Sunteți pe pagina 1din 9

KEPERAWATAN DEWASA VIII

ASKEP TRAUMA PADA KANDUNG KEMIH


Pembimbing : Erik Irham S.kep.Ns

NAMA KELOMPOK :
1. Ari Ristianti ( 13620823 )
2. Ayatullah humaini ( 13620825 )
3. Hariati ( 13620842 )

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli
terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis/panggul
sehingga jarang sekali mengalami cedera.
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli
terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga
jarang mengalami cedera. ( R. Sjamsuhidayat, 1998)
Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda
paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam
keadaan penuh ataupun tidak.
1.2 Etiologi
Ruptur kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat trauma tumpul
pada panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka
tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam, dan cedera dari luar dan
patah tulang panggul.
Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat
menusuk kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas
ialah akibat trauma tumpul pada panggul atas kandung terisi penuh.
Tenaga mendadak atas massa urinaria yang terbendung di dalam
kandung kemih yang menyebabkan rupture.
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung
kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk
menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin : 211)
Tenaga mendadak atas massa urinaria yang terbendung di dalam
kandung kemih yang menyebabkan rupture. Penyebab iatrogenic
termasuk pascaintervensi bedah dari ginekologi, urolodi, dan operasi
ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain melibatkan trauma
obstetric pada saat melahirkan.
1.3 Patofisiologi
Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu
lintas/kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis
mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul dapat
menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh
atau terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis, tumor atau
obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria
tajam akibat luka trusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan.
Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan
penyebablain adalah instrumentasi urologic.Fraktur tulang panggul
dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada
kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan
hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat
intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis
pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini
terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal.

1.4 Manifestasi Klinis


1. Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat
2. Abdomen bagian tempat jejas/hemato
3. Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah dari uretra.
4. Nyeri suprapubik
5. Ketegangan otot dinding perut bawah
6. Trauma tulang panggul
1.5 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Shock
3. Sepsis
4. Ekstravasasi
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Hematokrit menurun.
2. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat
pindah atau tertekan.
1.7 Penatalaksanaan
1. Atasi syok dan perdarahan.
2. Istirahat baring sampai hematuri hilang.
3. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica
urinaria intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang
dilanjutkan dengan laparatomi.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Data Demografi


Trauma kandung kemih sering terjadi pada laki laki dikarenakan faktor
pekerjaan.usia juga mempengaruhi
2.2 Riwayat penyakit
1. Pernah menglami trauma pada abdomen
2. Pernah ada riwayat batu buli buli
3. Pernah memiliki riwayat oprasi prostat
2.3 Pengkajian
1. Keadaan umum
a. Data Subyektif
a. Rasa nyeri pada kandung kemih (nyeri abdomen bawah atau nyeri
di daerah suprapubik) dapat disebabkan oleh distensi yang
berlebihan atau infeksi kandung emih. Perasaan ingin kencing,
tenesmus nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada
akhir urinary) sering dijumpai.
b. Pasien mngatakan kadang tidak bisa buang air kecil dan keluar
darah dari uretra.
c. Pasien selalu menanyakan tindakan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
1. Pada saat urin dipantau kadang terdapat darah dan
hematuria/perdarahan segar
2. bisa terjadi
3. Gelisah, cemas
4. Espresi wajah ketakutan
5. Takikardi
6. Tekanan darah meningkat
c. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kandung kemih :
Tekhnik Temuan
a. Inspeksi:
Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ
berongga yang mampu membesar untuk mengumpulkan dan
mengeluarkan urin yang dibuat ginjal
b. Perkusi:
Pasien dalam posisi terlentang
Perkusi dilakukan dari arah depan
Lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih, daerah
suprapubis
c. Palpasi
Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah suprapubis.
1. Normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis
tetapi setelah membesar meregang ini dapat terlihat distensi
pada area suprapubis
2. Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup
3. Pada kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap
pada kandung kemih. Kandung kemih tidak teraba. Bila ada
obstruksi urin normal maka urin tidak dapat dikeluarkan dari
kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan
distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah
suprapubis
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes buli-buli :
a. Buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan 500 ml
larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli.
b. Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya
cukup besar mungkin terdapat rupture buli-buli.
2. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d trauma saluran perkemihan
b. Hambatan mobilisasi fisik b/d dengan nyeri
c. Gangguan eliminasi urin b/d obstruksi
d. cemas atau takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Intervensi
NDX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Setelah 1. Kaji nyeri, catat lokasi,1. Berguna dalam penga-wasan


