Sunteți pe pagina 1din 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang tidak
berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh karena dapat
menjadi racun.

Proses eliminasi inidapat dibagi menjadi eliminasi unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi
(buang air besar).Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal,Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.

Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannnya sebagai urin. Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi
atau penyakit pada organ darisaluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.

Beberapa tahun ini angka morbiditas dan mortilitas penyakit di pada sistemperkemihan di
Indonesiasemakit meningkat jumlahnya. Perubahan gaya hidupmasyarakat dan pengetahuan
masyarakat mengenai informasi penyakit-penyakit system perkemihan diyakini sebagai salah
satu penyebab tingginya penyakit tersebut.

Keluhan penyakit yang terkait dengan system ini banyak dijumpai di layanan kesehatan
primer. Sehingga kemampuan seseorang tenaga kesehatan dalam mendeteksi dinikelainan
tersebut akan sangat membantu dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
meningkatkan kualitas hidup penderita.

Kemajuan penatalaksanaan penyakit system perkemihan mulai dari pengkajian yang


tepat ,diagnostic, terapi medic,terapi bedah dan rehabilitasi menyebabkan jumlah penderita
penyakit system perkemihan yang ditangani semakinbaik yang meningkatkan harapan
hiduppenderita.

Meskipun demikian,hal ini tidak menyelesaikan masalah karena adakalanya, beberapa


penyakit meninggalkan gejala sisa bagi penderita sehingga mengurangi produktivitas kerja dan

1
kualitas hidup. Selain itu semuanya memerlukan biaya yang sangat besar, dan sumber daya
manusia yang terampil dalam penatalaksanaanya.

Tindakan pencegahan terhadap penyakit system perkemihan perlu ditingkatkan karena


selain murah dan mudah, dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja,tetapi
memerlukan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terhadappenyakit system perkemihan.
Factor resiko dari penyakit system perkemihan perlu mendapat perhatian khusus, karena
resikohari ini merupakan penyakit dimasa yang akan dating.
Selain memfokuskan perhatian pada mereka yang telah menderitan penyakit, kita juga
perlu memusatkan perhatian pada mereka yang belum menderita tetapi mempunyai resikountuk
menderita penyakit. Karena sesungguhnya jumlah orang jatuh sakit jauh lebih banyak daripada
mereka yang telah menderita penyakit.
Penegakkan diagnosis pada kelainan-kelainanpada system perkemihanyang tepat menjadi sangat
penting dalam tata laksana pasien berikutnya, seorang tenaga kesehatan ditunntut untuk dapat
melakukan pemeriksaan-pemeriksaan urologi dengan seksama dan sistematik mulai dari:
1. Pemeriksaan subyektif untuk mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang digali
melalui anamnesis yang sistematik.
2. Pemeriksaanobjektif yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mencari data-
data objektif mengenai keadaan pasie, dan
3. Pemeriksaan penunjang yaitu melalui pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium maupun
pemeriksaan diagnostic lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem perkemihan?

2. Bagaimana sistem anatomi fisiologi pada sistem perkemihan?

3. Bagaimana teknik pengkajian dalam sistem perkemihan?

4. Bagaimana tekhnik pemeriksaan fisik system perkemihan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mengerti tentang sistem perkemihan.

2
2. Mahasiswa memahami sistem anatomi fisiologi pada sistem perkemihan.

3. Mahasiswa mampu memahami teknik pengkajian dalam sistem perkemihan.

4. Mahasiswa mampu melakukan tekhnik pemeriksaan fisik system perkemihan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Perkemihan

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).

B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


1. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakangperitoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada
dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua
buah kiri dan kanan, ginjal kirilebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
a. Fungsi ginjal:
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

1. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

2. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

3. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.

a. Struktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis),
dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut
renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil

4
disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-
16 buah. Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian
terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa
henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).Pada setiap
ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri
renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada piramid
renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut
glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

b. Fisiologi ginjal

Ginjal berfungsi:

1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh).

Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer
dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relatif normal.

2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal


dalam plasma (keseimbangan elektrolit).Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal
ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal
akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).

3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolism protein.Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan
bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan
perubahan pH darah.

4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil
metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida)

5
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk
eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis).Di samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekal siferol
(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.

Proses pembentukan urine Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi pada simpai bowman,
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi
penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke
piala ginjal terus berlanjut ke ureter.Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk
kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.

Ada tiga tahap pembentukan urine:

1. Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain,
yang diteruskan ke tubulus ginjal.

2. Proses reabsorpsi

Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat,
dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi
terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam
tublus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria. Peredaran darah

6
ginjal,ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteri
arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di
tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut
glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Di sini
terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

c. Persarafan ginjal

Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembu;uh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar
ini merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon
adrenalin dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.Reabsorpsi dan sekresi
tubulusSewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui
bagian-bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine beberapa zat diabsorpsi
kembali secara selektif dari tbulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de
sekresikandari darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua
zat dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus).Ekskresi urine – Filtrasi glomerulus –
Reabsorpsi tubulus + Sekresi tubulus Reabsorpsi tubulus Ginjal menangani beberapa zat
yang yang difiltrasi secara bebas dalam ginjal dan diabsorpsi dengan kecepatan yang
berbeda. Kecepatan masing-masing zat dapat dihitung sebagi berikut.Abnormalitas
congenital.

Kelainan kongenital ginjal dapat terjadi, termasuk:

1. Tidak terdaptnya ginjal.

2. Ginjal berbentuk seperti sepatu kuda.

3. Kista ginjal, dimana ginjal mempunyai kista dalam jumlah yang besar sebagai akibat
dari kesalahan perkembangan dalam perkembangan tubulus.

7
d. Penyakit ginjal

Penyakit pada ginjal dapat mengganggu fungsi nefron, dan apabila sejumlah besar
nefron mengalami kerusakan maka akan terjadi kerusakan fungsi ginjal: sekresi urina
hilang, albumin atau darah dapat terlihat pada urine, produk metabolisme (misalnya urea)
yang seharusnya di ekskresi tidak diekskresi dan terjadi penumpukan dalam darah, serta
keseimbangan asam basa tubuh menjadi terganggu.Pada glomerulus nefritis akut ginjal
mengalami perbesaran, glomerulus merupakan bagian khusus yang terkena. Pada
sindroma nefrotik terdapatnya protein dalam urine menyebabkan terjadinya retensi cairan
dalam jaringan. Pada glikosuria renalis glukosa bocor ke dalam urine sebagai akibat
kelainan kongenital pada anatomi dan fungsi nefron.

