Sunteți pe pagina 1din 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk
hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan.
Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan
yang optimal, karena berbagai masalah secara global diantaranya adalah
kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah yang
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan
pendidikan dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama
merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua
pada tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai
derajad kesehatan yang optimal.

( Depkes RI, 1992 ).

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu


mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan
telah diselenggarakan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu
melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya. Hal ini merupakan
Sistem Pelayanan Kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam Sistem
Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang memerlukan


dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah : Pelayanan
Kesehatan dasar Puskesmas khususnya Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi,
Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular, Penyuluhan Kesehatan,
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Perawatan Usia Lanjut, dan sebagainya.

Oleh karena itu layanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan
dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada 2010 sebagai tujuan
pembangunan kesehatan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal yang

1|Page
telah dicanangkan oleh pemerintah pada pembukaan Rakernas Departemen
Kesehatan RI pada tahun 1999.

Di Wilayah RW 01 yang terdiri dari 4 RT Kelurahan Bekonang Dukuh Mojosari


Kota Sukoharjo terdiri dari 47 KK dengan jumlah penduduk 508 jiwa (laki-laki
235 jiwa dan perempuan 273 jiwa), kondisi lingkungan di RW 01 merupakan
daerah pemukiman padat, tanah termasuk kering dengan luas daerah 8 Ha,
lingkungan termasuk sejuk, masih banyak perumahan warga yang ventilasi kurang
memadahi dan pencahaannya kurang. Perkampungan dengan kondisi jalan yang
rata, saluran pembuangan yang cukup lancar, pembuangan sampah yang cukup
tertib yaitu dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam setempat, dan terdapat
sumber polusi yaitu berupa air selokan sehingga memungkinkan terjadinya
penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti demam berdarah, ISPA, diare dan
lainnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang kompeten


dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk mendapatkan hasil
yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan. Salah satu cara
memperoleh pengalaman adalah melalui Prakek Komunitas Masyarakat Desa di
RW 01 Kelurahan Bekonang Dukuh Mojosari Kota Sukoharjo.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Membantu dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal serta mampu mengenal dirinya sendiri tentang masalah kesehatan di
RW 01 Kelurahan Bekonang Dukuh Mojosari Kota Sukoharjo.

I.Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai pada Praktek Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) ini antara lain :

1. Melakukan pengumpulan data komunitas yang berhubungan dengan kesehatan


bersama masyarakat dengan menggunakan format Survey Kesehatan Masyarakat.
2. Membentuk dan menggerakkan Kelompok Kerja Kesehatan (Pokjakes)
3. Menganalisa data kesehatan yang didapatkan di masyarakat.

2|Page
4. Merumuskan diagnosa / masalah kesehatan dengan menyelenggarakan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
5. Melakukan tindakan keperawatan :
1. Menggerakan masyarakat melakukan kegiatan yang telah direncanakan
2. Mengubah perilaku kesehatan masyarakat
3. Melakukan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat
4. Bersama-sama instansi terkait melakukan pembinaan Pos Kesehatan Desa
(PKD) / Desa Siaga
5. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan limtas program dan lintas
sektoral.
6. Melakukan evaluasi keperawatan.

3|Page
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Menurut Kontjaraningrat (1990) Komunitas adalah, sekumpulan manusia yang
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman (1989)
berpendapat bahwa, komunitas juga dipandang sebagai klien “ Client is an
interacting open system in total interface with both internal and external forces or
stressors “. Sedangkan Logan dan Dawkin (1987) menuliskan bahwa pengertian
keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kepeawatan. Pernyataan lain menurut
Soerjono Soekanto (1982) komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas
tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari
anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
Adapun menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok sosial yang di
tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama
serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota masyarakat.

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama


yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau
landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar
komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986)
keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi
konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan
ini menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang
mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga
menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, !986).

4|Page
MASYARAKAT

Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka


yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan mempunyai 5 variabel yang
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu; Biologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu,
keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan
kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis
antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga
tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini
mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit,
mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam
komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini
intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.

