Sunteți pe pagina 1din 22

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

“HIPERTROFI PYLORUS”
Dosen: Darmasta Maulana S.Kep, Ns

Di susun oleh:

FITRI HASTUTI
04.05.1150
D/KP/VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
”HIPERTROPY PILORUS”

1. DEFINISI
Stenosis pylorus hypertrofi merupakan suatu kelainan/gangguan/penyakit yang
mengenai system gastrointestinal yakni di lambung, tepatnya di pylorus dimana
terjadi penebalan dan lipatan-lipatan mukosa yang sangat jelas bertonjol-tonjol
(“etat mammelone”) dan secara makroskopik tampak hipertrofi kelenjar dan
sebukan limfosit dan sel plasma dalam stroma sehingga menyebabkan ductus di
pylorus menyempit (stenosis) secara progresif hingga mengakibatkan obstruksi
pada saluran keluar lambung.
Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu dengan
gejala muntah yang proyektil (menyemprot) beberapa saat setelah minum susu,
yang dimuntahkan hanya susu saja, bayi tampak selalu haus dan berat badannya
sukar bertambah. Stenosis pylorus congenital, kelainan yang paling sering
ditemukan biasanya pada bayi laki-laki (4:1) dan secara anatomic ditemukan
hipertofi otot pylorus yang sering dapat teraba dengan palpasi, BB bayi cepat
sekali menurun. Stenosis pylorus akan terjadi pada sekitar 20% laki-laki dan 10%
perempuan keturunan ibu yang menderita stenosis pylorus terlihat meningkat
pada bayi dengan golongan darah B dan O.

2. ETIOLOGI
Penyebab stenosis pylorus belum diketahui, tetapi bermacam-macam factor
tewlah dicurigai terlibat. Stenosis pylorus biasanya tidak tampak pada saat lahir
dan lebih konkordans pada kembar monozygot daripada dizygot. Inervasi otot
yang tidak normal, menyusui dan stress pada ibuy pada trimester III telah
diketahui ikut terlibat. Lagipula, penurunan prostaglandin serum, penurunan kadar
nitrat oksida sintase di pylorus dan hispergastrinemia pada bayi telah ditemukan
tetapi kemungkinan merupaka fenomena sekunder yang disebabkan statis dan
distensi lambung. Pemberian prostaglandin E eksogen untuk mempertahankan
potensi duktus anteriosus telah dihubungkan dengan stenosis pylorus juga dengan
gastroenteritis eosinofilia dan trisomi 18, sindrom turner, smith lemli opitz, dan
cornelia de lange.

