Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Jawaban :
a. Analgetik/ Analgetik Antipiretik
Merupakan golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti nyeri kepala,
gigi, dan sendi. Obat golongan analgetik umumnya juga mempunyai efek antipiretik,
yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obat golongan
analgetik-antipiretik.1
Asam Asetilsalisilat
Indikasinya untuk meringankan rasa sakit gigi. Tablet 80 mg, 160 mg, 500
mg. Dosis 3 kali sehari. Kontraindikasi tidak untuk penderita penyakit tukak
lambung, ulkus peptikum, asma, alergi, demam berdarah, terapi antikoagulan,
serta yang hipersensitif terhadap derivat asam salisilat.
Asam Mefenamat
Indikasinya untuk meringankan rasa sakit gigi dan menurunkan panas.
Tablet/kaplet 250 mg, 500 mg. Dosis 3-4 kali sehari. Dapat menyebabkan
diare, mual, kolik usus, serta gangguan pada tukak lambung dan usus.
Kontraindikasi yaitu tidak dianjurkan untuk wanita hamil, penderita gangguan
fungsi ginjal, anak di bawah 14 tahun, dan penderita dengan luka pada saluran
cerna.
Asetaminofen
Indikasinya untuk meringankan rasa sakit gigi dan menurunkan panas. Sirup
120 mg/5 ml, tablet 250 mg, tablet 500 mg. Dosis 3-4 kali sehari. Dapat
menyebabkan mual, muntah, gangguan fungsi hati atau ginjal, kontraindikasi
untuk penderita penyakit hati dan ginjal serta yang hipersensitif terhadap
Asetaminofen.
Ibuprofen
Indikasinya untuk menurunkan panas dan meringankan sakit gigi. Sirup
100mg/5ml, 200mg/5ml, tablet 100 mg, 200 mg. Dosis 3-4 kali sehari 200
mg. Harus diminum setelah makan. Dapat menyebabkan gangguan saluran
pencernaan, diare, nyeri lambung, ruam kulit, penyempitan bronkus,
trombositopenia, penurunan ketajaman penglihatan, dan kesulitan
membedakan warna. Kontraindikasi tidak untuk anak di bawah 1 tahun,
penderita ulkus peptikum, serta yang hipersensitif terhadap ibuprofen.
Parasetamol
Indikasinya untuk meringankan rasa sakit gigi dan menurunkan panas. Sirup
120 mg/5 ml, tablet 250 mg, tablet 500 mg. Dosis 3-4 kali sehari.
Kontraindikasi tidak untuk yang hipersensitif terhadap parasetamol, gangguan
fungsi ginjal dan hati. Dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan
kerusakan hati.
Tramadol
Indikasinya untuk mengurangi rasa sakit gigi berat. Kapsul 50 mg. Dosis
maksimal 400 mg/hari. Kontraindikasi untuk yang hipersensitif, intoksikasi
akut dengan alkohol, hipotika, analgetik, serta obat yang mempengaruhi
sistem saraf pusat. Dapat menimbulkan ketergantungan, gangguan
konsentrasi, resiko kejang pada penderita trauma kepala, mual, muntah,
obstipasi, sedasi, pusing pruritus, dyspepsia, mulut kering, lelah, berkeringat,
dan sakit kepala. Tidak untuk penderita gangguan fungsi hati, hipersekresi
bronkus, wanita hamil, dan wanita menyusui.2
b. Antibiotik
Merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri.1
Ampisilin
Ampisilina anhidrat/trihidrat Amoksilina trihidrat untuk infeksi pada gigi dan
rongga mulut akibat bakteri gram positif dan negatif yang peka terhadap
sediaan ini. Sirup 125 mg/5 ml, kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg. Dosis 3-4 kali
sehari. Dapat menyebabkan mual, muntah, diare, reaksi hipersensitif.
Kontraindikasi tidak untuk yang hipersensitif terhadap penisilina, perlu
waspada pada pemberian untuk wanita hamil, penderita gangguan fungsi hati,
ginjal, dan darah. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super
infeksi terutama pada saluran pencernaan.
