Sunteți pe pagina 1din 6

Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 8, No.

2, Agustus 2016, 130-135


ISSN:2085-3653 http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpk

Implementasi Bahan Ajar Kimia Terintegrasi Nilai Spiritual


Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berorientasi Kolaboratif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa

Heppy Okmarisa1*; Ayi Darmana2 dan Retno Dwi Suyanti2


1Program Studi Pendidikan Kimia, Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, Medan
2Jurusan Kimia, FMIPA,Universitas Negeri Medan, Medan

*Korespondensi: heppyokmarisa91@gmail.com

Abstract. This Study aims to determine: (1) is there a difference between the increas student learning
outcomes are taught using chemistry teaching materials integrated spiritual with using chemistry
teaching materials SMA/MA with Problem-Based Learning (PBL) model oriented Collaborative. (2)
whether are chemistry teaching materials integrated spiritual can effectively develop student’s spiritual.
(3) whether there is a relationship between spiritual values with improved learning outcomes. Sample
in this study is two classes. Research instruments in the form of a multiple choice test of 25 item that
valid and reliable (0,84), questionnaire and observation sheet are used measure the spiritual attitude.
The data analysis using consist of Independent Sample T-test, Correlation and Regression of SPSS 21 for
windows with 0,05 significance level. The result of research and testing indicate : (1) Improving student
learning outcomes are taught using chemistry teaching materials integrated spiritual higher that the
results of learning by the chemistry teaching materials SMA/MA with Problem-Based Learning (PBL)
model oriented Collaborative (p = 0,000 < 0,05), the average value of the N-Gain experimental class 1 is
80 % and experimental class 2 is 66 %, (2) chemistry teaching materials are developed to grow spiritual
values in students, (3) there is a relationship between the spiritual value to student learning outcomes.
Keyword: learning, spiritual values, teaching materials, problem-based learning-oriented
collaborative

PENDAHULUAN ini, banyak guru yang hanya member


penekanan pada tugas mengajar, 2 dimensi
Pembelajaran adalah proses interaksi
tugas lainnya, yaitu mendidik dan melatih
peserta didik dengan pendidik dan sumber
agak terabaikan. Darmansyah (2014) juga
belajar pada suatu lingkungan belajar.
berpendapat sikap spiritual belum mendapat
Pembelajaran merupakan bantuan yang
proporsi yang memadai dalam proses
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pembelajaran. Potensi-potensi peserta didik
pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
itu belum terintegrasikan secara optimal
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
dalam pembelajaran, sehingga terjadi
pembentukan sikap dan kepercayaan pada
pendangkalan nilai karakter di kalangan anak
peserta didik (pembelajar). Dengan kata lain,
dan remaja dewasa ini.
pembelajaran adalah proses untuk membantu
Kurikulum 2013 menempatkan sikap
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
spiritual pada urutan pertama dari
Proses pembelajaran dialami manusia
Kompetensi Inti dan sikap sosial pada urutan
sepanjang hayat, serta berlaku dimana pun
kedua. Hal ini dapat dimaknai bahwa
dan kapan pun. Pembelajaran merupakan
kurikulum ini sangat memberi penekanan
pekerjaan yang kompleks. Oleh karena itu,
pada pengembangan karakter dan kepribadian
perencanaan maupun pelaksanaan
siswa. Hal ini juga dapat dimaknai, bahwa
memerlukan pertimbangan-pertimbangan
pengembangan sikap spiritual dan sikap sikap
yang arif dan bijaksana (Rahyubi, 2011).
sosial harus mendasari pengembangan
Selama ini pelaksanaan pendidikan di
pengetahuan dan keterampilan pada siswa
Indonesia hanya berorientasi pada tujuan
(Zakaria, 2014). Menghadirkan aspek spiritual
menjadikan anak didik menjadikan manusia
agama dalam kimia/sains tidak akan
yang berilmu terutama pengetahuan
mengurangi kadar ilmiahnya melainkan akan
kognitifnya yang diukur dengan test. Sarana
saling mengisi dan menguatkan yang akan
untuk mencapai sikap spiritual (KI-1) yang
menjadi sarana tercapainya keimanan dan
identik dengan iman dan taqwa masih sedikit.
taqwa (Darmana, 2012).
Zakaria (2014) mengemukakan bahwa dewasa
JPKim Vol. 8, No. 2, 2016

