Sunteți pe pagina 1din 68

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Misalnya kebutuhan akan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit, intek dan
output, eliminasi, personal hygiene, bodi mekanik dan posisi. Dalam
pendapatnya Henderson membagi KDM menjadi 14 typologidi, diantaranya
kebutuhan bernafas secara normal, kebutuhan makan dan minum, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan bergerak, dan mempertahan posisi, kebutuhan istirahat
dan tidur, kebutuhan memilih pakaian yang tepat, kebutuhan untuk
mempertahan kan temperature tubuh, krbutuhan untuk menjadikan tubuh
bersih dan baik, kebutuhan menghindari kerusakan lingkungan dan injuri,
kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain termasuk mengekspresikan
keinginan, emosi, kebutuhan keyakinan atau kepercayaan, kebutuhan bekerja,
kebutuhan bermain dan berpartisipasi dalam rekreasi dan kebutuhan belajar
menentukan kegunaan untuk perkembangan dan fasilitas kesehatan.

Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh,


mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan sel yang rusak.
Metabolisme merupakan proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme
dapat berupa nabolisme ( membangun) atau katabolisme (penguraian).

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme


tubuh serta faktoryang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang
mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah fisiologis untuk kebutuhan
metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang
mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio
ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi.

Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan


fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk

pg. 1
bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
menyebabkan penyakit di kemudian hari.

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya


yaitu sistem pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ
asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan
pankreas.

Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi
maka tidak ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan
penyakit/terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi
yang kita konsumsi. Pentingnya konsumsi gizi, di buktikan dengan banyaknya
progam pemerintah dalam mempertahankan stats gizi masyarakat di Indonesia.
mulai dari ibu hamil, bayi dalam kandungan, bayi, anak-anak, dewasa sampai
lanjut usia. Hal itu untuk menjaga kualitas masyarakat Indonesia agar tetap
memiliki nutrisi yang baik

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses keperawatan pada anak dengan masalah obesitas ?
2. Bagaimana proses keperawatan pada anak dengan masalah kwasiokor
?
3. Bagaimana proses keperawatan pada anak dengan masalah marasmus
?
4. Bagaimana proses keperawatan pada anak dengan masalah keracunan
?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
obesitas
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
kwasiokor
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
marasmus
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
keracunan

pg. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Obesitas
1. Definisi
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi
akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel
lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah
berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
kemudian jumlahnya bertambah banyak. Obesitas merupakan suatu
kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi
yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor
genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit
ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di
jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan
obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau
sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,
hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009).
Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi
pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk
makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang
dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar
kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu,
kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang
melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak
9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan.
Lemak disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga
intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali
menimbun cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas
pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan

pg. 3
peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat
memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit
memiliki lipid 2 kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007).
2. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan
penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi,
gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada
banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan
nutrisional (Guyton, 2007 )
a) Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang
pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota
keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik
yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus
obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam
obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang
mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak.
Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4,
yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan
sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen,
yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang
ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada
sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen
sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi
jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007).
b) Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama
obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur
dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu

pg. 4
pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat
meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang
berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap
pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari 2 faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka metabolisme
basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
minimal tubuh. Dari ke2 faktor tersebut metabolisme basal memiliki
tanggung jawab 2pertiga dari pengeluaran energi orang normal.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran
energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki
kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting.
Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka
semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja
seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya.
Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat,
obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang
dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan
mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi
olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena
dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c) Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang
menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana
perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress.
Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga
terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini

pg. 5
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin
besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak.
Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan
obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d) Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi
hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini
memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat
kerusakan pada hipotalamus. 2 bagian hipotalamus yang mempengaruhi
penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan
nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial
(HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL
rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan
mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus).
Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang
akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada
hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang
makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata
pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik
seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti
leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton,
2007) .
e) Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida
usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan
oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi
leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui

pg. 6
berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada
sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang bekerja dalam
mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).
f) Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma
dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas
adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka
sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat
badan (Flieretal,2005).
3. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran
kalori dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style)
yang menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh
(Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur
oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi
oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal psikologis. Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi
laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam
pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat
katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal
pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida

pg. 7
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan
oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka
jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic
center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY)
sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila
kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus
yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar
penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar
leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).

4. Manisfestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada
anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama
anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga
pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan
matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
 Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif
kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.
 Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil
dengan dagu yang berbentuk ganda.
 Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan
payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian
menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.

pg. 8
 Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk
bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
 Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan
biasanya pada biseb dan trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang
mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru - paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan
sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga
pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di
daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering
ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki
permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat
badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai
dan pergelangan kaki.
5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi
adalah sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan
rutin untuk OA (Siddiqui & Laborde, 2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:

pg. 9
 Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan
keperluan khusus.
 Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran
status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang
berkaitan.
 Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan
gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu.
Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik,
seperti tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh
tertentu.
6. Penatalaksanaan
a. Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan
kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin
menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan
sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga
pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi
(Sugondo,2008).

b. Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan
dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang
terprogram secara benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan
mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi
makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak
menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan menu
yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak
terlalu manis (Sugondo, 2008).

c. Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak

pg. 10
menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka
waktu enam bulan. Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulai secara
perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap.
Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama
30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan
intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu
dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka
waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008).

d. Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul
pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi
pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktifitas fisik,
manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency
management, cognitive restructuring dan dukungan sosial
(Sugondo,2008).

e. Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam
program manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan
obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan
jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas
fisik efektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat
menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian
orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi
malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).