3. MANIFESTASI KLINIS
Muntah tanpa empedu merupakan gejala awal. Muntah bisa menyembur atau
tidak pada awalnya tetapi pada awalnya tetapi biasanya progresif dan terjadi
segera setelah makan. Muntah bias setiap kali makan atau bias intermitten.
Muntah biasanya mulai setelah umur 3 minggu tetapi gejala muncul paling awal
pada umur 1 minggu dan paling lambat pada umur 5 bulan. Setelah muntah bayi
akan merasa lapar dan ingin makan lagi. Karena muntah terus-menerus, terjadilah
kehilangan cairan ion hydrogen dan klorida secara progresif, sehingga
menyebabkan alkalosis metabolic hipokloremik. Kadar kalium serum biasanya
normal tetepi mungkin ada pengurangan totalnya dalam tubuh. Perhatian yang
lebih besar pada stenosis pylorus telah menyebabkan pengenalan penderita
menjadi lebih awal dan lebih sedikit yang mengalami keadaan malnutrisi kronis
dan dehidrasi berat.
Ikterus disertai dengan penurunan kadar glukuronil transferasi terlihat pada
sekitar 5% bayi. Ikterus ini biasanya segera membaik setelah obstruksinya
sembuh.
Tiga ( 3 ) gejala pokok :
(1) Muntah proyektil, mulai pada umur 2-3 minggu.
Muntah tidak berwarna hijau .
(2) Kegagalan pertumbuha dan kehilangan BB.
Disebabkan karena masukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan k
arena banyak muntah.
(3) Obstifasi
Mungkun sekali disebabkan ole masukan yang kurang.
Dua (2) yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik :
a) Contour dan peristaltis lambung terlihat di abdomen bagian atas
b) Teraba “ tumor “ di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan
Kedua tanda ini mud ah terlihat dan teraba waktu bayi di berikan minum sewaktu
emeriksaan.
Gejala dan tanda lain :
a) Bayi selalu rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum lagi
setelah muntah
b) Muntah dapat bercampur darah hingga dapat berwarna
kecoklatan akibat perdarahan-perdarahan kecil karena gastritis dan
pecahnya pembuluih darah lambung
c) Pada stadium lanjut : bayi dalam keadaan dehidrasi malnutrisi-
hipokalemi dan alkalosis hipokloremik
d) Hipoalbuminemia
Diagnosis ditegakkan dengan palpasi massa di piulorus. Massa ini kenyal, bias
digerakkan, panjangnya sekitar 2 cm, berbentuk seperti n buah zaitun keras,
paling baik diraba dari sisi kiri, treletak di atas dan kanan umbilicus di
midepigastrium di bawah tepi hati. Pada bayi yang sehat, makan dapat membantu
diagnosis. Setelah makan mungkin ada gelombang peristaltik lambung yang
terlihat berjalan menyilang perut. Setelah bayi muntah, otot perut lebih rileks dan
bentuk “ buah zaitun” lebih mudah diraba. Sedasi bisa digunakan untuk
mempermudah pemeriksaan tapi biasanya tidak digunakan.
DIAGNOSA BANDING
Kasus biasa dapat didiagnosis dengan gambaran klinis yang khas dan identifikasi
masa pylorus. Bayi sangat reaktif terhadap rangsang dari luar, yang diberi makan
oleh perawat yang tidak berpengalaman atau cemas, atau yang belum dibina
tentang hubungan harmonis ibu-anak mungkin sering muntah pada mingu-minggu
pertama. Bayi demikian mungkin datang dengan gejala yang mirip dengan bayi
stenosis pylorus, muntah yang mungkin menetap dan bahkan proyektil.
Gelombang lambung kadang-kadang dapat dilihat pada bayi kecil dan kurus tanpa
menderita stenosis pylorus. Kalasia esophagus atau hernia hiatus biasanya
menimbulkan muntah pada minggu pertama setelah lahir dan dapat dibedakan
dari stenosis pylorus dan gambaran foto rontgent. Insufisiensi adrenal bisa
menyerupai stenosis pylorus tetapi tidak adanya tumor yang bisa diraba, asidosis
metabolic serta peninggian serum dan kadar natrium urin pada insufisiensi adrenal
membantu dalam deferensiasi. Kesalahan metabolisme congenital (inborn error of
metabolism) bisa menyebabkan muntah berulang dengan alkalosis (siklus urea)
atau asidosis (asidemia organic) dan letargi, koma atau kejang. Muntah dengan
diare memberi kesan gastroenteritis, tetapi kadang-kadang penderita dengan
stenosis pylorus juga menderita diare. Meskipun jarang, refluks gastroesofagus
dengan atau tanpa hernia hiatus dapat terancukan dengan stenosis pylorus. Sangat
jarang, membrane pylorus atau duplikasi pylorus bisa menyebabkan muntah
proyektil, peristaltic yang bisa terlihat dan pada kasus duplikasi suatu masa yang
bisa diraba. Stenosis pada duodenum proksimal sampai ampula vateri
menyebabkan gambaran klinis yang sama dengan stenosis pylorus, tetapi
mungkin ada massa yang dapat diraba.

4. PATOFISIOLOGI
Meski diagnosis dapat dibuat pada hari ke 7 biasanya 3 sampai 7 minggu, jarang
hidup mencapai 3 bulan. Peningkatan prostaglandin serum, penurunan kadar nitrat
oksida sintase di pylorus dan hiper gastrinemia muncul setelah adanya stasis dan
distensi lambung. Prostaglandin E eksogen mempertahankan patensi duktus
arteriosis. Mukosa duktus pylorus yang semakin menebal menimbulkan hipertrofi
otot pylorus sehingga menyebabkan duktus pylorus dan lubang/saluran kelenjar
menyempit/stenosis. Dengan menyempitnya saluran keluar lambung tersebut
maka makanan yang telah dicerna tidak maksimal keluar menuju usus halus untuk
diabsorbsi sehingga asupan nutrisi tubuh berkurang. Akumulasi asupan udara
yang tertahan di lambung dan pylorus menimbulkan distensi dan tekanan di
lambung akhirnya asupan mengalami refluks, timbul rasa mual kemudian muntah.
Asupan yang kurang juga mengakibatkan tidak adanya sisa pencernaan yang
harus dikeluarkan sehingga terjadi obstipasi.

5. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan radiology:
 Pemeriksaan Foto Barium Meal
Pemeriksaan OMD: dilakukan bila pada palpasi tidak teraba tumor. Pada
foto barium meal terlihat saluran pylorus kecil dan memanjang disebut
sebagian string-sign (string sign +).
 Fluoroskopi
Tampak pengosongan lambung terlambat. Lambung tampak membesar
dan jelas terlihat gambaran peristaltis
 USG
Shouder sign dan Double track sign
Prosedur imaging dicadangkan untuk bayi yang diagno sisnya tetap meragukan.
Ultrasonografi ab domen telah menggantikan pemeriksaan barium dalam
menegakkan diagnosis pada kasus yang sulit. Criteria diagnosis adalah
penebalan otot pylorus lebih dari 4 mm atau panjang pylorus keseluruhan lebih
panjang dari 14 mm. ultrasonografi mempunyai sensitifitas sampai 90 %. Bila
dilakukan pemeriksaan barium pemeriksaaan ini memperagakan saluran pylorus
yang memanjang, penonjolan otot pylorus ke dalam antrum ( tanda bahu ) dan
lapisan pararel barium terlihat pada sluran yang menyempit sehingga
menghasilkan ‘ tanda saluran ganda “.

6. PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Masalah utama pada bayi dengan kelainan ini adalah bayi selalu muntah
menyemprot setelah minum, oleh karena itu sebelum tindakan bedah, pem berian
minum dilakukan sedikit demi sedikit dsan susu lebih baik dibuat agak kental.
Setelah minum bayi diletakkan dalam posisi setengah duduk agak lam abaru
kemudian di baringkan miring ke kanan.
TERAPI
Perbaikan KU :
 Pemasangan lambung (NGT)
Lambung dibilas dengan larutan NaCl untuk mengeluarkan sisa barium bila
pada bayi dilakukan foto barium-meal
 Koreksi untuk keadaan dehidrasi , hipokalemi, hiokloremi dan
alkalosisnya.
Koreksi alkalosis penting untuk mencegah apneu post operasi karena obat
anasthesi.
PEMBEDAHAN
 Dilakukan setelah persiapan pra bedah tercapai yang umumnya
memakan waktu 24-48 jam
 Pilorotomi
Setelah pembedahan bayi masih sekali-sekali muntah, sembuh setelah 2-3 hari
pasca operasi. Untuk mencegah reidif pilorotomi harus dilakukan tuntas. Seluruh
bagian oto pylorus yang hipertrofi terbelah dengan termasuk sebagian otot di
bagian proksimal dan distalnya.

Pengobatan prabedah ditujukan langsung pada koreksi cairan IV dimulai dengan


0,45-0,9 % NaCl dalam 5-10 % dextrose, dengan penambahan kalium klorida
dengan kadar 30-50 mEq/L. terapi cairan harus dilanjutkan sampai bayi
mengalami rehidrasi dan kadar bikarbonat serum kurang dari 30 mEq/L yan g
menyatakan bahwa alkalosis sangat penting untuk mencegah apneu pa sca bedah
yang mungkin merupakan akibat dari anasthesi. Kebanyakan bayi bisa rehidrasi
dalam waktu 24 jam. Muntah biasanya berhenti bila lambung kosong dan kadang-
kadang saja bayi membutuhkan pengisapan nasogastrik.
Prosedur bedah pilihan adalah Pilororomiotomi Ramsted. Prosedur ini dilakukan
melaui insisi pendek melintang atau dengan laparaskopi. Masasa pylorus di
bawah mukosa dipotong tanpa memotong mukosa dan irisan ditutup kembali.
Muntah pasca bedah bisa terjadi pada 50 % bayi ini dan diduga akibat edema
poilorus pada tempat insisi. Namun, pada kebanyakan bayi makanan dapat
dimulai dalam 12-24 jam sesudah pembedahan dan diteruskan sampai makanan
oral rumatan dalam 36-48 jam setelah pembedahan. Muntah yang menetap
menunjukkan suatu piloromiotomi yang tidak sempurna, gastritis,hernia hiatus
kalasia atau penyebab obstruksi lain, pengo batan bedah stenosis pylorus adalah
kuratif, dengan mortalitas pembedahan 0 dan 0,5 % .
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN “ HEPERTROFI PILORUS “