Gagal ginjal akut dapat timbul sebagai akibat:

1. Gangguan sirkulasi renalis (misalnya pada syok, penurunan curah jantung ditujukan
pada otak dan jantung menyebabkan kerusakan pada ginjal).

2. Glomerulo nefritis berat

3. Penyumbatan traktus urinarius oleh batu ginjal.Bila gagal ginjal terjadi pada beberapa
jam, tubulus ginjal akan mengalami kerusakan permanen. Pada urine yang disekresi
terhenti sama sekali (terjadi urinarius) atau berkurang dalam jumlah yang sangat kecil
(oligura), terdapat perubahan keseimbangan asam basa yang berat dan produk akhir
metabolisme tubuh tidak diekskresi.

Gagal ginjal kronik merupakan akibat dari kerusakan nefron yang permanen oleh
penyakit ginjal apa saja yang berat, adanya bukti terjadi gagal ginjal terlihat apa bila
sekitar 75% dari nefron sudah tidak berfungsi.Pada diabetik insipidus antidiuretik
hormon tidak dibentuk oleh kompleks hipotalamuspituitari dan sebagai konsekuensinya
air tidak direabsorpsi dalam duktus kolektikus, dan pasien mengeluarkan jumlah urine
banyak yang pekat.

Abnormalitas kandungan urine:

8
1. Glukose

2. Benda-benda keton

3. Garam empedu

4. Pigmen empedu

5. Protein

6. Darah

7. Beberapa obat-obatan

I. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding abdomen terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali


yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis
renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik. Pars abdominalis ureterdalam kavum abdomen ureter

9
terletak di belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi
olehfasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique,
selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka
eksterna.Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum.

Sewaktu turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra
dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah
mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra
dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan
mesenterium.

Pars pelvis ureterberjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang
tepi anterior dari insura iskhiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat
ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris arteri
vasialia anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika
mayor, ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika
urinaria.

Ureter pada priaterdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique
sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum
vesika. Sewaktu menembusvesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter
akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula)
dan mencegah pengambilan urine dari vesika urinaria.

Ureter pada wanitaterdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina
sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di
antara lapisan ligamentum.

Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari
ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter

10
2 mm, penyilangan vosa iliaka diameter 4 mm dan padasaat masuk ke vesika urinaria
yang berdiameter 1-5 cm.

Pembuluh darah ureter :

1. Arteri renalis

2. Arteri spermatika interna

3. Arteri hipogastrika

4. Arteri vesika inferior

II. Vesika urinaria

Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arahbelakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan


ligamentum vesika umbilikalis.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan
sebelah luar (peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan
lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Pembuluh limfevesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka
interna dan eksterna.

11
III. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

a. Uretra pria

Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat


kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis
panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki-laki terdiri dari:

1. Uretra prostatia

2. Uretra membranosa

3. Uretra kevernosa

Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria
sampai orifisium eksterna.Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari
bagian-bagian berikut:·Uretra prostatikamerupakan saluran terlebar panjangnya 3
cm, berjalan hampir vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke
apaks dan lebih dekat ke permukaan anterior.

·Uretra pars membranaseaini merupakan saluran yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula prostata
dan bulbus uretra. Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis,
panjangnya kira-kira 2,5cm, di belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter
uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang
mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum arquarta
pubis.·Uretra pars kavernosusmerupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat
di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars
membranasea sampai ke orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus
uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada

12
keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke
depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi
ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk
fossa navikularis uretra.·

Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi berupa
sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm.
glandula uretralis yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam duabagian, yaitu
glandula dan lakuna. Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus
kavernosus uretra (glandula pars uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna
yang lebih besar dipermukaan atas di sebut lakuna magma orifisium dan lakuna ini
menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui
sepanjang saluran.

b. Uretra wanita

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah
atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis
(sebelah luar), lapiosan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm.

uretra ini menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di
depan permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara
ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang
bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran
ekskresi..Ciri-ciri urine yang normalJumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-
beda sesaui jumlah cairan yang dimasukan.

Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan, sehingga tersedia
cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya. Warnanya bening oranye
pucat tanpa endapan,tetapi ada kalanya jenjot lendir tipis tanpak terapung di
dalamnya. Baunya tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-

13
rata 6. Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025. Komposisi urine normal Urine
terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang
menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram proteindalam 24 jam,
jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut:

1. Air 96%·

2. Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)·

Ureuma dalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang
telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan
rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100
ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum.

c. Asam urat

Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 cm,
sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam
urine.·Kretinadalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain
mencangkup benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.·Elektrolit atau
garam, seperti natrium kalsium dan kalium klorida, diekskresikan untuk
mengimbangijumlah yang masuk melalui mulut.

C. Konsep dasar pemeriksaan system perkemihan

Pemeriksaan sistem perkemihan terhadap kelainan yang mungkin dialami oleh


klien dilakukan dengan melakukan anamnesis keluhan yang dialami oleh klien
,pemeriksaan fisik terhadap fungsi dari system perkemihan, dan kemudian dibandingkan
dengan hasil dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic lainnya.
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu wawancara kepada klien yang ditujukan untuk
mengetahui secara dini penyakit yang kemungkinan diderita oleh klien. Anamnesis
merupakan suatu proses pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang

