Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1.1.1. Menghitung harga RMR dan SMR pada suatu massa batuan.
1.1.2. Menentukan kelas batuan berdasarkan RMR dan SMR.
1.2.1. Mengetahui kondisi geoteknik massa batuan berdasarkan nilai
RMR-nya.
1.2.2. Mengetahui nilai SMR sebagai dasar menentukan
rekomendasi perkuatan lereng suatu massa batuan.
c c
lasifikasi massa batuan digunakan sebagai alat dalam menganalisis
kemantapan lereng yang menghubungkan antara pengalaman di bidang
massa batuan dengan kebutuhan pemantapan di berbagai kondisi
lapangan yang dibutuhkan. Namun demikian, penggunaan klasifikasi
massa batuan tidak digunakan sebagai pengganti perancangan rinci.
Pada dasarnya pembuatan klasifikasi massa batuan bertujuan untuk (
Bieniawski, 1989 ) :
1. Mengidentifikasi parameter ± parameter yang mempengaruhi
perilaku massa batuan.
2. Membagi formasi massa batan ke dalam grup yang mempunyai
perilaku sama menjadi kelas massa batuanh.
3. Memberikan dasar ± dasar untuk pengertian karakteristik dari
setiap kelas massa batuan.
4. Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di suatu
lokasi dengan lokasi lainnya.
5. Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancangan
rekayasa.
6. Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara
para insinyur dan geologist.
Agar dapat digunakan dengan baik dan cepat maka klasifikasi massa
batuan harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut
(Bieniawski, 1989 ) :
1. Sederhana, mudah diingat, dan dimengerti
2. Sifat ± sifat massa batuan yang penting harus disertikan.
3. Parameter dapat diukur dengan mudah dan murah.
4. Pembobotan dilakukan secara relatif.
5. Menyediakan data ± data kuantitatif.
pengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling
tidak tiga keuntungan bagi perancangan kemantapan lereng yaitu
( Bieniawski, 1989 ) :
1. Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data
masukan minimum sebagai parameter klasifikasi.
2. Memberikan informasi / data kuantitatif untuk tujuan rancangan.
3. Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif
pada suatu proyek.
Saat ini telah berkembang berbagai metode klasifikasi massa batuan.
piantara metode klasifikasi tersbut ada yang digunakan untuk kepentingan
perancangan empiris dan ada pula yang digunakan hanya untuk data
masukan untuk klasfifikasi massa batuan yang lain.
Bieniawski ( 1976 ) dalam Manik ( 2007 ) mempublikasikan suatu
metode klasifikasi massa batuan yang dikenal dengan Geomechanics
Classification atau Rock Mass Wasting ( RMR ). Metode rating digunakan
pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut didasarkan pada pengalaman
Bieniawski dalam mengerjakan proyek ± proyek terowongan dangkal.
Metode ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan
lokasi yang berbeda ± beda seperti tambang pada batuan kuat,
terowongan, tambang batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan
pondasi. lasifikasi ini juga sudah dimodifi kasi beberapa kali sesuai
dengan adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan dan sesuai dengan standar internasional.
Sistem klasifikasi massa batuan
( RMR )
menggunakan enam parameter berikut ini dimana rating setiap
parameter dijumlahkan untuk memperoleh nilai total dari RMR :
1. uat tekan batuan utuh (
)
2.
gn ( RQp )
3. Jarak antar diskontinuitas (
)
4. ondisi diskontinuitas ( [
)
5. ondisi air tanah (
)
6. Orientasi diskontinuitas (
)
Berikut dijelaskan mengenai keenam parameter yang
digunakan dalam memperoleh klasifikasi massa batuan
( RMR ) tersebut :
1. uat tekan batuan utuh (
)
uat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan
uniaksial ( Uniaxial Compressive Strength, UCS ) d an uji point load
( point Load Test, PLI ). UCS mengguanakn mesin tekan untuk
menekan sampel batuan dari satu arah ( uniaxial ). Sampel batuan
yang diuji dalam bentuk silinder ( tabung ) dengan perbandingan
antara tinggi dan diameter tertentu. Perbandingan ini sangat
berpengaruh pada nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin
kecil.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan
utuh diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI -nya seperti
tertera pada Tabel 1.
Tabel 2.1 Pembobotn kekuatan material batuan utuh ( Bieniawski,1989 )
peskripsi ualitatif UCS ( MPa ) PLI ( MPa ) Rating
Sangat kuat sekali >250 >10 15
( exceptionally strong )
Sangat kuat 100 ± 250 4 ± 10 12
( very strong )
uat ( strong ) 50 ± 100 2±4 7
Sedang ( average ) 25 ± 50 1±2 4
Lemah ( weak ) 5 ± 25 Penggunaan 2
Sangat lemah 1±5 UCS lebih 1
( very weak ) dianjurkan
Sangat lemah sekali <1 0
( extremely weak )
2.
