Sunteți pe pagina 1din 25

4

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Diare


Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan fekuensi yang
tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair.

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender
daraah (Aziz,2006).

Diare dapat juga didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Ramiah,2002).

Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau
penyakit lain diluar saluran pencernaaan (Ngastiyah,2003).

Jadi diare menurut kelompok adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari
tiga kali sehari dengan konsistensi tinja encer.

2.2 Anatomi Fisiologi System Pencernaan


Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari:

1. Mulut (oris).
Merupakan jalan masuk menuju system pencernaan yang terlatak pada ajah
bagian bawah. Terdiri dari 2 bagian, yaitu vestibula (ruang diantara gusi, gigi,
bibir dan pipi). Dan rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris,
palatum, dan mandibularis bersambung dengan faring.
Mulut terdiri dari:
5

a. Bibir adalah lubang berotot yang membantu memperoleh, mengarahkan,


dan menampung makanan.
b. Palatum, membentuk atap lengkung rongga mulut dan memisahkan
mulut dari saluranm hidung sehingga memungkinkan bernafas dan
mengunyah atau menghisap berlangsung bersamaan.
c. Gigi, berfungsi untuk mengunyah makanan, sehingga makanan menjadi
halus.
d. Lidah, pada lidah terdapat indera peraba dan perasa untuk membedakan
rasa asin, manis asam dan pahit. Berfungsi untuk mengaduk makanan
dan membantu untuk mendorong makanan, selain itu lidah beperan
penting dalam proses bicara.
e. Kelenjar ludah, merupakan kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang
mempunyai saluran sendiri, yang menyekresi air liurdan menyalurkannya
kemulut melalui duktus wartonidan stensoni.
f. Saliva adalah cairan yang bersifat alkali terdiri dari 99,5% H2o serta 0,5
% protein dan elektrolit. Fungsinya untuk mencerna karbohidrat,
memudahkan proses menelan, memiliki efek anti bakteri, dsb.

2. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan ,
disini terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan.terdiri atas
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Pada pangkal [paring terdapat
epiglottis, berfungsi dalam proses menelan.

3. Esophagus
Saluran yang menghubungkan faring denganlambung. Fungsinya adalah
menyalurkanmakanan kelambung dengan gerakan peristaltic.

4. Ventrikulus (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Fungsi terpenting lambung adalah unutk menyimpan
makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan optimal. Fungsi lainnya yaitu untuk
6

mengekresikan asam hidrokloridadan enzim-enzim yang memulai pencernaan


protein.

5. Intestinus minor (Duodenum, yeyenum, ileum)


Usus halus adalah pencernaan diantara lambung dan usus besar, pergerakan
usus halus dipicu oleh peregangan dan system reflek dikendalikan oleh saraf
otak. Gerakannya antara lain segmentasi irama, peristaltis, dan gerakan
pendulum. Dalam usus halus banyak dikeluarkan enzim-enzim pencernaan.
Untuk membantu dalam proses pencernaan dan absorpsi makanan.

6. Intestinum mayor (seikum,kolon asendens, kolon transversum, kolon


desendens, klon sigmoid)
Merupakan bagian akhir dari proses pencernaan makanan. Karena sebagai
tempat pembuangan, maka nutrient yang masuk adalah sisa dari maknan yang
tidak tercerna. Di usus besar terdapat banyak bakteri untuk proses pembusukan
sisa metabolism.

7. Rectum
Terdapat dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus

8. Anus
Adalah bagian yang menghubungkan rectum dengan bagian luar, mempunyai 3
spingter yaitu; spingter ani internus, spingter levator ani dan spingter ani
eksternus. Berfunsi Untuk mengeluarkan sisa metabolism (proses defekasi)

Selain itu terdapat organ yg berpengaruh dalam proses pencernaan yaitu hati,
kantung empedu dan pancreas. Semua organ system pencernaan terdapat pada
rongga abdomen yang dilindungi oleh peritoneum.

2.3 Klasifikasi Diare


Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari:
7

1. Diare akut
Yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yng berlangsung kurang dari 14
hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Diare akut lebih banyak
disebabkan agent infeksius yang mencakup virus, bakteri dan pathogen parasit.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi


penyakit diare akut dapat dibedakan dalam 4 kateori yaitu; (1)Diare tanpa
dehidrasi, (2) diare dengan dehidrasi ringan apabila cairan yang hilang2-5%
dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, jika cairan yang hilang 5-
8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat apabila cairan yang
hilang lebih dari 8-10%.

