Sunteți pe pagina 1din 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba
(disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 %
sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap
tahunnya. Sedangkan kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat
ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari
3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara
berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri
amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang
berkembang yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor
kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan
sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Spesies Entamoeba
menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50%
di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika
serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang
berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000
kematian per tahun.
Akibat penting dari disentri adalah penurunan berat badan,
anoreksia dan kerusakan usus karena bakteri invasif. Beberapa
komplikasi lain juga dapat terjadi. Penyebab utama disentri akut adalah
Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, E coli
enteroinvasive, Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga
diketahui sebagai bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi
pasien diare dengan Aeromonas positif, gejala klinis yang muncul 30%
diare berdarah, 37% muntah-muntah, dan 31% demam.

DISENTRI 1
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang di angkat dari makalah ini adalah:
1) Apa pengertian Disentri?
2) Bagaimana anatomi fisiologis dari Disentri?
3) Apa etiologi dari Disentri?
4) Apa saja yang menjadi manifestasi klinis dari Disentri?
5) Apa saja pemeriksaan penunjang Guillain Barre Disentri?
6) Apa saja klasifikasi Disentri?
7) Apa saja komplikasi dari Disentri?
8) Bagaimana penatalaksanaan medis Disentri?
9) Bagaimana cara pencegahan penyakit Disentri?
10) Bagaimana konsep dasar keperawatan dari Disentri?
11) Apa saja discharge planning Disentri?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan
pada klien dengan gangguan gastrointestinal (Disentri).
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian Disentri.
b. Menjelaskan tentang anatomi fisiologis Disentri.
c. Menjelaskan tentang etiologi dari Disentri.
d. Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari Disentri.
e. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang Disentri.
f. Menjelaskan tentang klasifikasi Disentri.
g. Menjelaskan tentang komplikasi Disentri
h. Menjelaskan tentang penatalaksanaan medis Disentri.
i. Menjelaskan tentang cara pencegahan Disentri.
j. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan Disentri.
k. Menjelaskan tentang discharge planning dari Disentri.

DISENTRI 2
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah mahasiswa dapat mengerti dan
memahami mengenai konsep medis dan konsep keperawatan pada
penyakit Disentri.

DISENTRI 3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan
enteron (=usus), dengan karakteristik nyeri atau kram abdomen,
tenesmus ani, peningkatan frekuensi diare, dan feses lendir bercmpur
darah (Kroser, 2008). Disentri adalah peradangan pada intestinal,
terutama usus besar yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi
yang menginvasi intestinal.
Disentri adalah penyakit saluran cerna dengan tinja diketahui
mengandung darah dengan/tanpa lendir. Darah biasanya dari dinding
saluran cerna yang luka dan sering dari dinding usus besar.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala
khas yang disebut sebagai sindroma disentri, seperti: sakit di perut
yang sering disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja
mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan leukosit dalam tinja merupakan suatu bukti
bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon
dan bersarang di bawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena
kebersihan tidak terjaga, baik karena kebersihan diri atau individu
maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.

DISENTRI 4
2. ANATOMI FISIOLOGI

Usus Besar / Intestinum Mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.
Fungsi usus besar:
 Menyerap air dari makanan
 Tempat tinggal bakteri koli
 Tempat feses

Bagian-bagian usus besar atau kolon:


 Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di
bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatika.
 Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen,
sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
 Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura

DISENTRI 5
lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
 Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak
miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai
huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
 Appendiks (usus buntu), bagian dari usus besar yang muncul
seperti corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang
sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis
masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di
belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap
infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif
yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga
abdomen.

3. ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :
a. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p.
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili
enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae,
S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O
dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai
serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat
serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali
oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan
menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam
jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat
ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang
jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara
klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan
darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella
sp merupakan penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri)
dibandingkan dengan penyebab lainnya.

DISENTRI 6
b. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica.
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup
sebagai mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar
manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi
patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus
hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat
bergerak dan bentuk kista.
Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal
(berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm).
Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka
trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen
yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal)
maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala
disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat
sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya.
Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit
(haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung
jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati
apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda
berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa
sakit dan tenesmus.
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri
maupun parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering
terjadi penderita menularkan anggota keluarga untuk
menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya.
Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan
dan menyebar untuk sekitar empat minggu.