14
sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan
dari klien (autoanamnesa) atau dari orang lain (alloanamnesa), yaitu dari keluarga,
orang terdekat, masyarakat.Data yang diperoleh dari data anamnesis merupakan data
subjektif. Data subjektif merupakan persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan. Klien mengungkapkan persepsi dan persaan subjektif seperti harga diri
dan nyeri. Data subjektif adalah informasi yang diucapkan oleh klien kepada perawat
selama wawancara atau pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang didengar oleh
perawat. Data subjektif biasa disebut gejala . data subjektif atau gejala adalah
fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan
darisensasi normal klien. Contoh : saya merasa sakit dan perih ketika buang air
kecil,perut saya terasa melilit, badan saya sakit semua, dll.
Anamnesis yang sistematis mencakup : keluhan utama pasien , riwayat
penyakitsaat ini yang sedang diderita klien, seperti : keluhan sistematik yang
merupakan penyulit dari kelainan urologi,seperti malaise, pucat, uremia yang
merupakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat infeksi dan keluhan local, seperti
nyeri,keluhan miksi, disfungsi seksual,atau infertilitas, selain itu perlu adanya
pengkajian, terhadap riwayat penyakitlain yang pernah diderita maupun yang pernah
diderita keluarganya. Beberapa pertanyaan yang biasa diajukan kepada klien adalah :
a) Kaji kebiasaanpola BAK, output / jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan
ada/tidaknya sedimen
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta
riwayat infeksi saluran kemih.
c) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostikyang terkait dengan
system perkemihan.

a. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenital
dirasakan sebagai nyeri local( nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau
berupa reffered pain ( nyeri yang dirasakan jaun dari organ yang sakit ). Inflamasi
akur pada organ padar traktus urogenital sering kali dirsakan sangat nyeri, hal ini
disebabkan karena regangang kapsul yang melingkup organ tersebut.maka dari

15
itu, pielonefritis, prostatis, maupun epididymitis akut dirsakan sangat nyeri,
berbeda dengan organ berongga seperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai
kurang nyaman/ discomfort.

1. Nyeri ginjal
Nyeri ginjal disebabkan karena regangan kapsul ginjal.regangan kapsul ini dapat
terjadi pada plelonefritis akut yang menimbulkan edema, pada obstruksi saluran
kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.
2. Nyeri kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltic yang
terhambat oleh batu, bekuan darah atau korpus alienum lain. Nyeri ini sangat
sakit, namun hilanhg timbul bergantung dari gerakan peristaltic ureter. Nyeri
tersebut dapat dirasakan di daerah sudut kosta vertebra, kemudian menjalar ke
dinding depan abdomen, ke region inguinal hingga kedaerah kemaluan. Sering
nyeri ini diikuti keluhan pada system pencernaan, seperti mual dan muntah.
3. Nyeri vesika
Nyeri vesika dirsakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi
vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli-
buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada
saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri
sangat hebat serti ditusuk- tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria.
4. Nyeri prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar
prostat dan kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan , namun umumnya
dirasakan pada abdomen bawah,inguinal, perineal, lumbosakral, nyeri rektum.
Nyeri prostat ini sering disertai keluhan miksi seperti frekuensi, dysuria dan
bahkan retensi urine.

16
5. Nyeri testis / epididymis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal
dari kelainan di organ kantong skrotum ) atau refered pain ( berasal dari organ
diluar skrotum). Nyeri akut primer disebabkan oleh torsin terstis atau
torsinapendiks testis, epididymitis / orkitis akut, atau trauma pada testis, inflamasi
akut pada testis atau epididymitis menyebabkan peregangan pada kapsulnya dan
sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering
dianggap disebabkan kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat
disebabkan varikokel, hidrokokel, maupun tumor tesis.
6. Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli-buli atau uretra ,
terutama pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan
parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glands penis. Sedangkan nyeri
yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit peynorie atau
priapsismus ( ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi glands).

b. Keluhan Miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan
iritasi, obstruksi, inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi,
polakisuria, nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi meluiputi
hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi dan
menetes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan
obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome
1. Gejala Iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda
asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan
buli-buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang
lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi).
Hal ini dapat disebabkan karena produksi urine yang berlebihan atau karena

17
kapasitas buli buli yang menurun. Nokturia adalah polaksuria yang terjadi
pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin meningkat pada pasien-
pasien gagal jantung kongestif dan edema perifer karena berada pada posisi
supinasi. Pada pasien usia tua juga dapat ditemukan produksi urine pada
malam hari meningkat karena kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi urine.
2. Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran urin.
Apabila terdapat obstruksi intravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih
lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine
keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat
kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian
memancar lagi (disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan
perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam buli buli dengan masih keluar
tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi
mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti
dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya
makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang dikenal
sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra
anterior biasanya ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan
kadang berputar putar.
3. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine
yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat
beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous
(urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat),
inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa
(Buli-buli penuh).

4. Hematuria

18
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine.
Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya
perdarahan per uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu
diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses
miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). Hematuria dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran kemih, mulai dari infeksi
hingga keganasan.

5. Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi
karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses
fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada
pasien diabetes mellitus.
6. Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejakulat,
biasa ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90%
mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering
disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak
hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh sendiri.
Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya
infeksi vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma prostat.
7. Cloudy Urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang bersifat


obyektif. Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk
digunakan selama pemeriksaan fsik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera
penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan

19
semua indera tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang koheren.
Teknik-teknik tersebut secara keseluruhan disebut sebagai observasi/pengamatan, dan
harus dilakukan sesuai dengan urutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data
yang telah diperoleh sebelumnya. Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia
pasien atau tingkat keparahan gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika
abdomen yang diperiksa.

a. Inspeksi :

Langkah pertama pada pemeriksaan pasien dengan gangguan sistem perkemihan adalah
inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode
tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara formal, pemeriksa
menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama,
persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu, dengan cara memperoleh
riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga
menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih
jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau
yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan
informasi yang diterima oleh semua indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari,
dan membentuk opini, subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu
dalam membuat keputusan diagnosis dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan
observasi selama bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai
persepsi intuitif mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah
melihat pasien. Inspeksi pada sistem perkemihan meliputi :

1) Keadaan umum sistem perkemihan


2) Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat genitalia, rectum,
dll)
3) Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau
urostomy atau supra pubik kateter.

20
b. Palpasi

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui
Inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam
rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi,
ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang
normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa
yang dapat teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada
ruang tubuh.Palpasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi
ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat
mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin
melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan
mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat
superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga
dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk
melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien,
gerakkan jari secara memutar.

Palpasi medium

untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi
(meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan menekan
permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakan
sirkuler/memutar. Sedangkan

Palpasi dalam

digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan
satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan
tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau
tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak
nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.

