Sunteți pe pagina 1din 7

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 PEMBAHASAN JURNAL UTAMA

Penderita hemofilia tidak bisa menjalankan aktivitas berat. Aktivitas biasa orang pada
umumnya bisa menjadi aktivitas berat pada penderita hemofilia. Apabila penderita hemofilia
menjalani aktivitas berat maka penderita merasakan sakit, nyeri ataupun pedih pada persendian
yang menjadi titik tumpu didalam aktivitas yang dijalankan. Penulis melakukan wawancara
kepada beberapa penderita hemophilia di Pekanbaru, dan jawaban mereka mengenai konsep
dirinya masing – masingpun beragam. Ada yang menunjukan konsep diri yang positif namun ada
pula yang negative. Seseorang di golongkan memiliki konsep diri pribadi positif bila
memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri, dan memiliki
berbagai kemampuan. Sebaliknya ia di golongkan memiliki konsep diri negatif apabila ia
memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimistis, tidak mampu mengontrol diri
dan memiliki berbagai macam kekurangan.

Peneliti menjabarkan dan membagi pengalaman komunikasi yang terjadi pada penderita
hemofilia ini kedalam 2 kategori sebagai berikut:
a. Pengalaman komunikasi menyenangkan
Pengalaman komunikasi menyenangkan di artikan sebagai hal-hal pada penderita hemofilia
yang di anggap memberikan rasa bahagia dan memberikan dampak positif terhadap penderita
hemofilia yang menjalaninya. Diantara penderita hemofilia dengan orang yang sehat pada
umumnya tentu terdapat perbedaan dalam hal pengalaman komunikasi yang di anggap
menyenangkan.
b. Pengalaman komunikasi tidak menyenangkan.
Meskipun dapat menyikapi dengan baik penderita hemofilia tidak menyangkal bahwa
terdapat beberapa pengalaman komunikasi yang tidak menyenangkan pula dalam kehidupan
sehari mereka. Tidak mudah memang bila pada kondisi penderita hemofilia dengan segala
keterbatasannya. Dengan adanya banyak hal-hal yang tidak menyenangkan yang dirasakan
oleh informan penelitian dalam hal ini penderita hemofilia.
Dalam jurnal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa penderita untuk mengetahui
serta membandingkan respon mereka terhadap konsep dirinya yang merupakan penderita
hemophilia.

1.2 TUJUAN JURNAL

Tujuan awal pembuatan jurnal ini adalah berawal dari ketertertarikan penulis untuk
mengetahui konsep diri yang ada pada penderita hemofilia dalam menjalani kehidupan sehari-
hari dengan segala keterbatasannya, mereka masih bisa bertahan untuk menjalani hidup yang
sebagian besar membutuhkan kekuatan fisik. Disini penulis tertarik untuk menggali lebih dalam
lagi informasi tentang konsep diri yang ada pada penderita hemofilia. Pengertian umum konsep diri
adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita (Mulyana, 2002:7). Melalui komunikasi antarpribadi,
individu menerima informasi dari orang lain tentang siapa dan bagaimana dirinya. Banyak pengertian
yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan
bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Agustiani (2006) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari
interaksi dengan lingkungan. penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
konsep diri penderita hemofilia di Pekanbaru dalam perspektif fenomenologi.

1.3 BAHAN DAN METODE

Objek penelitian ini adalah konsep diri penderita di Pekanbaru. Penentuan Informan
dilakukan dengan cara Snowball. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki informan kunci yaitu dr.
Elmi Ridar SpA sebagai dokter yang menangani penyakit kelainan darah sekaligus penanggung
jawab dari Rumah Singgah Baiduri. Proses analisis dapat dilakukan semenjak data dikumpulkan.
Pengolahan dan analisa data ini dilakukan dengan tetap mengacu pada teori-teori yang
berhubungan dengan masalah dan kemudian akan ditarik kesimpulan dan disertai dengan saran-
saran yang dianggap perlu. Data yang diperoleh akan dikumpulkan, dikategorikan dan
disesuaikan polanya terhadap permasalahan yang ada, data yang diperoleh akan disajikan dalam
bentuk uraian deskripsi yang disusun secara sitematik agar mudah dipahami.
Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif mengarah pada
pendekatan deskriptif, yaitu memberikan gambaran situasi serta menganalisis data-data
berdasarkan survey dilapangan. Untuk mendapatkan kesimpulan yang objektif, penelitian
kualitatif mencoba mendalami dan menerobos gejalanya dengan menginterpretasikan masalah
atau mengumpulkan kombinasi dari berbagai permasalahan sebagaimana disajikan situasinya.