Penyampaian nilai-nilai spiritual dalam mereka dapat menyusun pengetahuannya


pelajaran kimia dapat dilakukan melalui sendiri, menumbuh kembangkan
penyusunan bahan ajar yang disusun keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri,
sedemikian rupa sehinnga nilai-nilai spiritual memandirikan siswa, dan meningkatkan
terintegrasi didalamnya (Saputro, 2011).. kepercayaan dirinya (Trianto, 2010).
Dalam ilmu kimia banyak terdapat materi- Sedangkan kolaborasi merupakan bekerja
materi pelajaran yang mengandung nilai-nilai sama dengan siswa lain untuk menyelesaikan
keindahan dan keteraturan yang pada suatu permasalahan, maka siswa saling
akhirnya mengarah kepada peng-Agungan menghargai keberadaan satu sama lain dan
sang pencipta serta jika dapat menggali lebih secara terorganisasi mereka melaksanakan
dalam lagi hakikat makna di balik peristiwa- suatu kegiatan dengan memanfaatkan
peristiwa kimia tersebut, maka akan diperoleh sumber-sumber daya dan keterampilan yang
banyak sekali nilai-nilai religiusnya yang dimiliki teman kelompoknya (Santoso, 2012)
sangat diperlukan oleh para siswa sebagai Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
bekal hidup di dunia (Djudin, 2011). maka tujuan dalam penelitian ini adalah : (1)
Mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil
materi ajar tidak akan mengurangi kualitas belajar siswa yang diajar menggunakan bahan
tingkat ilmiah dari sains itu sendiri, bahkan ajar kimia terintegrasi nilai spiritual dengan
merupakan upaya yang tepat karena berarti buku ajar kimia SMA/MA pegangan siswa
mengembalikan bersatunya antara syariat dan melalui model pembelajaran Problem-Based
hakikat (Darmana, 2013). Dengan adanya Learning (PBL) berorientasi kolaboratif, (2)
pengintegrasian nilai agama terhadap suatu Apakah pembelajaran dengan menggunakan
konsep pembelajaran kimia yakni konsep bahan ajar kimia terintegrasi nilai spiritual
ikatan kimia diharapkan dapat memberikan dapat menumbuh kembangkan nilai-nilai
pengaruh positif dalam rangka menanamkan spiritual siswa, (3) Apakah terdapat hubungan
nilai-nilai keimanan siswa serta antara nilai spiritual siswa dengan
memadukannya dalam ilmu pengetahuan dan peningkatan hasil belajar.
teknologi sehingga dapat membentuk dan
membina sikap positif siswa dalam kehidupan METODE
sehari-hari. Kombinasi sains dan agama
Populasi dalam penelitian ini adalah
merupakan kombinasi konsep yang tepat
seluruh siswa kelas X MA di Kota Medan pada
untuk memahami alam (Marssonet, 2012).
semester ganjil Tahun ajaran 2015/2016 yang
Pembelajaran kimia dibangun melalui
diajarkan dengan kurikulum yang sama.
penekanan pada pemberian pengalaman
Teknik pengambilan sampel adalah purposive
belajar siswa secara langsung melalui
sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
penggunaan dan pengembangan keterampilan
MAN 2 Model Medan yang terdiri dari dua
proses dan sikap ilmiah. Siswa diharapkan
kelas. Kelas Eksperimen 1 diajar dengan
menemukan fakta-fakta, membangun konsep,
bahan ajar kimia terintegrasi nilai spiritual
teori dan sikap ilmiah. Untuk dapat
melalui model Problem-Based Learning
mengkonstruk pengetahuan siswa dengan
(PBL) berorientasi kolaboratif. Kelas
baik, maka tugas seorang guru bukan hanya
eksperimen 2 diajar dengan buku ajar kimia
menyampaikan materi dikelas saja, akan
SMA/MA pegangan siswa melalui model
tetapi seorang guru haruslah dapat merancang
Problem-Based Learning (PBL) berorientasi
pembelajaran yang efektif, mengevaluasi
kolaboratif. Instrumen penelitian berupa tes
pembelajaran yang telah dilakukan, serta
objektif hasil belajar, serta instrumen angket
membuat instrument pembelajaran yang
dan lembar observasi sikap spiritual. Sebelum
diperlukan.
instrument tes pilihan ganda digunakan,
Model pembelajaran Problem-Based
instrument tersebut diujicobakan pada kelas
Learning (PBL) berbasis kolaboratif sesuai
XI untuk diuji validitas , daya beda, tingkat
dengan kurikulum kita saat ini. Dengan Model
kesukaran dan dan reliabilitas butir soal. Uji
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
validitas butir instumen menggunakan teknik
dapat mengasilkan generasi penerus bangsa
korelasi product moment yang dikemukakan
yang produktif, kreatif, inovatif, dan
oleh Pearson (Rodgers dan Nicewander,
berkarakter (Barbara, 2001). Problem Based
1988).
Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
Teknik analisa data dilakukan dengan
pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada
rumus gain ternormalisasi untuk melihat
masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan
peningkatan hasil belajar selanjutnya
H.Okmarisa dkk. 131
JPKim Vol. 8, No. 2, 2016