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Jam saat masuk :

1. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Anak ke : ………..dari……….bersudara
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku/bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama :

b. Riwayat kesehatan sekarang :

c. Riwayat kesehatan dahulu :

d. Riwayat kesehatan keluarga :


GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Serumah dengan pasien


3. POLA FUNGSI KESEHATAN
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dan minum ASI. Selalu mun tah
ketika sesaat setelah diberikan ASI dan makanan tetapi setelah itu
pasien akan haus kembali dan akan muntah lagi ketika disusui.Klien
tidak alergi makanan tertentu.
(3) Pola Eliminasi
Klien BAK 5-7 kali sehari, BAB jarang ( 3 hari sekali) jading
beberapa hari tidak BAB.
(4) Pola tidur.dan Istirahat
Klien tidur terbangun pada waktu siang maupun malam hari. Frekuen
si tidur pasien berkurang dan rewel.
(5) Pola Aktivitas dan latihan
Selama sakit lebih banyak diam dan tidak aktif gerakannya, hanya
rewel.
(6) Pola Hubungan dan Peran
Klien selalu merasa nyaman di dekat ibunya . berkomunikasi secara
non verbal de ngan baik pada kedua orang tuanya dan orang- orang
terdekatnya.
(7) Pola Sensori dan Kognitif
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi.
(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat
penyakit.
(9) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
(10) Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien dimandikan 2 X/hari, dan cuci rambut 1
X/minggu.
(11) Ketergantungan
(12)Aspek Psikologis
(13)Aspek Sosial/Interaksi
(14)Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya memeluk agama islam, ajaran agama dijalankan
setiap saat.

4. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Tekanan darah :
Respirasi :
3) Keadaan sistemik:
 System pernafasan ( respirasi )
Tidak ada gangguan dalam system pernafasan, pola nafas baik,
frekuensi pernafasan teratur, tidak obstruksi saluran nafas ataupun
trauma pada saluran nafas.
 System pencernaan ( gastrointestinal )
Terdapat penyempitan dan hipertrofi pada lam bung dan salu ran
keluar lambung ( pylorus ). Tyer dapat massa di abdomen yang teraba
kenyal melalui palpasi dan adanya di sten si lam bung melalui
perkusi.
 System perkemihan ( urologi )
Tidak ada gangguan dalam system eleminasi urin. Pasien dapat BAK
dengan lancar tanpa nyeri, inkontinensia maupun retensi. Karakteristik
urin dalam batas normal. Tidak terdapat trauma, peradangan,
penyempitan maupun pembesaran pada saluran kemih. Tidak ada
darah dan cairan abnormal lain dalam kemih.
 System integument
Tidak ditemukan lesi, integritas baik, tidak ada infeksi, turgor kulit
baik.
 System neurology
Reflek pasien baik, fungsi mental baik dan tidak ada kelainan
neurology. Respon motorik, verbal, dan reflek buka mata baik.
 System vaskularisasi
Tidak terdapat kelainan sirkulasi darah.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiology : Foto Barium Meal

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorbsi makan
karena factor biologi
2. Kurang volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Resiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolic
4. Kurang pengetahuan orang tua b/d keterbatasan paparan
5. Nyeri b/d agen cidera biologi
6. Gangguan pola tidur b/d stimulasi lingkungan yang terus-menerus
7. PERENCANAAN

No.DX TUJUAN (NOC) RENCANA TINDAKAN (NIC)