1.4 DISKUSI

Ciri-ciri hemofilia pada umumnya tidak terlihat secara fisik bahwa dia penderita hemofilia.
Namun, bisa diamati dengan beberapa gejala, yaitu persendian mengalami pembengkakan atau
timbulnya luka lebam. Faktor lingkungan sosial yang di alami oleh penderita hemofilia
mempengaruhi konsep dirinya sebagai mahkluk sosial. Agustiani (2006) menjelaskan bahwa
konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan.

Pengalaman komunikasi juga menjadi salah satu pembentuk dalam konsep diri pada
penderita hemofilia. Pengalaman komunikasi yang membentuk dari konsep diri penderita
hemofilia ada dua yaitu :

1. Pengalaman komunikasi yang menyenangkan, yang terjadi pada masa lalu dan masa
sekarang akan membentuk konsep diri dari penderita hemofilia, diantara komunikasi yang
menyenangkan terjadi pada lingkungan rumah, sosial, pergaulan sehari-hari, ataupun pada
orang terdekat atau yang disayangi. Salah satu bentuk pengalaman komunikasi
menyenangkan pada penderita hemofilia di Pekanbaru adalah adanya rasa bangga dan senang
yang terjadi pada penderita hemofilia. Seperti diungkapkan oleh salah satu informan sebagai
berikut:
“pas skripsi kemarin aku senang pas dirumah keluarga kasi motivasi dan doa yang baik
untuk ujian kemarin, soalnya dulu pas kuliah di unpad gara-gara sakit harus balik kesini,
trus sekarang baru selesai di UNRI perjuangannya berat untuk lulus, ya aku bangga ternyata
aku bisa selesaikan”. (Wahyu, 14 Juni 2015).
2. Pengalaman komunikasi yang tidak menyenangkan, Meskipun dapat menyikapi dengan baik
penderita hemofilia tidak menyangkal bahwa terdapat beberapa pengalaman komunikasi
yang tidak menyenangkan pula dalam kehidupan sehari mereka. Tidak mudah memang bila
pada kondisi penderita hemofilia dengan segala keterbatasannya. Dengan adanya banyak hal-
hal yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh informan penelitian dalam hal ini
penderita hemofilia. Salah satu bentuk pengalaman komunikasi tidak menyenangkan pada
penderita hemofilia adalah tindakan celaan yang dirasakan oleh seorang Informan sebagai
berikut :
“di unpad aku telat perwalian sama PA pak Asep namanya, jadi ceritanya, maaf pak saya
baru balik dari pekanbaru saya sakit hemofilia maksud akukan menceritakan keadaan aku,
jadi kalo kami penderita hemofilia dulu sekolah harus di bilang sama gurunya bahwa saya
hemofilia, mungkin karna kita kuliah lebih terbuka ngomongnya, trus dosennya bilang
kenapa kuliah disini kalo sakit gitu, trus aku bilang sama dia trus kalo saya sakit gak boleh
kuliah disini pak, trus jadi dosen-dosen yang lain mungkin dengarkan udah habis disitu aja
trus di tanda tanganinya perwalian aku. Sementara penderita hemofilia justru enak di
bandung, soalnya ada perkumpulannya obatnya lebih gampang kalo di riau lebih susahlah”.
(wahyu, 14-06-2015),

Dari hasil yang telah dipaparkan di atas yang diperkuat dengan hasil wawancara secara
mendalam dengan informan di ketahui bahwa terdapat beberapa bentuk pengalaman komunikasi
pada penderita hemofilia yang terwujud dalam bentuk pengalaman komunikasi menyenangkan
dan tidak menyenangkan. Bentuk-bentuk pengalaman tersebut dapat muncul dari lingkup terkecil
dari keluarga dan lingkungan dari seorang penderita hemofilia.

1.5 INTERVENSI YANG DITERAPKAN

Untuk mengatasi konsep diri negative pada pasien dapat dilakukan beberapa intervensi
sebagai berikut:

1. Memberi kesadaran pasien akan pentingnya keinginan atau semangat hidup yg tinggi
2. Meningkatkan sensitifitas pasien terhadap dirinya dengan memberi perhatian, membangun
harga diri dengan memberi umpan balik positif atas penyelesaian yg dicapai, menghargai
privacy dan mendorong pasien untuk melakukan latihan yg membangkitkan harga dirinya.
3. Membantu pasien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mendorong untuk
mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif.
4. Memberi kesempatan untuk melakukan aktifitas sosial yg positif. Mendorong pasien untuk
berhubungan dengan teman,kerabat dekat dan terlibat aktifitas sosial. Jangan biarkan pasien
mengisolasi diri.
5. Memberi kesempatan mengembangkan ketrampilan sosial & vokasional dengan mendorong
sikap optimis dan berpartisipasi dlm segala aktifitas

