Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
“HIPERTROFI PYLORUS”
Dosen: Darmasta Maulana S.Kep, Ns
Di susun oleh:
FITRI HASTUTI
04.05.1150
D/KP/VI
1. DEFINISI
Stenosis pylorus hypertrofi merupakan suatu kelainan/gangguan/penyakit yang
mengenai system gastrointestinal yakni di lambung, tepatnya di pylorus dimana
terjadi penebalan dan lipatan-lipatan mukosa yang sangat jelas bertonjol-tonjol
(“etat mammelone”) dan secara makroskopik tampak hipertrofi kelenjar dan
sebukan limfosit dan sel plasma dalam stroma sehingga menyebabkan ductus di
pylorus menyempit (stenosis) secara progresif hingga mengakibatkan obstruksi
pada saluran keluar lambung.
Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu dengan
gejala muntah yang proyektil (menyemprot) beberapa saat setelah minum susu,
yang dimuntahkan hanya susu saja, bayi tampak selalu haus dan berat badannya
sukar bertambah. Stenosis pylorus congenital, kelainan yang paling sering
ditemukan biasanya pada bayi laki-laki (4:1) dan secara anatomic ditemukan
hipertofi otot pylorus yang sering dapat teraba dengan palpasi, BB bayi cepat
sekali menurun. Stenosis pylorus akan terjadi pada sekitar 20% laki-laki dan 10%
perempuan keturunan ibu yang menderita stenosis pylorus terlihat meningkat
pada bayi dengan golongan darah B dan O.
2. ETIOLOGI
Penyebab stenosis pylorus belum diketahui, tetapi bermacam-macam factor
tewlah dicurigai terlibat. Stenosis pylorus biasanya tidak tampak pada saat lahir
dan lebih konkordans pada kembar monozygot daripada dizygot. Inervasi otot
yang tidak normal, menyusui dan stress pada ibuy pada trimester III telah
diketahui ikut terlibat. Lagipula, penurunan prostaglandin serum, penurunan kadar
nitrat oksida sintase di pylorus dan hispergastrinemia pada bayi telah ditemukan
tetapi kemungkinan merupaka fenomena sekunder yang disebabkan statis dan
distensi lambung. Pemberian prostaglandin E eksogen untuk mempertahankan
potensi duktus anteriosus telah dihubungkan dengan stenosis pylorus juga dengan
gastroenteritis eosinofilia dan trisomi 18, sindrom turner, smith lemli opitz, dan
cornelia de lange.
3. MANIFESTASI KLINIS
Muntah tanpa empedu merupakan gejala awal. Muntah bisa menyembur atau
tidak pada awalnya tetapi pada awalnya tetapi biasanya progresif dan terjadi
segera setelah makan. Muntah bias setiap kali makan atau bias intermitten.
Muntah biasanya mulai setelah umur 3 minggu tetapi gejala muncul paling awal
pada umur 1 minggu dan paling lambat pada umur 5 bulan. Setelah muntah bayi
akan merasa lapar dan ingin makan lagi. Karena muntah terus-menerus, terjadilah
kehilangan cairan ion hydrogen dan klorida secara progresif, sehingga
menyebabkan alkalosis metabolic hipokloremik. Kadar kalium serum biasanya
normal tetepi mungkin ada pengurangan totalnya dalam tubuh. Perhatian yang
lebih besar pada stenosis pylorus telah menyebabkan pengenalan penderita
menjadi lebih awal dan lebih sedikit yang mengalami keadaan malnutrisi kronis
dan dehidrasi berat.
Ikterus disertai dengan penurunan kadar glukuronil transferasi terlihat pada
sekitar 5% bayi. Ikterus ini biasanya segera membaik setelah obstruksinya
sembuh.
Tiga ( 3 ) gejala pokok :
(1) Muntah proyektil, mulai pada umur 2-3 minggu.
Muntah tidak berwarna hijau .
(2) Kegagalan pertumbuha dan kehilangan BB.
Disebabkan karena masukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan k
arena banyak muntah.
(3) Obstifasi
Mungkun sekali disebabkan ole masukan yang kurang.
Dua (2) yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik :
a) Contour dan peristaltis lambung terlihat di abdomen bagian atas
b) Teraba “ tumor “ di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan
Kedua tanda ini mud ah terlihat dan teraba waktu bayi di berikan minum sewaktu
emeriksaan.