7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas pasien : Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

pg. 11
 Riwayat kesehatan :
- Riwayat Kesehatan sekarang: Keluhan pasien saat ini
- Riwayat Kesehatan masa lalu: Kaji apakah ada keluarga
dari pasien yang pernah menderita obesitas
- Riwayat kesehatan keluarga: Kaji apakah ada ada di antara
keluarga yang mengalami penyakit serupa atau memicu
- Riwayat psikososial,spiritual: Kaji kemampuan interaksi
sosial , ketaatan beribadah , kepercayaan.
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak
normal, misal : Hipotiroidisme, hipopituitarisme,
hipogonadisme, sindrome cushing (peningkatan kadar insulin)
Pola fungsi kesehatan
- Aktivitas istirahat : Kelemahan dan cenderung
mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk
beraktifitas.
- Sirkulasi : Pola hidup mempengaruhi pilihan makan,
dengan makan akan dapat menghilangkan perasaan
tidak senang.
- Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan
- Kenyamanan: Pasien obesitas akan merasakan
ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat
badan atau tulang belakang
- Pernafasan: Pasien obesitas biasanya mengalami
dipsnea
- Seksualitas: Pasien dengan obesitas biasanya
mengalami gangguan menstruasi dan amenouria.

b. Diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan berat badan yang
ditandai dengan kesusahan dalam beraktivitas.
2) Resiko terhadap kerusakan interaksi social yang berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan
akibat perasaan malu dan respon negatif dari orang lain.

pg. 12
c. Intervensi

No. Dx
Tgl Tujuan Intervensi Rasional
Kep

1 Setelah dilakukan - - Diskusikan -- Membantu


perawatan dan emosi / kejadian mengidentifikasikan
penyuluhan 2x24 jam sehubungan kapan pasien makan
pasien diharapkan dengan makan untuk memuaskan
mampu melaksanakan dan buat kebutuhan emosi
diet dengan criteria rencana makan daripada lapr
hasil : dengan pasien. fisiologi

- Menunjukkan -- Tekankan -- Hilangkan


perubahan pola makan pentingnya kebutuhan
dan keterlibatan menghindari komponen yang
individu dalam diet berlemak dapat menimbulkan
program latihan dan diskusikan ketidakseimbangan
tambahan tujuan metabolik ex :
- - Menunjukkan nyata untuk penurunan
penurunan BB dengan penurunan BB karbohidrat berlebih
pemeliharaan
kesehatan optimal

- - Diskusikan - Pandangan mental


dengan pasien termasuk ideal kita
pandangan dan biasanya tidak
menjadi gemuk terbaru, gemuk
dan apa artinya dapat mempunyai
bagi individu akar dalam
psikologi.

-- Membantu
- - Dorong pasien mengidentifikasi
untuk dan memperjelas
mengeksprsikan alasan untuk
perasaan dan kesulitan dalam
persepsi berinteraksi dengan
masalah orang lain
Setelah dilakukan
penyuluhan 2x24 jam
-- Megidentifikasi
pasien diharapkan
masalah khusus dan
mampu bersosialisasi
menganjurkan
dengan baik dengan - - Bantu dalam
kriteria hasil : mengidentifikasi tindakan yang dapat
tanggung jawab diambil untuk
sendiri dan

pg. 13
- - Menyatakan control pada mempengaruhi
gambaran diri lebih situasi perubahan
nyata

- - Menunjukkan
beberapa penerimaan
2 diri aripada andangan
idealisme

- - Mengakui diri
sebagai individu yang
mempunyai tanggung
jawab sendiri

d. Implementasi

Tgl/Jam No. Dx Tindakan Respon Ttd

1 a. Memberikan penyuluhan a. Pasien menerima


dan nasehat kepada pasien tentang anjuran untuk
agar melaksanakan diet menurunkan berat
teratur dan optimal badannya dan
berkeinginan diet
b. Menganjurkan kepada secara teratur
pasien untuk berkonsultasi
kepada ahli diet b. Pasien masih tampak
ragu untuk
berkonsultasi dengan
ahli diet karena belum
yakin apakah BBnya
bisa kembali normal

a. Pasien masih tampak


ragu

b. Bisa menerima dan


percaya bahwa itu
a. Memberi semangat adalah yang terbaik
bahwa berat badan pasien untuknya
masih bisa diturunkan
c. Pasien tampak
semangat dan optimis
akan penurunan berat
badannya

pg. 14
b. Memberi dukungan bahwa
itu adalah anugerah dari
2 Tuhan f.

c. Memberikan pengertian
kalau hanya diri kitalah
yang mampu merubah
keadaan yang ada pada
dari kita sendiri

e. Evaluasi

Tgl No. Dx Catatan Perkembangan Ttd

1 - Pasien bias sedikit mengurangi porsi


makanannya

- Pasien mampu meghindari makanan yang


banyak mengandung lemak : gorengan

- Pasien terkadang masih kurang percaya


diri jika berkumpul dengan banyak orang

- Pasien mampu menerima dan menyadari


2 bahwa berinteraksi dengan orang lain itu
sangat penting

pg. 15
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Kwarsiokor
1. Definisi
Adalah satu bentuk mal nutrisi yang disebabkan oleh difensiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi kalori tubuh yang tidak
mecukupi kebutuhan. Kwasiokhor atau busung lapar adalah salah satu
bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi
Protein (MEP, dengan beberapa karakteristik berupa edema dan
kegagalan pertumbuhan, dipegmentasi, hyperkeratosis.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada
rangkaian saintifik internasional melalui rtikelnya lancet 1935. Beliau
pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrome tersebut berhubung dengan
difensiensi dari nutrien apa. Akhirnya baru diketahui difiensi protein
menjadi penyebabnya. Walupun sebeb utama penyakit ini ialah difiensi
protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu juga
kurang mengandung nutrien lainnya, maka difensiensi protein disertai
difensiensi kalori sehingga sering penderita menunjukan baik gejala
kwasiokhor maupun marasmus.