4. KLASIFIKASI
Ada 2 macam disentri, yaitu:
1) Disentri Amoeba
2) Disentri Bacilaris

DISENTRI 7
Perbedaan disentri Amoebica dan Basilaris

Disentri Amoebica Disentri Bacilaris


Penyebab Entamoeba Histolitika Shigela Disentri
Dimulai Tidak dengan tiba-tiba dan Dengan hebat dan tiba-tiba
hebat
Panas Tidak ada Ada
BAB Tidak sering kali, tidak banyak Terlalu sering, lebih banyak
darah dan lendIr dan baunya darah, lendIr dan nanah, tidak
sangat busuk bau busuk.
Berjangkitnya Tidak berat dan tidak secara Hebat dan sering secara wabah
wabah
Diagnosa Dapat dengan mikroskop Menghendaki pemeriksaan lebih
lanjut di laboratorium.
Prognosis Pada penyakit endokrin Pada bentuk berat angka
tergantung pada penyakit kematian tinggi, kecuali
dasarnya. Pada penyebab obat- mendapat pengobatan dini. Pada
obatan tergantung kemampuan bentuk sedang angka kema
menghindari pemakaian obat.

5. PATOFISIOLOGI
1) Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan
disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan
konsistensi tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang
mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman
Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka
dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral
melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta
pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini
menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang
Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan

DISENTRI 8
yang terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium
hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan
mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus
pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan
transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus
menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin
antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai
sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan
pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada
infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya
sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan
lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan
peritoneum.
2) Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal
di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga
dapat menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan
tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini
belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh
pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun
lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat
memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding
usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa
berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis
melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan
mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang
yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.
Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi
berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum,
kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.

DISENTRI 9
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Disentri basiler
Gejala Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam
sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada
fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai
demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi
tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu
makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang
sampai yang berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri,
terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan
perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases)
biasanya disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya
cepat, berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-
muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,renjatan
septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya
timbulrasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang
karena dehidrasi. Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas
dingin dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti
gejala kolera atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi
karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka
kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan.
Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan
darurat misalnya kelaparan.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara
mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang
encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus
halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi
meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja
kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap
gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus
(spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah.

DISENTRI 10
Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada
lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan
orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat
diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-
72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir
dalam tinja.
 Panas tinggi (39,50 – 400 C)
 Muntah-muntah
 Anoreksia
 Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
 Takikardi
b. Disentri amoeba
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa
hari sampai beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan
jika gejala hilang, amuba dapat terus hidup di usus selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Infeksi masih dapat
ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa kembali.
Bahayanya penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi
komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi
selaput rongga perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila
infeksi amuba ini tidak diobati secara tuntas, dapat mengakibatkan
kematian.
 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
 Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri
basiler (≤10x/hari)
 Sakit perut hebat (kolik)
 Demam dan menggigil.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

DISENTRI 11
a. Disentri basiler
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
serta biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier
diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti
karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja
yang baru.
2) Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai
secara luas. Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi
toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi
S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli.
3) Sigmoidoskopi
Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan
daerah sigmoid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada
stadium lanjut.
4) Aglutinasi
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi
dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri
aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya
banyak strain maka jarang dipakai.
5) Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik
yang terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan
eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan
secara progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.
b. Disentri amoeba
1) Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium
yang sangat penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur
darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan
tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-
ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan
sebelum pasien mendapat pengobatan.

DISENTRI 12
Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu
diperlukan tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil
bahan dari bagian tinja yang mengandung darah dan lendir.
Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih
bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan
pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan
tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya.
2) Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita
dengan gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan
tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan ini
tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan
didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup
eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal.
3) Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis
abses hati amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila
amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini
akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan
negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu
menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan
amebiasis.