Amoksilin
Amoksilina trihidrat untuk infeksi pada gigi dan rongga mulut akibat bakteri
gram positif dan negatif yang peka terhadap sediaan ini. Sirup 125 mg/5 ml,
kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg. Dosis 3-4 kali sehari. Dapat menyebabkan rasa
mual, muntah, diare, reaksi alergi, serta super infeksi pada pemberian jangka
panjang. Kontraindikasi tidak untuk yang hipersensitif terhadap penisilina,
perlu waspada pada pemberian untuk wanita hamil, penderita gangguan fungsi
hati, ginjal, dan darah.
Klindamisin
Klindamisin HCl untuk infeksi pada gigi dan rongga mulut yang disebabkan
bakteri anaerob, serta strain streptokokus, pneumokokus, dan stafilokokus.
Kapsul 150 mg, 300 mg. Dosis 3 kali sehari. Dapat menyebabkan abdominal
pain, jaundice, dan lekopenia. Kontraindikasi tidak untuk penderita yang
hipersensitif terhadap sediaan ini, penderita diare, gangguan fungsi hati,
ginjal, serta tidak untuk infeksi ringan.
Linkomisin
Linkomisina HCl untuk infeksi pada gigi dan rongga mulut yang disebabkan
oleh bakteri yang peka terhadap Linkomisina seperti Streptococcus,
Staphylococcus, dan Pneumococcus. Sirop 250/5 ml, kapsul 500 mg. Dosis 3-
4 kali sehari 500 mg. Dapat menyebabkan diare, mual, muntah, nyeri
lambung, gatal-gatal, serta gangguan fungsi hati, ginjal dan jumlah hitungan
darah pada pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi tidak dianjurkan untuk
infeksi ringan, pasien dengan riwayat penyakit gastrointestinal, asma, ibu
hamil atau menyusui, serta penderita yang peka terhadap Linkomisin dan
Klindamisin.
Metronidazole
Infeksi akibat bakteri anaerob. Kapsul/kaplet 250 mg, 500 mg. Dosis 3 kali
sehari. Dapat menyebabkan gangguan pencernaan makanan, gangguan cita
rasa, sakit kepala, kemih berwarna gelap, neuropati periperi, pruritis, pening,
mual, dan muntah. Kontraindikasi tidak untuk wanita hamil trimester pertama,
penderita diskrasia darah, penyakit susunan saraf pusat, dan yang hipersensitif
terhadap sediaan ini. 2
Diflucan
Flukonazol 50 mg untuk kandidiasis mukosa. Kapsul 100 mg, dosis lazim 150
mg per hari. Dapat menyebabkan toksisitas hepar, mual, diare, nyeri perut,
sakit kepala, perubahan dalam renal dan hematologi. Kontraindikasi tidak
untuk wanita hamil atau menyusui, pasien yang sensitif terhadap Flukonazol
dan senyawa azolum sejenis. Selama pemakaian obat ini tidak mengendarai
kendaraan atau menjalankan mesin.2
d. Anti Halitosis
Deorum
Ekstrak Mushroom 30 mg untuk menghilangkan nafas tak sedap dan bau
badan. Kapsul dalam dos berisi 10x10. Dosis tidak disebutkan.
Smelo
Ekstrak jamur untuk menghilangkan napas tak sedap dan bau badan. Tablet
hisap 8 mg. Dosis 2x2 sehari.2
e. Anti Inflamasi
Alloclair
Aqua, Maltodextrin, propylene glycol, polyvinylpyrrolidone, ekstrak aloe
vera, kalium sorbate, natrium benzoate, hydroxyethylcellulose, PEG 40,
hydrogenated castor oil, disodium edetate, benzalkonium Cl, saccarin Na,
natrium hyaluronate, glycyrrhetic acid. Mengatasi stomatitis aftosa, lesi
traumatik akibat kawat gigi atau gigi palsu. Gel dalam tube 8 ml. Dosis 1-2
tetes diatas ulkus/lesi 3-4 kali sehari. Sampai 1 jam setelah penggunaan
dilarang makan dan minum.
Deksametason
Mengurangi inflamasi. Tablet 0,5 mg. Dosis 3 kali sehari. Dapat
menyebabkan mata kabur pada penderita katarak, edema, gangguan siklus
haid, gangguan elektrolit cairan tubuh, hipoglisemia, sakit kepala, mual, dan
muntah. Pada pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan insufisiensi
adrenal akut. Tidak untuk penderita tukak peptik, osteoporosis, psikosis,
penderita herpes simpleks, tuberculosis, diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi,
dan mata hipertensi.
