
penggorengan terjadi hidrolisis, oksidasi dan minyak, membuat minyak cepat berasap atau
dekomposisi minyak yang dipengaruhi oleh berbusa dan meningkatkan warna cokelat
bahan pangan dan kondisi penggorengan serta aroma yang tidak disukai pada bahan
(Chatzilazarou et al., 2006). makanan yang digoreng. Bahaya
Produksi komponen-komponen dalam mengkonsumsi minyak goreng yang
minyak selama penggorengan ditransfer dari digunakan berulang-ulang dapat
bahan makanan yang digoreng, beberapa dari menyebabkan penyakit seperti pengendapan
komponen tersebut dapat menurunkan daya lemak dalam pembuluh darah
terima konsumen dan memberikan efek yang (atherosclerosis) dan penurunan nilai fungsi
merugikan kesehatan (Galeone et al., 2006). cerna lemak.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak Minyak jelantah adalah minyak yang
goreng adalah bilangan peroksida. Selama berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak
penggorengan, minyak goreng akan jagung, minyak sayur dan minyak samin yang
mengalami pemanasan pada suhu tinggi 1600- telah digunakan sebagai minyak goreng.
1800C dalam waktu yang cukup lama. Minyak ini merupakan minyak bekas
Kerusakan utama adalah timbulnya bau tengik pemakaian kebutuhan rumah tangga. Apabila
Vol 3, Desember 2015 Biogenesis 97

ditinjau dari komposisi kimianya, minyak makanan yang dijual di warung penyetan
jelantah mengandung senyawa-senyawa yang digoreng menggunakan minyak goreng yang
bersifat karsinogenik yang terjadi selama digunakan secara berulang-ulang.
proses penggorengan. Pemakaian minyak Berdasarkan uraian di atas peneliti berminat
jelantah tersebut dapat merusak kesehatan, untuk meneliti gambaran angka peroksida
menimbulkan penyakit kanker, dan dapat pada minyak jelantah di warung penyetan
mengurangi kecerdasan. Secara ekonomis wilayah Mancasan Yogyakarta.
minyak jelantah masih layak untuk
digunakan, sehingga banyak para konsumen METODE
minyak makan menggunakannya berulang Standarisasi larutan Natrium thiosulfat
kali (Nurul, 2004). dengan larutan kalium Iodat 0,0981 N. 25 ml
Warung penyetan merupakan suatu larutan KIO3 dimasukkan ke dalam labu
tempat penjualan makanan yang banyak erlenmeyer tutup asah. Ditambahkan 2,5 ml
diminati para konsumen terutama para larutan H2SO4 2N dan 10 ml larutan kalium
pembeli, karena ditinjau dari segi harga relatif iodida 10%. Iodium yang dibebaskan dititrasi
murah dan menu makanan yang tersedia dengan larutan Na2S2O3 menggunakan
bervariasi. Warung penyetan menyajikan indikator amilum. Saat titik akhir titrasi warna
menu makanan yang melalui proses biru tua akan hilang. Dihitung normalitas
penggorengan atau identik dengan makanan Na2S2O3.
yang selalu digoreng. Berdasarkan hasil Pemeriksaan Bilangan Peroksida.
survei minyak goreng yang digunakan di Ditimbang cuplikan minyak goreng sebanyak
warung penyetan pada umumnya adalah 5 gram ke dalam labu erlenmeyer tutup asah,
minyak goreng yang digunakan secara ditambahkan sebanyak 30 ml larutan asam
berulang-ulang. Penggunaan minyak jelantah asetat dan kloroform 3:2 kemudian digoyang.
secara berulang-ulang dapat meningkatkan Ditambahkan 1 gram kristal KI dan tutup
angka peroksida pada minyak goreng rapat, diamkan selama 30 menit dalam ruang
tersebut. Daerah Mancasan Condong Catur, gelap, ditambahkan 100 ml larutan akuades.
Sleman Yogyakarta merupakan daerah yang Ditambah indikator amilum sehingga warna
ramai pembeli karena berada di lingkungan larutan menjadi biru tua. Dititrasi dengan
perguruan tinggi seperti STIKes Guna larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru
Bangsa, UPN, Amikom dan Universitas Islam hilang.
Indonesia. Berdasarkan hasil survei, terdapat
8 warung penyetan di wilayah Mancasan yang HASIL
selalu ramai dikunjungi para pembeli setiap Hasil dari penelitian ini tergambar pada
harinya. Sebagaimana telah diketahui tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Data angka peroksida minyak goreng bekas di Warung Penyetan Wilayah Mancasan Yogyakarta
No Massa minyak, g Angka peroksida, meq/kg
5,0003 5,34
1
5,4111 4,58
5,0981 1,42
2
5,2521 1,10
5,0165 5,07
3
5,4708 3,79
5,2352 1,49
4
5,3731 1,11
5,0272 1,19
5
5,0295 1,10
5,0002 5,74
6
5,6704 3,83
DIAN WURI ASTUTI dkk Biogenesis 98

