Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB II
TINJAUAN TEORI
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender
daraah (Aziz,2006).
Diare dapat juga didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari
(Ramiah,2002).
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau
penyakit lain diluar saluran pencernaaan (Ngastiyah,2003).
Jadi diare menurut kelompok adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari
tiga kali sehari dengan konsistensi tinja encer.
1. Mulut (oris).
Merupakan jalan masuk menuju system pencernaan yang terlatak pada ajah
bagian bawah. Terdiri dari 2 bagian, yaitu vestibula (ruang diantara gusi, gigi,
bibir dan pipi). Dan rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris,
palatum, dan mandibularis bersambung dengan faring.
Mulut terdiri dari:
5
2. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan ,
disini terletak persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan.terdiri atas
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Pada pangkal [paring terdapat
epiglottis, berfungsi dalam proses menelan.
3. Esophagus
Saluran yang menghubungkan faring denganlambung. Fungsinya adalah
menyalurkanmakanan kelambung dengan gerakan peristaltic.
4. Ventrikulus (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster. Fungsi terpenting lambung adalah unutk menyimpan
makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang
sesuai untuk pencernaan dan penyerapan optimal. Fungsi lainnya yaitu untuk
6
7. Rectum
Terdapat dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus
8. Anus
Adalah bagian yang menghubungkan rectum dengan bagian luar, mempunyai 3
spingter yaitu; spingter ani internus, spingter levator ani dan spingter ani
eksternus. Berfunsi Untuk mengeluarkan sisa metabolism (proses defekasi)
Selain itu terdapat organ yg berpengaruh dalam proses pencernaan yaitu hati,
kantung empedu dan pancreas. Semua organ system pencernaan terdapat pada
rongga abdomen yang dilindungi oleh peritoneum.
1. Diare akut
Yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yng berlangsung kurang dari 14
hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Diare akut lebih banyak
disebabkan agent infeksius yang mencakup virus, bakteri dan pathogen parasit.
2. Diare persisten
Adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare
akut atau peralihan dari diare akut dan kronik
3. Diare kronik
Adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare
yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih
(Suharyono,2008). Atau suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi
BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih.
1. Faktor infeksi
8
a. Umur
9
b. Jenis kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada
laki-laki, karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
c. Musim
Variasi pola musim didaerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjanag tahun, frekuensi meningkat pada peralihan musin kemarau ke
musim penghujan.
d. Status gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makan yang kurang, episode diare akut lebih berat,
berakhir lebih lamadan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare
persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat,dan resiko kematian
lebih tinggi.
e. Lingkungan
Didaerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dan sanitasi
yang buruk penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis
yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemic, infeksi
berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang
berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
g. Pendidikan
Pendidikan merupakan Faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas
anak balita. Semakin tinggi pendidikan orang tua , semakin baik status
kesehatan anak.
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.Isi rongga usus yang berlebih
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotic antara isi usus dengan
cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit
diserap, bahan tersebut berupa larutan isotonic dan hipertonik. Larutan
isotonic, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorpsi berupa larutan
hipertonik,air dan elektrolitakan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam
lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan
darah, sehingga terjadi pula diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi airdan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan
mediator abnormal misalnya enterotoksin menyebabkan villi gagal
mengabsorsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus
atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus . isi rongga usus akan berlebihan sehgingga merangsang
usus untuk mengeluarkan nya sehingga timbul diare.
11
1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena
diare dan muntah . Hipoglikemi akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya
telah menderita malnutrisi, hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorpsi
glukosa. Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menuurn
hingga 40mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi. Akibat
hipoglikemi dapat terjai edema otak yang dapat menyebabkan terjadinya
kejang dan koma. (Suharyono,2008).
Mikro Organisme
Membentuk toksin Radang usus
Takut Hipertermi
Suplai cairan/
Resusitasi cairan
Darah (O2) kurang
Resiko kelebihan
Volume cairan
Paru Jantung Ginjal Otak Jaringan
1. Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada
balita, dimana daya tahan tubuh yang lemah atau menurun pada system
pencernaan dalam hal ini lambung tidak dapat menghancurkan makanan
dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan sehinga mudah bagi kuman
untuk menginfeksi lambung. Jika terjadi demikian akan timbul berbagai
macam penyakit termasuk diare.