Kalium Diklofenak
Mengurangi inflamasi. Tablet 25 mg, 50 mg. Dosis 3 kali sehari. Dapat
menyebabkan nyeri, mual, muntah, diare, urtikaria, eritema, sakit kepala,
pusing, tukak peptik, diatesis hemoragi, gangguan hematopoietik, peradangan
usus, dan ruam kulit. Tidak untuk anak-anak, pasien yang diberi Asam
asetilsalisilat, pasien dengan serangan asma, ulkus peptikum, wanita hamil,
dan yang hipersensitif terhadap Diklofenak.
Triamcinolone Acetonide
Triamsinolon asetonida 0,1% untuk stomatitis dengan tukak kecil, lichen
planus, serta tukak akibat pemakaian obat tertentu.
Kenalog*/Ketricin*/Sinocort* salep dalam tube 5 g. Dioles tipis pada mukosa
setelah makan dan sebelum tidur. Tidak untuk tukak yang disebabkan virus
atau TBC, tidak untuk yang hipersensitif terhadap Triamsinolon asetonida.
Prednison
Mengurangi inflamasi. Tablet 5 mg. Dosis 3 kali sehari. Dapat menyebabkan
gangguan elektrolit cairan tubuh, hipoglisemia, hipertensi, sakit kepala, mual,
muntah, depresi, bingung, mata kabur, serta tidak bisa tidur. Tidak untuk
penderita penyakit jiwa, TBC, Herpes Simpleks, tukak lambung, jantung,
ginjal, tekanan darah tinggi. Pemakaian terus-menerus dapat mengganggu
pertumbuhan, hindari penghentian obat tiba-tiba.2
f. Antiseptik
Listerine
Timol 0,06%, eukaliptol 0,09%, mentol 0,04%, metilsalisilat 0,05%, alkohol
22,86% untuk antiseptik luka. Larutan dalam botol 30 ml, 115 ml, 200 ml, 400
ml. Dosis tidak disebutkan.
Minosep
Clorheksidine 0,2% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak,
sariawan, angina vincent, rasa sakit setelah perawatan periodonsia,
perikoronitis, faringitis. Obat kumur dalam botol 60 ml. Dosis 15 ml obat
kumur dikumur tiap pagi dan malam hari.
Povidon Iodida 1%
Mencegah dan mengobati infeksi tenggorokan, amandel, sariawan, profilaksis
sebelum dan sesudah operasi dalam mulut. Betadine gargle* : obat kumur
dalam botol 190 ml, 100 ml, Forinfec*: larutan dalam botol 120 ml, Isodin
Gargle*/Kemodin*/Molexdine*/Sterox*: obat kumur dalam botol 190 ml. 3-4
kali sehari dikumur selama 3 detik, Neo Iodine Gargle*/Forinfec*/Septadine*:
obat kumur dalam botol 200 ml, Septadine: obat kumur dalam botol 100 ml,
Scansepta* obat kumur dalam botol 250 ml, Orodin*: obat semprot 15 ml.2
g. Antivirus
Asiklovir
Kaplet 200 mg. Dosis 5 kali sehari 200 mg selang 4 jam tanpa pemberian di
malam hari untuk penderita Herpes Simpleks, 5 kali sehari 800 mg selang 4
jam tanpa pemberian di malam hari untuk penderita Herpes Zoster. Dapat
menyebabkan ruam kulit, reaksi neurologis, mual, muntah, diare, sakit perut,
peningkatan bilirubin, ureum, kreatinin, serta enzim-enzim yang berhubungan
dengan hati. Tidak untuk penderita gangguan fungsi ginjal, kelainan kreatinin,
usia lanjut, wanita hamil atau menyusui.
Viru-Merz
Tromantadine Hydrocloride 10 mg untuk infeksi herpes simpleks pada kulit
atau mukosa. Salep dalam tube 10 mg.2
h. Vitamin dan Mineral
Natrium Fluoride
1 mg/tablet untuk menguatkan email dan mencegah gigi berlubang. Tablet 1
mg. Dosis 0,25 mg/hari untuk <2 tahun, 0,5 mg/hari untuk 2-3 tahun, 1
mg/hari untuk >12 tahun. Vinafluor*, Fluoricare*. Jangan digunakan bila
kadar fluoride dalam air lebih dari 7 ppm.
