Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
operasi, untuk pemeriksaan terakhir digunakan untuk menentukan dosis obat
bius yang akan diberikan terhadap hewan. perhitungan dosis untuk
maintenance ketika hewan mulai tersadar juga harus diperhatikan untuk
kelancaran dalam proses operasi.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Anatomi Organ Reproduksi Anjing Betina (foster & Smith, 2017)
Ovarium memiliki fungsi sebagai alat tubuh yang memproduksi sel ovum
dan hormon-hormon kelamin betina seperti estrogen dan progesteron. ovarium
berjumlah sepasang dan relatif sangat kecil dibandingkan dengan besar
tubuhnya. Jumlah sel ovum yang dihasilkan dalam satu kali periode lebih
dari satu sel telur. Organ ovarium berada di bagian dorsal dari rongga perut, di
sebelah kaudal dari ginjal kurang lebih pada tingkat ketiga atau keempat dari
vertebrae lumbalis (gambar 3.1). Ovarium disokong oleh lapisan peritoneum
(mesovarium) yang berisi saraf dan suplai darah yang berasal dari arteri ovaria
dan arteri uterina.
Tuba fallopii terdiri dari infundibulum dengan fimbre, ampula, dan ismus.
Fimbre aktif membantu masuknya sel telur yang diovulasikan ke dalam tuba
fallopii. Fimbre berada didekat ovarium, namun tidak melingkupi seluruh
3
ovarium. Tuba fallopii digantung oleh alat penggantung yang disebut
mesosalping yang berasal dari mesovarium.
Uterus merupakan bagian caudal tuba fallopii yang terdiri dari sepasang
kornua uteri, korpus uteri dan servik. Rahim kucing bertipe bipartitus yang
ditandai oleh satu leher rahim, korpus uteri satu dengan dua buah kornua. Letak
uterus seluruhnya dalam cavum abdomen kecuali servik yang masih mencapai
bagian peritoneal dari cavum pelvis. Pada bagian dorsal, uterus digantung
dengan ligamentum lata uteri mesometrium yang merupakan otot-otot licin,
berserat pipih yang berasal dari bagian dinding cavum pelvis dari daerah
lumbal mencapai uterus. Uterus memiliki fungsi sebagai alat dan tempat
transport sperma ke dalam tuba fallopii, memberi makan blastosis,
pembentukan plasenta, perkembangan embrio atau foetus dan kelahiran anak.
Vagina terdiri dua bagian, yaitu vagina dan vestibulum. Kedua bagian
tersebut dibatasi oleh orifisium uretra eksterna dan pada batas ini terdapat
suatu lipatan selaput melintang, epitelnya banyak lapis, lipatan selaput tersebut
adalah himen. Vagina berfungsi sebagai tempat penumpahan semen dan juga
untuk jalur keluar fetus dan plasenta pada saat partus. Dindingnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu selaput lendir, lapisan otot dan serosa. Vagina terletak di
dalam cavum pelvis di antara colon dan vesika urinaria dengan urtera berada di
bagian ventral (Tanudimadja, 1983).
Vulva merupakan ujung akhir dari alat kopulasi pada hewan betina dan
bersatunya kedua labia vulva membentuk comissura dorsalis dengan bentuk
bulat dan ventral yang bentuknya meruncing. Permukaan luarnya berambut
dan berkelenjar.
2.2 Ovariohisterektomi (OH)
Ovariohisterektomi terdiri dari ovariectomi dan histerectomi. Ovariectomi
adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium
dari rongga abdomen. Sedangkan histerektomi adalah tindakan
mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga
abdomen. Pengertian ovariohisterektomi merupakan gabungan dari pengetian
diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri.
4
Ovariohisterektomi merupakan tindakan operasi yang bertujuan untuk
menghilangkan kemampuan hewan dalam melakukan reproduksi. Hilangnya
kemampuan reproduksi hewan dapat bermanfaat dalam upaya menekan
jumlah populasi. Ovariohisterektomi merupakan tindakan sterilisai yang
bermanfaat meminimalisir resiko hewan terkena penyakit yang berkaitan
dengan organ reproduksi. Ovariohisterektomi juga dapat dilakukan pada
kasus tumor pada uterus, pyometra maupun metritis sebagai salah satu
tindakan terapi (Nelson, 2003).
Ovariohisterektomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknik
laparotomi dan teknik flank. Teknik laparotomi dilakukan dengan penyayatan
pada caudal umbilikal. Teknik laparotomi merupakan teknik OH yang sering
dilakukan karena waktu yang diperlukan lebih singkat, proses kesembuhan
yang lebih cepat, dan saat pembedahan lebih mudah menemukan uterus
dibandingkan dengan teknik OH flank (Kiani et al., 2014). Teknik flank
merupakan teknik OH yang dilakukan dengan penyayatan pada bagian flank.