1. Setelah dilakukan tindakan NUTRITION MANAGEMENT (1100)


keperawatan selama 2 x 24 jam - Kaji adanya alergi makanan
masukan nutrisi yang di butuhkan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pasien dapat terpenuhi dengan menentukan jumlah kalori dan
seimbang, dengan kriteria : nutrisi yang dibutuhkan pasien
STATUS NUTRISI (1007) - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- 100701 Stamina kembali pulih protein dan vitamin yang diperlukan
- 100702 Tenaga meningkat - Yakinkan diet yang dimakan
- 100703 Mempunyai kekuatan mengandung tinggi serat untuk
menggenggam mencegah konstipasi
- 100704 Mencapai - Berikan makanan yang terpilih
penyembuhan jaringan (sudah dikonsultasikan dengan ahli
- 100705 Meningkatkan daya gizi)
tahan tubuh - Monitor jumlah nutrisi dan
- 100706 Mengoptimalkan kandungan kalori
pertumbuhan NUTRITION MONITORING (1160)
Keterangan penilain NOC: - Berat badan pasien dalam batas
1. Tidak pernah menunjukkan normal
2. Jarang menunjukkan - Monitor adanya penurunan berat
3. Kadang menunjukkan badan
4. Sering menunjukkan - Monitor interaksi anak atau orang
Selalu menunjukkan tua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Catat adanya edema, hiperemi
2. Setelah dilakukan tindakan FLUID MANAGEMENT (4120):
keperawatan selama 2 x 24 jam - Monitor berat badan/hari
dapat mempertahankan hidrasi - Pertahankan intake dan output yang
adekuat, dengan kriteria: akurat
FLUID BALANCE (0601) - Monitor status hidrasi (membrane
- 060101 Tekanan darah dbn. mukosa) yang adekuat
- 060102 Rata-rata tekanan - Monitor vital sign
arteri dbn. - Monitor indikasi kelebihan cairan.
- 060103 Tekanan vena sentral - Monitor status nutrisi
dbn. - Monitor intake dan output
- 060107 Keseimbangan intake - Timbang popok atau pembalut jika
dan output 24 jam. diperlukan
- 060109 Berat badan stabil. - Dorong masukan oral
- 060115 Tidak haus - Kolaborasikan pemberian cairan IV
berlebihan. pada suhu ruangan sesuai aturan
- 060120 BJ urin dbn. - Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Keterangan penilain NOC: berlebih
1. Tidak pernah menunjukkan - Monitor hasil laboratorium (HMT)
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3. Setelah dilakukan tindakan PRESURE MANAGEMENT (3500)
keperawatan selama 2 x 24 jam - Anjurkan pasien memakai pakaian
TISSUE INTEGRITY : Skin and yang longgar
mucous (1101) - Hindari kerutan pada tempat tidur
 110102 Sensasi kulit yang - Jaga kebersihan kulit agar tetap
baik bisa kering
 110103 Elastisitas kulit baik - Mobilisasi pasien atau ubah posisi
 110101 Temperatur suhu pasien setiap dua jam sekali bila
normal diperlukan

 110104 Hidrasi baik - Monitor aktivitas pasien

 110105 Pigmentasi baik - Monitor kulit akan adanya


kemerahan
 110111 Perfusi jaringan baik
- Monitor status nutrisi pasien
 110113 Perkembangan kulit
- Mandikan pasien dengan air hangat
bisa dipertahankan
- Membasuh muka pasien dengan air
Keterangan penilaian NOC:
hangat
1. Tidak dilakukan sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. selalu dilakukan
4. Setelah dilakukan tindakan TEACHING DISEASE PROCESS
keperawatan selama 1 x 24 jam (5602):
menyatakan pemahaman tentang - Menentukan tingkat pengetahuan
penyakitnya, dengan kriteria: orang tua klien sebelumnya
KNOWLEDGE: DISEASE - Menjelaskan proses penyakit
PROCESS (1803) (pengertian, etiologi, tanda, gejala)
 183301 Familiar dengan - Diskusikan perubahan gaya hidup
proses penyakit. yang bisa untuk mencegah
 183302 Mendriskripsikan komplikasi atau mengontrol proses
proses penyakit. penyakit
 183303 Mendeskripsikan - Diskusikan tentang pilihan terapi
factor penyebab. atau perawatan