21
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik palpasi dapat dilakukan pada
ginjal, kandung kemih, alat genitalia dan rectum klien dengan memperhatikan prinsip
diatas untuk mendapatkan informasi tambahan terkait kondisi klien.

Gambar 1. A (teknik palpasi ringan); B (teknik palpasi dalam)

c. Perkusi

Perkusi, merupakan langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan


tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur
atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang
suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya.

Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat struktur yang


dilewati oleh suara itu. Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak
udara (misalnya paru-paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan
panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot paha), yang menghasilkan

22
suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek. Densitas jaringan atau massa yang tebal akan
menyerap suara, seperti proteksi akustik menyerap suara pada ruang “kedap suara”.

Ada dua metode perkusi langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi
diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk
menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan
digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari
gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang
disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa
peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah atau hanya jari tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk
jari tengah tangan yang lain sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan
sekarang.

Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan
tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari
berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara
ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat,
agar tidak menyerap suara. Lihat gambar 2. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat
dilakukan dengan kepalan tangan (Gambar 3).

Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang
kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat
untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung
dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika
pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode perkusi
bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebra angel (CVA) ginjal.

Pada pemeriksaan fungsi system perkemihan pada saat dilakukan perkusi


mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu diperhatikan dalam
melakukan tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan
ekpressi klien.

23
Gambar 2. (teknik jari tidak langsung

Gambar 3. Perkusi kepalan tangan:

(A) perkusi tidak langsung pada daerah costovertebral (CVA)

(B) perkusi langsung pada CVA

24
d. Auskultasi

Auskultasi adalah keterampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru,


jantung pembuluh darah dan bagian dalam / viscera abdomen. Umumnya, auskultasi
adalah i fterakhir yang digunakan pada saat pemeriksaan fisik. Suara-suara penting yang
terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh
thorax dan viscera abdomen, dan aliran darah yang melalui system kardiovaskuler. Suara
terauskultasi dijelaskan frekwensi (pitch), intensitas (keras lemahnya), durasi, kualitas
dan waktunya.

Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara


korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.
Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Stetoskop regular tidak mengamplipikasi suara.

Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa
(tubing), dan bagian ujung yang ketelinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan
eksternal dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus
yang mengamplipikasi suara juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang
penting diperhatikan adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop.

c. Pemeriksaan fisik ginjal

Ginjal terletak pada region posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebra
adalah region dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal. Pada level
yang lebih bawah pada kuadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan, kadang-kadang
dapat diraba. Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat diraba diatas
simfisis pubis. Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah
cahaya ruangan cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari prosesus
xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi rileks dari klien dapat diperoleh dengan
cara :

1. Vesica urinaria harus dikosongkan terlebih dahulu.


2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut dalam posisi fleksi
(bila diperlukan).

25
3. Kedua tanga disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan di atas kepala akan
menarik dan menegakkanotot perut.
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangaat, dan kuku harus pendek. Dengan
jalan menggesek-gesekan tangan akan membuat telapak tangan menjadi hangat.
5. Lakukan pemeriksaan perlahan-lahan, hindari gerakan yang cepat dan yang tak
diinginkan .
6. Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien lebih rileks
7. Jika klien sangat sensitif dan pegal mulailah palpasi dengan tangan klien sendiri
dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan-lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan klien
8. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan raut muka dan emosi klien.

Gambar 4. Gambaran ginjal dari posterior

Inspeksi

Atur posisi pasien dengan tidur telentang, minta klien membuka bajunya.
Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi kepada abdominal jika terdapat masa
diabdominal atas, masa keras dan padat kemungkinan terjadi keganasan atau infeksi
perinefritis.

26
Palpasi

a. Palpasi ginjal kanan


1. Letakkan tangan kiri anda dibelakang penderita, parallel pada costa ke-12 dengan
ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral.angkat, dan cobalah mendorong
ginjal kanan kedepan (anterior)
2. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, disebelah
lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dextra)
3. Mintalah penderita untuk bernafas dalam.Pada waktu puncak inspirasi tekanlah
tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, dibawah arcus costa , dan
cobalah untuk mengangkat ginjal diantara kedua tangan anda.
4. Mintalah penderita membuang nafas dan menahan nafas. Pelan-pelan , lepaskan
tekanan tangan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada
saat waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba ( normalnya jarang teraba) , tentukan
ukurannya , contour, da nada atau tidaknya nyeri tekan.

27
Gambar 5. Tekhnik palpasi bimanual pada ginjal kanan.

b. Palpasi ginjal kiri


Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah kesebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan
anda untuk menyanggah dan mengakat dari belakang,dan tangan kiri untuk meraba
pada kuadran kiri atas.
Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal jarang dapat
teraba.

c. Palpasi aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit disebelah kiri, dan rasakan adanya
pullsasi aorta. Pada penderita diatas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta
dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

28
Perkusi
Teknik perkusi digunakan untuk mengetahui nyeri ketok pada ginjal. Nyeri tekan
ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada sudut
costovertebrae.
Kadang-kadang menekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat
nyeri, tetapi sering kali harus digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan nyeri
ketok ginjal (ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan
beralaskan polar tangan kiri. Letakan satu tangan pada sudut kostovertebra, dan
pukulah dengan sisi ulner kepalan tangan anda.

Gambar 6. Tekhnik nyeri ketok ginjal

29
CHECKLIST PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

Nama : …………………………………
NIM :………………………………….

