Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PEMBAHASAN
Hipertensi Pulmonal
Definisi
Hipertensi pulmonal adalah penyakit arteri kecil pada paru yang ditandai dengan
proliferasi vaskuler dan remodeling yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh
darah paru yang mengakibatkan terjadinya gagal jantung ventrikel kanan.
Hipertensi pulmonal akibat komplikasi kronis paru (sekunder) didefinisikan sebagai
peningkatan rata-rata tekanan arteri pulmonal (TAP) istirahat, yakni > 20 mmHg.
Klasifikasi
Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit paru dan atau hipoksia
- Penyakit paru obstruksi kronik
- Perkembangan abnormal
Klasifikasi status fungsional WHO penderita hipertensi pulmonal
Terdapat tiga faktor yang telah diketahui mekanisme terjadinya hipertensi pulmonal
yang menyebabkan meningkatnya resistensi vascular. Ketiganya adalah mekanisme
vasokonstriksi, remodeling dinding pembuluh darah pulmonal dan thrombosis in situ. Ketiga
mekanisme ini terjadi akibat adanya dua faktor yakni ganggian produksi zat-zat vasoaktif
seperti nitric oxide dan protacycli, serta akibat ekspresi berlebihan secara kronis dari mediator
vasokonstriktor seperti endothelin-I. Dengan diketahuinya mekanisme tersebut maka
pengobatan terhadap hipertensi pulmonal menjadi lebih terang yakni dengan pemberian
preparat nitric oxide, derivat prostacyclin antagonis reseptor endothelin-I, dan inhibitor
phosphodiesterase 5.
Secara garis besar pathogenesis dari hipertensi pulmonal dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.Hipoventilasi alveoli
Fase 1: Belum nampak gejala klinis yang jelas, selain ditemukannya gejala awal penyakit TB
paru. Pada anamnesa pasien khususnya yang berusia lanjut (50 tahun) didapatkan kebiasaan
merokok)
Fase 2: Mulai ditemukannya tanda-tanda berkurangnya ventilasi paru. Gejala yang timbul
antara lain adalah batuk berdahak (terutama bronkiektasis), sesak napas, mengi, sesak napas
ketika berjalan menanjak atau setelah banyak bicara. Sedangkan sianosis masih belum tampak.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelainan berupa hipersonor, suara napas berkurang,
ekspirasi memanjang, ronki basah dan kering, mengi. Letak diafragma rendah dan denyut
jantung lebih redup. Pemeriksaan radiologi menunjukkan berkurangnya corakan
bronkovaskular, letak diafragma rendah dan mendatar, posisi jantung vertikal.
Fase 3: Nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Didapatkan pula berkurangnya nafsu
makan, berat badan berkurang, cepat lelah. Pemeriksaan fisik Nampak sianotik disertai sesak,
dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
Fase 4: Ditandai dengan hiperkapnea, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens. Pada
keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan kesadaran.
Fase 5: Nampak kelainan jantung, dan tekanan arteri pulmonal meningkat. Tanda-tanda
peningkatan kerja ventrikel, namun fungsi ventrikel kanan masih dapat kompensasi.
Selanjutnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan kemudian terjadi gagal jantung kanan.
Pemeriksaan fisik Nampak sianotik, bendungan vena jugularis, hepatomegaly, edema tungkai,
dan terkadang juga didapatkan asites.
Gambaran Radiologi
XRAY
90% pasien memiliki gambaran yang abnormal pada foto thorax polos walaupun kesensitifan
dan kespesifikannya rendah.
CT SCAN
High Resolution Computed Tomography (HRCT) tentu saja sangat diperlukan dalam menilai
parenkim paru-paru dan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab lain seperti PPOK,
interstitial lung disease.
Pembesaran pulmonary:
Diameter >29mm dapat menjadi cutoff walaupun beberapa studi lain menyarankan:
31.6 untuk pasien tanpa interstitial lung disease (spesifisitas 93%)
Pembesaran pulmonar adalah indicator yang buruk untuk pasien hipertensi pulmonary
dengan interstitial lung disease (spesifisitas 40%)
Diameter <29mm tidak dapat dapat langsung menyingkirkan hipertensi pulmonar.
Pembesaran arteri pulmonalis
Tatalaksana:
nitric oxide
phosphodiesterase inhibitors
BAB III
PENUTUP
1. Cor pulmonale adalah hipertensi arteri pulmonalis akibat penyakit yang mengenai
2. Patogenesis cor pulmonale sangat erat kaitannya dengan hipertensi pulmonal yang
3. Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara pasti tejadinya cor pulmonale adalah
patogenesis yang masih bisa ditangani secara langsung dan secara bersamaan