Sunteți pe pagina 1din 7

STOMATITIS

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

Stomatitis Atfosa Rekuren atau yang lebih dikenal dengan sariawan adalah radang yang
terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan
agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.

Stomatitis atau yang lebihh di kenal dengan sariawan dapat menyerang selaput lender pipi
bagian dalam, bibir bagian dalam, liddah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipn
tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Adapula yang mengatakan
bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada mulut.

2. ANATOMI FISIOLOGI

Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, dan dasar
mulut. Struktur jarringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jarringan mukosa yang licin,
melindungi jaringan keras dibawahnya; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap dan
alat pengunyah.

Secara histology lapisan mukosa trdiri dari 3 lapisan, yaitu :

1. Lapisan Epitalium, yang melapisi bagian permukaan luar, terdiri dari berlais-lapis sel mati
yang berbentuk pipih (Datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus menerus
dari bawah dan sel-sel ini disebut dengan stratified Squamous Epithelium
2. Membrane bassalis yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephithelium dengan
lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastic.
3. Lamina propria, pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf , rasa sakit, raba, suhu, dan
cita rasa

Selain ujung-ujung sara tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan iimfe dan elemen-
elemen enghasil secret dari klenjar-kelenjar ludah yang kecil. Kelenjar ludah yang haluss terdapat
di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali mukosa
guzi daerah retromolar. Disamping itu lamina proria ini sebagian besar terdiri dari serabut
kolagen, serabut elastin dan serabut sel-sel daerah yang penting untuk pertahanan melawan
infeksi. Jadi mukosa ini menghasilkan secret yang bersifat protektif dan sensitive.

Mulut merupakan pintu masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang


bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit
tetapi merupakan kondisi herediter. Padda keaddaan normal didalam rongga mulut terdapat
bermacam-macam kuman yang merupakan bagian dari pada “Flora Mulut” dan tidak
menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun,
maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi pathogen dan menimbulkan gangguan atau
menyebabkan berbagai infeksi atau penyakit. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan
mekanik (Trauma/Cedera). Gangguan kimiawi atau termik, defesiensi vitamin, kekurangan darah
atau anemia, dsb.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga
dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan factor psikis dan
hormonal. Ini semua dapat terjadi pada gangguan mulut yang disebut “Stomatitis”

3. PATOFISIOLOGI
Identifikasi terutama pada klien dengan resiko tinggi dapat memungkinkan dokter gigi
untuk memulai evaluasi pra-perawatan ddan melakukan tindakan profilaktis yang terukirr untuk
meminimalisir morbidditas dan insiden yang memungkinkan toksisitas pada rongga mulut. Factor
resiko yang paling utama pada perkembangan kompllikasi oral selama perawatan adalah pra-
kehadiran ppenyakit mulut dan gigi. Perhatian yang sangat kurang terhadap rongga mulut selama
terapi dan factor lain dapat berpengarruuh pada ketahanan dari rongga mulut.

Factor resiko yang lain addalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology),
penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area radiasi,
dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi myelosuppresi) serta
umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan
restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi
terhadap berkembangnya infeksi local dan sistemik, kolonisasi bakteri, dan jamur dar alkulus,
plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan pengunaan alat-alat
kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur untuk organism opportunistic dan
pathogenikstik yang mungkin berkembang pada infeksi local dan sistemik.

Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang melekat pada gigi, membuat lapisan
mulut yang buruk, menebal dan mengalami atropi kemudian menghasilkan ulserasi local
(Stomatitis)

4. ETIOLOGI

Stomatitis merupakan penyakit yang di akibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan
saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan candidi albicans
bukanlah jamur aneh dan berbahaya.

Hamper disetiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa dan
alat kelamin, namun addanya janur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu jamur ini
lebih dikenal dengan sebutan jamur monolia. Jamur ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan
daya tahan tubuh manusia (Imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri
lainnya berkurang.

Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bissa mengindikasi penyakit yang
lebih berat. Meski penyakit ini tidak begitu beat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari.

Sampai saat ini penyebab utama dari sariawan belum diketahui. Namun para ahli telah
menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini, diantaranya yaitu :

Penyebabnya yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :

- Kebersihan mulut yang kurang


- Letak susunan gigi
- Makanan/minuman yang panas dan pedass
- Rokok
- Pasta gigi yang tidak cocok
- Lipstick
- Infeksi jamur
- Overhang tambahan atau karies, ptotesa (Gigi Tiruan)
- Luka padda bibir akibat tergigit/benturan.