dilakukan dengan uji Independent Saple T- Secara keseluruhan siswa yang belajar
test, Correlation dan Regression Linier pada menggunakan bahan ajar kimia terintegrasi
program SPSS 21 for windows dengan taraf nilai spiritual dengan model pembelajaran
signifikan 0,05. Penggunaan teknik analisis Problem-Based Learning (PBL) berorientasi
ini memerlukan persyaratan yang harus kolaboratif mendapatkan nilai N-gain hasil
dipenuhi yaitu normalitas dan homogenitas. belajar yang lebih tinggi (0,80) dengan persen
Uji normalitas menggunakan SPSS 21.0 for peningkatan hasil belajar 80% dibandingkan
windows dengan pendekatan Kolmogorov- siswa yang diajarkan menggunakan buku ajar
Smirnov dan homogenitas dilakukan dengan kimia SMA/MA pegangan siswa dengan model
pendekatan Levene’s Test. pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
berorientasi kolaboratif dengan hasil belajar
(0,66) dengan persen peningkatan hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
belajar sebesar 66% pada pokok bahasan
Peningkatan hasil Belajar ikatan kimia kelas X semester 1 di MAN 2
Model Medan.

0,9 0,8
0,8
0,66
0,7
0,6
0,5
Nilai

0,4
0,3 Standar Deviasi
0,2 0,13 0,14
Gain
0,1
0
Eksperimen 1 Eksperimen 2
Kelas

Gambar 1. Perbandingan nilai rata-rata N-gain

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, Pengaruh dari bahan ajar yang telah
melalui pengujian data SPSS 21 for windows dikembangkan disini karena bahan ajar
diketahui bahwa bahan ajar kimia terintegrasi terintegrsai nilai spiritual mendorong siswa
nilai spiritual dengan model pembelajaran membentuk sikap positif terhadap kimia
Problem-Based Learning (PBL) berorientasi dengan menyadari keteraturan dan keindahan
kolaboratif berpengaruh terhadap hasil belajar alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan
siswa. Dimana hasil belajar kimia siswa yang Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan
diajarkan menggunakan bahan ajar kimia pendapat Saputro (2011) yang menyatakan
terintegrasi nilai spiritual dengan model siswa tertarik untuk mempelajari kimia lebih
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) mendalam karena ilmu kimia bukanlah
berorientasi kolaboratif lebih tinggi dari pada kumpulan rumus-rumus dan persamaan
hasil belajar kimia siswa yang diajarkan reaksi yang harus dihapal untuk kemudian
menggunakan buku ajar kimia SMA/MA dilupakan setelah lulus sekolah, melainkan
pegangan siswa dengan model pembelajaran ilmu yang mempelajari keindahandan
Problem-Based Learning (PBL) berorientasi keteraturan hukum-hukum llahi di alam
kolaboratif dengan harga Sig. (2-tailed) = semesta.
0,000 lebih kecil dari 0,05 (tingkat kesalahan Selain itu proses pembelajaran
5%, tingkat kepercayaan 95%). Maka dipengaruhi oleh adanya model pembelajaran
diperoleh kesimpulan terdapat perbedaan Problem-Based Learning (PBL) berorientasi
peningkatan hasil belajar siswa yang diajar kolaboratif yang menuntut siswa harus aktif
menggunakan bahan ajar kimia terintegrasi dan mempunyai kreatifitas dalam
nilai spiritual dengan buku ajar kimia menyelesaikan setiap masalah, Hal ini sesuai
SMA/MA pegangan siswa melalui model dengan pendapat Warsonowati (2014) yang
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) mengatakan model Problem based Learning
berorientasi kolaboratif. (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa
H.Okmarisa dkk. 132
JPKim Vol. 8, No. 2, 2016