Radivit
Beta carotene 5 mg, vitamin E 30 mg, vitamin C 500 mg, selenium 50 mcg,
Zn 10 mg untuk defisiensi Vitamin A, E, C, Selenium, dan Zn. Dosis 1 kapsul
sehari.
Vitamin B
Terdiri dari B1, B2, B6, B12 untuk pengobatan defisiensi Vitamin B. Berita
bersamaan saat makan untuk mengurangi perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan.
Vitamin C
Asam askorbat untuk gejala sariawan, perdarahan dan peradangan pada gusi.
Tablet 50 mg, 100 mg, 200 mg, 250 mg. Dapat menyebabkan diare. Tidak
untuk penderita batu ginjal.
Vitamin E
Thocopherol acetate untuk pengobatan defisiensi vitamin E. Dosis 1-2 kapsul
lunak sehari.2
Definisi Lesi
Lesi adalah suatu kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan gejala/simtom, di
mana fungsi dari jaringan terganggu akibat penyakit dan trauma.
Etiologi lesi:
a. Trauma lokal
b. Infeksi
c. Penyakit sistemik
d. Penggunaan obat-obatan
e. Terapi radiasi
Jenis dan gambaran klinis lesi:
a. Ulser (ulkus): hilangnya epidermis dan lapisan kulit yang lebih dalam (hilangnya
epitel yang meluas di bawah lapisan sel basal). Contohnya Recurrent Apthous
Stomatitis, Bechet’s Syndrome.
b. Erosi: hilangnya epitel di atas lapisan sel basal. Dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Contohnya kulit setelah mengalami suatu lepuhan atau vesikel yang pecah, Lichen
Planus Erosif.
c. Fissure: retak linier pada kulit yang meluas melalui epidermis dan memaparkan
dermis. Dapat terjadi pada kulit kering dan inflamasi kronis. Suatu celah dalam
epidermis. Contohnya Fissure Tongue, Angular Cheilitis.
Perluasan di atas permukaan
a. Papula: lesi yang membenjol padat dengan diameter kurang dari 1 cm. Biasanya
terasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri. Contohnya Lichen Planus (pada mukosa),
Fordyce’s Spot.
b. Plaque: massa yang menonjol dengan atap yang rata, permukaan bisa halus, kasar,
atau pecah-pecah. Ukurannya lebih besar daripada papula (diameternya lebih dari 1
cm). Contohnya Leukoplakia.
c. Vesikel: suatu benjolan kulit berisi cairan dan berbatas jelas dengan diameter kurang
dari 1 cm. Contohnya cacar air, lesi herpetik.
d. Bulla: suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari vesikel (diameternya
lebih besar dari 1 cm). Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis atau gesekan.
Contohnya Pemphigus Vulgaris.
e. Pustula: suatu vesikel yang berisi cairan pus (eksudat purulen). Contohnya Acne
Vulgaris.
f. Nodul: suatu massa padat dan menonjol yang berbentuk tebal dengan diameter
kurang dari 1 cm yang mengalami perluasan ke bawah. Merupakan tumor jinak dari
jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis (iritasi ringan yang terus-menerus).
Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi).
Contohnya iritasi Fibroma.
g. Tumor: merupakan massa padat, besar, meninggi, mengalami perluasan ke bawah
dengan ukuran lebih dari 1 sampai 2 cm. Tumor tersebut bisa ganas atau jinak.
Contohnya kanker payudara versus limfoma.
Datar (rata)
a. Makula: suatu daerah berbatas jelas dari epidermis atau mukosa yang berbeda warna
dari sekelilingnya. Biasanya lesi tersebut berukuran 1 cm atau lebih kecil. Contohnya
Makula Melanotik.
b. Patch: suatu daerah berbatas jelas yang lebih lebar dari makula dan dibedakan dari
epidermis sekitarnya dengan warna atau corak atau keduanya. Contohnya bercak
mukosa dari sifilis sekunder dan bercak snuff dipper.
c. Petechiae: lesi yang masuk pada subkutan. Lesi ini bila ditekan tidak berubah pucat,
jadi tetap berwarna kemerahan. Contohnya Scurvy
a. Lesi Merah
Suatu keadaan yang abnormal pada mukosa, di mana tampakan klinis berwarna lebih
merah dari jaringan sekitarnya dengan permukaan licin seperti adrofi atau granuler.