Pada tahun 1967 p.U.peere memperkenalkan Rock Quality
pesign ( RQp ) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan
kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQp didefinisikan
sebagai presentasi dari perolehan inti bor ( core ) yang secara tidak
langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian
yang lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor ( core ).
Hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (
4 inchi ) yang dijumlahkan keudian dibagi panjang total pengeboran
( core run ).
X
RQp =
RQp = 84 %
Panjang total pengeboran ( core run ) = 100 cm
piameter core = 61.11 cm
RQp =
RQp =
RQp = 73 %
Hubungan antara nilai RQp dan kualitas dari suatu massa
batuan diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992 seperti
Tabel 2.
%&
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20m >20m
diskontinuitas 6 4 2 1 0
(
)
Jarak antar - <0.1m 0.1- 1-5mm >5mm
permukaan m 1.0mm
diskontinuitas 6 5 4 1 0
ekasaran Sangat asar Sedikit Halus Slicken-
diskontinuitas kasar kasar side
(
) 6 5 3 1 0
Material Pengisi Tidak eras Lunak
(
) ada
6 4 2 2 0
elapukan Tidak Sedikit Lapuk Sangat hancur
(
) lapuk Lapuk lapuk
6 5 3 1 0
%
%%'%%
ï
Parameter ini merupakan penambahan terhadap kelima
parameter sebelumnya. Bobot yang diberikan untuk parameter
ini sangat tergantung pada hubungan antara orientasi
diskontinuitas yang ada dengan metode penggalian yang
dilakukan. Oleh karena itu dalam perhitungan, bobot
parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima
parameter lainnya.
RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi
diskontinuitas
dimana :
RMRbasic = parameter ( a+b+c+d+e )
RMRbasic adalah nilai RMR dengan tidak memasukkan
parameter orientasi diskontinuitas dalam perhitungannya.
Untuk keperluan analisis kemantapan suatu lereng, Bieniawski
( 1989 ) merekomendasikan untuk memakai sistem Slope
Mass Rating ( SMR ) sebagai metode koreksi untuk parameter
orientasi diskontinuitas.
(&&
Setelah nilai bobot masing ± masing parameter ±
parameter diatas diperoleh, maka jumlah keseluruhan bobot
tersebut menjadi nilai total RMR. nilai RMR ini dapat
dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan,
memperkirakan kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas
massa batuan seperti terihat pada tabel 7. dibwah ini .
')%$
% %
*
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
elas massa Sangat Baik Sedang Jelek Sangat
batuan baik Jelek
ohesi >400kPa 300- 200-300 100- <100 kPa
400 kPa 200
kPa kPa
Sudut geser >45° 35°-45° 25°-35° 15°-25° <15°
dalam
estabilan Sangat Stabil Agak Tidak Sangat
stabil Stabil stabil tidak stabil
eruntuhan Tidak Sedikit Rekahan, Planar, Bidang
ada blok beberapa baji planar
membaji besar besar atau
seperti
tanah
Support Tidak adang Sistematis oreksi Penggalian
perlu - penting ulang
kadang
Romana ( 1985 ) dalam Manik ( 2007 ) mengembangkan suatu
sistem klasifikasi Slope Mass Rating ( SMR ) yang memungkinkan sistem
RMR diaplikasikan untuk menganalisis kemantapan lereng. SMR
menyertakan bobot parameter pengaruh orientasi diskontinuitas terhadap
metode penggalian lereng yang diterapkan. Hubungan antara Slope mass
Rating ( SMR ) dengan Rock Mass Rating ( RMR ) ditunjukkan pada
persamaan di bawah ini :
SMR = RMRbasic + ( F1 x F2 x F3 ) + F4
Besar bobot untuk F1, F2 , dan F3 masing ± masing dijelaskan
pada tabel 8. berikut ini
Tabel.2.8Bobot pengatur diskontinuitas F1,F2 dan F3 ( Romana,
1985 )
asu riteria Sangat menguntungkan Sedang Tak Sangat tak
s faktor menguntungkan menguntungkan menguntungkan
koreksi
P Aj-as >30 30-20 20-10 10-5 <5
T Aj-as-
180
P/T F1 0.15 0.4 0.7 0.85 1
P Bj <20 20-30 30.35 35-45 >45
P F2 0.15 0.4 0.7 0.85 1
T F2 1 1 1 1 1
P bj-bs >10 10-0 0 0-(-10) <-10
T bj+bs <100 110-120 >120
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60
eterangan :
aj = dip dir. diskontinuitas bj = dip diskontinuitas
as = dip dir. lereng bs = dip lereng
P = longsoran bidang T = longsoran guling ( toppling )
Besar bobot untuk metode penggalian F4 dijelaskan pada tabel 2.9
dibawah ini :
Metode Lereng Peledakan Peledakan Peledakan Peledakan
alamiah presplitting smooth mekanis buruk
F4 +15 +10 +8 0 -8
Besar bobot ± bobot F1, F2, F3 dan F4 masing ± masing
menggambarkan :
F1 : Menggambarkan keparalelan antara strike lereng dengan
strike diskontinuitas
F2 : Menerangkan hubungan sudut dip diskontinuitas sesuai
dengan model longsoran
F3 : Menggambarkan hubungan sudut dip lereng dengan dip
diskontinuitas
F4 : Faktor penyesuaian untuk metode penggalian yang
tergantung pada metode yang digunakan pada waktu
membentuk lereng
Untuk memilih jenis perkuatan lereng yang sesuai dalam mencegah
terjadinya keruntuhan pada lereng batuan, digunakan sistem Slope Mass
Rating ( SMR ). jenis ± jenis perkuatan yang dapat digunakan untuk usaha
stabilisasi lereng batuan dapat dibag i menjadi sembilan kelas yang
berbeda ( Romana, 1985 )
Tabel 2.10 Rekomendasi jenis perkuatan lereng untuk setiap kelas
( SMR ) ( Romana, 1985 )
#$
%$
% '
Ia 91-100 Y
Ib 81-90 Y
atau
)
,+
-. + )
!