2. Etiologi
Kwasiokhor paling seringnya terjadinya pada usia 1-4 tahun, namun
dapat pula terjadi pada bayi. Kwasiokhor yang mungkin terjadi pada
bayi. Kwasiokhor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah
sebagian besar kompilkasi dari parasit atau infeksi lain. Banyak hal yang
menjadi penyebab kwasiokhor, namun faktor yang paling mayor adalah
menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat
atau tidak seimbang. setelah usia 1 tahun atau lebih, kwasiokhor dapat
muncul bahkan krtika kekurangan bahan pangan bukannlah menjadi
masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau ketidak tahuan (kurang nya
edukasi) yang menyebabkan penyimpangan kekurangan keseimbangan
nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan bahan makanan yang lain
mempersulit pola pola klinik dan kimiawinya, gejala gejala utama
malnutrisi protein disebabkan oleh kurangnya pemasukan protein yang

pg. 16
mempunyai nilai biologik yang baik. Bisa juga terdapat gangguan
penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein secara tidak normal pada proteinnuria (Nefrosis),
infeksi , pendarahan atau luka luka bakar serta kegagalan melakukan
sistesis protein, seperti yang didapatkan pula pada penyakit hati yang
kronis.

3. Manisfestasi Klinis
Gambaran klinik antara marasmus dan kwasiokhor sebenarnya berbeda
walaupun dapat terjadi bersama sama

Kwasiokhor :

a. Secara umum dapat tampak sembab, latergik, cengeng dan


muda terangsang pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan
koma.
b. Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang
dari standar) Perkiraan berat badan lahir (kg) :
- 3 – 12 bulan (bln + 9)/2
- 1-6 tahun (bln x 2)+8
- 6 – 12 tahun {(thb x 7)-5}/2

Perikiraan Tinggi Badan (Cm):

- 1 tahun 1,5 x TB lahir


- 4 tahun 2 x TB lahir
- 6 tahun 1,5 x TB 1 tahun
- 13 3 x Tb lahir
- Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
c. Udema
d. Anoreksia dan diare
e. Jaringan oto mengecil , tonus menurun, jaringan subcutis
menipis dan lembek

pg. 17
f. Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku serta
mudah dicabut
g. Kelainan kulit tahap awal kulit kering, berisik dengan garis garis
kulit yang lebam dan dalam.
h. Anak mudah terjangkit infeksi
i. Terjadi difensiensi vitamin dan mineral
j. Perubahan mental (cengeng atau apatis)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah : albumin, globulin, protein total, elektrolit
serum, biakan darah.
b. Pemeriksaan urine : urine lengkap dan kultur urine
c. Uji faaf hati
d. EKG
e. X foto paru
f. Konsul THT : adanya otitis media

5. Penatalaksanaan
Penata laksanaan kwasiokhor mengikuti 10 langkah utama
penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :

a. Pengobatan atau pencegahan hipoglekemia


b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, aak sangat
kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba
dingin, anak tidak buang air kecil dalam Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan:
- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan
setiap 1/2 jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih
dapat minum, lakukan tindakan dehidrasi oral dengan
memberi minum anak 50ml (3 sendok makan) setiap

pg. 18
30menit dengan sendok. Cairan dehidrasi oral khusus
KEP disebut ReSoMal.
- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak-anak dengan KEP
berat dapat menggunakan oralit hang diencerkan 2x. Jika
anak tidak dapat minum, lakukan dehidrasi intavena
(infus) RL/Glukosa 5% dan NaCl dengan perbandingan
1:1
d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah.
- Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg).
Ketidak mampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu
minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam /garam
rendah, untuk dehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang
diencerkan 2x (dengan pe+an1liter air) ditambahkan 4gr kecil
dan 50gr gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan
lumat.
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP
berat secara rutin diberikan antibiotik spektrum luar.

f. Pemberian makanan, balita KEP berat


Fase stabilisasi (1-2hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-
hati, karena keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang, pemberian harus dimulai segera setelah
anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja,
formula khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko

pg. 19
1/2 yang dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan harus
disusunagar dapat mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan
diet sbb: porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa,
energi 100 kkal/kg/hari, protein 1-1,5 gr/kgbb/hari, cairan
130ml/kg BB/hari (jika ada edema berat 100ml/kg bb/hari), bila
anak mendapat ASI teruskan, anjurkan memberi formula WHO
75/pengganti/modisco 1/2 dengan gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet, pemberian formula WHO
75/pengganti/modisco 1/2 atau pengganti dan jadwal pemberian
makanan harus sesuai dengan kebutuhan anak.

