Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN

TEORITIS

DEFISIT KEPERAWATAN DIRI

OLEH :

1. Ni Wayan Ayu Lilik Maharani (13C10948)


2. Luh Nyoman Ayu Tri Marhaeni (13C10950)
3. Ni Putu Chintya Regina Asak (13C10952)
4. A.A.Ayu Dwik Fridayati Putri (13C10960)
5. Ni Luh Wayan Indah Yohana (13C10970)
6. I Nyoman Suparmanta (13C10995)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


TAHUN AJARAN 2014/2015

1
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


a. Pengertian
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan
dan BAB/BAK (toileting)
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000)
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan daan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya. (poter & perry 2005)

b. Jenis – Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda - I 2012, jenis perawatan diri terdiri dari :
a) Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi atau
beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b) Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas
berpakaian atau berhias untuk diri sendiri
c) Defisit perawatan diri : makan

2
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas sendiri.
d) Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas
eliminasi sendiri

c. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

3
d. Faktor Yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal


hygiene adalah:

1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

e. Dampak Defisit Perawatan Diri


Dampak yang sering timbul pada masalah defisit perawatan diri
1. Dampak fisik

4
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

f. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a) Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 penampilan tidak rapi
b) Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
 Interaksi kurang.
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

g. Rentang Respon

Adaptif maladaptif

pola perawatan kadang perawatan kadang tidak tidak melakukan perawatan

5
diri seimbang

Penjelasan :

a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien tidak bisa melakukan perawatan diri saat
stresor

h. Rentang respon kognitif


Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
diri sendiri adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2) Membimbing dan menolong klien merawat diri


a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3) Ciptakan lingkungan yang mendukung


a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan perlengkapan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup

i. Fase defisit perawatan diri

6
Pada mula klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
nyaman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Begitu menyakitkan sehingga rasa
nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi
dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seseorang
individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidak mampuan dalam
mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.

j. Batasan Karakteristik
Menurut Nanda – I 2012 batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a) Defisit perawatan diri : mandi
1. Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
2. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
3. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4. Ketidakmampuan menjangkau sumber air
5. Ketidakmampuan mengatur air mandi
6. Ketidakmampuan membasuh tubuh

b) Defisit perawatan diri : berpakaian


1. Ketidakmampuan mengancing pakaian
2. Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
3. Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
4. Ketidakmampuan mengenakan sepatu
5. Ketidakmampuan mengenakan kaos kaki
6. Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
7. Ketidakmampuan melepas sepatu
8. Ketidakmampuan melepas kaos kaki
9. Hambatan memilih pakaian
10. Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
11. Hambatan mengambil pakaian
12. Hambatan mengenakan pakaian pada bagaian tubuh bawah

7
13. Hambatan mengenakan pakaian pada tubuh atas
14. Hambatan memasang sepatu
15. Hambatan memasang kaos kaki
16. Hambatan melepas kaos kaki
17. Hambatan melepaskan pakaian
18. Hambatan melepas sepatu
19. Hambatan menggunakan alat bantu
20. Hambatan menggunakan resleting

c) Defisit perawatan diri : makan


1. Ketidakmampuan mengambil makan dan memasukkan ke mulut
2. Ketidakmampuan mengunyah makanan
3. Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4. Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan
5. Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan
6. Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima
secara sosial
7. Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman
8. Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai
9. Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut
10. Ketidakmampuan membuka wadah makanan
11. Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
12. Ketidakmampuan makanan untuk dimakan
13. Ketidakmampuan menelan makanan
14. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu

d) Defisit perawatan diri : eliminasi


1. Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
2. Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)
3. Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
4. Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
5. Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode
6. Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode

8
k. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
a) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

9
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan merupakan salah satu alat bagi perawat untuk
memecahkan masalah yang terjadi pada klien. Proses keperawatan adalah suatu
modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah, yang memerlukan
pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi masalah dengan pengembangan
strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan. Proses keperawatan adalah proses
terapiutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien,
keluarga, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat,
2005, hal 1).

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai


dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan bisa
optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, tidak unik bagi klien.

Asuhan keperawatan jiwa berpedoman pada prilaku manusia sebagai ilmunya


dan penggunaan diri sendiri secara terapiutik sebagai kiatnya. Dengan ini diharapkan
klien dapat meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi pada
fungsi yang terintegrasi.

1) Pengkajian
Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri ,berhias
secara mandiri dan toiletting,: BAB,BAK secara mandiri.
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah perawatan diri
maka tanda dan gejala dapat diperoleh observasi pada pasien:

10
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak –
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki – laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB
atau BAK tidak pada tempatnya
Beberapa factor yang perlu dikaji:

1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan : terganggunya perkembangan inisiatif klien.
b. Biologis : penyakit kronis
c. Kemampuan realitas menurunn : ketidak pedulian terhadap dirinya sendiri
d. Sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan

2. Faktor presipitasi
a. Kurang penurunan motivasi
b. Kerusakan kognisi atau perceptual
c. Cemas
d. Lelah atau lemah

3. Identitas klien dan penanggung


Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan dan hubungan klien dengan penanggung.

4. Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit, keluhan
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan
keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor
predisposisi dan presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang faktor-
faktor defisit perawatan diri. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus
klien mengalami gangguan defisit perawatan diri.

11
5. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.

a) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.

b) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c) Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan terisolasi serta stress yang menumpuk.