8. PENCEGAHAN
 Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan
sabun secara teratur dan teliti
 Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah
 Memasak makanan sampai matang
 Selalu menjaga sanitasi air, makanan maupun udara
 Mengatur pembuagan sampah dengan baik

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Disentri basiler

DISENTRI 13
1) Antibiotik, diberikan antibiotik jenis trimethoprin-
sulfamethoxazole (Bactrim, Septra), nalidixic acid (NegGram),
atau ciprofloxacin (Cipro, Ciloxan).
2) Antidiare. Pasien disentri basiler tidak oleh diberikan obat
antidiare, seperti loperamide (Imodium), paregoric, dan
diphenolate (Lomotil) karena akan meningkatkan respons
penyakit.

b. Disentri amoeba
1) Antiamoeba, beberapa antiamoeba yang digunakan seperti
diloxanide furoate (Diloxide), iodoquinol (Diquinol, Yodoxin),
dan metronidazole (Flagyl).
2) Metronidazole tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

Komponen terapi disentri:


a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang
harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah
keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status
hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat
diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri. Untuk
mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik
dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas
usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk
memperpanjang masa sakit.
c. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk
mencegah autoinfeksi.

DISENTRI 14
10. KOMPLIKASI
 Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar
cairannya
 Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia
merujuk pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari
normal. Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh
termasuk pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari
tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
 Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi
bakteri, virus, jamur atau parasit).
 Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-
tiba jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah
merah dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti
berfungsi (gagal ginjal).
 Malnutrisi/malabsorpsi
 Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
 Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
 Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang
terjadi di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran
kemih. Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis
reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada
mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih
(uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom
Reiter, meskipun istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe
artritis reaktif terutama yang mempengaruhi sendi, mata dan
uretra.
 Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian
atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
 Dorongan yang kuat selama proses buang air besar,
menyebabkan sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang
dubur (prolapsus rekti).

DISENTRI 15
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas
Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan
klien/ asuransi kesehatan
b) Riwayat penyakit sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c) Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, dan penyakit
gastrointestinal lainya. Serta penggunaan obat-obatan terkait.
d) Riwayat nutrisi
Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang di konsumsi oleh
seseorang dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi sehari-
harinya.
e) Riwayat lingkungan
Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah
lingkungan dapat dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan
air untuk mencuci makanan, suhu tempat menyimpat makanan,
kebersihan lingkungan serta kebersihat alat-alat untuk makan

2. Pemeriksaan fisik
a) Survei umum dan tingkat kesadaran
Pasien terlihat kesakitan dan memegang perut (kolik abdomen),
pasien terlihat lemah dan pada kondisi kronis terlihat kurus. Pada
beberapa kasus berat akan didapatkan adanya perubahan
kesadaran dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

DISENTRI 16
b) TTV
Perubahan tanda-tanda vital: suhu tubuh 39,5-400C, nadi dan
respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut janung cepat.
c) B1 (Breathing)
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi abses hati
didapatkan tanda nyeri tekan interkostal bawah kanan, ronkhi pad
segmen paru kanan bawah.
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi pada paru akan
didapatkan tanda dan gejala seperti pada penyakit abses paru,
empiema, dan pneumonia.
d) B2 (Blood)
Pada pasien disentri amoeba bisa didapatkan adanya tanda dan
gejala anemia. Viskositas darah meningkat akibat
hemokonsentrasi.
e) B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan
penurunan perfusi serebral dengan manifestasi sakit kepala,
perasaan lesu, gangguan mental, seperti halusinasi dan delirium.
f) B4 (Bladder)
Pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan penurunan urine
output. Semakin berat kondisi dehidrasi, maka akan didaptkan
kondisi oliguria sampai anuria dan pasien mempunyai resiko untuk
mengalami gagal ginjal akut.
g) B5 (Bowel)
Secara lazim pada pemeriksaan gastrointestinal akan didaptkan:
 Inspeksi: pasien terlihat sering melakukan BAB, kesakitan dan
tenesmus pada saat melakukan BAB. Pada pasien disentri
viral didaptkan dehidrasi berat dan akan terlihat lemas.
 Auskultasi: didapatkan peningkatan bising usus lebih dari 25
kali/menit yang berhubungan dengan peningkatan motilitas
usus.
 Perkusi: nyeri ketuk abdomen dan bunyi timpani pada pasien
yang mengalami kembung.