2. Diare persisten
Adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare
akut atau peralihan dari diare akut dan kronik

3. Diare kronik
Adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare
yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih
(Suharyono,2008). Atau suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi
BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih.

2.4 Etiologi Diare

1. Faktor infeksi
8

a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaaan sebagai penyebab utama


diare pada bayi, meliputi:

1) Infeksi bakteri; vibrio, E.coli, salmonella, shigella,


campylobacter, dsb.
2) Infeksi virus; Enterovirus,(virus echo, coxakie), adenovirus,
rotavirus,dsb.
3) Infeksi parasit; cacing (ascariasis,trichuris), protozoa
(Enthamoeba Histilitica, giardialambia), jamur (candida albican).

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar saluran


pencernaan seperti: OMA, tonsilofaringitis, bronchopneumonia,
encephalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor non infeksi

a. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat


b. Karbohidrat disakarida (intoleransi lactose, maltose dan sukrosa), non
sakarida (intoleransi glukosa fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang tersering adalah intoleransi lactose.
c. Malabsorpsi lemak; long chain triglyceride
d. Malabsorpsi protein; asam amino, b-laktoglobulin
e. Faktor makanan; makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
f. Faktor psikologis; rasa takut, cemas. Walaupun yang menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.

3. Faktor resiko terjadinya diere

a. Umur
9

Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan.


Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa
diberikan makanan pendamping. Hal ini terjadi karena belum
terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur dibawah 24 bulan.

b. Jenis kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada
laki-laki, karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.

c. Musim
Variasi pola musim didaerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjanag tahun, frekuensi meningkat pada peralihan musin kemarau ke
musim penghujan.

d. Status gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makan yang kurang, episode diare akut lebih berat,
berakhir lebih lamadan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare
persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat,dan resiko kematian
lebih tinggi.

e. Lingkungan
Didaerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dan sanitasi
yang buruk penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis
yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemic, infeksi
berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang
berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.

f. Status sosial ekonomi


Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi
anggota keluarga. Hal ini Nampak dari ketidak mampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga
mereka cendrung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk
yang memudahkan balita terserang diare.
10

g. Pendidikan
Pendidikan merupakan Faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas
anak balita. Semakin tinggi pendidikan orang tua , semakin baik status
kesehatan anak.

2.5 Patofisiologi Diare


Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah:

1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.Isi rongga usus yang berlebih
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotic antara isi usus dengan
cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit
diserap, bahan tersebut berupa larutan isotonic dan hipertonik. Larutan
isotonic, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorpsi berupa larutan
hipertonik,air dan elektrolitakan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam
lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan
darah, sehingga terjadi pula diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi airdan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan
mediator abnormal misalnya enterotoksin menyebabkan villi gagal
mengabsorsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus
atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus . isi rongga usus akan berlebihan sehgingga merangsang
usus untuk mengeluarkan nya sehingga timbul diare.
11

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare.

Diare mengakibatkan terjadinya:

1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.

2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan


sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah., perfusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosis metabolic bertambah berat,
kesadaran menurun, dan jika tidak cepat ditangani penderita akan meninggal.

3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena
diare dan muntah . Hipoglikemi akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya
telah menderita malnutrisi, hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorpsi
glukosa. Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menuurn
hingga 40mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi. Akibat
hipoglikemi dapat terjai edema otak yang dapat menyebabkan terjadinya
kejang dan koma. (Suharyono,2008).