% "#
LMNO
LMNO
LMNO
LMNO
F1 = aj ± as = 430 - 400 = 30 (sangat tidak menguntungkan / 1 ) F3 = bj ± bs = 294 0 - 2700 = 240 (Sangat menguntungkan / 0 )
To complete the required data for the rock mass analysis, site investigation is a
need to obtain the rock structure map, plotting of joint orientation, infilling
material measurement, strike/dip joint, rock bedding, and geological structure that
developed in the region to confirm rock deformation stage that controlled by
geodynamical process in the region. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan
untuk analisis massa batuan, penyelidikan situs adalah kebutuhan untuk
mendapatkan peta struktur batuan, merencanakan orientasi bersama, infilling
pengukuran material, strike / dip bersama, tidur batu, dan struktur geologi yang
berkembang di wilayah ini untuk mengkonfirmasi deformasi batuan tahap yang
dikendalikan oleh proses geodynamical di wilayah tersebut. The investigation
consist of survey and mapping work, in-situ rock mass sampling by drilling,
excavation, and outcrops measurement then to be continued with the rock
mechanical laboratory analysis work. penyelidikan terdiri dari survei dan
pemetaan kerja, in-situ sampling massa batuan oleh pengeboran, penggalian, dan
pengukuran singkapan kemudian dilanjutkan dengan karya rock laboratorium
analisis mekanik.
§ Ê contains neither joints nor hair cracks. § !" "" tidak berisi
sendi atau retak rambut. Hence, if it breaks, it breaks across sound rock. Oleh
karena itu, kalau rusak, rusak di batu suara. On account of the injury to the rock
due to blasting, spalls may drop off the roof several hours or days after blasting.
Pada rekening cedera pada batu karena peledakan, spalls mungkin drop off atap
beberapa jam atau hari setelah peledakan. This is known as a spalling condition.
Ini dikenal sebagai kondisi spalling. Hard, intact rock may also be encountered in
the popping condition involving the spontaneous and violent detachment of rock
slabs from the sides or roof. Keras, rock utuh juga mungkin ditemui dalam kondisi
muncul melibatkan detasemen spontan dan kekerasan dari lempengan batu dari
sisi atau atap.
§ # consists of individual strata with little or no resistance against
separation along the boundaries between the strata. § # terdiri dari
strata individu dengan sedikit atau tanpa perlawanan terhadap pemisahan di
sepanjang batas-batas antara strata tersebut. The strata may or may not be
weakened by transverse joints. Strata mungkin atau mungkin tidak menjadi lemah
oleh sendi melintang. In such rock the spalling condition is quite common. Dalam
batuan seperti kondisi spalling cukup umum.
§ #$% # contains joints and hair cracks, but the blocks
between joints are locally grown together or so intimately interlocked that vertical
walls do not require lateral support. § ""&% # berisi sendi dan retak
rambut, tapi blok antara sendi secara lokal tumbuh bersama-sama atau lebih intim
saling bertautan sehingga dinding vertikal tidak memerlukan dukungan lateral. In
rocks of this type, both spalling and popping conditions may be encountered. Pada
batuan jenis ini, baik kondisi spalling dan muncul mungkin ditemui.
§ '$ #($ consists of chemically intact or almost intact rock
fragments which are entirely separated from each other and imperfectly
interlocked. § "(&# !( terdiri dari atau hampir utuh fragmen
batuan utuh kimia yang sepenuhnya terpisah satu sama lain dan saling bertautan
sempurna. In such rock, vertical walls may require lateral support. Di batu
tersebut, tembok vertikal mungkin memerlukan dukungan lateral.