Bagian dari penyakit sistemik yaitu :

- Reaksi alergi : sariawan timbul setelah memakan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan inni berbeda untuk tiap-tiap penderita
- Hormonal Imbalance
- Stress mental
- Kekurangan vitamin B12 dan mineral
- Gangguan pencernaan
- Radiasi

Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini. Ada pula
yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut dan
imunologik sangat erat hubungannya dengan psikologis (Stress).

Factor psikologis (Stress) telah disselidiki berhubungan ddengan timbulnya stomatitis


(Sariawan) disebagian besar masyarakat.

5. TANDA GEJALA

Stomatitis di tandai dengan gejala berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau
dua hari yang kemudian bisa menimmbulkan luka (Ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang
ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut
sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat seseorang yang terkena
susah makan, minum ataupun sulit dalam berkomunikasi.

Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan liur. Biasanya sariawan inni
akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4 – 20 hari. Bila penyakit ini tidak sembuh selama
20 hari maka penderita harus ddiperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada ssel kankernya
atau tidak.

a. Masa prodmoral atau penyakit 1-24 jam :


Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium pre Ulcerasi
Adanya edema/peembengkakan setempat dengan tebentuknya macula pavula serta terjadi
peninggian 1-3 hari
c. Stadium ulceerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan
edema beerbedda yaitu 1- minggu.

Gambaran klinis dari stomatitis

a. Lesi bersifat Ulcerasi


b. Bentuk oval/bulat
c. Sifat tersebar
d. Batasnya jelas
e. Biasa sendiri-sendiri (Singulas) dan kelompok (Multiple)
f. Tep merah
g. Lesi dangkal
h. Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

6. KLASIFIKASI

7. PENCEGAHAN

Mencegah Stomatitis dengan mengetahui penyebabnya, sehingga kita dapat menghindaari


timbulnya stomatitis, yaitu dengan :

1. Menjaga kebersihan mulut


2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin
C, dan zat beesi
3. Menghaddapi stres dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut dengan menggosok gigi atau saat menggigit makanan
5. Menghindari makanan yang terlalu pannas atau terlalu dingin
6. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbbulkan reaksi
alergi padda rongga mulut.

8. PENATALAKSANAAN

a. Hindari makanan yang semakin meemperburuk kondisi seperti cabai


b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersiha mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama
makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi
d. Hindari stress
e. Pemberian antibiotic
Disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selai diberikan emolien topical, seperti
orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 ulcerasi minor. Pada kasus yang lebih berat
dapat diberikan Kortikosteroid, seperti Trimsnolon atau Fluosinolon Topical, sebanyak 3-4
x/hari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian Tetracilin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi bila tidak ada responsive terhadap
Kortikosteroid atau Tracilin, dapat diberikan Dakson dan bila gagal juga maka diberikan
Talidomid

9. PENGOBATAN/TERAPI
Bentuk-bentuk pengobatan stomatitis :
a. Obat kumur
b. Obat-obat pelindung
c. Anasteetik local
d. Obat anti bakteri atau anti jamur
e. Kortikosteroid

Untuk mengatasi penyakit ini dapat menggunakan beberapa jenis obat baik dalam bentuk salep,
obat tetes maupun obat kumur. Saat ini sudah terseddia pasta gigi yang dapat mengurangi
terjadinya stomatitis, jika ternyata stomatitis sudah terlanjur parah, dapt digunakan antbiotik dan
obat penurun panas (Bila disertai demam), stomatitis umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari.
Namun bila sstomatitis tidak kunjung sembuh, segera periksa ke dokter karena hal itu menjadi
gejala awal terjadinya kanker mulut.

Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala local dengan kummur air hangat dicampur garam (Jangan meenggunakan
antiseptic karena penyebabnya iritasi) dan enghilang rassa sakit topical. Pengobatan stomatitis
aphtosa terutama penghilang rasa sakit topical.

Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari factor pencetus.


Dapat digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu :
1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 Meg perminggu untuk bulan pertama dan kemudian
1000meg/bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 di bawah 100pg/ml, pasien
dengan neuropathy peripheral atau animia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
social ekonomi bawah.

2. Tablet vitamin B12 sublingual (100mg) perhari.


Tidak ada perawatan lain yang diberikan penderita RAS selama perawatan dan pada waktu
follow up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan - 4bulan

10. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pengolesan lesi dengan Toluidin biru 1% topical dengan swab atau kuumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsy

Pemeriksaan laboratorium
a. WBC menurun pada stomatitis sekunder
b. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dan herpes simplek stomatitis
c. Pemeriksaan kultur baktteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatit.