g. Perhatikan masa tubuh kejar balita


a. Fase transisi (minggu II)
• Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat
terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak
secara mendadak.
• Ganti formula khusus awal (energi 75kal dan protein 0.9-1.0
gr/100ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan
protein 2.9gr/100ml) dalam jangka waktu 48jam. Modifikasi
bhbur atau makanan keluarga dapat digunakan asal kandungan
energi dan protein sama.
• Naikkan dengan 10ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30ml/kg
bb/kali pemberian (200ml/kg bb/hari)
b. Fase Rehabilitasi (minggu III-VII)
• Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 1/2 dengan
jumlah tidak terbatas dan sering.
• Energi: 150-220 kkal/kg bb/hari.
• Protein: 4-6gr /kgbb/hari.

pg. 20
• Bila anak masih mendapat ASI, ditambah dengan makanan
formula karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi
untuk tumbuh kejar.
• Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

h. Lakukan prnanggulangan kekurangan zat gizi mikro


Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin dan
mineral, walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa
memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau
makan dan BB nya mulai naik (pada minggu III). Pemberian Fe
pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari:
- TambahaTambahanTambahan multi vitamin lain
- Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet
besi folat/sirup besi
- Bila anak diduga menderita cacingan berikan pirantel
pamoat dosis tunggal.
- Vitamin A oral 1 kali
- Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman
pemberian kapsul vit A

i. Berikan stimulasi dan dukungan emosional


j. Persiapan untuk tidak lanjut dirumah.

6. Discharge Planing
a. Diet adekuat dengan jumlah jumlah yang tepat datri karbohidrat,
lemak (minimal 10 % dari total kalori ), dan protein (1 2 belas % dari
total kalori)
b. Konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup
lemak dsan protein, bisa mencegah terjadinya kwashiokor.
c. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk
mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan

pg. 21
dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa
juga mendapat kan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan
kacang kedelai.

7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis, alamat.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun
dapat pula terjadi pada bayi.
2) Riwayat sakit
a) Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin
turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan (BB < 80% dari BB normal seusianya), bengkak,
serta mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan
rewel. Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan
nafsu makan ringan sampai berat.
c) Riwayat perinatal
- Tahap prenatal
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu
selama kehamilan. Kekurangan nutrisi pada ibu selama
kehamilan juga memungkinkan anak juga akan
mengalami malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin
dapat timbul pada ibu dan menyalur ke anak dan menjadi
infeksi kronis bagi anak.
- Tahap intranatal
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi
mungkin dapat lahir dengan berat badan rendah, dan

pg. 22
karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga
kwarshiorkor dapat timbul saat bayi.
- Tahap post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian
ASI eksklusif dan pemberian nutrisi setelah asi eksklusif.
Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif
pada bayinya setelah melahirkan. Hal ini beresiko anak
mengalami malnutrisi.
d) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa
menyebabkan terjadinya kwarshiorkor. Namun, sebagian
besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat menyebabkan
kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.
e) Pengkajian psikososial
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat
mengalami cemas dikarenakan penurunan berat badan anak,
penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
f) Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi.
Anak dapat terkena kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang
kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
g) Riwayat nutrisi
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi
terutama defisiensi protein. Ana juga kekurangan asupan
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya
pembentuk darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12,
folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan
mata.

pg. 23
h) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
- Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami
keterlambatn pertumubuhan akibat defisiensi protein dan
gangguan penglihatan
- Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan
menurun akibat keterbelakangan pertumbuhan dan
perkembangan
- Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat
memperberat gangguan nutrisi sehingga intake nutrisi
semakin berkurang

3) Pengkajian berdasarkan pola Gordon


a) Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
Orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami
gangguan malnutrisi atau kwarshiorkor namun tidak
mengetahui perawatan pada anak dan bagaiamana mengasuh
anak yang menderita kwarshiorkor
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami defisiensi nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang penting
untuk tubuh.metabolisme akan terganggu akibat zat – zat yang
tidak tersedia, contohnya adalah pembesaran hati karena
kekurangan asam amino.
c) Pola eliminasi
Pasien dapat memiliki gangguan gastointestinal seperti diare
dan anoreksia. Diare dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi
dapa saluran cerna, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak
d) Pola aktivitas dan latihan
Anak akan mengalami gangguan aktivitas akibatstatus mental
yang apatis dan rewel. Aktifitas jugan akan terganggu akibat
udem yang ada pada ekstremitas, serta penurunan fungsi otot.
e) Pola istirahat dan tidur
Anak akan mengalami gangguan tidur akibat edema.

pg. 24
f) Pola persepsi dan kognitif
Anak akan mengalami gangguan kgonitif akibat asupan nutrisi
yang kurang, keterbelakangan pertumbuhan dan
perkembangan serta gangguan penglihatan akibat defisiensi
vitamin A.
g) Pola konsep diri
Anak akan merasa malu untuk berkomunikasi dengan dunia
luar akibat gangguan penglihatan dan ketidaknormalan
tubunhnya.
h) Pola peran dan hubungan
Hubungan sosial anak dengan dunia luar akan terhambat
akibat keterbelakangan mental dan gangguan pertumbuhan
yang dirasakan.
i) Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami kelainan apapun.
j) Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien

4) Pemeriksaan fisik
a) Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus,
atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta
asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat
terjadinya edema. Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu
makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis.
Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.

b) Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal
usianya. LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm

pg. 25
c) Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-
menerus, tidak mampu berjalan dengan baik.
d) Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e) Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f) Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi
jantung disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.
g) Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala
yang mudah tercabut tanpa rasa sakit, warna menjadi
kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan
tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna
menjadi putih.
h) Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-
garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Perubahan kulit lain pun
dapat ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit yang
mendalam. Kadang-kadang pada kasus yang sangat lanjut
ditemui petehia tanpa trombositopenia dengan prognosis yang
buruk bagi si penderita.
i) Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j) Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan.
k) Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan
maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa

pg. 26
disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
l) Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering
ditemukan. Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi pusar.
Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba.
m) Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.
Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit
(ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang
penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B
kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah
dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan
defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan
tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan
sistem komplimen.
n) Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis,
lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
5) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan
terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan
sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di
samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Pemeriksaan radiologis
juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Selain itu juga ditemukan:
a) Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0
g/dl)
b) Penurunan kadar kreatinin
c) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium

pg. 27
d) Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
e) Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan
tetapi tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga
pada kwashiorkor terdapat rasio albumin/globulin yang
biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor
yang berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin
normal: 2.0- 3.5 g/dl)
f) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah
dari pada asam amino non essiensial.
g) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase
dan alkali fostase menurun
h) Anemia

b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan


dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
3) Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake
cairan tidak adekuat.
4) Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan
dengan defisiensi vitamin A.
5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
nutrisi atau status metabolik.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan faktor
sekunder akibat malnutrisi.
7) Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan asupan
kalsium.
8) Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi lemak.
9) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai
penyakit.

pg. 28
10) Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan nutrisi.

c. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada orang 1. Untuk
pertumbuhan tindakan asuhan tua tentang standar meningkatkan
dan keperawatan pertumbuhan fisik dan pengetahuan
perkembangan selama 3 x 24 jam, tugas-tugas keluarga tentang
berhubungan pasien mampu perkembangan sesuai keterlambatann
dengan bertumbuh dan uisa anak. pertumbuhan dan
asupan kalori berkembang sesuai perkembangan
dan protein usianya. anak.
yang tidak 2. Kaji keadaan fisik 2. Untuk
adekuat kemampuan anak. mengetahui
pertumbuhan
fisik dan tugas
perkembangan
anak yang belum
tercapai sesuai
umur.
3. Lakukan pemberian 3. Diit khusus
makanan/minuman untuk pemulihan
sesuai terapi diit nutrisi
pemulihan. diprogramkan
secara bertahap
sesuai dengan
kebutuhan anak
dan kemampuan
toleransi system
pencernaan.
4. Lakukan program 4. Untuk menilai
antropometrik secara perkembangan
berkala. masalah klien.
5. Lakukan stimulasi 5. Stimulasi
tingkat diperlukan untuk
perkembanngan sesuai mengejar
dengan usia klien. keterlambatan
perkembangan
anak dalam
aspek motorik,

pg. 29
bahasa, dan
6. Lakukan rujukan ke personal/social.
lembaga pendukung 6. Mempertahankan
stimulasi kesinambungan
pertumbuhan dan program
perkembanagan stimulasi
(puskesmas/posyandu) pertumbuhan dan
perkembangan
anak dengan
memberdayakan
sistem
pendukung yang
ada.
2 Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji antropometri. 1. Untuk
nutrisi kurang tindakan asuhan menentukan berat
dari keperawatan badan, osteometri
selama 3 x 24 jam, dan resiko berat
kebutuhan
kebetuhan nutrisi berlemak, kurus.
tubuh pasien adekuat. 2. Untuk
berhubungan 2. Kaji pola makan klien. mengetahui
dengan kebiasaan makan
asupan yang klien.
tidak adekuat, 3. Untuk
anoreksia dan 3. Berikan intake makan mempertahankan
tinggi potein, kalori, berat badan,
diare.
mineral, dan vitamin. kebutuhan
memenuhi
metabolik dan
meningkatkan
penyembuhan
4. Untuk
4. Timbang berat badan. menentukan diet
dan menetahui
keefektifan
terapi.
5. Pemberian ASI
5. Tingkat pemberian yang adekuat
ASI dengan mempengaruhi
pemasukan nutrisi kebutuhan nutrisi
yang adekuat pada ibu si anak dan
pemasukan
nutrisi pada ibu
dapat
meningkatkan
produksi ASI si
ibu.
6. Untuk
merencanakan

pg. 30
6. Kolaborasi dengan ahli masukan nutrisi
gizi. dan cairan.
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Pantau Tanda-tanda 1. Untuk
kekurangan tindakan asuhan vital. mengetahui
cairan keperawatan keadaan umum
berhubungan selama 2 x 24 jam, pasien.
dengan intake kebutuhan cairan 2. Ukur intake dan 2. Untuk
cairan tidak pasien terpenuhi output. mengetahui
adekuat. status
keseimbangan
cairan.
3. Kaji terjadinya kulit 3. Menunjukkan
kering, membran kehilangan
mukosa kering dan cairan berlebih.
pengisian kapiler.

4. Pantau adanya edema. 4. Edema dapat


terjadi karena
perpindahan
cairan dan
berkenaan
dengan
penurunan kadar
albunim serum /
protein.
5. Berikan cairan yang 5. Untuk
adekuat sesuai dengan meminimalkan
kondisi. terjadinya
dehidrasi.
6. Kolaborasikan untuk 6. Untuk
adanya pemberian mempertahankan
cairan parental. keseimbangan
cairan elektrolit
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman 1. Untuk
persepsi tindakan asuhan pengelihatan. mengetahui
sensori keperawatan ketajaman
(penglihatan) selama 2 x 24 jam, pengelihatan
berhubungan tidak terjadi klien dan
dengan gangguan persepsi sumber
defisiensi sensori pengelihatan
vitamin A. (penglihatan) menurut ukuran
yang baku.
2. Dorong agar pasien 2. Pada saat
mengekspresikan intervensi dini
perasaan tentang mencegah
kehilangan atau kebutaan, pasien
kemungkinan menghadapi
kemungkinan