5,0399 5,29
7
5,1279 4,00
5,1926 4,32
8
5,0759 4,17

PEMBAHASAN natrium thiosulfat menggunakan indikator


Penelitian ini dilakukan dengan amilum sampai warna biru hilang.
perhitungan bilangan peroksida pada minyak Larutan amilum 1% berfungsi sebagai
jelantah di warung penyetan wilayah indikator untuk menentukan titik akhir titrasi.
Mancasan Yogyakarta. Minyak goreng yang Larutan amilum harus disimpan pada tempat
digunakan dalam penelitian ini adalah minyak yang dingin karena larutan ini mudah rusak.
jelantah yang diambil dari warung penyetan Natrium thiosulfat harus distandarisasi
Mancasan Yogyakarta. Sampel minyak yang terlebih dahulu agar konsentrasi larutan selalu
diambil telah berwarna cokelat kehitaman dan stabil sehingga tidak terjadi kesalahan pada
sudah digunakan untuk penggorengan pemeriksaan bilangan peroksida.
berulang-ulang kali yang diperkirakan Penelitian yang dilakukan pada delapan
memiliki bilangan peroksida tinggi. warung penyetan wilayah Mancasan
Minyak goreng yang sudah digunakan Yogyakarta, didapatkan hasil bilangan
dan mengalami pemanasan pada suhu tinggi peroksida sebesar 62,5% yang bilangan
akan mengakibatkan perubahan kimia dalam peroksida tinggi melebihi batas standar dan
minyak tersebut yaitu terbentuknya bilangan terdapat 37,5% bilangan peroksida masih
peroksida. Kerusakan minyak goreng dapat dalam batas standar SNI 7709:2012. Hasil
dilihat dari tingginya bilangan peroksida tersebut telah dibandingkan dengan Badan
dalam minyak goreng, Semakin tinggi Standar Nasional 7709:2012 bilangan
bilangan peroksida pada minyak goreng maka peroksida maksimal 2 meq/kg minyak goreng.
maka semakin tinggi kerusakan minyak Bilangan peroksida tinggi pada minyak dapat
goreng tersebut. Kerusakan minyak goreng diindikasi dari warna cokelat kehitaman hasil
dapat disebabkan dua faktor utama yaitu penggorengan suhu tinggi yang
reaksi oksidasi dan hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak goreng
menyebabkan perubahan warna, bau, dan rasa (Tabel 1).
pada minyak goreng yang disebut dengan Suhu merupakan salah satu faktor yang
ketengikan. Proses oksidasi dapat mempercepat terbentuknya peroksida.
berlangsung apabila kontak antara sejumlah Minyak goreng yang mengandung asam-asam
oksigen dengan minyak atau lemak, semakin lemak tidak jenuh dengan suhu tinggi dapat
sering minyak digunakan berulang-ulang kali menyebabkan ikatan rangkap pada asam
maka semakin tinggi angka peroksidanya, hal lemak tidak jenuh rusak kemudian teroksidasi
ini terlihat dengan terjadinya peningkatan oleh oksigen yang menghasilkan senyawa
angka peroksida setelah dilakukan peroksida. Senyawa peroksida mengalami
penggorengan secara berulang. Proses dekomposisi oleh panas menghasilkan asam
penggorengan berulang dapat menyebabkan lemak bebas sehingga menyebabkan minyak
meningkatnya suhu minyak goreng. semakin rusak.
Pemeriksaan bilangan peroksida pada Dampak bagi masyarakat jika
penelitian ini dilakukan dengan metode mengkonsumsi makanan dengan peroksida
iodometri. Sampel minyak jelantah dilarutkan tinggi akan mengganggu kesehatan. Apabila
dalam campuran Asam asetat glasial dan jumlah peroksida pada bahan pangan melebihi
kloroform dengan perbandingan 3:2 yang batas standar mutu maka akan bersifat racun
berfungsi sebagai pelarut organik yang larut yang mengandung senyawa karsinogenik dan
dalam minyak goreng dan mengandung tidak layak untuk dikonsumsi. Bahaya
kalium iodida (KI) sehingga terjadi pelepasan mengkonsumsi bahan pangan tersebut
Iod (I2). Iod yang bebas dititrasi dengan diindikasi dengan gejala diare hingga
Vol 3, Desember 2015 Biogenesis 99