Teknik flank sering digunakan pada hewan yang berada pada periode laktasi
puncak maupun pada hewan yang mengalami hiperplasia kelenjar mamae
(Fossum, 2012). Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu :
a. Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor
ovary, cysteovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).
b. Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina
c. Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.
d. Penggemukan
e. Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak,
membatasi jumlah populasi.
5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
6
= 8 kg x 10 mg/kg
100 mg/ml
= 0,8 ml
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Ovariohistrektomi yaitu tindakan pembedahan untuk melakukan
pengangkatan ovarium, tuba falopii dan uterus pada hewan betina agar hewan
tersebut menjadi steril. Umunya OH dilakukan pada kasus penyakit yang
menyerang ovarium dan uterus seperti: kista ovarium, pyometra, torsio uterus,
prolaps uterus/vagina, tumor uterus, tumor mammae dan ruptura uterus
(pencegahan agar tidak terjadi hiperplasia vagina) (Komang, 2011).
4.2.1Persiapan Operasi
Sebelum melakukan ovariohisterektomi dilakukan sejumlah persiapan
yang meliputi pre operasi, atau persiapan pasien, persiapan alat dan bahan
yang akan digunakan, persiapan ruang operasi, persiapan operator dan co
operator. Persiapan hewan meliputi pemeriksaan fisik kondisi umum, berat
badan, temperatur, pulsus, respirasi, kondisi rambut, membram mukosa,
muskulosketal (otot dan pertulangan), sistem sirkulasi, sistem respirasi,
sistem digesti, sistem urogenital, sistem syaraf, dan sistem panca indera.
Pemeriksaan fisik ini dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan.
Setelah anjing dinyatakan sehat dan mampu untuk di operasi, selanjutnya
anjing dipuasakan selama 6-8 jam sebelum operasi untuk menghindari
refleks muntah dan regurgitasi yang merupakan efek samping dari
pemberian anasthesi. Anjing dibersihkan tubuhnya untuk meminimalisir
risiko kontaminasi saat operasi.
Persiapan alat dan bahan dilakukan sebelum pelaksanaan operasi
dilakukan. Alat-alat operasi (kecuali gunting dan pisau bedah), serta bahan-
bahan operasi seperti drape dan tampon disterilkan menggunakan autoclave
selama 1 jam dengan suhu 121˚C dan bahan-bahan operasi dipersiapkan di
daerah sekitar ruang operasi untuk mempermudah pelaksanaan operasi. Hal
8
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri atau
organisme lain yang dapat menghambat proses kesembuhan luka. Berikut
merupakan bahan obat-obatan yang digunakan selama operasi OH :
Tabel 4.1 Jenis Obat-Obatan yang Digunakan saat Operasi OH
Obat Jenis Dosis Konsentrasi Jumlah Rute
(mg)
(mg/ml) (ml)
Amoxisilin Antibiotik 10 100 0,8 IV
Atropin Premedikasi 0,04 0,25 1,28 SC
Ketamin Anastesi 10 100 0,8 IV
Xylazin Anastesi 2 20 0,8 IV
Tolfenamic Analgesik 4 80 0,4 SC
9
operator maupun hewan itu sendiri. Xylazine berkerja sebagai hipnotikum,
anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem
kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna,
stabil pada suhu kamar dan relatif aman dengan kerja singkat. Sifat
analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk sistem
visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang
tonusnya sedikit meninggi. Maka dari itu biasanya digunakan kombinasi
antara xylazine dan ketamine untuk saling mengurangi efek sampinya.
Daerah yang akan diinsisi dilakukan pencukuran rambut dan
penyemprotan alkohol 70% untuk mencegah rambut anjing yang
berterbangan saat operasi serta dilanjut pemberian povidon iodine dengan
arah sirkuler dimulai dari bagian tengah menuju tepi (gambar 4.1).
Selanjutnya dilakukan pemasangan drape dan dikaitkan dengan towel clamp.
Pemasangan ini berfungsi untuk mempersempit lapangan pandang operator
supaya dapat fokus dalam menjalani operasi serta menjaga daerah insisi dari
kontaminasi disekitarnya.
10
retractor agar mempermudah mengekspose organ didalam rongga
peritonium.
Cornua uteri dicari menggunakan jari atau spay hook. Umumnya kornua
uteri terletak pada dorsal vesica urinaria. Dipisahkan uterus dan ovarium
dari penggantungnya dan diangkat kea rah luar abdomen untuk dibendung.