2. Agent
Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang disebabkan
oleh Faktor infeksi karena kuman, malabsorpsi dan Faktor makanan. Aspek
yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman E.colli,
salmonella, vibro collera dan serangan bakteri lain yang jumlahnya lebih
banyak dan patogenik (memanfaatkan kondisi saat lemah) pseudomonas.
(widjaja, 2004).
3. Environment
13
Cara penularan penyakit diare adalah air, makanan dan susu. Sedangkan menurut
Sutono (2008) bahwa pada balita faktor resiko terjadinya diare selain faktor intrinsic
dan ekstrinsik juga sangat berpengaruh oleh perilaku ibu dan pengasuh balita karena
balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungan.
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap optimal untuk
bayi. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organism
lain penyebab diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya anti bodi dan zat lain yang dikandungnya.
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
a. Penimbangan balita
b. Gizi seimbang
c. Air bersih
d. Jamban keluarga
e. Air minum yang dimasak
f. Mandi dengan sabun
g. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
h. Pencucian peralatan dengan sabun
i. Limbah
j. Terhadap Faktor bibit penyakit dengan cara memberantas sumber
penularan penyakit, mencegah penyebaran kuman, meningkatkan taraf
hidup, dan Faktor lingkungan.
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hypokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang
7. Malnutrisi energy protein.
1. Pemeriksaan tinja
2. pH dan kadar gula dalam tinja bila diduga ada intoleransi gula
3. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
4. Pemeriksaan AGD
5. Pemeriksaan ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
6. Pemeriksaan elektrolit
7. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualiatif dan kyantitatif, terutama pada diare kronik
1. Rehidrasi
Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah yang
hilang melalui diare dan muntah, ditambah dengan yang hilang melalui
keringat, urine dan pernapasan.
2. Nutrisi
Makan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari
efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak denan diare akut
dapat memenuhi tujuannya serta mempertahankan factor yang mempengaruhi
gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai berikut:
3. Medikamentosa
Antibiotik dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin.
Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang didukung oleh IDAI dengan
17
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan cara satu-satunya cara untuk mengatasi diare
tapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare
dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare.
a. Rencana pengobatan A
Digunakan untuk mengobati diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi
diare dirumah, memberiakncairan rumah tangga yangdianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang.
b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kgBB, berat badan anak tidak
diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai table berikut:
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun
Jumlah oralit 300 600 1200
c. Rencana pengobatan C
18
4. Antibiotik selektif
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutinkarena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Obat-obat anti diare jega tidak boleh
diberikan karena terbukti tidak bermanfaat.obat anti muntah tidak dianjurjan
kecuali muntah berat.
2.14.1 Pengkajian
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada anak, status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
diare. Pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji unjtuk mengetahui tingkat perilaku
kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui
wawancara. Alamat berhubungan dengan epidemilogi (tempat, waktu,
dan orang).
2. Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke RS, Manifestasi klinik berupa BAB
yang tidak normal/cair lebih sering dari biasanya.
a. Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi, kesehatan
selama kehamilan, dan obat-obatan yang dikonsumsi serta
imunisasi
b. Natal
Lamanya proses kelahiran, tempat, penolong persalinan,
obat-obatan dan penyulit
c. Post natal
Berat lahir, panjang badan, kondisi kesehatan, apgar score,
kelainan congenital
d. Feeding
ASI atau formula, umur disapih,jadwal makan/jumlahnya,
pengenalan makanan lunak, perubahan berat badan,
masala feedingpenggunaan suplemen tambahan
21
e. Penyakit sebelumnya
Penyebab, gejala, perjalanan penyakit, komplikasi, insiden
penyakit dalam keluarga, respon emosi terhadap ranap
sebelumnya.
f. Alergi
Apakah pernah mengalami hay fever, asma, eksim, obat-
obatan, binstang, tumbuhan, dan debu
5. Riwayat psikososial
Anak sangat menyukai mainan, dan sangat bergantung pada orang tua
dan sngat histerisjika di pisahkan dari orang tua.