§ "# but chemically intact rock has the character of crusher run. § ) "
tapi kimia batuan utuh bersifat pecah. If most or all of the fragments are as small
as fine sand grains and no recementation has taken place, crushed rock below the
water table exhibits the properties of water-bearing sand. Jika sebagian atau
seluruh fragmen yang sekecil butir pasir halus dan tidak recementation telah
terjadi, batu hancur di bawah meja pameran air sifat pasir air-bearing.
§ *" slowly advances into the tunnel without perceptible volume
increase. § &( muka !" perlahan ke dalam terowongan tanpa
meningkatkan volume jelas. A prerequisite for squeeze is a high percentage of
microscopic and sub-microscopic particles of micaceous minerals or clay minerals
with a low swelling capacity. Sebuah prasyarat untuk memeras adalah persentase
yang tinggi partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis mineral mengandung mika
atau mineral lempung dengan kapasitas pembengkakan rendah.
§ + advances into the tunnel chiefly on account of expansion. § uang
muka !",(! ke dalam terowongan terutama pada rekening
ekspansi. The capacity to swell seems to be limited to those rocks that contain
clay minerals such as montmorillonite, with a high swelling capacity. Kapasitas
membengkak tampaknya terbatas pada batu-batu yang mengandung mineral
lempung seperti montmorilonit, dengan kapasitas pembengkakan yang tinggi.
In reality, the high RQD value is not always reflecting a high quality of the rock
mass. Pada kenyataannya, nilai RQD tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas
tinggi dari massa batuan. It is usually found in intact clay-stone which is
presenting the RQD value almost 100%. Hal ini biasanya ditemukan di utuh-batu
tanah liat yang menyajikan nilai RQD hampir 100%. To avoid the mistake, we
should make a field test by breaking the core into small fragments, twist, and
bends without device and significant effort. Untuk menghindari kesalahan, kita
harus melakukan uji lapangan dengan melanggar inti menjadi fragmen kecil,
twist, dan tikungan tanpa perangkat dan upaya yang signifikan. When the core
remolded, hence the RQD value of the rock mass is not reflecting the high quality
of the rock mass. Ketika inti terbentuk kembali, maka nilai RQD dari massa
batuan tersebut tidak mencerminkan kualitas tinggi dari massa batuan.
RQD value estimation in the region is usually needed to support the geotechnical
works. RQD nilai estimasi di wilayah ini biasanya diperlukan untuk mendukung
pekerjaan geoteknik. But, the requirement is not only depend on core data when
the rock mass overviewed briefly and mapped in the region. Tapi, kebutuhan tidak
hanya tergantung pada data core ketika massa batuan tinjau sebentar dan
dipetakan di wilayah tersebut. There are two methods to estimate the RQD value
as follows: Ada dua metode untuk memperkirakan nilai RQD sebagai berikut:
(a). (A). Line Mapping, joint spacing average can be resulted from the features
number per the length of tracking. Line Pemetaan, jarak rata-rata bersama dapat
dihasilkan dari nomor fitur per panjang pelacakan. Bieniawski (1989) has
presented a correlation between joint spacing versus RQD, wherein the RQD
values can be estimated from the joint spacing average according to the derived
equation from Priest and Hudson (1976) as follows: Bieniawski (1989) telah
menyajikan korelasi antara jarak bersama versus RQD, dimana nilai-nilai RQD
dapat diestimasi dari rata-rata jarak bersama sesuai dengan persamaan yang
berasal dari Imam dan Hudson (1976) sebagai berikut:
./2334051 ./2336051
Where the Jv is number of joint per cubic meter of rock mass for whole
discontinuity (or the other term is volumetric joint count). Dimana Jv adalah
jumlah patungan per meter kubik untuk diskontinuitas massa batuan keseluruhan
(atau istilah lainnya adalah menghitung bersama volumetrik). RQD = 100% for Jv
£ 4.5. RQD = 100% untuk Jv £ 4,5.
RQD is pointed to define the in situ of rock mass quality. RQD adalah menunjuk
untuk menentukan di situ kualitas massa batuan. Carefulness of drilling process is
needed to ensure that the fracture due to drilling will be identified and neglected
in RQD value determination as well as when using the Palmström's equation for
outcrop mapping, blasting which is produce the fracture would not be involved in
Jv value estimation. Kejelian proses pengeboran diperlukan untuk memastikan
bahwa fraktur karena pengeboran akan diidentifikasi dan diabaikan dalam
penentuan nilai RQD serta ketika menggunakan persamaan Palmström untuk
pemetaan singkapan, peledakan yang menghasilkan fraktur tidak akan terlibat
dalam estimasi nilai Jv