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI :
Pemeriksaan fisik ginjal untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal
yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, dan perkusi
TUJUAN :
1. Pemeriksaan fisik ginjal untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal
PELAKSANAAN
Tahap Pre Interaksi
a. Persiapan Pasien
1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarganya tindakan yang
dilakukan
4. Jaga privasi klien
5. Posisi klien : tidur, duduk
b. Persiapan Alat :
1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. Bengkok
4. Lembar hasil pemeriksan
5. Alat tulis
c. Persiapan Lingkungan
6. Tutup Sampiran
Tahap Orientasi

30
1. Memberi salam
2. Panggil klien dengan panggilan yang disenangi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
5. Menjelaskan kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu sebelum
kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat penyakit dan riwayat
penyakit dahulu serta riwayat penyakit keluarga
3. Jaga privasi klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Gunakan sarung tangan yang bersih
6. Atur posis yang nyaman bagi klien, posisikan klien terlentang
7. Berdiri disisi kanan klien
8. Minta klien membuka pakaian atas, bantu jika perlu
9. Buat klien dalam kondisi rileks dengan menekukan lutut, mengajak
bicara.
10. Persiapan sebelum melakukan palpasi ( megesekan kedua telapak
tangan untuk menghangatkan)
Palpasi ginjal kanan
11. Letakkan tangan kiri anda dibelakang penderita, parallel pada costa ke-
12 dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral.angkat, dan
cobalah mendorong ginjal kanan kedepan (anterior)
12. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas,
disebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus
abdominis dextra)
13. Mintalah penderita untuk bernafas dalam.Pada waktu puncak inspirasi
tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas,
dibawah arcus costa , dan cobalah untuk mengangkat ginjal diantara
kedua tangan anda.

31
14. Mintalah penderita membuang nafas dan menahan nafas. Pelan-pelan ,
lepaskan tekanan tangan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan
kembali ke posisi pada saat waktu ekspirasi.
15. Apabila ginjal teraba ( normalnya jarang teraba) , tentukan ukurannya ,
contour, da nada atau tidaknya nyeri tekan

Palpasi ginjal kiri

16. Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah kesebelah kiri penderita.


17. Gunakan tangan kanan anda untuk menyanggah dan mengakat dari
belakang. Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.
18. Gunakan tangan kiri untuk menekan kuadran kiri atas lateral, sejajar
dengan M.Rectus abdominis sinistra
19. Lakukan seperti sebelumnya. Secara serentak kedua tangan tersebut
melakukan palpasi seperti pada palpasi ginjal kanan

Perkusi ginjal (nyeri tekan dan nyeri ketok ginjal)

Nyeri tekan

20. Pada sudut costovertebrae dilakukan dengan cara penekanan ujung ibu
jari, lihat reaksi pasien apakah ada nyeri.

Nyeri ketok

21. Pada sudut costovertebrae dilakukan dengan cara meninju menggunakan


permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralasan polar tangan
kiri.Lihat reaksi pasien apakah ada nyeri.
22. Tulislah hasil pemeriksaan pada lembar kerja
23. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
24. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah

32
25. Cuci tangan

Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
Tahap dokumentasi
1. Catat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam catatan
keperawatan dan respon Pasien setelah dilakukannya tindakan

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

33
D. Pemeriksaan fisik genetalia eksterna

1. pemeriksaan fisik genitalia pria


Pemeriksaan fisik genetalia dengan inspeksi dan palpasi termasuk prosedur rutin yang
harus dikerjakan pada penderita dengan indikasi kelainan genetalia pria dan traktus
urinaris segmen distal. Organ genetalia pria terdiri dari penis, skrotum, testis, epididymis,
vesikaseminalis dan kelenjar prostat.
Uretra merupakan saluran berbentuk pipa yang berpungsi saluran pengeluaran urine yang
telah ditampung didalam vesika urinaria ( kandung kencing ) keluar badan ( dunia luar)
dan saluran semen. Saluran tersebut dimulai dari orifikum uretra internum dan masuk
lewat didalam prostat, berlanjut berjalan didalam korpus kapernosum uretra dan berakhir
pada lubang luar pada ujung penis ( orifikum uretra eksternum).
Dengan demikian uretra laki-laki menurut tempat yang dilewati dapat di bedakan menjadi
tiga bagian berurutan, yaitu pars prostatika, pars membranosa cland , pars spongiosa
uretra.
Penis terdiri dari dua buah corpora capernosa penis , satu buah corpus capernosum uretra (
corpus spongiosum penis) dan satu buah corpus capernosum glandis sebagai lanjutannya.
Saluran uretra melewati corpus spongiusum. Penis mempunyai dua permukaan yaitu
permukaan ventral dan dorsal, dan terdiri atas akar, batang dan glans.
Skrotum merupakan kantung yang dibentuk oleh lapisan yang tipis, kulit yang berkerut-
kerut ( rugous skin) yang menutupi lapisan tebal, tunica darkos yang terdiri dari serat –
serat otot polos dan pascia . skrotus menggantung pada pangkal penis , dimana bagian kiri
lebih rendah disbanding yang kanan karena pada skrotum yang kiri funiculus spermatitus
lebih panjang. Kulit skrotum terbagi dua oleh kulit median raphe yang memanjang dari
bagian ventral corpus penis, melewati pertengahan skrotum sampai ke anus. Dibagian
dalam , kedua skrotum dipisahkan oleh septal fold dari tunica darkos.
Masing-masing skrotum berisi testis, epididymis dan funiculus spermaticus. Kulit skrotum
hiperpegmentasi dan mengandung banyak folikel sebasea yang dapat menyebabkan
timbulnya kista.
Kelenturan otot darkos menetukan ukuran skrotum; paparan suhu eksternal yang dingin
menyebabkan skrotum mengecil, sebaliknya sensasi hangat akan merelaksasikan otot dan
memperbesar ukuran skrotum.

34
Gambar 7. Organ genetalia pria

Hal yang harus diperiksa / dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genetalia eksternal
pria adalah :
1. Inspeksi kulit dan rambut disekitar genetlia : bertujuan untuk melihat perubahan
warna, bercak kemerahan dan sebagainya.
2. Inspeksi penis dan skrotum :
a. Pasien telah sirkumsisi atau belum
b. Ukuran penis dan skrotum ( bandingkan kiri dan kanan)
c. Adanya lesi
d. Bentuk penis ( phimosis )
3. Inspeksi meatus eksternal uretra
a. Letak muara eksternal ( normalnya terletak ditengah gland penis )
b. Adanya cairan abnormal yang keluar dari muara ( discharge )
4. Skrotum

35
a. Adanya lesi / perubahan warna
b. Pembengkakan
c. Memeriksa bagian posterior skrotum.