Gejala dan tanda lain :
a) Bayi selalu rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum lagi
setelah muntah
b) Muntah dapat bercampur darah hingga dapat berwarna
kecoklatan akibat perdarahan-perdarahan kecil karena gastritis dan
pecahnya pembuluih darah lambung
c) Pada stadium lanjut : bayi dalam keadaan dehidrasi malnutrisi-
hipokalemi dan alkalosis hipokloremik
d) Hipoalbuminemia
Diagnosis ditegakkan dengan palpasi massa di piulorus. Massa ini kenyal, bias
digerakkan, panjangnya sekitar 2 cm, berbentuk seperti n buah zaitun keras,
paling baik diraba dari sisi kiri, treletak di atas dan kanan umbilicus di
midepigastrium di bawah tepi hati. Pada bayi yang sehat, makan dapat membantu
diagnosis. Setelah makan mungkin ada gelombang peristaltik lambung yang
terlihat berjalan menyilang perut. Setelah bayi muntah, otot perut lebih rileks dan
bentuk “ buah zaitun” lebih mudah diraba. Sedasi bisa digunakan untuk
mempermudah pemeriksaan tapi biasanya tidak digunakan.
DIAGNOSA BANDING
Kasus biasa dapat didiagnosis dengan gambaran klinis yang khas dan identifikasi
masa pylorus. Bayi sangat reaktif terhadap rangsang dari luar, yang diberi makan
oleh perawat yang tidak berpengalaman atau cemas, atau yang belum dibina
tentang hubungan harmonis ibu-anak mungkin sering muntah pada mingu-minggu
pertama. Bayi demikian mungkin datang dengan gejala yang mirip dengan bayi
stenosis pylorus, muntah yang mungkin menetap dan bahkan proyektil.
Gelombang lambung kadang-kadang dapat dilihat pada bayi kecil dan kurus tanpa
menderita stenosis pylorus. Kalasia esophagus atau hernia hiatus biasanya
menimbulkan muntah pada minggu pertama setelah lahir dan dapat dibedakan
dari stenosis pylorus dan gambaran foto rontgent. Insufisiensi adrenal bisa
menyerupai stenosis pylorus tetapi tidak adanya tumor yang bisa diraba, asidosis
metabolic serta peninggian serum dan kadar natrium urin pada insufisiensi adrenal
membantu dalam deferensiasi. Kesalahan metabolisme congenital (inborn error of
metabolism) bisa menyebabkan muntah berulang dengan alkalosis (siklus urea)
atau asidosis (asidemia organic) dan letargi, koma atau kejang. Muntah dengan
diare memberi kesan gastroenteritis, tetapi kadang-kadang penderita dengan
stenosis pylorus juga menderita diare. Meskipun jarang, refluks gastroesofagus
dengan atau tanpa hernia hiatus dapat terancukan dengan stenosis pylorus. Sangat
jarang, membrane pylorus atau duplikasi pylorus bisa menyebabkan muntah
proyektil, peristaltic yang bisa terlihat dan pada kasus duplikasi suatu masa yang
bisa diraba. Stenosis pada duodenum proksimal sampai ampula vateri
menyebabkan gambaran klinis yang sama dengan stenosis pylorus, tetapi
mungkin ada massa yang dapat diraba.
4. PATOFISIOLOGI
Meski diagnosis dapat dibuat pada hari ke 7 biasanya 3 sampai 7 minggu, jarang
hidup mencapai 3 bulan. Peningkatan prostaglandin serum, penurunan kadar nitrat
oksida sintase di pylorus dan hiper gastrinemia muncul setelah adanya stasis dan
distensi lambung. Prostaglandin E eksogen mempertahankan patensi duktus
arteriosis. Mukosa duktus pylorus yang semakin menebal menimbulkan hipertrofi
otot pylorus sehingga menyebabkan duktus pylorus dan lubang/saluran kelenjar
menyempit/stenosis. Dengan menyempitnya saluran keluar lambung tersebut
maka makanan yang telah dicerna tidak maksimal keluar menuju usus halus untuk
diabsorbsi sehingga asupan nutrisi tubuh berkurang. Akumulasi asupan udara
yang tertahan di lambung dan pylorus menimbulkan distensi dan tekanan di
lambung akhirnya asupan mengalami refluks, timbul rasa mual kemudian muntah.
Asupan yang kurang juga mengakibatkan tidak adanya sisa pencernaan yang
harus dikeluarkan sehingga terjadi obstipasi.
5. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan radiology:
Pemeriksaan Foto Barium Meal
Pemeriksaan OMD: dilakukan bila pada palpasi tidak teraba tumor. Pada
foto barium meal terlihat saluran pylorus kecil dan memanjang disebut
sebagian string-sign (string sign +).