pg. 31
kehilangan kehilangan
pengelihatan. pengelihatan
sebagian atau
total, meskipun
kehilangan
pengelihatan
telah terjadi
tidak dapat
diperbaiki
meskipun
dengan
pengobatan
kehilangan
lanjut dapat
dicegah.
3. Untuk
3. Lakukan tindakan menurunkan
untuk membantu bahaya
klien menangani keamanan
keterbatasan sehubungan
pengelihatan, contoh : dengan
kurangi kekacauan, perubahan
atur prabot, perbaiki lapang pandang
sinar yang suram dan atau kehilangan
masalah pengelihatan pengelihatan
malam. dan akomodasi
pupil terhadap
sinar
lingkungan.
4. Untuk
4. Kolaborasikan untuk mengetahui
dilakukan Test adanya kelainan
adaptasi gelap. atau
abnormalitas
dari fungsi
pengelihatan
klien.
5. Pemberian
5. Lakukan kolaborasi vitamin A dosis
untuk pemberian obat terapeutik dapat
sesuai indikasi, mengatasi
pemberian vitamin A gangguan
dalam dosis pengelihatan
terapeutik yaitu secara teratur
vitamin A oral dapat
50.000-75.000 mengembalikan
IU/kgBB tidak lebih pengelihatan
pada mata.

pg. 32
dari 400.000-500.000
IU. 6. Untuk
mengembelikan
6. Lakukan kolaborasi ke fungsi
untuk pengobatan pengelihatan
kelainan pada mata yang beik da
mencegah
terjadinya
komplikasi lebih
lanjut
5 Gangguan Setelah dilakukan 1. Obervasi adanya 1. Area ini
integritas kulit tindakan asuhan kemerahan, pucat, meningkat
berhubungan keperawatan ekskoriasi. resikonya untuk
dengan selama 2 x 24 jam, kerusakan dan
gangguan tidak terjadi memerlukan
nutrisi atau gangguan integritas pengobatan dan
status kulit pada pasien perawatan lebih
metabolik. intensif
2. Gunakan krim kulit 2 2. Melicinkan kulit
kali sehari setelah dan menurunkan
mandi, pijat kulit, gatal. Pemijatan
khususnya di daerah di sirkulasi pada
atas penonjolan tulang. kulit, dapat
meningkatkan
tonus kulit.
3. Lakukan perubahan 3. Meningkatkan
posisi sering. sirkulasi dan
perfusi kulit
dengan
mencegah
tekanan lama
pada jaringan.
4. Tekankan pentingnya 4. Perbaikan nutrisi
masukan nutrisi/cairan dan hidrasi akan
adekuat. memperbaiki
kondisi kulit.
6 Intoleransi Terjadi 1. Catat frekuensi 1. Mengetahui
aktivitas peningkatan jantung, irama, dan kondisi terkini
berhubungan toleransi pada klien perubahan TD selama pasien sebelum
dengan setelah dan sesudah aktifitas. dan setelah
gangguan dilaksanakan melakukan
faktor tindakan aktivitas.
sekunder keperawatan 2. Tingkatkan istirahat (di 2. Menurunkan
akibat selama di RS. tempat tidur) dan batasi kinerja
malnutrisi. Kriteria hasil klien aktifitas pada dasar metabolise
berpartisipasi nyeri dan berikan tubuh dan
dalam aktifitas aktifitas sensori yang mengurangi
tidak berat.

pg. 33
sesuai kemampuan 3. Jelaskan pola penggunaan
klien. peningkatan bertahap energi.
dari tingkat aktifitas. 3. Meningkatkan
pengetahuan
pasien dalam
perubahan
bertahapa pada
4. Kaji ulang tanda tingkatan
gangguan yang aktivitas.
menunjukan tidak 4. Mengetahui
toleran terhadap gangguan yang
aktifitas. terjadi akibat
pasien tidak
5. Fasilitasi klien memilih toleran pada
aktivitas yang mampu suatu aktivitas.
dilakukan secara 5. Meningkatkan
mandiri dan aktivitas kemampuan
yang memerlukan klien dalam
bantuan dari orang lain. beraktivitas
secara bertahap
dan mengurangi
resiko
kecelakaan dari
intoleransi
aktivitas
7 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji kondisi umum 1. Mengetahui
gigi tindakan gigi klien. kondisi umum
berhubungan keperawatan gigi klien yang
dengan diharapkan mengalami
penurunan kerusakan gigi caries gigi.
asupan berkurang teratasi, 2. Anjurkan klien gosok 2. Menjaga
kalsium. dengan kriteria gigi 2x sehari. kebersihan
hasil kondisi gigi mulut dan gigi
pasien mulai untuk
membaik dan caries mengurangi
gigi berkurang. pengeroposan
gigi.
3. Meningkatkan asupan 3. Kalsium
kalsium klien untuk merupakan
mengurangi caries bagian penting
gigi. yang ada digigi
dan jika tubuh
kekurangan
kalsium maka
tubuh akan
mengambil
kalsium dari
gigi.