3. Pencegahan Tersier

Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah


terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.

5|Page
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah
kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari

1. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut


mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena ketidakmampuan merawat
dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis


kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah :

1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat


perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi baru lahir, anak
balita, anak usia sekolah, usia lanjut.
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
Penderita penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit kelamin dan
lainnya. Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti; Diabetes
melitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lainnya.

6|Page
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya : WTS,
pengguna narkoba, pekerja tertentu, dan lainnya
4. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: Panti
Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan
lainnya), penitipan anak balita.

4. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat


sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok
beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan
keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien.

B. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING


CARE)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat


diantaranya adalah

1. Sebagai Pendidik (Health Education)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data

7|Page
3.Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)

Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan


puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team
kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan. Dengan demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu
kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang
lainnya.

4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku
dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.

5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi


dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam
bidang kesehatan.

6. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.

7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)

Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat

8|Page
kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

8. Sebagai Pengelola (Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan


pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

9|Page
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 01 KELURAHAN


BEKONANG DUKUH MOJOSARI KOTA SUKOHARJO.

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu kepearwatan di komunitas dan untuk


menerapkan konsep-konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam
konteks keperawatan dasar, maka kelompok mendapatkan tugas keperawatan
komunitas di wilayah kelurahan Bekonang, Dukuh Mojosari RW 01 Sukoharjo,
mulai tanggal 07 Juni 2013.

Tahap kegiatan, kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi


tahap-tahap sebagai berikut : pengkajian, Intervensi, Implementasi dan evaluasi
serta rencana tindak lanjut.

I. PENGKAJIAN KOMUNITAS
1. PENGKAJIAN TAHAP I
2. Geografi
1. Keadaan tanah: tanah kering namun tidak berdebu
2. Luas daerah: 8 Ha
3. Batas wilayah: Utara: desa Demakan
Barat: desa Wirun

Selatan: RT 1 RW 2

Timur: desa Demakan

1. Demografi
1. Jumlah KK: 47 KK
2. Jumlah penduduk: 508 jiwa
3. Mobilitas penduduk: penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari
karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.
4. Julah keluarga: 47 keluarga
5. Kepadatan penduduk: padat

6. Tingkat pendidikan:
– Perguruan tinggi: 10 orang

10 | P a g e
– TK : 17 – 20 orang

– SMA : 16 orang

– SMP : 15 orang

– SD : 20 orang

1. Pekerjaan:
– PNS : 10% jumlah penduduk

– Buruh : 10% jumlah penduduk

– Pedagang : 70% jumlah penduduk

– IRT : 10% jumlah penduduk

2. Pendapatan rata-rata:
– Rp 800.000,- : 20%

– Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%

– > Rp 2.000.000,- : 30%

3. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga


4. Agama: 100% Islam
PENGKAJIAN TAHAP II
5. Lingkungan fisik
1. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
2. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi
banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari
3. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam warga
sekitar tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya kurang
memadahi seperti kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
4. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
5. Edukasi
1. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:

11 | P a g e
– Perguruan tinggi: 10 orang

– TK : 17 – 20 orang

– SMA : 16 orang

– SMP : 15 orang

– SD : 20 orang

1. Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak


2. Keamanan dan Transportasi
1. Pemadam kebakaran: tidak ada
2. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
3. Sarana transportasi: sepeda onthel, motor dan mobil pribadi
4. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
5. Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara foting bersama
6. Struktur Pemerintahan
1. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
2. Pamong desa: 1 orang
3. Kader desa: 5 orang
4. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
5. Kontak tani: tidak ada
6. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
7. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
8. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
1. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun
praktik klinik swasta yang lain.
2. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
3. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
4. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
5. Panti sosial: tidak terdapat
6. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang
menyediakan banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
7. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara
yang diadakan oleh lokasi setempat

12 | P a g e
8. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2) dan posyandu
balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan sekali.
9. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
10. Sumber air bersih: air sumur galian
11. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak
menggenang
12. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing
13. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing dan
hampir tidak ada yang di sungai
14. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam
setempat
15. Sumber polusi: air selokan
16. Sumber vektor: nyamuk penular seperti aedes aegypty
17. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti internet,
ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga bisa menggunakan
alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan informasi untk nenyampaikan kabar
berita dari desa maupun dari yang, disediakan tempat di dekat rumah pak RW.

1. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam
kategori baik dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak
yang menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga setempat adalah
pedagang, baik di rumah maupun masyarakat.

2. Rekreasi

Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata


bersama-sama ke suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota kader
juga sering mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan dapat
mengurangi stresor dan beban pikiran.

13 | P a g e
1. DISTRIBUSI PENYAKIT DI MASYARAKAT
Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban ada 1.439 orang
yang bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 5 penyakit dengan distribusi
terbesar yaitu:

1. Influensa akut: 251 orang atau sekitar 17%


2. Demam : 169 orang atau sekitar 11%
3. Hipertensi : 63 orang atau sekitar 4%
4. Diare : 69 orang atau sekitar 4%
5. Atritis : 65 orang atau sekitar 4%

14 | P a g e
No Data fokus Problem Etiologi

Kurangnya
pengetahuan
masyarakat

DS: Dari hasil wawancara dengan ketua RW 1


mengatakan bahwa rata-rata lansia menderita
1 hipertensi
Resiko tinggi
DO: Berdasarkan data dari puskesmas peningkatan
mojolaban pada bulan Maret sampai bulan angka kejadian
Mei di kelurahan bekonang dukuh mojosari hipertensi pada
RW 1 lansia

 Jumlah lansia keseluruhan :


 hipertensi 75%

2
DS: Berdasarkan hasil wawancara dengan
ketua RW 1 mengatakan bahwa perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat mojosari kurang Lingkungan yang
begitu diperhatikan. kurang memadahi,
ditandai dengan
Pembuangan
DO : sampah yang masih
dekat dengan
 terdapat 1 orang yang terkena DB dan 1 orang Resiko tinggi pekarangan
menjadi tersangka peningkatan
 rumah yang padat, lembab dan Pembuangan angka kejadian
sampah masih di dekat pekarangan penyakit
 Dari pemeriksaan epidemiologi di 40 rumah di Demam
dapatkan 8 rumah warga yang masih terdapat Berdarah
jentik nyamuk.

3. DS: Berdasarkan hasil wawancara dengan Lingkungan yang


ketua RW 1 dukuh mojosari, Mengatakan Resiko kurang
bahwa dari penduduk yang berjumlah 508 penularan angka mendukung,ditandai
jiwa terdapat 20% orang yang menderita ISPA kejadian ISPA dengan: lingkungan
dan yang meninggal 2 orang (infeksi saluran yang padat dan
pernapasan atas) sanitasi rumah
DO :

 Ventilasi rumah kurang memadahi

15 | P a g e
 Pencahayaannya kurang
 Jumlah penduduk sangat padat
 Terdapat 60% Pemuda dan bapak-bapak
merokok
 Terdapat 10% Ibu-ibu yang merokok

Dari hasil di atas di dapatkan jumlah terbesar penderita penyakit terbesar yaitu
Influenza dengan jumlah 251 orang di bulan maret sampai mei. Kemudian
pemeriksaan epidemiologi dari 40 rumah warga RW 01 dukuh mojosari yang di
pilih secara acak, di dapatkan 8 rumah warga yang masih terdapat jentik di
tempat penampungan air.

Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah lansia keseluruhan :


2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 67 0rang atau 75%
3. Jumlah lansia dengan DM : +10 orang atau 12%
4. Jumlah penderita TBC : 6 orang
5. Jumlah balita keseluruhan : 44 balita
6. Jumlah balita lahir meninggal :–
7. Jumlah warga yang menderita DBD : 1 orang dan 1 tersangka
1. Jumlah penderita ISPA : + 20% /jumlah penduduk RW I

16 | P a g e
Kreteria penapisan

Tersedia sumber

Masalah
kesehatan a b c d e f g h i j k l Jumlah score

5 4 5 5 3 5 4 5 3 4 5 5 58
1. DBD

3 3 4 2 1 3 2 3 3 4 3 5 32
1. ISPA

4 5 5 4 3 5 3 4 4 5 5 3 40
1. Hipertensi

II. URUTAN MASALAH


Berdasarkan urutan masalah dapat disusun masalah keperawatan komunitas
sebagai berikut :

1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d


Lingkungan yang kurang memadahi, ditandai dengan Pembuangan sampah yang
masih dekat dengan pekarangan
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia b.d Kurangnya
pengetahuan masyarakat
3. Resiko penularan angka kejadian ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) b.d
Lingkungan yang kurang mendukung,ditandai dengan: lingkungan yang padat
dan sanitasi rumah.
III. RENCANA TINDAKAN
Dalam membuat perencanaan kegiatan keperawatan komunitas melibatkan peran
serta masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.

17 | P a g e
Perumusan tujuan disesuaikan dengan masalah yang akan ditindaklanjuti dengan
rumusan tujuan jangka panjang yang berorientasi pada perubahan perilaku baik
secara kognitif, afektif dan psikomotor serta rumusan tujuan jangka pendek yang
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan jangka panjang serta hasil yang
diharapkan ada setiap akhir kegiatan tertentu. Rencana kegiatan yang dirumuskan
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat Kelurahan Bekonang Dukuh
Mojosari RW 0I Kota Sukoharjo dengan melibatkan masyarakat yang diwakili
oleh Kader antara lain:

1. Tanggal 5 juni 2013 Melakukan pencarian data di Puskesmas Mojolaban dan


mencari tempat yang tepat untuk masalah yang masih aktual saat ini.
2. Tanggal 8 Juni 2013 melakukan Pengkajian di Dukuh Mojosari RW 0I
3. Tanggal 10 Juni 2013 Musyawarah dengan KADER untuk dilaksanakannya
kegiatan MMD (musyawarah Masyarakat Desa)
4. Tanggal 13 juni 2013 penyebaran surat undangan untuk masing-masing
perwakilan tiap RT, TOGA, TOMA dan KADER yang ada di RW 0I Dukuh
Mojosari Kelurahan Bekonang.
5. Tanggal 15 juni 2013 Persiapan Mahasiswa untuk melakukan kegiatan MMD
untuk memnentukan Prioritas Diagnosa dan didapatkan masalah yang paling
aktual yaitu DBD.
6. Tanggal 17 juni 2013 Melakukan pengkajian di rumah warga yang positif terkena
DBD dan melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di 20 rumah warga yang terletak
disekitar rumah penderita
7. Tanggal 18 juni 2013 melakukan penyebaran surat undangan kepada warga yang
ada di RW 0I Dukuh Mojosari untuk melakukan penyuluhan tentang DBD
8. Tanggal 19 juni 2013 Melakukan penyuluhan kepada warga tentang penyakit
DBD

IV. TAHAP IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang


telah disusun. Implementasi diberikan secara langsung maupun tidak langsung
kepada masyarakat dan kebutuhan masyarakat. Pada umumnya tindakan
keperawatan komunitas yang dilakukan RW 0I Dukuh Mojosari sesuai dengan
teori yaitu berfokus pada upaya meningkatkan, mempertahankan, memperbaiki

18 | P a g e
kesehatan, mencegah penyakit dan rehabilitasi dengan menggunakan strategi yaitu
proses kelompok, health promotion dan patnership.

Tindakan pelaksanaan atau implementasi yang diperlukan untuk mengatasi


masalah-masalah keperawatan komunitas adalah hasil kerja sama dengan
masyarakat.