2.6 Patway Diare

Mikro Organisme
Membentuk toksin Radang usus

Mengganggu absorbs usus


Menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit
Kurang pengetahuan
Jumlah M
Sanitasi kurang
DIARE berlebihan A
Perilaku tidak Keracunan
Muntah K
hygienis Basi A
Psikis Defisit Volume cairan Alergi
N
Intoleransi : A
Hospitalisasi Syok laktosa, protein, lemak N
12

Cemas orang tua

Takut Hipertermi
Suplai cairan/
Resusitasi cairan
Darah (O2) kurang
Resiko kelebihan
Volume cairan
Paru Jantung Ginjal Otak Jaringan

Penurunan ARF Hipoksia


Hiperventilasi cardiac output
Gagal jantung Gagal Gangguan
Pola nafas
ginjal perfusi jaringan
tidak efektif
Kesadaran
Gagal nafas Intoleransi aktivitas Brain death
menurun

2.7 Epidemiologi Diare


Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment

1. Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada
balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah atau menurun pada system
pencernaan dalam hal ini lambung tidak dapat menghancurkan makanan
dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan sehinga mudah bagi kuman
untuk menginfeksi lambung. Jika terjadi demikian akan timbul berbagai
macam penyakit termasuk diare.

2. Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang disebabkan
oleh Faktor infeksi karena kuman, malabsorpsi dan Faktor makanan. Aspek
yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman E.colli,
salmonella, vibro collera dan serangan bakteri lain yang jumlahnya lebih
banyak dan patogenik (memanfaatkan kondisi saat lemah) pseudomonas.
(widjaja, 2004).

3. Environment
13

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara host


degan agent. Keadaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh sanitasi
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk
perilaku hidup bersih dan sehat. Pencemaran lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan agent yang berda,mpak pada host sehingga mudah timbul
berbagai macam penyakit termasuk diare.

2.8 Manifestasi Klinis


Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah,
warna tinja makin lama menjadi hijau karena bercampur empedu, anus dan daerah
skitar lecet karena sering defekasi, tinja makin lama makin asam karena makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorpsi, gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare disebabkan lambung yang turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila sudah
dehidrasi maka berat badan akan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun membesar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO


Tanda dan
No Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
gejala
1. Keadaan umum Sadar,gelisah, haus Gelisah, Mengantuk, lemas,
mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar
2. Denyut nadi Normal kurang dari Cepat dan lemah Cepat, halus kadang-
120/menit 120-140/menit kadang tak teraba,
kurang dari 140/menit
3. pernapasan normal Dalam mungkin Dalam dan cepat
cepat
4. Ubun-ubun normal cekung Sangat cekung
besar
5. Kelopak mata normal cekung Sangat cekung
6. Air mata ada Tidak ada Sangat kering
14

7. Selaput lendir lembab kering Sangat kering


8. Elastisitas kulit Pada pencubitan lambat Sangat lambat (lebih
kulit ecara elastic dari 2 detik)
kembali secara
normal
9. Air seni normal berkurang Tidak miksi
warnanya tua

2.9 Cara Penularan Diare


Menurut Junadi purnawan,dkk (2002), bahwa penularan penyakit diare pada balita
biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena:

1. Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air)


2. Beberapa Faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut :

a. Tidak memadainya penyediaan air bersih


b. Kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja
c. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

Cara penularan penyakit diare adalah air, makanan dan susu. Sedangkan menurut
Sutono (2008) bahwa pada balita faktor resiko terjadinya diare selain faktor intrinsic
dan ekstrinsik juga sangat berpengaruh oleh perilaku ibu dan pengasuh balita karena
balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungan.

2.10 Pecegahan Diare

1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap optimal untuk
bayi. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organism
lain penyebab diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya anti bodi dan zat lain yang dikandungnya.

2. Makanan pendamping ASI


15

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Menurut Depkes RI (2002) bahwa untuk melakukan pola perilaku hidup bersih
dan sehat diperlukan:

a. Penimbangan balita
b. Gizi seimbang
c. Air bersih
d. Jamban keluarga
e. Air minum yang dimasak
f. Mandi dengan sabun
g. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
h. Pencucian peralatan dengan sabun
i. Limbah
j. Terhadap Faktor bibit penyakit dengan cara memberantas sumber
penularan penyakit, mencegah penyebaran kuman, meningkatkan taraf
hidup, dan Faktor lingkungan.

2.11 Komplikasi Diare


Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti :

1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hypokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energy protein.

2.12 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium untuk diare adalah :
16

1. Pemeriksaan tinja
2. pH dan kadar gula dalam tinja bila diduga ada intoleransi gula
3. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
4. Pemeriksaan AGD
5. Pemeriksaan ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
6. Pemeriksaan elektrolit
7. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualiatif dan kyantitatif, terutama pada diare kronik

2.13 Penatalaksanaan Diare


Prinsip penatalaksanaan diare antara lain dengan:

1. Rehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah yang
hilang melalui diare dan muntah, ditambah dengan yang hilang melalui
keringat, urine dan pernapasan.