DISENTRI 17
 Palpasi: didaptkan adanya nyeri tekan pada area abdomen.
Pada disentri amoeba bisa didapatkan adanya pembesaran
hati.
Pada pemeriksaan feses, didapatkan feses:
 Konsistensi feses bervariasi baik cair atau lembek
 Feses bercampur lendir dan darah.
h) B6 (Bone)
Respons nyeri hebat, dehidrasi, dan penurunan volume cairan
tubuh akan menyebabkan kelemahan fisik umum.
Integumen: pada kondisi lanjut akan didaptkan tanda dan gejala
dehidrasi (turgor kulit menurun <3 detik), keringat dingin dan
diaforesis akibat kolik abdomen.

3. Diagnosa keperawatan
a) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b) Hipertermi b/d proses penyakit
c) Nyeri akut b/d agen cedera biologis
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi makanan
e) Resiko kerusakan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi BAB
4. INTERVENSI
a) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
NOC: kekurangan volume cairan teratasi
NIC:
 Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
aktif
 Pantau status hidrasi
 Pantau intake dan output
 Berikan terapi IV
 Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam
 Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada
pasien

DISENTRI 18
 Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)

b) Hipertermi b/d proses penyakit


NOC: meminimalkan peningkatan suhu tubuh
NIC :
 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
 Pantau tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi
pernapasan
 Berikan kompres hangat di kepala dan aksila
 Ajarkan pada pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermi
 Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

c) Nyeri akut b/d agen cedera biologis


NOC: Pengendalian nyeri
NIC:
 Kaji karakteristik nyeri menggunakan skala PQRST
 Ajarkan teknik relaksasi
 Lakukan perubahan posisi dan masase punggung
 Gunakan teknik distraksi
 Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


ketidakmampuan untuk mengabsorpsi makanan
NOC: asupan makanan dan cairan adekuat
NIC:
 Kaji status nutrisi pasien
 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
 Timbang berat badan sesuai indikasi
 Anjurkan makan sedikit tapi sering
 Jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

DISENTRI 19
 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

e) Resiko kerusakan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi BAB


NOC: Menunjukkan integritas kulit yang dibuktikan oleh indikator
hidrasi dan elastisitas
NIC:
 Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada
lipatan kulit
 Jelaskan kepada klian agar tidak menggosok area yang
kemerahan
 Jelaskan tentang pentingnya kebersihan area anal dan
jaga agar tetap kering

5. DISCHARGE PLANNING
1. Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat
2. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi obat-obatan sesuai
dengan dosis yang telah ditentukan.
3. Beritahukan kepada pasien dan keluarga tentang pentingya
menjaga kebersihan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang cara mencuci tangan
yang baik dan benar.
5. Ajarkan cara mencegah disentri dan penularan.
6. Jelaskan kepada pasien penyebab terjadinya disentri.

DISENTRI 20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai
dengan sakit perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan
darah. Etiologi dari disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan
oleh Shigella,sp. Dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba
hystolitica
Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis,
tinja kecil-kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk
dilapisi lendir. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya
besar, asam, berdarah dantenesmus jarang.
Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu
mencuci tangan, menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan,
melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi
tinja. Tinja dibuang secara saniter dan teratur lembab. Kamar mandi
harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari
yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Disentri
basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang
berat diberikan antibiotika.

B. SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup
bersih dan sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan
sampai hal yang besar, makan-makanan yang mengandung gizi tinggi,
istirahat yang cukup dan menjaga kondisi tubuh agar tetap segar.

DISENTRI 21
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2011 . Gangguan gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah . Jakarta : Salemba Medika.

Faisal Yatim. 2001 . Macam-macam Penyakit Menular dan Pencegahannya.


Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Judith M. Wilkinson . Nancy R .Ahern . 2011 .Buku Saku Diagnosis Keperawatan


: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi-9 . Jakarta : EGC .

Made Sumarwati, dkk. 2012. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC.

DISENTRI 22

S-ar putea să vă placă și