Pada lesi ini juga terlihat inflamasi, tapi tanda-tandanya lebih mudah terlihat pada sel
epitel premalignant.
Macam-macam lesi merah:
o Purpura (petechiae)
o Varikositas (Varix)
o Trombus
o Telangiektasia Hemorhagik Herediter
o Sindrom Sturge-Weber
b. Lesi Putih
Suatu keadaan yang abnormal pada mukosa, di mana tampakan klinis berwarna lebih
putih, lebih tinggi, lebih kasar atau mempunyai tekstur yang berbeda dari jaringan
sekitarnya. Keadaan tersebut menggambarkan peningkatan lapisan keratin, koloni
jamur, atau lapisan epithelium yang mati.
Macam-macam lesi putih:
o Granula Fordyce
o Linea Alba Bukalis
o Leukoedema
o Morsicatio Buccarum (Mukosa Tergigit)
o White Sponge Nevus
a. Lesi Praganas
o Eritroplakia
o Leukoplakia
o Oral Submukous Fibrosis
o Liken Planus
o Lupus Erythematous5
b. Lesi Ganas
Neoplasia Ganas yang Berasal dari Epitel
o Squamous cell carcinoma
o Adenocarcinoma
o Malignant Ameloblastoma
o PERAWATAN
Untuk kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topikal
coating agent yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut, selain itu juga
melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas.
Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung topikal
steroid.
o PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari stress yang berlebihan,
memperbaiki pola makan, dan menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut.7
http://ayu-dani91.blogspot.co.id/2011/06/lesi-lesi-jaringan-lunak-rongga-mulut.html (ayu
dani, lesi2 jaringan lunak)
http://amaliapradana.blogspot.co.id/2010/09/lesi-praganas-rongga-mulut.html (welcome
to my blog lesi praganas RM)
3. Jelaskan manifestasi penyakit sistemik dalam rongga mulut (gambaran klinis setiap
penyakit dalam rongga mulut dan pengobatannya) ?
Jawaban:
o Defisiensi Mineral
Defisiensi mineral yang bermanifestasi dalam rongga mulut adalah defisiensi
kalsium, fosfor, magnesium, besi, dan fluor.
a. Defisiensi Kalsium
Manifestasi defisiensi kalsium dalam rongga mulut adalah terjadinya absorpsi tulang
rahang yang merata dan destruksi ligamentum periodontal dan berkurangnya
kekuatan gigi.
b. Defisiensi Fosfor
Manifestasi defisiensi fosfor dalam rongga mulut adalah terjadinya gangguan
pertumbuhan rahang dan erupsi gigi, juga adanya pertumbuhan kondil yang lambat
disertai maloklusi.
c. Defisiensi Magnesium
Defisiensi magnesium dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi hipoplasia
enamel.
d. Defisiensi Besi
Manifestasi defisiensi besi dalam rongga mulut adalah terjadinya glossitis yang
merupakan penyakit pada lidah, di mana lidah tampak merah dan sakit.
e. Defisiensi Fluor
Manifestasi defisiensi fluor dalam rongga mulut yang paling utama adalah kerentanan
gigi terhadap terjadinya karies gigi.
o Defisiensi Protein
Protein banyak terdapat pada daging, telur, susu, ikan, dan jagung. Manifestasi defisiensi
protein dalam rongga mulut adalah lidah tampak berwarna merah karena hilangnya
papilla, terjadinya Angular Cheilitis dan fissura bibir atau bibir pecah-pecah. Selain itu,
rongga mulut terasa kering dan tampak kotor. Resistensi terhadap infeksi mengalami
penurunan sehingga mudah terjadi infeksi pada jaringan periodontal.
o Defisiensi Vitamin
a. Defisiensi Vitamin A
Menyebabkan terjadinya gingivitis, hiperplasia gingival, serta penyakit periodontal
dan hipoplasia enamel.
b. Defisiensi Vitamin D
Menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel pada gigi insisivus dan molar permanen
yang umumnya terdapat pada penderita rhiketsia.
c. Defisiensi Vitamin E
Menyebabkan terjadinya perdarahan gingiva, keluarnya pus dari poket, dan penyakit
periodontal, serta leukoplakia.
d. Defisiensi Vitamin K
Menyebabkan terjadinya pendarahan spontan pada gingiva atau setelah menggosok
gigi.
e. Defisiensi Vitamin C
Menyebabkan rentannya gingiva terhadap iritasi lokal, sehingga terjadi hiperplasia
gingiva dan mudah berdarah. Selain itu juga dapat terjadi ulserasi yang biasa disebut
Scurvy.