dalam proses pembelajaran dan memberikan apapun. Hanya saja nilai-nilai spiritual belum
kesempatan siswa untuk menerapkan diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan
pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dari setiap mata pelajaran.
dunia nyata. Penggabungan kedua hal ini Dalam penelitian ini pengintegrasian
membuat proses pembelajaran semakin nilai-nilai spiritual dilakukan dengan
menarik. menyisipkan nilai-nilai spiritual kedalam
bahan ajar yang disesuaikan dengan materi
Efektivitas bahan ajar terintegrasi nilai ikatan kimia. Dari hasil penelitian menumbuh
spiritual dalam menumbuh kembangkan kembangkan nilai-nilai spiritual menunjukkan
nilai spiritual telah terjadi perkembangan nilai spiritual
Pada dasarnya MAN 2 Model sudah siswa. Hal ini dilihat dari peningkatan sikap
menginternalisasikan nilai spiritual kepada spiritual berdasarkan angket penilaian yang
peserta didiknya. Internalisasi sikap spiritual diperoleh 0,45 dengan kategori sedang.
pada sekolah ini melalui peraturan-peraturan Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
baik secara tertulis maupun tidak tertulis. terintegrasi nilai spiritual dapat menumbuh
Diantara proses internalisasi sikap spiritual kembangkan sikap spiritual pada siswa.
adalah sebelum pelajaran dimulai berdoa Diagram rata-rata nilai spiritual siswa
terlebih dahulu dilanjutkan pembacaan kelas eksperimen yaitu sebelum perlakuan
asmaul husna. Sehingga peserta didik dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada
terbiasa berdoa ketika hendak melakukan Gambar 2.

Gambar 2. Diagram rata-rata nilai spiritual siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan.

Selain dengan angket, selama proses Hal ini terjadi karena bahan ajar yang
pembelajaran juga dilakukan observasi sikap telah dikembangkan dilengkapi dengan unsur-
spiritual yang dialkukan oleh observer yaitu unsur religius dan memberikan energi positif
guru kimia MAN 2 Model. Observasi kepada siswa. Uraian dan contoh dalam bahan
dilakukan pada setiap pertemuan. Data hasil ajar mengajak siswa untuk memikirkan
observasi sikap spiritual dapat dilihat pada tentang ciptaan-ciptaan Allah di langit, di
gambar 4.3. bahwa sikap spiritual siswa kelas bumi dan dalam diri manusia sendiri yang
eksperimen 1 yaitu dengan bahan bahan ajar mendorong siswa untuk mengagungkan dan
kimia terintegrasi nilai spiritual menggunakan mengimani sang Pencipta, Allah swt. Dan
model pembelajaran Problem-Based Learning pada akhirnya menjadi pribadi-pribadi yang
(PBL) berorientasi kolaboratif meningkat memahami alam semesta dan mengagungkan
setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama Allah dan bertaqwa kepadaNya. Hal ini sesuai
rata-rata sikap spiritual adalah 84,49, pada dengan hasil penelitian Saputro (2011) yang
pertemuan kedua terjadi peningkatan menjadi menyatakan pengintegrasian nilai-nilai
88,66 dan pada pertemuan ketiga meningkat religius yang bersumber dari ayat-ayat Al
lagi menjadi 90,98. Diagram rata-rata Quran dalam buku pelajaran kimia dapat
peningkatan nilai spiritual siswa berdasarkan menanamkan pendidikan islami (karakter
observasi dapat dilihat pada Gambar 3. insan mulia) kepada siswa. Hal ini senada
H.Okmarisa dkk. 133
JPKim Vol. 8, No. 2, 2016

dengan yang diungkapkan Djudin (2011) yang nyata untuk mewujudkan tujuan
menyatakan menyisipkan nilai-nilai agama pembelajaran IPA agar siswa mengagungkan
dalam pelajaran sains merupakan ikhtiar dan mengimani Sang Pencipta.