Sedangkan untuk intervensi untuk pasien hemophilia yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Terapi Gen
Pemberian Infus protein telah menjadi pengobatan andalan bagi para penderita hemofilia
sejak berabad-abad ini. Para peneliti saat ini telah menjalani percobaan pengobatan terbaru
yang dapat memperbaiki cacat genetik penderita. Hemofilia disebabkan oleh cacat gen dalam
organ hati. Dengan terapi gen, penderita dapat menerima infusi gen faktor pembekuan darah
pada organ hatinya. Hasilnya adalah gen akan mereproduksi, dan menjadi bagian dari tubuh
penderita. Terapi Gen ini masih akan terus dikembangkan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama. Pada saat pengembangan terapi gen ini terus berjalan, disisi lain pengobatan
melalui pemberian infus protein pun juga akan mengalami perkembangan yang lebih baik.
b. Jelly Gamat Gold G
Obat Untuk Penyakit Hemofilia sebagai solusinya. Pasalnya, obat hemofilia herbal Jelly
Gamat Gold G ini memiliki banyak kandungan yang mafaat dan khasiatnya bagus untuk
mengobati penyakit hemofilia. Selain itu, obat herbal Jelly Gamat Gold G ini juga dibuat dari
100% bahan alami yang efektif dan aman mengobati penyakit hemofilia tanpa menimbulkan
efek samping.
c. Penanganan luka kecil
Jika mengalami luka kecil yang berdarah, gunakanlah perban atau kasa dingin (diberi es)
agar pendarahan mengecil dan cepat berhenti.
d. Gaya Hidup dan Rawatan di rumah
Ini dapat membantu menghindari perdarahan yang berlebihan dan dapat melindungi sendi :
- Berolahraga secara teratur.
Kegiatan seperti berenang, naik sepeda dan berjalan dapat membangun otot sekaligus
melindungi sendi. Namun olah raga yang melibatkan kontak fisik seperti sepakbola, hoki
atau gulat -tidak aman untuk orang dengan hemofilia.
- Hindari obat-obatan tertentu.
Obat yang dapat memperburuk perdarahan antara lain aspirin dan ibuprofen. Oleh karena
itu, sebaliknya gunakanlah acetaminophen (parasetamol), yang aman untuk
menghilangkan rasa sakit ringan dan ketika demam. Selain itu hindari juga obat-obatan
tertentu yang memiliki efek mengencerkan darah, seperti heparin dan warfarin.
- Jaga kebersihan gigi dan mulut.
Hal ini dapat membantu agar tidak memerlukan pencabutan gigi karena gigi yang rusak.
Pencabutan gigi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan.
- Melindungi anak dengan hemofilia dari luka yang bisa menyebabkan perdarahan.

1.6 DAMPAK YANG TIMBUL BILA MASALAH TIDAK DIATASI

Dampak yang mungkin akan timbul bila konsep diri negatif pasien hemophilia tidak diatasi
maka dapat menyebabkan harga diri rendah, kurangnya motivasi untuk sembuh, isolasi sosial
bahkan bisa sampai resiko bunuh diri apabila pasien tidak bisa mengatasi tekanan yang diberikan
di lingkungannya.

Sedangkan dari segi penyakit yang diderita, yaitu hemophilia, apabila tidak diatasi dapat
menyebabkan :

a. Timbulnya inhibitor. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat
faktor VII atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurnya.
b. Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang.
c. Infeksi yang ditularkan oleh darah seperti HIV, hpertensi B dan hipertensi C yang ditularkan
memaluli konsentrat faktor pada waktu sebelumnya. Penderita hemofilia berisiko mengalami
infeksi, terutama jika melakukan transfusi darah.
d. Perdarahan internal. Perdarahan ini dapat terjadi di dalam otot dan menyebabkan tungkai
membengkak.
e. Hematuria (air kencing berwarna merah), bila gumpalan darah terjadi di saluran kemih dapat
menyebabkan nyeri kolik ringan sampai berat karena urin tidak dapat mengalir keluar dengan
lancer (obstruksi).
f. Perdarahan saluran pencernaan, kelainan yang timbul dapat berupa adanya darah pada feses
dan muntah. Kehilangan darah secara kronis akibat ini dapat menyebabkan anemia pada
pasien.
g. Perdarahan intrakranial atau perdarahan otak; gejala sakit kepala, muntah tanpa sebab yang
jelas, kejang, penurunan kesadaran.

S-ar putea să vă placă și