Riboflavin (B2)
Menyebabkan terjadinya angular cheilitis dan atrofi papilla fungiformis.
Peridoksin (B6)
Menyebabkan terjadinya angular cheilitis, glossis, serta rasa tidak enak pada
mulut.
Asam Pentotenat
Menyebabkan terjadinya angular cheilitis, ulserasi, dan nekrosis pada gingiva.
Mukosa mulut dan bibir terlihat berwarna merah mengkilat.
Asam Folat
Menyebabkan terjadinya pembengkakan pada lidah, gingivitis, angular
cheilitis, dan ulkus pada lidah.
Sianokobalamin (B12)
Menyebabkan gingiva nampak pucat dan mudah terjadi ulserasi. Lidah
tampak merah licin dan mengkilat, serta lebih sensitif (glositis hurteri).8
MANIFESTASI GANGGUAN ENDOKRIN
Gangguan endokrin merupakan bagian dari diabetes mellitus dan kelainan tiroid.
Merupakan penyebab penyakit atau kelainan oral. Endokrin merupakan kelenjar yang
menghasilkan hormon yang mempengaruhi proses metabolism, pertumbuhan, dan
produksi. Yang termasuk kelenjar endokrin adalah kelenjar pituitary, tiroid, adrenal,
pankreas, dan gonad.
Hipopituitarisme
Kurangnya sekresi kelenjar pituitary sehingga menghambat pertumbuhan pada
semua jaringan seperti perkembangan kranium wajah yang lambat dan erupsi
gigi yang lambat.
Hipoparatiroidisme
Terjadinya hipokalsemia yang mengakibatkan hipoplasia enamel dan
gangguan kalsifikasi dentin.
b. Sifilis
Lesi primer dari penyakit kelamin umumnya terjadi di daerah genetalia, dapat
juga dijumpai pada bibir atau mukosa mulut sebagai akibat kontak orogenital. Lesi
primer dan sifilis bawaan ditandai oleh timbulnya nodul yang pecah setelah beberapa
hari dan meninggalkan luka dengan tepi keras yang tidak sakit. Biasanya terjadi
pembengkakan serta kekenyalan kelenjar limfe servikal. Lesi primer ini sangat
infektif dan oleh karena itu harus diperiksa dengan hati-hati. Sifilis primer biasanya
mereda setelah 8-9 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.
Sifilis sekunder secara klinis akan muncul kira-kira 6 minggu setelah infeksi
primer dan ditandai oleh sebuah ruam macular atau popular, demam, lesu, sakit
kepala, limfadenopati umum, serta sakit pada tenggorokan. Pada kira-kira sepertiga
penderita, mukosa akan terlibat dan lesi digambarkan sebagai “lesi jejak siput”. Sifilis
sekunder ini akan hilang dalam 2-6 minggu.
Sifilis dapat terjadi laten dan menimbulkan lesi tersier beberapa tahun setelah
infeksi pertama. Dua lesi yang dikenali sebagai tanda sifilis tersier adalah gumma di
langit-langit, serta leukoplakia pada permukaan dorsal lidah.11
http://dokumen.tips/documents/manifestasi-mukosa-oral-akibat-penyakit-sistemik.html
(manifestasi mukosa oral akibat penyakit sistemik)
https://www.academia.edu/12902310/MANIFESTASI_PENYAKIT_SISTEMIK_PADA_RONG
GA_MULUT (MANIFESTASI PENYAKIT SISTEMIK PADA RONGGA MULUT,
word)
http://fitrident.blogspot.co.id/2015/01/manifestasi-oral-penyakit-sistemik.html (dentistry
of iik)
https://alihalih.wordpress.com/2011/08/08/nutrisi-dan-kaitannya-dengan-kesehatan-
rongga-mulut/ (nutrisi dan kaitannya…)
4. Jelaskan apa itu hormon dan bagaimana peran hormon terhadap penyakit dalam
rongga mulut ?