 183304 Mendiskripsikan - Jelaskan secara rasional tentang

factor risiko. pengelolaan terapi atau perawatan

 183305 Mendriskipsikan yang dianjurkan

efek penyakit. - Berikan dorongan kepada orang tua

 193306 Mendriskipsikan pasien untuk mengungkapkan

tanda dan gejala second opinion


- Anjurkan pada keluarga pasien
 183310 Mendriskripsikan
untuk mencegah atau
tanda dan gejala dari
meminimalkan efek samping dari
komplikasi.
penyakitnya
Keterangan penilaian NOC:
6. Tidak pernah dilakukan
7. Jarang dilakukan
8. Kadang dilakukan
9. Sering dilakukan
10. Selalu dilakukan
5. Setelah dilakukan tindakan PAIN MANAGEMENT (1400):
keperawatan selama 2 x 24 jam - Kaji secara komprehensif tentang
agar nyeri pasien berkurang, nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik
dengan kriteria: dan onset, durasi, frekuensi,
PAIN CONTROL (1605) kualitas, intensitas/beratnya nyeri
 160501Mengenali factor - Gunakan komunikasi terapeutik
penyebab. agar pasien dapat mengekspresikan
 160504 Mengenali metode nyeri.
pencegahan non analgetik - Kaji latar belakang budaya pasien.
untuk mengurangi nyeri. - Evaluasi tentang keefektifan dari
 160505 Menggunakan tindakan mengontrol nyeri yang
analgetik sesuai kebutuhan. telah digunakan.

 160509 Mengenali gejala- - Berikan dukungan terhadap pasien

gejala nyeri. dan keluarga.

 160511 Melaporkan nyeri - Anjurkan pasien untuk memonitor

yang sudah berkurang sendiri nyeri.

.Keterangan penilaian NOC: - Berikan analgetik sesuai dengan

2. Tidak dilakukan sama sekali anjuran.

3. Jarang dilakukan ANALGETIK ADMINISTRATION

4. Kadang dilakukan (2210):

5. Sering dilakukan - Tentukan lokasi, karakteristik,

6. selalu dilakukan kualitas, dan derajat nyeri sebelum


pemberian obat.
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya nyeri.
- Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
- Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
6. Setelah dilakukan tindakan SLEEP ENHANCEMENT ( 1850 )
keperawatan selama 2 x 24 jam - Tentukan aktivitas tidur
diharapkan pasien dapat tidur - Perkirakan waktu tidur pasien
dengan cukup dengan criteria : yang teratur
REST ( 0003 ) - Tentukan efek dari pengobatan
 000301 mampu dikontrol terhadap pola tidur
waktu jumlah tidur - Monitor pola tidur dan lama
 000302 mampu dikontrol tidur pasien dalam jam
pola tidur pasien - Sesuaikan lingkungan dalam
 000303 mampu dikontrol cahaya, berisik, suhu, alas tidur, dan
kualitas tidur pasien tempat tidur untuk meningkatkan

 000304 mampu dikontrol tidur

kemampuan fisik pasien - Monitor makanan sebelum tidur

untuk tidur dan selingan yang tepat dengan tidur

 000305 memperlihatkan - Naikkan peningkatan waktu

wajah segar saat bangun tidur untuk tidur jika diperlukan

Keterangan penilaian NOC: - Kaji rencana administrasi

1. pengobatan untuk mendukung tidur

Ti pasien

da
k
dil
ak
uk
an
sa
m
a
se
ka
li
2.
Jar
an
g
dil
ak
uk
an
3.
Ka
da
ng
dil
ak
uk
an
4.
Se
rin
g
dil
ak
uk
an
5.
sel
al
u
dil
ak
uk
an
DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.


Jakarta: EGC
- Nanda, Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-
2006
- Himawan, sutisna. Patologi. Jakarta: F K U I
- Price & Wilson. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC
- Aplikasi Diagnosa Keperawatan Nanda Nic-Noc
- Marion, Meridean, Moorhead. 2000. Nursing Outcomes
Classification. New york: Mosby
- Joanne C. Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification. New
york: Mosby
- Arvin, Kliegman Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15.
Jakarta : EGC
- Pengarang Staff. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Binarupa Aksara
- Sabiston . 1994. Buku Aajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC
- Ngastiyah . 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
- Tim. Penyusun. 2004.Chirurgica. Yogyakarta : Tosca Enterprise.

S-ar putea să vă placă și