penyakit kanker. Terjadinya penumpukan peroksida melebihi batas standar dan terdapat
lemak dan minyak dalam tubuh 37,5% warung penyetan yang bilangan
mengakibatkan kolesterol tinggi. peroksidanya masih dalam batas standar mutu
Penyumbatan pembuluh darah akan minyak goreng menurut SNI 7709:2012
mengganggu mekanisme kerja jantung dalam maksimal 2 meq/kg.
tubuh sehingga menyebabkan penyakit Setelah dilakukan evaluasi atas penelitian
jantung. yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian
Penggunaan minyak goreng berulang tentang gambaran perbandingan angka
dalam penelitian ini menghasilkan bilangan peroksida dengan penggorengan bertingkat di
peroksida minyak jelantah sebagai radikal warung penyetan yang selalu ramai pembeli
bebas dapat memicu terjadinya kerusakan setiap hari. Selain itu, perlu dilakukan cara
oksidatif di dalam tubuh, maka konsumsi peningkatan mutu minyak goreng bekas yang
minyak jelantah dapat menimbulkan ekonomis dan ramah lingkungan.
kerusakan DNA, protein, peroksidasi lipid,
dan kerusakan membran sel. Kerusakan DAFTAR PUSTAKA
oksidatif yang berlangsung terus menerus Chatzilazarou A, Gartzi, Lalas S, Zoidis E,
dapat menyebabkan timbulnya penyakit- Tsaknis J. 2006. Physicochemical
penyakit yang bersifat kronis dan degeneratif Changes of Olive Oil and Selected Vage
(Herlina dan Ginting, 2002, Ketaren, 2008). Tabel Oil during Frying. Journal Food
Perbandingan dengan penelitian vol 13:27-35.
sebelumnya adalah “Penentuan bilangan Dharma YPI. 2012. Analisa Bilangan
peroksida dalam minyak nabati dengan cara Peroksida pada Minyak Goreng yang
titrasi”, diteliti oleh Wildan (2002). Hasil digunakan Pedagang Gorengan
penelitian menunjukkan bilangan peroksida Diwilayah Mulyosari Surabaya. [Karya
tinggi dan menyebabkan ketengikan pada Tulis Ilmiah]. Surabaya: Analis
minyak goreng. Hasil penelitian ini Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
menunjukkan kesamaan yaitu bilangan Galeone C, Talamini R, Levi F, Pelucchi C,
peroksida tinggi dan terjadinya ketengikan Negri E, Glacosa A, Montnella M,
pada minyak goreng yang digunakan. Franceschi S, Vecchic. 2006. Fried
Sedangkan perbedaan pada penelitian ini Foods, olive oil and colorectal cancer.
terletak pada waktu dan tempat penelitian. Eur Soc Med Onc vol 13:689-92.
Begitu pula penelitian “Analisa bilangan Herlina N, Ginting MHS. 2002. Lemak dan
peroksida pada minyak goreng yang Minyak. Medan: Fakultas Teknik, Univ.
digunakan pedagang gorengan di wilayah Sumatera Utara.
Mulyosari Surabaya”, oleh Dharma (2012) Ketaren. S. 2008. Pengantar Teknologi
menunjukkan terdapat 6 sampel yang Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
memenuhi syarat dengan persentase 17% dan Press.
30 sampel tidak memenuhi syarat dengan Nurul A. 2004. Pengolahan Minyak Jelantah
persentase 83% menurut SNI. Hasil penelitian sebagai Absorben. [Laporan Penelitian].
juga menunjukkan kesamaan yaitu bilangan Medan: Politeknik Negeri Lhokseumawe.
peroksida yang tinggi. Wildan F. 2002. Penentuan Bilangan
Peroksida Dalam Minyak Nabati Dengan
KESIMPULAN Cara Titrasi. Bogor: Temu teknis
Berdasarkan hasil penelitian dapat fungsional non peneliti, Balai Penelitian
disimpulkan 62,5% warung penyetan bilangan Ternak Ciawi. hal: 63-69.

S-ar putea să vă placă și