Jawaban:
Hormon merupakan senyawa organik pada tubuh manusia yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin. Hormon yang dihasilkan dari sekresi kelenjar endokrin ini akan
langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah,
sehingga akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh manusia, termasuk proses
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap manusia, baik wanita maupun pria, pasti
memiliki hormon di dalam tubuhnya, dan akan selalu ada selama proses kehidupannya.
Mulai dari bayi sampai beranjak tua, hormon akan selalu berpengaruh pada proses
pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia. Salah satu contohnya adalah
proses pertumbuhan dan perkembangan di jaringan lunak rongga mulut manusia.
Ada beberapa hormon yang dapat mempengaruhi beberapa perubahan yang
terjadi pada rongga mulut, seperti hormon progesteron dan estrogen.
a. Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh indung telur,
setelah ovulasi. Jika pembuahan dan kehamilan terjadi, plasenta akan mulai
memproduksi progesteron. Hormon progesteron dalam kandungan berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan pembuluh darah di endometrium (lapisan rahim). Tindakan
ini bertujuan untuk membuat fit dinding rahim untuk embrio yang dibuahi untuk
dapat melekat. Progesteron juga merangsang kelenjar tertentu dalam endometrium
untuk mensekresikan cairan yang dimaksudkan untuk memberi makan sperma dan
embrio.
Dalam hubungannya dengan jaringan di rongga mulut, progesteron yang
jumlahnya kurang dari normal dapat mengakibatkan stomatitis aftosa rekuren (SAR).
Croley dan Miers (Croley, 2011) meneliti bahwa pengaruh hormon esterogen yang
ternyata merangsang maturasi lengkap sel epitel mukosa mulut dan progesteron yang
menghambatnya (Jones, 2003). Selain itu tampak jelas adanya perubahan pada
lapisan mukosa mulut, dan peningkatan jumlah bakteri dalam jaringan yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen, sedangkan progesteron berperan dalam jaringan
periodonsium. Progesteron juga mengubah tingkat dan pola produksi dalam gingiva
yang menyebabkan gangguan perbaikan dan pemeliharaan. Estrogen dan progesteron
dalam jaringan ikat mempengaruhi proliferasi fibroblast dan pematangan kolagen.
Protein nonkolagen jaringan ikat seperti glikosaminoglikan yang tinggi.
b. Estrogen
Hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologis periodontal dan juga
pada perkembangan dan keparahan penyakit periodontal. Estrogen diduga
mempunyai peran pada berbagai penyakit periodontal. Efek biologis estrogen
diperantarai oleh reseptor estrogen. Reseptor estrogen adalah faktor transkripsi yang
memediatori efek pleiotropik hormon steroid terhadap pertumbuhan, perkembangan,
dan pemeliharaan bermacam-macam jaringan. Estrogen mempengaruhi proliferasi,
diferensiasi, dan keratinisasi epitel gingiva melalui pengaturan produksi beberapa
protein yang terlibat dalam proliferasi sel dan pengaturan siklus sel.
Salah satu kondisi tubuh yang penting untuk dipertimbangkan yaitu penggunaan
hormon seksual estrogen yang diduga menjadi faktor resiko penyakit periodontal.
Estrogen berperan dalam mengubah sistem mikrosirkulasi gingiva. Reseptor estrogen
yang ada di gingiva manusia bertanggung jawab terhadap peningkatan hormon
estrogen di jaringan gingiva. Fungsi hormon estrogen yaitu meningkatkan proliferasi
seluler, diferensiasi, dan menurunkan keratinisasi.
Menurut Goodman, banyaknya reseptor hormon dipengaruhi oleh konsentrasi
hormon di ruang interseluler. Kadar estrogen pada wanita menopause akan
merangsang pembentukan reseptor estrogen yang lebih banyak, namun belum
dipastikan keterkaitan antara kadar estrogen dengan keberadaan reseptor estrogen.