Fluoroskopi
Tampak pengosongan lambung terlambat. Lambung tampak membesar
dan jelas terlihat gambaran peristaltis
USG
Shouder sign dan Double track sign
Prosedur imaging dicadangkan untuk bayi yang diagno sisnya tetap meragukan.
Ultrasonografi ab domen telah menggantikan pemeriksaan barium dalam
menegakkan diagnosis pada kasus yang sulit. Criteria diagnosis adalah
penebalan otot pylorus lebih dari 4 mm atau panjang pylorus keseluruhan lebih
panjang dari 14 mm. ultrasonografi mempunyai sensitifitas sampai 90 %. Bila
dilakukan pemeriksaan barium pemeriksaaan ini memperagakan saluran pylorus
yang memanjang, penonjolan otot pylorus ke dalam antrum ( tanda bahu ) dan
lapisan pararel barium terlihat pada sluran yang menyempit sehingga
menghasilkan ‘ tanda saluran ganda “.
6. PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Masalah utama pada bayi dengan kelainan ini adalah bayi selalu muntah
menyemprot setelah minum, oleh karena itu sebelum tindakan bedah, pem berian
minum dilakukan sedikit demi sedikit dsan susu lebih baik dibuat agak kental.
Setelah minum bayi diletakkan dalam posisi setengah duduk agak lam abaru
kemudian di baringkan miring ke kanan.
TERAPI
Perbaikan KU :
Pemasangan lambung (NGT)
Lambung dibilas dengan larutan NaCl untuk mengeluarkan sisa barium bila
pada bayi dilakukan foto barium-meal
Koreksi untuk keadaan dehidrasi , hipokalemi, hiokloremi dan
alkalosisnya.
Koreksi alkalosis penting untuk mencegah apneu post operasi karena obat
anasthesi.
PEMBEDAHAN
Dilakukan setelah persiapan pra bedah tercapai yang umumnya
memakan waktu 24-48 jam
Pilorotomi
Setelah pembedahan bayi masih sekali-sekali muntah, sembuh setelah 2-3 hari
pasca operasi. Untuk mencegah reidif pilorotomi harus dilakukan tuntas. Seluruh
bagian oto pylorus yang hipertrofi terbelah dengan termasuk sebagian otot di
bagian proksimal dan distalnya.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Jam saat masuk :
1. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Anak ke : ………..dari……….bersudara
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Suku/bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
4. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Tekanan darah :
Respirasi :
3) Keadaan sistemik:
System pernafasan ( respirasi )
Tidak ada gangguan dalam system pernafasan, pola nafas baik,
frekuensi pernafasan teratur, tidak obstruksi saluran nafas ataupun
trauma pada saluran nafas.
System pencernaan ( gastrointestinal )
Terdapat penyempitan dan hipertrofi pada lam bung dan salu ran
keluar lambung ( pylorus ). Tyer dapat massa di abdomen yang teraba
kenyal melalui palpasi dan adanya di sten si lam bung melalui
perkusi.
System perkemihan ( urologi )
Tidak ada gangguan dalam system eleminasi urin. Pasien dapat BAK
dengan lancar tanpa nyeri, inkontinensia maupun retensi. Karakteristik
urin dalam batas normal. Tidak terdapat trauma, peradangan,
penyempitan maupun pembesaran pada saluran kemih. Tidak ada
darah dan cairan abnormal lain dalam kemih.
System integument
Tidak ditemukan lesi, integritas baik, tidak ada infeksi, turgor kulit
baik.
System neurology
Reflek pasien baik, fungsi mental baik dan tidak ada kelainan
neurology. Respon motorik, verbal, dan reflek buka mata baik.
System vaskularisasi
Tidak terdapat kelainan sirkulasi darah.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiology : Foto Barium Meal
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorbsi makan
karena factor biologi
2. Kurang volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Resiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolic
4. Kurang pengetahuan orang tua b/d keterbatasan paparan
5. Nyeri b/d agen cidera biologi
6. Gangguan pola tidur b/d stimulasi lingkungan yang terus-menerus
7. PERENCANAAN
Ti pasien
da
k
dil
ak
uk
an
sa
m
a
se
ka
li
2.
Jar
an
g
dil
ak
uk
an
3.
Ka
da
ng
dil
ak
uk
an
4.
Se
rin
g
dil
ak
uk
an
5.
sel
al
u
dil
ak
uk
an
DAFTAR PUSTAKA