Gambar 3. Dagram batang peningkatan nilai spiritual

Hubungan nilai spiritual terhadap hasil dari penilaian observasi yang dilakukan oleh
belajar siswa guru, siswa yang memiliki hasil belajar rendah
Hubungan nilai spiritual dengan hasil memiliki nilai spiritual yang rendah pula.
belajar dilakukan analisis dengan
menggunakan SPSS 21 for windows. Kriteria SIMPULAN
yang berlaku dalam pengujian data Berdasarkan hasil penelitian dapat
menggunakan SPSS 21 for windows adalah disimpulkan: (1) Terdapat perbedaan yang
jika Sig. < α maka Ha diterima, namun jika signifikan hasil belajar siswa yang diajar
Sig. > α maka Ho ditolak. Dari hasil pengujian menggunakan bahan ajar kimia terintegrasi
diperoleh Sig. < α (0,02 <0,05). Besarnya nilai spiritual dengan hasil belajar siswa yang
pengaruh nilai spiritual terhadap hasil belajar diajar menggunakan buku ajar kimia
yang disebut koefisien determinasi yang SMA/MA pegangan siswa melalui model
merupakan hasil pengkuadratan R yaitu 0,508 pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
dengan kriteria Agak rendah. berorientasi kolaboratif karena Sig. (2-tailed)
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa < α (0,000 < 0,05), (2) bahan ajar kimia
adanya hubungan dengan kriteria agak rendah terintegrasi nilai spiritual yang telah
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dikembangkan dapat menumbuhkembangkan
dalam hasil belajar dengan perolehan nilai nilai spiritual pada siswa, (3) terdapat
spiritual. Jika dilihat dari lembar observasi hubungan antara nilai spiritual terhadap
yang dilakukan oleh guru, siswa dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan
belajar yang baik cendrung memiliki nilai dengan bahan ajar kimia terintegrasi nilai
spiritual yang tinggi, dan siswa dengan hasil spiritual karena harga Sig. < α (0,002 < 0,05)
belajar rendah cendrung memiliki nilai maka Ha diterima dimana R= 0,508 dengan
spiritual yang rendah. kriteria Agak rendah.
Namun demikian besarnya pengaruh nilai
spiritual terhadap hasil belajar diperoleh
dengan kategori rendah, Hal ini dikarenakan DAFTAR PUSTAKA
pada angket penilaian diri siswa yang Darmana, A, (2012), Internalisasi Nilai Tauhid
memilliki hasil belajar tinggi berhati-hati dalam Pembelajaran Sain,. Jurnal
dalam menilai dirinya sendiri dan merasa Pendidikan Islam 27(1): 66-84
rendah diri, sehingga siswa yang memiliki Darmana, A, (2013), Internalisasi Nilai-nilai
hasil belajar tinggi berdasarkan angket Agama Islam dalam Pembelajaran
penilaian diri memiliki nilai spiritual yang Kimia di SMA Plus Al-Azhar Medan
rendah, sedangkan siswa yang memiliki hasil Sumatera Utara, Prosiding Seminar
belajar rendah menilai dirinya sudah memiliki Nasional IPA IV, FMIPA UNNES.
nilai spiritual yang tinggi, padahal jika dilihat Semarang
H.Okmarisa dkk. 134
JPKim Vol. 8, No. 2, 2016

Darmana, A, (2013), Pandangan Siswa Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah,


Terhadap Internalisasi Nilai Tuhid Berkala Fisika Indonesia 5(1): 15-19
Melalui Materi Termokimia, Prosiding Saputro, A.N.C., (2011), Pengintegrasian
SEMIRATA, FMIPA UNILA, Lampung Nilai-Nilai Religius dalam Buku
Darmansyah, (2014), Teknik Penilaian Sikap Pelajaran Kimia SMA/MA sebagai
Spiritual dan Sosial dalam Pendidikan Metode Alternatif Membentuk Karakter
Karakter di Sekolah Dasar 08 Surau Insan Mulia pada Siswa, Biologi, Sains,
Gdang Nanggalo, Jurnal Al-Ta’lim Lingkungan, dan Pembelajarannya
21(2) : 10-17 Menuju Pembangunan Karakter,
Djudin, T., (2011), Menyisipkan Nilai-Nilai Program Studi Pendidikan Kimia
Agama dalam Pembelajaran Sains: Jurusan PMIPA FKIP, Universitas
Upaya Alternatif Memagari Aqidah Sebelas Maret
Siswa, Jurnal Katulistiwa-Juornal Of Sutopo, H.B., (2002), Metodologi Penelitian
Islam Studies 1(2) Kualitatif: Dasar, Teori, dan
Marsonet, M., (2012), Science and Religion as Terapannya dalam Penelitian.
Conceptual Schemes, Academicus, 5: 17- Surakarta: UNS Press.
25 Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran
Rahyubi, Heri, (2011), Teori-teori Belajar dan Kooperatif Berorientasi Konstruktif.
Aplikasi Pembelajaran Motorik. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta
Majalengka : Nusa Media Zakaria, T.R., (2014), Pengembangan Sikap
Santoso, Singgih, (2013), Pengaruh Model Spiritual dan Sikap Sosial pada Siswa
Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi dalam Implementasi Kurikulum 2013,
belajar terhadap peningkatan hasil Buletin BSNP 9(2)
belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 1

H.Okmarisa dkk. 135

S-ar putea să vă placă și