B. konsep dasar keperawatan


1. pengkajian

1. identitas (data biografi)


Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20 sampai 40 tahun
lebih cenderung pada wanita, kelompok sosiaal ekonomi tinggi, penderita stress,
atau mempunyai riwayat kesehatan pada keluarga.
2. riwayat sakit dan kesehatan
Stomatitis bias terjadi pada seseorang karena intoleransi dengan pasta gigi,
penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam,
mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B, vitamin B12 dan
mineral.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan system imun menurun
sehingga lebihh mudah terkena stomatitis.

4. Riwayat penyakit keluarga


Kaji apakah ada rwayat peenyakit keluarga yang bsa menyebabkan terjadinya
stomatitis.
Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penebab utama dari SAR (Stomatitis aftosa
rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak yang orangtuanya menderita sar lebih rentan untuk mengalami sar juga.
5. Pengkajian Psikososial
Stress, gaya hidup (Alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan penampilan dari rongga
mulut terhadap bodu image dan sex.
6. Pengkajian liingkungan rumah dan komunitas : lingkungan yang panas dan sanitasi
lingkungan yang buruk.
7. Riwayat nutrisi : kurang meengkonnsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya
mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.

8. Riwayat pertumbuhan perkembangan


a. pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan
kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurag (energy/kalori
yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan)
b. penurunan berat badan
biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami penurunan berat badan karna
intake nutrisi yang kurang.

9. pemeriksaan fisik
 Bibir
Dimulai dengan infeksi terhadap bibir untuk kelembaban, hidrasi, warna, tekstur,
simitrisitas, dan adanya ulserasi atau fisurasi

 Gusi
Inspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, ratraksi, dan perubahan warna

 Lidah
Dorsal (Punggung) diinspeksi untuk tekstur , warna dan lesi.

 Rongga mulut, inspeksi bagian mulut terhadap lesi, bercak putih terutama
pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-
langit

Serta lakukan pemeriksaan terhadap :


B1 (Breath) : bau napas, RR normal
B2 (Blood) : Hemorrhage (pendarahan) akibat kerusakan membrane mukosa oral, resiko
kekurangan volume darah.
B3 (Brain) : nyeri
B4 (Bladder) : secara umum tidak mempengaruhi kecualii jika ada kondidi dehidrasi kibat
intake cairan yang kurang.
B5 (Bowel) : mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu
sensasi rasa luka atau rasa bakar (Khususnya melibatkan lidah )
-hiperrsalivasi
-perubahan kulit mukosa oral, tampak bengkak dan kemerahan (Hiperemi)
B6 (Bone) : kondisi fisik yang lemah sebagai intake nutrisi yang kurang

10. analisa data


Data etiologi masalah
Data subjektif :
Pasien mengeluh nyeri saat mengunyah makanan
Data objektiff :
-Antropometri : penurunan berat badan
-Klinik : perubahan ulit mukosa oral (Bengkak dan kemerahan)
-Diet : makan tidak habis napsu makan menurun
Intolerransi pasta gigi, kurang vitamin C, oral hygene yang buruk kerusakan vaskuler,
seluler, dan matrik.
Perubahan mukosa
Napsu makan menurun
Resiko kekurangan nutrisi

Data subjektif :
Pasien mengatakan napsu makan berkurang
- Suhu tubuh naik
- Adanya lesi di membrane mukosa oral
- Membrane mukosa tampak bengkak dan kemerahan
Alergi dan defesiensi imunologi
Inflamassi (peradangan)
Pelepasan mediator inflamasi (Prostalgadin)
Nyeri
Perubahan membrane mukosa oral

Data Objektif :
Mukosa mulut tampak bengkak dan memerah (Hiperemi)
Kerusakan Vaskuler, seluler dan matrik
Perubahan membrane mukosa oral
Timbul lesi
Nyeri
Gangguan komunikasi verbal

Data subjektif :
Pasien mengeluh lesu, lemas (Malaise)

Data objektif :
- Membrane mukosa kering
- Tekanan turgor turun
- Suhu badan naik
Inflamasi
Metabolism meningkat
Hiperterni
Intake cairan kurang
Resiko kekurangan cairan

Data subjektif :
Pasien gelisah

Data objektif :
- Perubahan mukosa oral
- Suhu tubu naik
- Membrane mukosa bengkak dan kemerahan intoleransi pasta gigi, kurang vitamin C,
oral hygene yang buruk peradangan (Inflamsi)
Kerusakan membrane mukosa
Nyeri

S-ar putea să vă placă și