Keadaan anatomis berikut ini sebaiknya diingat sebelum melakukan tindakan


procedural seperti melakukan kateter atau alat lain kedalam uretra pria :

1. Orifisium eksternus gland penis merupakan bagian uretra yang paling sempit.
2. Didalam gland , uretra melebar membentuk fossa terminalis.
3. Dekat ujung posterior fossa , dari atapnya terdapat lipatan mukosa yang menonjol
ke lumen.
4. Uretra pars membranosa sempit dan terfiksasi.
5. Uretra pars prostatika paling luas dan paling lebar
6. Dengan memegang penis keatas, bentuk uretra yang berbentuk s berubah menjadi
bentuk huruf.

2. pemeriksaan fisik genetalia wanita

Genetalia eksternal wanita atau vulva terdiri dari : mons veneris, labia majora ,
labia minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya , introitus vagina, meatus uretra
dan clitoris, saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8 cm . uretra bermuara sekitar
2,5 cm dibawah klitoris dan terletak dibawah vagina.

36
Bagian- bagian organ genetalia wanita :

1. Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis fubis .
2. Labia majora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral vulva
. kedua labia majora bertemu dibagiaan anterior di mons veneris untuk membentuk
komisura anterior. Labia major dan mons veneneris mempunyai folikel rambut dan
kelenjar sebasea .
3. Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria . labia minora adalah lipatan kulit
yang sempit dan berpigmen yang antara labia majora dan menutupi vestibulum, yang
merupakan daerah diantara kedua labia minora. Diantara anterior, kedua labia minora
membentuk prefusium klitoris.
4. Klitoris yang analog dengan penis , terdiri dari jaringan erekrtil dan banyak
mengandung ujung syaraf, klitoris mempunyai satu gland dan korpora kapernosa .
meatus uretra esternal terletak dibagian anterior vestibulum dibawah klitoris .
5. Kelenjar parauretra atau kelenjar skene adalah kelenjar-kelenjar kecil yang bermuara
di lateral uretra . sekresi kelenjar sebasea didaerah ini melindungi jaringan yang
rentan terhadap urine.
6. Kelenjar bartholine terdiri dari structural kecil , ukuran diameter sekitar 0,5 -1 cm ,
merupakan kelenjar vestibular mayor, terdapat pada batas sisi luar orifisium vagina
kearah fourchette.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik , usahakan untuk menyentuh pasien dengan
punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan genetalia.
Ini dilakukan agar pasien merasa nyaman.

37
CHECKLIST PEMERIKSAAN GENETALIA EKSTERNA PRIA

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Periksaan fisik pada organ genitalia eksterna untuk mengetahui adanya kelainan
pada organ tersebut yang dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Tujuan :
1. Mengetahui adanya kelainan organ genetalia eksterna pria.

 Indikasi dan kontra indikasi :


Tidak ada

B. Persiapan :
 Alat :
1. Sarung tangan steril
2. Wadah specimen urine
3. Bengkok / tempat sampah
4. Lembar hasil periksa dan alat tulis

Tahap pre interaksi


1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga

38
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu
sebelum kegiatan dilakukan .
2. Menanyakan keluhan utama klien , kaji riwayat penyakit dan
riwayat penyakit dahulu serta riwayat penyakit keluarga .
3. Jaga privasi klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Usahakan untuk menyentuh pasien dengan punggung tangan
sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan
genetalia
6. Gunakan sarung tangan steril
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien , posisikan klien terlentang .
8. Berdiri disisi kanan klien
9. Minta klien membuka pakaian atas, bantu jika perlu dan pasang
selimut mandi .
10. Buat klien dalam kondisi rileks dengan menekukkan lutut,
mengajak bicara.
Pemeriksaan penis
11. lakukan inspeksi penis , perhatikan adanya kelainan :
a. edema , biasanya terjadi pada pasien dengan edema
anasarka karena berbagai sebab , inflamasi atau obstruksi
vena-vena sekitar penis dapat menyebabkan edema local
b. kontusio
c. fraktur korpus : fraktur dan kontusio memberikan tanda
pembengkakan , namun sulit dibedakan bila tidak
dilakukan pembedahan.
d. Ulkus penis : dapat berupa syphilitic chancer , chancroid
, lymphogranuloma venereum, herpes progenitalis , dan
behcet syndrome.
12. Mintalah penderita membuka preputium , perhatikan apakah

39
terdapat phimosis , paraphimosis , hipospadia , epispadia .
13. Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian ventral , sepanjang
korpus spongiosum dari penoskrotal junction menuju meatus,
pada bagian mid dorsal, diatas seputum interkorporeal pada
bagian lateral yang atas kedua korpus kavernosum , rasakan
adanya nodul dan plak .
14. Tekan gland penis anteroposterior menggunakan ibu jari dan
telunjuk untuk membuka dan memeriksa uretra terminal.
15. Tampunglah menggunakan wadah specimen apabila terdapat
discharge yang keluar dari uretra untuk pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan skrotum
16. Regangkan kulit skrotum diantara jari –jari untuk menilai
dinding skrotum .
17. Inspeksi skrotum , perhatikan apakah terdapat edema , kista,
hematoma , laserasi dan ulkus.
18. Lakukan transiluminasi untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya hernia skrotalis , dan untuk menilai isi skrotum .
19. Bandingkan kedua testis secara simultan dengan mempalpasi
keduanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Bedakan ukuran,
bentuk, konsistensi, dan sensitivitas terhadap tekanan .
20. Lokalisasi epididymis dengan palpasi testis secara perlahan,
tentukan bagian bergerigi dan nodul lembut dimulai dari pole
atas testis menerus ke pole bawah, umumnya epididymis berada
dibelakang testis. Bandingkan kedua epididymis berdasarkan
komponen kepala , badan, dan ekornya. Nilailah apakah terdapat
tumor dan nyeri tekan .
21. Bandingkan kedua funiculus spermaticus secara simultan
dengan palpasi pada leher skrotum . vas deferens normal teraba
seperti tali cambuk yang keras dan dapat dibedakan dengan
struktur lainnya seperti syaraf, arteri, dan serat. Musculus

40
kremaster. Nilailah apakah funiculus positive , adakah massa
dan nyeri tekan.
22. Untuk semua kasus , lakukanlah pemeriksaan limfonadi inguinal
dan femoral untuk menilai pembesaran nnll.
23. Setelah pemeriksaan selesai, lepas handscone , bantu pasien
mengembalikan posisi yang nyaman .
24. Cuci tangan

Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

41
CHECKLIST PEMERIKSAAN GENETALIA EKSTERNA WANITA

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Definisi :
Periksaan fisik pada organ genitalia eksterna untuk mengetahui adanya kelainan
pada organ tersebut yang dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Tujuan :
2. Mengetahui adanya kelainan organ genetalia eksterna wanita.