6. Aspek fisik atau biologis


Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,
suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan.
a) Pemeriksaan fisik
1) Rambut :keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah
rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
2) Kepala :adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
3) Mata : periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
4) Hidung : lihat kebersihan hidung, membrane mukosa
5) Mulut : lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
6) Gigi :lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi.
7) Telinga :lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi.
8) Kulit :lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
9) Genetalia :lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra,
keadaan skrotum, testis padapria, cairan yang dikeluarkan.

12
7. Aspek psikososial
a) Genogram
b) Konsep diri
(1) Citra tubuh
(2) Identitas diri
(3) Peran
(4) Ideal diri
(5) Harga diri
(6) Hubungan social dengan orang lain.
(7) Spiritual
(8) Status mental
8. Kebutuhan persiapan pulang.
a) Kemampuan makan klien
b) Klien mampu BAB dan BAK
c) Mandi atau kebersihan diri klien
d) Istirahat dan tidur klien
e) Pantaupenggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat
9. Pengetahuan
Data didapat melalui wawancara dengan klien.
10. Mekanisme koping
a) Regresi
b) Penyangkalan
c) Isolasi diri ,menarik diri
d) Intelektualisasi

11. Aspek medik


Seperti data yang didapat dari pengkajian klien meliputi :

a) Data subyektif
(1) Pasien merasa lemah
(2) Malas untuk beraktivitas
(3) Merasa tidak berdaya

13
b) Data obyektif
(1) Rambut kotor, acak –acakan
(2) Badan dan, pakaian kotor dan bau
(3) Mulut dan gigi bau
(4) Kulit kusam dan kotor
(5) Kuku panjang dan tidak terawat

c) Rumusan masalah
Dari pengkajian yang dilakukan pada klien dengan defisit perawatan diri,
rumusan masalah yang lazim muncul pada klien dengan gangguan proses
pikir yaitu :

(1) Harga diri rendah


(2) Isolasi sosial
(3) Defisit perawatan diri

2. Analisa data
Table 1

No MasalahKepe Data Subyektif Data Obyektif


rawatan
Defisit - Pasien merasa lemah 1. 1 - Rambut kotor,
perawatan diri - Malas untuk beraktivitas acak-acakan
- Merasa tidak berdaya - Badan dan pakaian
kotor dan bau
- Mulut dan gigi bau.
- Kulit kusam dan
kotor
- Kuku panjang dan
tidak terawat
Isolasi social - Klien mengatakan saya tidak mampu,
2. - klien terlihat lebih
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, suka sendiri,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan bingung bila

14
perasaan malu terhadap diri sendiri. disuruh memilih
alternative
tindakan, apatis,
menolak
berhubungan,
kurang
memperhatikan
kebersihan.
Harga diri - klien mengatakan saya tidak bisa - Klien terlihat
rendah membahagiakan keluarga saya, merasa murung
tidak berguna lagi karena saya mempunyai - Menyendiri
banyak kekurangan. - Tidak berinteraksi
- Kebersihan dirinya
kurang.

3. Pohon masalah
Pohon masalah adalah tehnik atau diagram untuk mengidentifikasi masalah
dalam situasi tertentu dengan mengedepankan hubungan sebab - akibat.

Effect Resiko Tinggi Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri


Care Problem

Causa Harga Diri Rendah

Bagan 1

4. Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri.
15
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri Dalam Bentuk Strategi
Pelaksanaan

Adapun tindakan keperawatan yang lazim dilakukan pada klien dengan gangguan
defisit perawatan diri antara lain
Tabel 2
No Klien Keluarga
SP1P SP1K
1 Menjelaskan pentingnya Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri. dirasakan keluarga dalam merawat
2 Menjelaskan cara menjaga klien.
kebersihan diri. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3 Membantu klien mempraktikkan gejala defisit perawatan diri, dan
cara menjaga kebersihan diri. jenis defisit perawatan diri yang
4 Menganjurkan klien memasukkan dialami klien beserta proses
dalam jadwal harian kesehatan. terjadinya.
Menjelaskan cara – cara merawat
klien defisit perawatan diri.

SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan
harian klien. cara merawat klien dengan defisit
2 Menjelaskan cara makan yang perawatan diri.
baik. Melatih keluarga mempraktikkan
3 Membantu klien mempraktikkan cara merawat langsung kepada
cara makan yang baik. klien defisit perawatan diri.
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
klien. jadwal aktivitas di rumah termasuk
2 Menjelaskan cara eliminasi yang minum obat (dicarge planing).

16
baik. Menjelaskan follow up klien
3 Membantu klien mempraktikkan setelah pulang
cara eliminasi yang baik.
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP4K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2 Menjelaskan cara berdandan
3 Membantu klien mempraktikkan
cara berdandan
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan
klien sesuai dengan kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu
diagnosa, pelaksanaan, evaluasi, modifikasi dan paraf.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari
tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus,
membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi
dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien,
O : respon obyektif klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas
data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul
masalah baru. P : bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi
selanjutnya).

17
Daftar Pustaka

Azizah, L.M.2011.Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Damaiyanti, Mukhripah .2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:PT.Refika Aditama.

Keliat,Budi Anna.2009.Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC.

Stuart, Gail W.2012.Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC.

Yosep, Iyus 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung:PT.Refika Aditama.

18

S-ar putea să vă placă și