2. Nutrisi
Makan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari
efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak denan diare akut
dapat memenuhi tujuannya serta mempertahankan factor yang mempengaruhi
gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai berikut:

a. Segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama.


b. Makanan cukup energy dan protein dan tidak merangsang.
c. Makan diberikan bertahap dimulai dari yang mudah cerna
d. Makanan diberikan sedikit tapi sering
e. Pemberian ASI diutamakan untuk bayi
f. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
g. Pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup

3. Medikamentosa
Antibiotik dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin.

Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang didukung oleh IDAI dengan
17

rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan cara satu-satunya cara untuk mengatasi diare
tapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare
dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare.

Adapun program tersebut adalah :


1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasidapat dilaklukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan cairan oralit osmolalitas rendah.

Berdasarkan derajat dehidrasi dibagi 3 rencana pengobatan yaitu:

a. Rencana pengobatan A
Digunakan untuk mengobati diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi
diare dirumah, memberiakncairan rumah tangga yangdianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang.

Gunakan larutan untuk anak sebagai berikut:


Umur 3 jam pertama atau tidak haus Selanjutnya tiap
(tahun) atau sampai tidak gelisah lagi kali mencret
<1 11/2 gelas ½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
>5 6 gelas 4 gelas

b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kgBB, berat badan anak tidak
diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai table berikut:
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun
Jumlah oralit 300 600 1200

Berikan anak yang menginginkan jumlah oralit lebih banyak,dorong ibu


untuk meneruskan ASI, berikan juga100-200 air masak pada bayi
kuarang dari 6 bulan yang tidak mendapat ASI.setalah 3-4 jam nilai
kembali kondisi anak.

c. Rencana pengobatan C
18

Digunakan untuk menangani diare dengan dehidrasi berat. Pertama-tama


berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam, jika keadaan sudah
membaik berikan cairan oralit

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang paling penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzimINOS (Inducible Nitric Okxide Syintase)
dimana eksresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresiepitel usus. Zinc juga berperandalam epitalisasi dinding ususyang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian ndiare (Kemenkes
RI,2011).

Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangilama dan tingkat


keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkankekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdassssarkan bukti inisemua anak diare harus diberikan zinc segera.

Dosis pemberian zinc pada balita :

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet(10 mg)/hari selama 10 hari


b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari selama 10 hari

3. Teruskan pemberian makan dan ASI


Bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap
kuat dan tumbuh serta mencegahberkurangnya berat badan.

4. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutinkarena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obat anti diare jega tidak boleh
diberikan karena terbukti tidak bermanfaat.obat anti muntah tidak dianjurjan
kecuali muntah berat.

5. Nasihat kepada orang tua atau pengasuh


Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasihat tantang:
19

a. Cara memberikan cairan dan obat dirumah


b. Kapan harus membawa balita ke petugas kesehatan, bila:

1) Diare lebih sering


2) Muntah berulang
3) Sangat haus
4) Makan / minum sedikit
5) Timbul demem
6) Tinja berdarah
7) Tidak membaik selama 3 hari

2.14 Konsep Asuhan Keperawatan

2.14.1 Pengkajian

1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada anak, status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
diare. Pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji unjtuk mengetahui tingkat perilaku
kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui
wawancara. Alamat berhubungan dengan epidemilogi (tempat, waktu,
dan orang).

2. Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke RS, Manifestasi klinik berupa BAB
yang tidak normal/cair lebih sering dari biasanya.

3. Riwayat Kesehatan sekarang


a. Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa
yang telah dilakukan.
20

b. Kuantitatif, gejala yang dirasakan akibat daire , biasanya


BAB lebih dari 3 kali/hari dengan atau tanpa darah atau
lender, mulas, muntah.
c. Regional, perut mulas, anus terasa basah
d. Skala/ keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya
tahan tubuh dan menggangu aktivitas
e. Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak,
lamanya sesuai dengan jenis diarenya.
f. Pada umumnya anak masuk RS dengan keluhan BAB cair
berkali-kali bisa disertai muntah,tinja dapat bercampur
lender atau darah, keluhan lain yang mungkin adalah nafsu
makan menurun, suhu tubuh meningkat, volume BAK
menurun, dan penurunan kesadaran.