 Indikasi dan kontra indikasi :


Tidak ada

C. Persiapan :
 Alat :
5. Sarung tangan steril
6. Wadah specimen urine
7. Bengkok / tempat sampah
8. Lembar hasil periksa dan alat tulis

Tahap pre interaksi


3. Cuci tangan
4. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
5. Memberi salam , panggil klien dengan panggilan yang disenangi
6. Memperkenalkan nama perawat

42
7. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
8. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau melakukan sesuatu
sebelum kegiatan dilakukan .
2. Menanyakan keluhan utama klien , kaji riwayat penyakit dan
riwayat penyakit dahulu serta riwayat penyakit keluarga .
3. Jaga privasi klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Usahakan untuk menyentuh pasien dengan punggung tangan
sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan
genetalia
6. Gunakan sarung tangan steril
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien , posisikan klien terlentang .
8. Berdiri disisi kanan klien
9. Minta klien membuka pakaian atas, bantu jika perlu dan pasang
selimut mandi .
10. Buat klien dalam kondisi rileks dengan menekukkan lutut,
mengajak bicara.
Pemeriksaan genetalia dan pubis
11. Lakukan inspeksi genetalia eksterna dan pubis perhatikan
adanya kelainan:
a. Lihat adanya lesi atau pembengkakan pada mons veneris
.
b. Kaji rambut pubis untuk melihat pola dan kutu pubis.
c. Kaji kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan ,
ekskroisasi , massa, leukoplapea , dan pigmentasi . jika
menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan palpasi.
12. Lakukan pemeriksaan pada labia
a. Saat pemeriksaan labia ini, sampaikan pada pasien bahwa
anda akan membuka labia.

43
b. Dengan tangan kanan , labia mayor dan minor dibuka
terpisah oleh ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan .
c. Lihat apakah ada pus atau peradangan pada meatus eksternal
uretra.
13. Setelah pemeriksaan selesai , lepas handscone , bantu pasien
mengembalikan posisi yang nyaman
14. Cuci tangan.

Tahap terminasi
4. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
5. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
6. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan .
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

44
d. Pemeriksaan Rectal Touche

pemeriksaan rectal touche pada penderita pada kelainan dan keluhan didaerah rectum,
anus dan pemeriksaan prostate pada laki-laki. Pada pemeriksaan ini, terdapat memiih
posisi pasien sebagai berikut :

1. Laft lateral perone position letak miring memudahkan pemeriksaan insfeksi dan
palapasi anakanal dan rectum . tapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan
peritoneum.
2. Letotomi position : posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang
tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail . dianjurkan dalam pemeriksaan
prostate dan pesika seminalis karena memudahkan akses pada kapum pretonial.
3. Knee-chest posision : posisi ini biasanya tidak atau kurang menyenangkan bagi
pasien .
4. Standing elbow-knee position : posisi ini jarang digunakan .

Pemeriksaan rektal toucher

1. Pengertian
Pemeriksaan fisik pada daerah anus ntuk mengetahui adanya kelainan dan keluhan
didearah rectum, anus , dan pemeriksaan prostat pada laki-laki dengan menggunakan
tekhnik palapsi.
2. Tujuan
Mengetahui adanya klainan dan keluhan didearah rectum, anus dan pemeriksaan
prostat pada laki-laki .
3. Indikasi: -
4. kontra indikasi :-
5. Persiapan pasien
a. Pastikan indetitas pasien
b. kaji kondisi pasien (lakukan anamnesis)

45
c. beritahu dan jelaskan kepada pasien atau keluarganya tindakan yang dilaukan,
jelaskan terkait rasa` tidak nyaman .
d. inpormant consen
jaga peripasi pasien , posisi pasien sesuai kondisi .
6. persiapan alat
a. sarung tangan steril
b. wadah specimen urine
c. bengkok atau tempat sampah
d. pelumas
e. sabun dan air bersih
f. handuk bersih dan kering
g. larutan anti septic
h. senter
i. lembar hasil periksa dan alat tulis.
7. Cara`kerja
a. tahap orientasi
1.) berikan salam, panggil klien dengan nama kesukaannya
2.) perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.) jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan kepada pasien atau keluarga
b. tahap kerja
1.) berikan pasien kesempatan bertanya atau melakukan sesuatu sebelum
kegiatan dilakukan, mintak pasien untuk mengosongkan kantung kemih .
2.) Menanyakan keluhan utaman pasien , kaji riwayat penyakit dan riwayat
penyakit dahulu serta riwayat penyakit keluarga .
3.) Jaga peripasi pasien
4.) Memulai dengan cara yang baik
5.) Gunakan sarung tangan seteril
6.) Atur posisi yang nyaman bagi pasien , pilih posisi sesuai dengan kondisi
berdiri di sisi depan pasien.
7.) Mintak pasien membuka pakai bawah, hingga region analis terlihat jelas bantu
jika perlu dan pasang selimut mandi .

46
8.) Buat pasien dalam kondisi rileks dan mengajak bicara .

Pemeriksaan genetalia eksterna dan pubis


9.) Gunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan
10.) Inspeksi region analis ,perhatikan apakah ada kelainan .
11.) Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada
anal orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sepingter relaksasi .
kemudian fleksikan ujung jari dan masukan jari berlahan-lahan sampai
sebagian besar jari berada dalam kanalis analis.
12.) Palpasi daerah kanais analis , adakah klainan .

Note :

13.) Pada laki-laki:gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.


14.) Pada wanita :gunkan serrviksuteri di sebelah ventral sebagai titik acuan
15.) Menilai tonus sfingter ani
16.) Menilai struktur dalam rectum yang lebih dalam.
17.) Menilai ampula recti kolaps atau tidak.

