Sunteți pe pagina 1din 17

1

Nama : Winda Sagita

Nim : 170300014

Ruangan : Ruang Anak Dahlia

ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel


serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA, NIC-NOC, 2012)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)

B. Etiologi

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebro-spinal


(CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibat penyumbatan,
terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis
pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang
terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan
anak (Allan H. Ropper, 2005:360) :
2

a. Kelainan bawaan (kongenital)


1. Stenosis akuaduktus sylvii
2. Spina bifida dan kranium bifida
3. Sindrom Dandy-Walker
4. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
b. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis
dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glikoma
yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

C. Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-
gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah
35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama
3

tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi


terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang
kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar
dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak


Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan
visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien
hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang
progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu
tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas
ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi
intrakranial lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat tegang.
2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
4. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih
besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut
ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). (Darsono, 2005:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol,
lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik
oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas
proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan
mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang
tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala
4

menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami


penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan
dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan
adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam
tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan
secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme
ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.
 Bayi :
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
4. Muntah
5. Gelisah
6. Menangis dengan suara ringgi
7. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
8. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
9. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah
terlihat jelas.
10. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas
Iris
11. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
12. Strabismus, nystagmus, atropi optic
13. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
5

 Anak yang telah menutup suturanya :


Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1. Nyeri kepala
2. Muntah
3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun
5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6. Strabismus
7. Perubahan pupil

D. Patofisiologi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,


berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan


hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus


eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan
korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi
pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik
dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-
faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif
lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
6

diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono,
2005)

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:

1. Kongenital

Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :

 Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.


 Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian


terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan
hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi


dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga


terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
7

mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau


malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel


sehingga menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi
pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi
bentuk hidrosefalus non komunikan.

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah


bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau
diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa
dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau
bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak
dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim,
tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang
garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.

3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )


8

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan


kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial
biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia,
ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera
kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan
tersebut.

E. Komplikasi

 Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan meningitis (peradangan pada selaput otak),
peritonitis (peradangan pada selaput rongga perut), dan peradangan
sepanjang selang Penggunaan antibiotik dapat meminimalkan risiko
terjadinya infeksi dan terkadang diperlukan tindakan pencabutan
selang shunt.
 Perdarahan subdural (lokasi yang berada di bawah lapisan pelindung otak
duramater) Perdarahan subdural terjadi karena robekan pada pembuluh
darah balik (vena). Risiko komplikasi ini dapat diturunkan dengan
penggunaan shunt yang baik.
 Obstruksi atau penyumbatan selang shunt
yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus
ada atau timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga
kasus hidrosefalus dengan pemasangan shunt memerlukan penggantian
dalam waktu 1 tahun. Sebagian besar kasus (80%) memerlukan revisi
dalam 10 tahun.
 Keadaan tekanan rendah(low pressure)
Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi keadaan
dengan tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit kepala dan
muntah saat duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan
cairan yang tinggi dan perubahan posisi tubuh secara perlahan
9

Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan


malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam
ventrikel dari bahan–bahan khusus (jaringan /eksudat) atau ujung distal dari
thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering
menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih
sering diikuti dengan status neurologis buruk. Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial, infeksi
luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang
serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang
cepat pada tekanan intrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi
adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter
atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.

F. Penatalaksanaan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live


sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat
azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
1. Drainase ventrikule-peritoneal
2. Drainase Lombo-Peritoneal
3. Drainase ventrikulo-Pleural
4. Drainase ventrikule-Uretrostomi
5. Drainase ke dalam anterium mastoid
10

6. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan


jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter)
yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah.
Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter
harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total.
Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di
bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
8. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt
atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
1. Internal
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
11

2) “Lumbo Peritoneal Shunt”


CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau
kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz,
Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk
celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar
antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam
atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray
ujung distal setinggi 6/7).
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan
anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi,
hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah,
ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
12

G. Pemeriksaan Penunjang

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil


pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus
dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
a. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya
pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka
dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
b. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa
beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi
dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan
terlihat lebih lebar 1-2 cm.
c. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak
antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang
besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena
hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
d. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan
terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar
13

karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang


dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
e. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan
USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus
ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT
Scan.
f. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat
bayangan struktur tubuh.
1) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)

2) Pemeriksaan darah lengkap

3) Kadar gula darah

4) Analisis gas darah

5) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)


14

6) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH (Hazlynpotc, 2013).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan,

pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan

status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien

serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)

1. Anamnesa
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
3. Riwayat Penyakit dahulu
4. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
5. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
6. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
7. Riwayat penyakit keluarga
8. Pengkajian persistem
1) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah,
penurunan nadi
3) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi
menonjol dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan
pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes
”, kejang
15