Implementasi untuk masalah kesehatan lingkungan yang diangkat adalah Demam


Berdarah di RW 0I Dukuh Mojosari berhubungan dengan Lingkungan yang
kurang memadahi. Kegiatan dimulai dengan memberikan penyuluhan tentang
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada hari Rabu, 19 Juni 2013 di RW 0I Dukuh
Mojosari Kelurahan Bekonang. Kemudian kegiatan di lanjutkan dengan
pemeriksaan jentik – jentik nyamuk pada setiap tandon air yang ada di RW 0I
Dukuh Mojosari Kelurahan Bekonang yang di lakukan pada hari Senin, 17 Juni
oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Pelaksanaan kegiatan komunitas berjalan sesuai dengan apa yang telah


direncanakan. Pemberian tindakan pendidikan kesehatan atau penyuluhan kepada
RW 0I Dukuh Mojosari Kelurahan Bekonang Kota Sukoharjo. Perubahan yang
dapat dinilai sebatas tahap perubahan pengetahuan. Perubahan yang dapat dinilai
karena berdasarkan faktor yang mempermudah perubahan perilaku baru terjadi
perubahan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan.

V. TAHAP EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan untuk
menilai keberhasilan dari pemecahan masalah keperawatan komunitas yang ada.
Dari evaluasi yang dilaksanakan dapat diketahui masalah keperawatan komunitas
dapat terpecahkan seluruh, sebagian, atau tidak terpecahkan tetapi menimbulkan
masalah baru. Kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah mengukur keberhasilan
mengumpulkan data dan menganalisa. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan
masyarakat.

Evaluasi hasil kegiatan telah dilakukan untuk menilai efektifitas kegiatan sesaat
setelah kegiatan dilakukan dan evaluasi yang dilakukan pada akhir program untuk
menilai aktifitas jangka panjang yang akan dilakukan sebagai rencana tindak

19 | P a g e
lanjut di RW 0I Dukuh Mojosari Kelurahan Bekonang Kota Sukoharjo. Evaluasi
secara umum dilakukan setelah mahasiswa selesai melaksanakan kegiatan yang
direncanakan.

Pelaksanaaan kegiatan yang telah dilakukan berjalan lancar, sesuai rencana dan
adanya peran serta KADER dan mayarakat setempat. Selama dilakukan kegiatan
tidak ditemukan hambatan yang berarti.

Hasil evaluasi tindakan untuk mengatasi masalah DBD dengan melakukan


Penyuluhan Kesehatan yang dihadiri oleh warga RW 0I Dukuh Mojosari,
Terdapat bapak-bapak dan Ibu- Ibu yang aktif bertanya dan mendengarkan materi
yang diampaikan.

20 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :

1. Masalah keperawatan komunitas yang muncul di wilayah RW 0I Dukuh Mojosari


Kelurahan Bekonang Kota Sukoharjo antara lain adalah
1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d
Lingkungan yang kurang memadahi, ditandai dengan Pembuangan sampah
yang masih dekat dengan pekarangan
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia b.d
Kurangnya pengetahuan masyarakat
3. Resiko penularan angka kejadian ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) b.d
Lingkungan yang kurang mendukung,ditandai dengan: lingkungan yang padat
dan sanitasi rumah
4. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara
lain adalah memberikan penyuluhan kesehatn tentang DBD dan pemeriksaan
jentik – jentik nyamuk di sekitar 20 rumah yang ada disekitar rumah tersangka
DBD pada hari senin tanggal 17 juni 2013.
5. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat
dilingkungan di wilayah RW 0I Dukuh Mojosari Kelurahan Bekonang Kota
Sukoharjo, hal ini dapat dilihat dari partisipasi warga selama kegiatan
berlangsung

21 | P a g e
B. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :

1. Masyarakat
Peran serta dari masyarakat, tokoh masyarakat dan pengurus RT – RW perlu
ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin. Antara lain warga aktif
mengadakan kerja bakti bersih lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk

2. Puskesmas dan Kelurahan


Diharapkan adanya bantuan dana dan prasarana, serta supervisi dari pihak
puskesmas dan kelurahan yang berkesinambungan untuk memantau kegiatan
kesehatan yang dilakukan oleh warga RW 0I Dukuh Mojosari Kelurahan
Bekonang Kota Sukoharjo

22 | P a g e

S-ar putea să vă placă și