Pemeriksaan khusus

 Prostat: Nilailah ketiga lobus prostate,visura mediana,permukaan


prostate(halus/bernoda),konsistensi (elastic,keras,lembut,fluktuan),bentuk
(bulat,datar),ukuran(normal,hiperekpelasia,atropi),sensitivitas dan mobilitas.
 Vesikula seminalis :normalnya tidak teraba,apabila terdapat kelainan akan
teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah.Nilailah
distensi,sensitivitas,ukuran,konsistensi,indurasi,dan nodul.
 Uterus dan adneksa: periksa dan nilai kavum douglas pada porniks posterior
vagina.

18).setelah selesai,keluarkan jari telunjuk dari rectum,perhatikan apakah pada


sarung tangan terdapat bekas feses,darah,dan lendir.

19). Cuci tangan yang masih memakai sarung tanagan dengan air yang mengalir.

47
20).buka sarung tangan dan buang ke tempat sampah.

21).bersihkan pasien dengan larutan antiseptic di sekitaar region analis.

22). Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selsai dan mempersilahkan


pasien untuk duduk ditempat yang telah dipersilahkan.

23). Dokumentasi hasil pemeriksaan .

8. hasil

1) Evalusasi respon pasien


2) berikan reinforsemen positif
3) lakukan kontrak untuk kegitan selanjutnya
4) meakhiri kegiatan dengan baik

9. dokumentasi

1. catat tindakan yang telah dilakukan tanggal dan jam pelaksanaa.

2. catet hasil tindakan (respon subjektif dan objektif ) didalam catetan

3. dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP.

48
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang tidak
berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh karena
dapat menjadi racun.
Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.Beberapa tahun ini angka morbiditas dan
mortilitas penyakit di pada sistemperkemihan di Indonesiasemakit meningkat jumlahnya.
Perubahan gaya hidupmasyarakat dan pengetahuan masyarakat mengenai informasi
penyakit-penyakit system perkemihan diyakini sebagai salah satu penyebab tingginya
penyakit tersebut. Keluhan penyakit yang terkait dengan system ini banyak dijumpai di
layanan kesehatan primer. Sehingga kemampuan seseorang tenaga kesehatan dalam
mendeteksi dinikelainan tersebut akan sangat membantu dalam menurunkan angka
kesakitan, kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Pemeriksaan fisik ginjal
Ginjal terletak pada region posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebra adalah
region dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal. Pada level yang lebih
bawah pada kuadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan, kadang-kadang dapat diraba.
Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat diraba diatas simfisis pubis.
Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan
cukup baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari prosesus xyphoideus sampai
sympisis pubis.
B. SARAN

Sebaiknya mahasiswa mengerti cara pemeriksaan fisik sistem perkemihan dan menjaga
kesehatan sistem perkemihan agar terhindar dari penyakit sistem perkemihan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pears. 2011.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis –Jakarta : Gramedia Pustaka

UtamaSyafuddin. 1997.Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2– Jakarta : EGC

Syafuddin. 2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3– Jakarta : EGC

Gibson, John MD. 1995.Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2– Jakarta : EGC

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/,
diakses tanggal 02/01/2012

50

S-ar putea să vă placă și

  • LP Imunisasi
    LP Imunisasi
    Document17 pagini
    LP Imunisasi
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Integritas Kulit Internet
    Integritas Kulit Internet
    Document5 pagini
    Integritas Kulit Internet
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Fraktur Cruris
    Fraktur Cruris
    Document48 pagini
    Fraktur Cruris
    Gerald Josep Ediyon
    100% (1)
  • Ok Sige Nasi
    Ok Sige Nasi
    Document1 pagină
    Ok Sige Nasi
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • FRAKTUR
    FRAKTUR
    Document3 pagini
    FRAKTUR
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii Pembahasan
    Bab Ii Pembahasan
    Document76 pagini
    Bab Ii Pembahasan
    Manayu Widaswari
    Încă nu există evaluări
  • KAD
    KAD
    Document18 pagini
    KAD
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Cover TB Paru
    Cover TB Paru
    Document1 pagină
    Cover TB Paru
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Fraktur Cruris
    Fraktur Cruris
    Document48 pagini
    Fraktur Cruris
    Gerald Josep Ediyon
    100% (1)
  • Bab I, Ii, Iii
    Bab I, Ii, Iii
    Document33 pagini
    Bab I, Ii, Iii
    Ilham Hadi
    Încă nu există evaluări
  • Efek Perawat Kritis
    Efek Perawat Kritis
    Document36 pagini
    Efek Perawat Kritis
    Rizka Hidayatun S
    Încă nu există evaluări
  • FRAKTUR
    FRAKTUR
    Document35 pagini
    FRAKTUR
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Isi Makalah-1
    Isi Makalah-1
    Document41 pagini
    Isi Makalah-1
    dinda
    Încă nu există evaluări
  • Judul Skripsi Dinda
    Judul Skripsi Dinda
    Document2 pagini
    Judul Skripsi Dinda
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Wa0016
    Wa0016
    Document5 pagini
    Wa0016
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Wa0014
    Wa0014
    Document7 pagini
    Wa0014
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Batu Uretra
    Batu Uretra
    Document1 pagină
    Batu Uretra
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document1 pagină
    Bab I
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • LP Ca TYROID
    LP Ca TYROID
    Document29 pagini
    LP Ca TYROID
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document13 pagini
    Bab Iii
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • PENUTUPAN LUKA YANG DIBANTU VAKUM
    PENUTUPAN LUKA YANG DIBANTU VAKUM
    Document5 pagini
    PENUTUPAN LUKA YANG DIBANTU VAKUM
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Buli Buli
    Buli Buli
    Document7 pagini
    Buli Buli
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Document13 pagini
    Bab Iii
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • LP Urolithiasis
    LP Urolithiasis
    Document2 pagini
    LP Urolithiasis
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document27 pagini
    Bab Ii
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • Makalah Perpajakan by Andi Ramzu
    Makalah Perpajakan by Andi Ramzu
    Document9 pagini
    Makalah Perpajakan by Andi Ramzu
    Oktaviani Kusumawati
    Încă nu există evaluări
  • Askep Hematuria
    Askep Hematuria
    Document2 pagini
    Askep Hematuria
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • LP HEMATURIA
    LP HEMATURIA
    Document22 pagini
    LP HEMATURIA
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări
  • LP Hematuria
    LP Hematuria
    Document1 pagină
    LP Hematuria
    DiendaLiiaa
    Încă nu există evaluări