4) B4 ( Bladder ) : Oliguria
5) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
6) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot
ekstrimitas
9. Observasi tanda – tanda vital
1) Peningkatan systole tekanan darah
2) Penurunan nadi / bradikardia
3) Peningkatan frekuensi pernapasan

I. Diagnosa Keperawatan yang muncul

Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


 Kesadaran – Observasi ketat tanda- – Untuk mengetahui
1. Potensial Tidak terjadi tanda peningkatan TIK (Nyeri secara dini peningkatan TIK
Komposmetis
komplikasi peningkatan TIK kepala, muntah, lethargi, lelah,
peningkatan  Tidak terjadi nyeri apatis, perubahan personalitas, – Penurunan keasadaran
tekanan kepala ketegangan dari sutura cranial menandakakan adanya
intrakranial  TTV normal dapat terlihat pada anak berumur peningkatan TIK
berhubungan 10 tahun, penglihatan ganda,
dengan tampak rileks, tidak kontruksi penglihatan perifer – Untuk mengetahui
akumulasi meringis kesakitan strabismus, Perubahan pupil) kondisi aliran darah dan aliran
cairan oksigen ke otak
serebrospinal. – Pantau terus tingkat
kesadaran anak – Dengan dilakukan
pembedahan, diharapkan
– Pantau terus adanya cairan cerebrospinal
perubahan TTV berkurang, sehingga TIK
menurun, tidak terjadi
– Berkolaborasi dengan penekanan pada lobus
dokter untuk melakukan oksipitalis dan tidak terjadi
pembedahan, untuk mengurangi pembesaran pada kepala
peningkatan
– Membantu dalam
– Kaji pengalaman nyeri mengevaluasi rasa nyeri.
pada anak, minta anak
menunjukkan area yang sakit dan – Pujian yang diberikan
menentukan peringkat nyeri akan meningkatkan
dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak kepercayaan diri anak untuk
nyeri, 5 = nyeri sekali) mengatasi nyeri dan
Rasional : Membantu dalam kontinuitas anak untuk terus
mengevaluasi rasa nyeri. berusaha menangani nyerinya
dengan baik.
16

– Bantu anak mengatasi


nyeri seperti dengan memberikan
pujian kepada anak untuk
ketahanan dan memperlihatkan
bahwa nyeri telah ditangani
dengan baik
 Penurunan virus tidak - Mempertahankan visus agar Ketidakmampuan dalam
2. Gangguan Tidak terjadi tidak terjadi penurunan visus penglihatan tidak bertambah
bertambah lebih parah
persepsi sensori disorientasi pada yang lebih parah parah, klien tidak mengalami
berhubungan anak  Anak bisa mengenali disorientasi tempat, Klien
dengan lingkungan sekitarnya a. Membantu ADL pasien merasa nyaman dan aman
penekanan b. Membantu orientasi tempat
lobus c. Berikan tempat yang nyaman – Klien tidak banyak
oksipitalis dan aman ( pencahayaan terang, bergantung pada orang lain
karena bed plang dll dipasang agar tidak
meningkatnya cedera )
TIK
- Membantu pasien untuk
mengenali sesuatu dengan
kondisi penglihatan yang
terganggu
– Beri kesempatan orang tua -- Keluarga dapat
3. Kurang Meningkatkan Kecemasan orang tua untuk mengekspresikan mengemukakan perasaannya
pengetahuan pengetahuan orang pada kondisi kesehatan kesedihannya sehinnga perasaan orang tua
orang tua tua mengenai anaknya dapat berkurang dapat lebih lega
berhubungan penyakit yang ü Orang tua – Beri kesempatan orang tua
dengan diderita anaknya mengungkapkan untuk bertanya mengenai kondisi – Pengetahuan orang tua
penyakit yang pemahaman tentang anaknya bertambah mengenai penyakit
di derita oleh penyakit, pengobatan dan yang di derita oleh anaknya
anaknya perubahan pola hidup – Jelaskan tentang kondisi sehinnga kecemasan orang tua
yang dibutuhkan penderita, prosedur, terapi dan dapat berkurang
prognosanya.
– Pengetahuan kelurga
– Ulangi penjelasan tersebut bertambah dan dapat
mempersiapkan keluarga
bila perlu dengan contoh bila dalam merawat klien post
keluarga belum mengerti operasi

– Keluarga dapat menerima


seluruh informasi agar tidak
menimbulkan salah persepsi
17

DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23


Oktober 2010

Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diaks
es tanggal 23 Oktober 2010

Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS”


Blog Penuh Cinta.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.

Anonymuous 2010. http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-


keperawatan-anak-dengan.html tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.00 WIB

Anonymuous ,2010 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-


keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/.tanggal akses 20 Oktober 2010
pukul 18.15 WIB

Muttaqin, arief. 2008, ‘’Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System


Persyarafan hal 396-399”.Jakarta, Salemba Medika.

S-ar putea să vă placă și