Menurut pendapat penelitian, pada kerusakan jaringan periodontal, reseptor estrogen
α dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan untuk mempercepat penyembuhan luka,
sedangkan reseptor estrogen β dibutuhkan untuk menahan agar reaksi peradangan
yang menyebabkan kerusakan jaringan tidak berlebihan.12
https://hernichemistry.wordpress.com/2013/04/03/makalah-hormon/ (makalah
hormone)
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-hormon-dan-fungsi-hormon.html
(pengertian hormone dan fungsi hormone pengertian ahli)
http://www.kelasipa.com/2015/03/pengertian-hormon-pada-manusia-dan-fungsinya-
secara-umum.html (pengertian hormon pada manusia dan fungsinya secara umum)
http://edisicetak.joglosemar.co/berita/cermati-peran-estrogen-dan-androgen-pada-rongga-
mulut-61522.html (cermati peran estrogen dan androgen)
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-hormon-estrogen-dan-progesteron-terhadap-
sistem-imun-rongga-mulut.html (pengaruh hormon estrogen dan progesterone terhadap
system imun)
https://www.academia.edu/11227404/PENGARUH_HORMON_DAN_VITAMIN_TER
HADAP_PERTUMBUHAN_DAN_PERKEMBANGAN_JARINGAN_LUNAK_RONG
GA_MULUT (pengaruh hormon dan vitamin WORD)
a. Tembakau
Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan negara lainnya di seluruh dunia. Namun, di Negara Eropa dan
Amerika jumlah penderita tumor rongga mulut dan faring sekitar tujuh puluh lima
persen yang disebabkan oleh merokok dan minum minuman keras. Keadaan yang
demikian diduga ada hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang
dilakukan sebagian masyarakat di kawasan Asia.
Peranan tembakau merupakan faktor etiologi pada perkembangan tumor ganas di
rongga mulut. Hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan mengunyah biji
pinang dengan tembakau, kebiasaan ini dahulu dilakukan oleh orangtua dan biasanya
ditemukan di daerah rural, seperti pengaruh rokok, cerutu, dan merokok dengan pipa
sebagai kebiasaan yang sering ditemukan pada masyarakat. Hal ini dapat
menimbulkan tumor, seperti papiloma, fibroma, atropik mukosa, dan tumor ganas
lainnya.
Munculnya tumor disebabkan adanya kandungan radikal bebas yang terbentuk
dari campuran bahan tembakau, pinang, dan kapur. Kebiasaan memakan sirih dengan
pinang juga membuat kondisi gigi dan rongga mulut kotor, sehingga menjadi
berkembangbiaknya jamur atau candida albicans.
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami
perubahan, karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan,
sehingga sering pula mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan
yang sering terjadi akibat adanya kelainan sistemik. Kelainan yang terjadi pada
umumnya memberikan gambaran yang mirip antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang tepat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu ditentukan diagnosa banding, karena di
antara kelainan yang terjadi ada yang berpotensial menjadi maligna dan ada juga
hanya bersifat belignan. Pemahaman mengenai pentingnya pendekatan patologik
akan meningkatkan kemampuan para dokter gigi pada era globalisasi. Ada beberapa
macam lesi pra-ganas rongga mulut, antara lain erithroplakia, carcinoma in situ, dan
lain-lain. Tetapi, lesi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut adalah
leukoplakia.
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti, tetapi predisposisi menurut beberapa ahli klinikus terdiri dari faktor yang
multiple, yaitu faktor lokal, faktor sistemik, dan malnutrisi vitamin.
b. Alkohol
Penyebab tumor rongga mulut juga berhubungan dengan kebiasaan minum
minuman keras yang kuat. Peminum yang dikatakan peminum alkohol yang kuat
adalah peminum yang meminum lebih dari 1,5 liter alkohol perhari, mempunyai
resiko terserang tumor ganas di rongga mulut sepuluh kali lebih besar dari pada
pemakai alkohol minimal. Dapat ditimbulkan peningkatan konsumsi alkohol
berhubungan dengan meningkatnya resiko terserang tumor ganas di rongga mulut.
c. Sirosis Hati
Hubungan antara sirosis hati dan kanker di rongga mulut juga dikemukakan oleh
Vincent dkk (1964), bahwa kerusakan hati karena alkohol juga membantu merangsang
atau mempercepat terjadinya perubahan keganasan pada mukosa mulut.
d. Diet
Selain tembakau dan alkohol, masalah diet dan nutrisi merupakan faktor
predisposisi terjadinya karsinoma. Defisiensi vitamin A dapat mempengaruhi insiden
tumor ganas sebagai faktor etiologi terjadinya tumor ganas di rongga mulut, namun
hal ini hanya sebagian kecil setelah dilakukan penelitian secara sistematik. Pada dua
penelitian di Amerika tidak ditemukan perbedaan antara penderita tumor ganas dan
kelompok kontrol nutrisi.