6. Riwayat spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya
berdo’a
7. Reaksi hospitalisasi
8. Aktivitas sehari-hari
Pada usia balita sudah diajarkan toilet traning, dan aktifitas bermain
9. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi cepat dan
lemah, frekuensi nafas meningkat dan tekanan darah
menurun.
b. Antropometri
Meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan lingkar perut. Pada anak diare mengalami
penurunan berat badan
c. Pernapasan
Biasanya agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ada
bunyi nafas tambahan
d. Cardiovaskuler
Tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan
lemah.
e. Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltic usus meningkat, anoreksia, BAB
lebih dari tiga kali dengan konsistensi encer
23
f. Perkemihan
Volume dieresis menurun
g. Musculoskeletal
Kelemahan fisik akibat output berlebihan
h. Integument
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit
jelek
i. Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelainan
j. Pengindraan
Mata cekung, hidung dan telinga tidak ada kelainan
k. Reproduksi
Tidak mengalami kelainan
l. Neurologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Personal sosial
Dx.1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebih melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan: kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda
dehidrasi
Intervensi Rasional
Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai upaya reehidrasi untuk
sesuai dengan program rehidrasi, mengganti cairan yang keluar
pantau intake dan output bersama feses. Memberikan
informasi status keseimbangan
cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital, tanda/ gejala Manila status hidrasi, elektrolit dan
dehidrasi dan hasil pemeriksaan keseimbangan asam basa
laboratorium
Kolaborasi penatalaksanaan terapi Pemberian obat-obatan secara kausal
definitif pentingsetelah penyebab diare
diketahui
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring dan Menurunkan kebutuhan metabolic
pembatasan aktifitas selama fase
akut.
Pertahankan status puasa selama fase Pembatasan diet peroral mungkin
akut (esuai program terapi) dan ditetapkan selama fase akut untuk
segera mulai pemberian mkanan menurunkan peristaltic sehingga
peroral setelah kondisi klien terjadi kekurangan nutrisi,
memungkinkan pemberian makan sesegera mungkin
penting setelah keadaan klien
memungkinkan
Bantu pelaksanaan pemberian makan Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
sesuai dengan program diet
Kolaborasi pemberian nutrisi Mengistirahatkan kerja
parenteral sesuai indikasi gastrointestinaldan mengatasi/
mencegah kekurangan nutrisi lebih
lanjut
Tujuan: nyeri berkurang dengan criteria tidak terdapat lecet pada perirectal
Intervensi Rasional
Atur posisi yang yanaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan
misalnya dengan lutut fleksi abdomendan mengurangi nyeri
Intervensi Rasional
Lakukan aktivitas pengalihan untuk Meningkatkan relaksasi,
memberirasa nyaman seperti masase mengalihkan focus peratian klien
punggung dan kompres hangat dan meningkatkan kemampuan
abdomen koping
Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien untuk Membantu mengidentifikasi
membicarakan kecemasan dan penyebab kecemasan dan
berikan umpan balik tentang alternative pemecahan masalah
mekanisme koping yang benar
Tekankan bahwa kecemasan adalah Membantu menurunkan
masalah yang umum terjadi pada stresdengan mengetahui bahwa
orang tua klien yang anaknya klien bukan satu-satunya orang
mengalami masalah yang sama yang mengalami masalah yang
demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang ekstenal
tunjukan sikap ramah tamah dan tulus yang dapat memacu peningkatan
dalam membantu klien kecemasan
Tujuan: keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak dirumah
Intervensi Rasional
27
Dx.6: Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
baru
Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stress yang
mengunjungi klien dan berpartisipasi berhubungan dengan perpisahan
dalamperawatan yang dilakukan
Berikan sentuhan dan berbicara pada Member rasa nyaman dan
anak sesering mungkin mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensori atau terapi Meningkatkan pertumbuhan dan
bermain sesuai dengan tingkat perkembangan secara optimum
perkembangan anak
2.14.5 Evaluasi
Merupakan pengukuran keberhasilan sejauh mana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun
rencana , dilaksanakan dalam implementasi keperawatan kemudian dievaluasi
kembali.