dilakukan karakteristik, beratnya keefektifan obat, kemajuan
tindakan (skala 0 – 10). Selidiki penyembuh-an. Perubahan pada
keperawatan dan laporkan perubahan karakteristik menunjuk-kan
selama 1x 24 nyeri dengan tepat. terjadinya abses atau peritonitis,
jam diharapkan memer-lukan upaya evaluasi medik
nyeri hilang/ 2. Ukur tanda-tanda dan intervensi.
terkontrol vital. 2. Tanda-tanda vital meng-
dengan kriteria: gambarkan keadaan klien serta
- Klien tidak 3. Berikan posisi yang memudahkan intervensi selanjutnya.
mengeluh nyeri nyaman (posisi semi 3. Merelaksasikan otot dan
. fowler) menghilangkan tegang-an abdomen
- Skala nyeri 0 yang ber-tambah dengan po-sisi
- Ekspresi 4. Ajarkan klien teknik terlentang.
wajah ceriah nafas dalam. 4. Meningkatkan suplai O2 ke
- Tanda-tanda jaringan agar meta-bolisme anaerob
vital dalam 5. Ajarkan teknik tidak terjadi.
batas normal distraksi seperti pijatan 5. Mengalihkan perhatian klien
punggung sehingga tidak ter-fokus pada nyeri
yang dirasakan.
6. Berikan analgesik
sesuai indikasi. 6. Analgesik berfungsi
memperlambat impuls dari saraf
eferen ke reseptor nyeri di
hipotalamus.

4.
2 Setelah 1. Catat respon emosi/peri- 1. Imobilisasi yang dipak-sakan dapat
dilakukan laku pada imobilisasi. memper-besar kegelisahan, peka
tindakan rangsang.
keperawatan 2. Bantu klien untuk mela- 2. ROM dapat melatih kekuatan otot
selama 1x 24 kukan ROM pasif ke aktif dan sendi serta mencegah terjadi-nya
jam diharapkan secara bertahap. atropi/kontraktur.
Tidak ada 3. Bantu klien dalam me- 3. Meminimalisasikan ter-jadinya
ham-batan menuhi kebutuhannya kelemahan fisik yang lebih lanjut.
mobilitas fisik setiap hari.
dengan kriteria 4. Menjelaskan pada klien 4. Meningkatkan pengeta-huan klien
: tentang penyebab kele- dan diharap-kan dapat bekerjasama
- Klien bebas mahan dan manfaat dengan perawat dalam melakukan
bergerak tanpa tindakan. tindakan.
ada nyeri
- Pergerakan
tidak terbatas

- Klien dapat
memenuhi
kebutuhan-nya
sendiri
3 Setelah 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Salah satu informasi yang
dilakukan klien. menggambarkan tingkat kecemasan
tindakan 2. Beri kesempatan pada klien
keperawatan klien untuk mengung- 2. Klien merasa diperhati-kan oleh
selama 1x 24 kapkan perasaannya. perawat di rumah sakit.
jam diharapkan3. Berikan informasi ke- 3. Membantu mengurangi stres yang
Cemas teratasi pada klien tentang dialami oleh klien.
dengan kondisinya. 4. Penyembuhan bukan hanya pada
kriteria: 4. Beri dorongan spiritual pengobatan saja tapi ada kuasa dari
- Klien nampak sesuai dengan agama dan Allah SWT.
ceria kepercayaannya.
- Klien dapat
memahami
kondisinya
- Klien nampak
tenang

b. Kaji pola berkemih mengidentifikasi funggi


Tujuan : Setelah dilakukan seperti frekuwensi dan kandung kemih,fungsi
tindakan keperawatan jumlahnya ginjal dan keseimbangan
selama 1x24 jam tidak cairan
ada gangguan eliminasi
dengan tanda-tanda innfeksi
KH : 1. Eliminasi urine Observasi adanya darah saluran perkemihan / ginjal
lancar dalam urine dapat dapat menyebabkan
2. Eliminasi urine sepsis
normal
Istirahat baring menrunkan metabolisme
sekurang-kurangnya tubuh agar energi yang
seminggu sampai tersedia difokuskan untuk
hematuri hilang: proses penyembuhan ginjal

Lakukan tindakan
pembedahan bila Tidakan yang cepat / tepat
pendarahan terus dan meminimalkan
berlangsung kecacatan

S-ar putea să vă placă și