pg. 34
4. Informasikan kepada 4. Meningkatkan
pasien pentingnya pengetahuan
asupan kalsium bagi pasien mengenai
tulang dan gigi. pentingnya
kalsium.
8 Diare Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui
berhubungan tindakan vital klien. keadaan umum
dengan keperawatan pasien.
inflamasi GI, diharapkan diare 2. Observasi adanya 2. Tanda
malabsorbsi teratasi, dengan demam, takikardi, terjadinya
lemak. Kriteria Hasil: ansietas dan perforasi atau
1. Fungsi usus kelemahan. toksik
stabil. megakolon.
2. BAB anak 3. Observasi dan catat 3. Mengetahui
berkurang dan frekuensi BAB, keadaan klien
konsistensi karakteristik, jumlah dan membantu
normal. dan faktor pencetus. membedakan
3. Tanda-tanda kondisi dan
vital dalam keparahan
keadaan normal. penyakit.
4. Berikan masukan 4. Bertahap dapat
makanan dan cairan memberikan
per oral secara periode
bertahap . istirahat pada
kolon,
sedangkan
pemasukan
kembali
mencegah
kram dan
diare.
5. Elaborasi dengan tim 5. Mengobati
kesehatan lain terkait infeksi
pemberian antibiotik supuratif lokal.
(sesuai indikasi).
9 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Memberikan
berhubungan tindakan pembatasan aktivitas informasi pada
dengan keperawatan pasca operasi. pasien untuk
kurang selama 1x24 jam merencanakan
pengetahuan tingkat kecemasan kembali
mengenai pasien menurun. rutinitas biasa
penyakit. Kriteria hasil: tanpa
1. Menyatakan menimbulkan
pemahamannya masalah.
tentang proese 2. Ajarkan teknik 2. Untuk
penyakit, relaksasi: nafas membantu
pengobatan. dalam untuk pasien

pg. 35
2. mengurangi memperoleh
Berpartisipasidalam kecemasan pasien kenyamanan .
program perawatan. 3. Informasikan kondisi 3. Pemahaman
pasien dan kondisi meningkatkan
penyakit yang kerjasama
dialami. dengan
program terapi,
meningkatkan
penyembuhan
dan mengurangi
tingkat
kecemasan
pasien.
4. Identifikasi gejala 4. Upaya
yang memerlukan intervensi
evaluasi medik, menurunkan
contoh peningkatan resiko
nyeri, edema/eritema komplikasi
luka, adanya drainase serius dan
mengurangi
kecemasan
pasien
10 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Awasi TTV. 1. Dugaan adanya
berhubungan tindakan Perhatikan demam, infeksi.
dengan daya keperawatan menggigil, berkeringat,
tahan tubuh selama 2x24 jam perubahan mental,
rendah. diharapkan resiko meningkatkan nyeri
infeksi berkurang. abdomen.
Pasien akan 2. Lakukan pencucian 2. Menurunkan
menunjukkan bebas tangan yang benar resiko
tanda dalam perawatan penyebaran
infeksi/inflamasi, pasien. bakteri.
drainase 3. Berikan informasi 3. Pengetahuan
purulen,eritema dan yang tepat, jujur, dan tentang
edema jelas pada pasien atau kemajuan
orang terdekat. situasi
memberikan
dukungan
emosional,
membantu
menurunkan
ansietas.
4. Kolaborasi pemberian 4. Mencegah dan
antibiotik sesuai menurunkan
indikasi penyebaran
bakteri di
rongga
abdomen

pg. 36
11 Kurang Setelah dilakukan 1. Memvalidasi tingkat 1. Mengidentifikasi
pengetahuan tindakan saat ini pemahaman, pengetahuan
tentang keperawatan 2x24 mengidentifikasi pasein, sehingga
kondisi, jam pengetahuan pembelajaran dapat meberikan
prognosis dan klien adekuat kebutuhan, dan pendidikan
kebutuhan kriteria Hasil: menyediakan basis kesehatan yang
nutrisi. klien memahami pengetahuan dari mana tepat.
informasi terkait klien dapat membuat 2. Memudahkan
penyakit keputusan pendidikan yang
kwarsiokor 2. Membantu identifikasi diberikan oleh
adanya perubahan ide, sikap, rasa takut, perawat.
perilaku dan kesalahpahaman,dan 3. Persepsi klien
berpartisipasi pada kesenjangan dalam mempengaruhi
program perawatan pengetahuan tentang proses perawatan
identifikasi kwarsiokor anak.
dangunakan 3. Tentukan persepsi 4. Pengalaman
sumber informasi klien tentang membantu proses
yang tepat terkait perawatan kwarsiokor adaptasi klien
penyakit 4. Tanyakan tentang 5. Meningkatkan
sendiri atau pengetahuan
sebelumnya klien
pengalaman klien atau 6. Media membantu
pengalaman dengan meningkatkan
orang lain yang pengetahuan
memiliki riwayat klien.
kwarsiokor
5. Memberikan informasi
yang jelas dan akurat
secara faktual.
6. Menyediakan bahan-
bahan tertulis tentang
kwarsiokor,
pengobatan, dan
tersediasistem
pendukung.