Pembendungan vaskularisasi pada arteri ovarica menggunakan 2 buah
hemostatic forcep. Ligasi dilakukan diantara 2 hemostatic forcep
menggunakan cat gut chromic dengan simpul square knot 2-1-2 (gambar
4.2). Teknik yang sama dilakukan pada cornua lain. Ligasi diperiksa, jika
tidak ada kebocoran, maka dipotong jaringan pada bagian caudal dengan
hemostatic forcep. Bifurcatio uteri dicari dan vaskularisasi dibendung pada
bagian caudal dengan hemostatic forcep. Ligasi arteri uterina dan bifurcatio
uteri secara kuat dengan benang cat gut chromic dengan menembuskan
jarum dan benang pada bagian tengah lalu diikat bagian kiri dengan simpul
square knot 2-1-2. Dilanjutkan dengan bagian kanan corpus uteri. Untuk
ligasi terakhir, corpus uteri diikat secara melingkar dengan simpul square
knot 2-1-2. Corpus uteri dipotong di bagian anterior ligasi dan dipastikan
tidak ada kebocoran.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.2 Prosedur operasi ovariohisterektomi (a) pengangkatan uterus keluar
ventral (b) ligasi saluran reproduksi mulai dari ovarium hingga ke
caudal uteri, (c) penjahitan muskulus, (d) penutupan luka dengan
jahitan lock and stitch.
Setelah pengangkatan ovari dan uterus, dilakukan penutupan muskulus
dengan penjahitan. Jahitan dilakukan dengan tipe jahitan terputus sederhana
dengan menggunakan jarum round dan benang cat gut chromic 2-0 (gambar
4.2). Menurut Dupre (2009), penggunaan tipe jahitan sederhana pada
muskulus menurunkan resiko terjadinya hernia bila dikerjakan dengan benar
serta memiliki waktu persembuhan yang relatif lebih cepat. Jahitan pada
lapisan subkutan dilakukan dengan tipe jahitan intradermal dengan
menggunakan jarum round dan benang cat gut chromic 2-0. Jahitan pada
11
lapisan kulit dilakukan dengan tipe jahitan terputus seerhana dengan
menggunakan jarum tapped dan benang silk. Luka insisi diberi antibiotic
salep dan di balut.
12
Proses penyembuhan luka akibat sayatan operasi ovariohisterektomi
ini memerlukan waktu untuk penyembuhan. Fase kesembuhan luka terdiri
dari 4 Fase yaitu fase koagulasi,fase inflamasi, fase poliferatif dan fase
remodeling. Fase koagulasi yaitu fase yang terjadi setelah timbulnya luka,
terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengab aktifasi cascade
pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh
proses selanjutnya yaitu fase Inflamasi. Fase Inflamasi merupakan fase yang
mempunyai prioritas fungsional yaitu mengadakan hemostasis,
menghilangkan jaringan mati dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen.
Pada fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami
degranulasi. Leukosit juga bermigrasi ke daerah luka dan terjadi deposit
matriks fibrin yang mengawali proses penutupan luka. Proses ini terjadi
pada hari ke 2 sampai ke 4. Fase selanjutnya yaitu proliperatif yakni fase
yang terjadi pada hari ke 5 sampai dengan 21 setelah mengalami trauma atau
luka. Pada fase ini terdapat faktor proangiogenik yang dilepaskan oleh
makrofag, vascular endothelial growth factor (VEGF) sehingga terjadi
neovaskularisasi dan pembetukan jaringan granulasi. Fase remodeling yaitu
fase yang paling lama pada proses penyembuhan luka terjadi mulai hari ke
21 hingga 1 tahun. Terjadi pembentukan akitin myofibroblast dengan aktin
mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada proses
penyembuhan luka. Pada fase ini juga ada remodeling kolagen. Setelah 3
minggu masa penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali 20% kekuatan
pada jaringan normal (Marcio et al., 2008).
Fase penyembuhan luka dapat berjalan denga cepat jika operasi dan
penanganan luka dilakukan dengan benar. Prosedur operasi yang baik
dikemukakan oleh Hastled yang dikenal sebagai Hastled Principle yang
meliputi: 1) Memperlakukan atau menangani jaringan secara lembut yakni
dengan menggunakan forceps yang sesuai, 2) memperlakukan atau
menangani jaringan secara aseptic sehingga menghindari infeksi oleh
mikroorganisme pada luka bedah, 3) Mengetahui anatomi hewan dengan
baik sehingga dapat menghindari daerah persyarafan atau pembuluh darah,
4) mengontrol perdarahan yang terjadi pada saat operasi berlangsung, 5)
menghindari ruang kosong pada jaringan saat operasi sehingga tidak
13
menimbulkan seroma, 6) menghinndari tensi jaringan dan 7) tidak
menautkan jarigan secara tumpeng tindih. Tujuh dasar dari Hastled principle
dapat mempengaruhi lama proses penyembuhan luka bedah.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Foster & Smith. 2017. Anatomy and Function of the Reproductive System in
Dogs.
Tobias KM. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. USA: Wiley
and Blackwell.
Madiba T.E, 2005. Surgical Management of Rectal prolapse. Arc Surg; 140;
63 – 73
16