4. Riwayat kesehatan sebelumnya


Meliputi pengkajian riwayat :

a. Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi, kesehatan
selama kehamilan, dan obat-obatan yang dikonsumsi serta
imunisasi

b. Natal
Lamanya proses kelahiran, tempat, penolong persalinan,
obat-obatan dan penyulit

c. Post natal
Berat lahir, panjang badan, kondisi kesehatan, apgar score,
kelainan congenital

d. Feeding
ASI atau formula, umur disapih,jadwal makan/jumlahnya,
pengenalan makanan lunak, perubahan berat badan,
masala feedingpenggunaan suplemen tambahan
21

e. Penyakit sebelumnya
Penyebab, gejala, perjalanan penyakit, komplikasi, insiden
penyakit dalam keluarga, respon emosi terhadap ranap
sebelumnya.

f. Alergi
Apakah pernah mengalami hay fever, asma, eksim, obat-
obatan, binstang, tumbuhan, dan debu

g. Obat-obatan terakhir yang didapat


Nama, dosis, jadwal, lamanya. Alasan pemberian
imunisasi lengkap atau tidak
h. Tumbuh-kembang
Berat badan lahir akan bertambah 150-200 gr/ minggu. TB
bertambah 2,5 cm/bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6
bulan, gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai
duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, berdiri dan berjalan
pada usia 10-12 bulan.

5. Riwayat psikososial
Anak sangat menyukai mainan, dan sangat bergantung pada orang tua
dan sngat histerisjika di pisahkan dari orang tua.

6. Riwayat spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya
berdo’a

7. Reaksi hospitalisasi

a. Kecemasan akan perpisahan, perasaan tidak aman, cemas


dan sedih
b. Perubahan pola kegiatan rutin
22

c. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi


d. Kehilangan otonomi
e. Takut keutuhan tubuh
f. Penurunan mobilitas

8. Aktivitas sehari-hari
Pada usia balita sudah diajarkan toilet traning, dan aktifitas bermain

9. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi cepat dan
lemah, frekuensi nafas meningkat dan tekanan darah
menurun.

b. Antropometri
Meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan lingkar perut. Pada anak diare mengalami
penurunan berat badan

c. Pernapasan
Biasanya agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ada
bunyi nafas tambahan

d. Cardiovaskuler
Tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan
lemah.

e. Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltic usus meningkat, anoreksia, BAB
lebih dari tiga kali dengan konsistensi encer
23

f. Perkemihan
Volume dieresis menurun

g. Musculoskeletal
Kelemahan fisik akibat output berlebihan

h. Integument
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit
jelek
i. Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelainan

j. Pengindraan
Mata cekung, hidung dan telinga tidak ada kelainan

k. Reproduksi
Tidak mengalami kelainan

l. Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran

10. Pemeriksaan tingkat perkembangan

a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Personal sosial

2.14.2 Diagnosa keperawatan

a. Kurang volume cairan b.d kehilangan berlebih melalui feses dan


muntah serta intake terbatas (mual)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
absorpsi nutrient dan peningkatan peristaltic usus
24

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirectal


d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan kelurga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi b.dpemaparan informasi terbatas
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan
yang baru.

2.14.3 Rencana Tindakan keperawatan

Dx.1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebih melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan: kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda
dehidrasi

Intervensi Rasional
Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai upaya reehidrasi untuk
sesuai dengan program rehidrasi, mengganti cairan yang keluar
pantau intake dan output bersama feses. Memberikan
informasi status keseimbangan
cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital, tanda/ gejala Manila status hidrasi, elektrolit dan
dehidrasi dan hasil pemeriksaan keseimbangan asam basa
laboratorium
Kolaborasi penatalaksanaan terapi Pemberian obat-obatan secara kausal
definitif pentingsetelah penyebab diare
diketahui

Dx.2: Perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuhb.d gangguan absorpsi


nutrient dan peningkatan peristaltic usus

Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteriaterjadi peningkatan berat


badan
25

Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring dan Menurunkan kebutuhan metabolic
pembatasan aktifitas selama fase
akut.
Pertahankan status puasa selama fase Pembatasan diet peroral mungkin
akut (esuai program terapi) dan ditetapkan selama fase akut untuk
segera mulai pemberian mkanan menurunkan peristaltic sehingga
peroral setelah kondisi klien terjadi kekurangan nutrisi,
memungkinkan pemberian makan sesegera mungkin
penting setelah keadaan klien
memungkinkan
Bantu pelaksanaan pemberian makan Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
sesuai dengan program diet
Kolaborasi pemberian nutrisi Mengistirahatkan kerja
parenteral sesuai indikasi gastrointestinaldan mengatasi/
mencegah kekurangan nutrisi lebih
lanjut

Dx. 3: Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirectal

Tujuan: nyeri berkurang dengan criteria tidak terdapat lecet pada perirectal

Intervensi Rasional
Atur posisi yang yanaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan
misalnya dengan lutut fleksi abdomendan mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
Lakukan aktivitas pengalihan untuk Meningkatkan relaksasi,
memberirasa nyaman seperti masase mengalihkan focus peratian klien
punggung dan kompres hangat dan meningkatkan kemampuan
abdomen koping

Bersihkan area anorektal dengan Melindungi kulit dari keasaman


sabun ringan dan air setelah defekasi feses, mencegah iritasi
dan perawatan kulit
26

Kolaborasi pemberian obat analgetik Analgetik sebagai agen anti nyeri


dan atau anti kolinergik sesuai dan antikolinergik untuk
indikasi menurunkan spasme traktus GI dapat
diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan visual Mengevaluasi perkembangan nyeri
analog scale (skala 1-5) perubahan untuk menetapkan intervensi
karakteristik nyeri, petunjuuk verbal selanjutnya
dan non verbal

Dx. 4: Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

Tujuan: keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang

Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien untuk Membantu mengidentifikasi
membicarakan kecemasan dan penyebab kecemasan dan
berikan umpan balik tentang alternative pemecahan masalah
mekanisme koping yang benar
Tekankan bahwa kecemasan adalah Membantu menurunkan
masalah yang umum terjadi pada stresdengan mengetahui bahwa
orang tua klien yang anaknya klien bukan satu-satunya orang
mengalami masalah yang sama yang mengalami masalah yang
demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang ekstenal
tunjukan sikap ramah tamah dan tulus yang dapat memacu peningkatan
dalam membantu klien kecemasan

Dx.5: Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif

Tujuan: keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak dirumah
Intervensi Rasional
27

Kaji kesiapan keluarga klien Efektivitas pembelajaran


mengikuti pembelajaran, termasuk dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
pengetahuan tentang penyakit dan mental serta latar belakang
perawatan anaknya pengetahuan sebelumnya
Jelaskan tentang proses penyakit Pemahaman tentang masalah ini
anaknya, penyebab dan akibatnya penting untuk meningkatkan
terhadap gangguan pemenuhan partisipasi keluarga klien dan
kebutuhan sehari-hari, aktivitas keluarga dalam proses perawatan
sehari-hari klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian Meningkatkan pemahaman dan
obat, dosis, frekuensi dan cara partisipasi keluarga klien dalam
pemberian serta efek samping yang pengobatan
mungkin timbul
Jelaskan dan tunjukan cara perawatan Meningkatkan kemandirian dan
perineal setelah defekasi control keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx.6: Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
baru

Tujuan: kecemasan anak berkurangdengan criteria memperlihatkan tanda-


tanda kenyamanan

Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stress yang
mengunjungi klien dan berpartisipasi berhubungan dengan perpisahan
dalamperawatan yang dilakukan
Berikan sentuhan dan berbicara pada Member rasa nyaman dan
anak sesering mungkin mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensori atau terapi Meningkatkan pertumbuhan dan
bermain sesuai dengan tingkat perkembangan secara optimum
perkembangan anak

2.14.4 Implementasi Keperawatan


28

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang


telah direncanakan sebelumnya

2.14.5 Evaluasi
Merupakan pengukuran keberhasilan sejauh mana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun
rencana , dilaksanakan dalam implementasi keperawatan kemudian dievaluasi
kembali.

S-ar putea să vă placă și