pg. 37
d. Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Gangguan pertumbuhan 1. Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar


dan perkembangan pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan
berhubungan dengan sesuai uisa anak.
asupan kalori dan protein 2. Telah dikaji keadaan fisik kemampuan anak.
yang tidak adekuat 3. Telah dilakukan pemberian makanan/minuman
sesuai terapi diit pemulihan.
4. Telah dilakukan program antropometrik secara
berkala.
5. Telah dilakukan stimulasi tingkat perkembanngan
sesuai dengan usia klien.
6. Telah dilakukan rujukan ke lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan
(puskesmas/posyandu)
2 Perubahan nutrisi kurang 1. Telah dikaji antropometri.
dari kebutuhan tubuh 2. Telah dikaji pola makan klien.
berhubungan dengan 3. Telah diberikan intake makan tinggi potein,
asupan yang tidak kalori, mineral, dan vitamin.
adekuat, anoreksia dan 4. Telah ditimbang berat badan.
diare. 5. Telah ditingkatkan pemberian ASI dengan
pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi
3 Gangguan kekurangan 1. Telah dipantau Tanda-tanda vital.
cairan berhubungan 2. Telah diukur intake dan output.
dengan intake cairan 3. Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran
tidak adekuat. mukosa kering dan pengisian kapiler.
4. Telah dipantau adanya edema.
5. Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai
dengan kondisi.
6. Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian
cairan parental.
4 Gangguan persepsi 1. Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
sensori (penglihatan) 2. Telah didorong agar pasien mengekspresikan
berhubungan dengan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
defisiensi vitamin A. kehilangan pengelihatan.
3. Telah dilakukan tindakan untuk membantu klien
menangani keterbatasan pengelihatan, contoh :
kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar
yang suram dan masalah pengelihatan malam.
4. Telah dikolaborasikan untuk dilakukan Test
adaptasi gelap.
5. Telah dilakukan kolaborasi untuk pemberian obat
sesuai indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis

pg. 38
terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000
IU/kgBB tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.
6. Telah dilakukan kolaborasi untuk pengobatan
kelainan pada mata
5 Gangguan integritas kulit 1. Telah diobervasi adanya kemerahan, pucat,
berhubungan dengan ekskoriasi.
gangguan nutrisi atau 2. Telah digunakan krim kulit 2 kali sehari setelah
status metabolik mandi, pijat kulit, khususnya di daerah di atas
penonjolan tulang.
3. Telah dilakukan perubahan posisi sering.
4. Telah ditekankan pentingnya masukan
nutrisi/cairan adekuat.
6 Intoleransi aktivitas 1. Telah dicatat frekuensi jantung, irama, dan
berhubungan dengan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
gangguan faktor 2. Telah dilakukan peningkatkan istirahat (di
sekunder akibat tempat tidur) dan membatasi aktifitas pada dasar
malnutrisi. nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
3. Telah dijelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktifitas.
4. Telah dikaji ulang tanda gangguan yang
menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas.
5. Telah difasilitasi klien memilih aktivitas yang
mampu dilakukan secara mandiri dan aktivitas
yang memerlukan bantuan dari orang lain
7 Kerusakan gigi 1. Telah dikaji kondisi umum gigi klien.
berhubungan dengan 2. Telah dianjurkan klien gosok gigi 2x sehari.
penurunan asupan 3. Telah meningkatkan asupan kalsium klien untuk
kalsium. mengurangi caries gigi.
4. Telah diinformasikan kepada pasien pentingnya
asupan kalsium bagi tulang dan gigi.
8 Diare berhubungan 1. Telah diobservasi tanda-tanda vital klien
dengan inflamasi GI, 2. Telah diobservasi adanya demam, takikardi,
malabsorbsi lemak. ansietas dan kelemahan.
3. Telah diobservasi dan catat frekuensi BAB,
karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
4. Telah diberikan masukan makanan dan cairan per
oral secara bertahap .
5. Telah berelaborasi dengan tim kesehatan lain
terkait pemberian antibiotik (sesuai indikasi).
9 Ansietas berhubungan 1. Telah dikaji ulang pembatasan aktivitas pasca
dengan kurang operasi.
pengetahuan mengenai 2. Telah diajarkan teknik relaksasi: nafas dalam
penyakit untuk mengurangi kecemasan pasien
3. Telah diinformasikan kondisi pasien dan kondisi
penyakit yang dialami.

pg. 39
4. Telah didentifikasi gejala yang memerlukan
evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri,
edema/eritema luka, adanya drainase

10 Resiko infeksi 1. Telah diawasi TTV. Perhatikan demam,


berhubungan dengan menggigil, berkeringat, perubahan mental,
daya tahan tubuh rendah. meningkatkan nyeri abdomen.
2. Telah dilakukan pencucian tangan yang benar
dalam perawatan pasien.
3. Telah diberikan informasi yang tepat, jujur, dan
jelas pada pasien atau orang terdekat.
4. Telah dikolaborasikan pemberian antibiotik sesuai
indikasi.
Kurang pengetahuan 1. Telah memvalidasi tingkat saat ini pemahaman,
tentang kondisi, mengidentifikasi pembelajaran kebutuhan, dan
prognosis dan kebutuhan menyediakan basis pengetahuan dari mana klien
nutrisi dapat membuat keputusan
2. Telah membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut,
kesalahpahaman,dan kesenjangan dalam
pengetahuan tentang kwarsiokor
3. Telah menentukan persepsi klien tentang
perawatan kwarsiokor
4. Telah menanyakan tentang sendiri atau
sebelumnya pengalaman klien atau pengalaman
dengan orang lain yang memiliki riwayat
kwarsiokor .
5. Telah memberikan informasi yang jelas dan
akurat secara faktual.
6. Telah menyediakan bahan-bahan tertulis tentang
kwarsiokor, pengobatan, dan tersedia sistem
pendukung.

pg. 40
e. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Gangguan pertumbuhan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya


dan perkembangan sudah bisa berhitung”
berhubungan dengan O: Anak mampu menebak gambar
asupan kalori dan protein A: Tujuan tercapai
yang tidak adekuat P: Hentikan tindakan keperawatan
2 Perubahan nutrisi kurang S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya
dari kebutuhan tubuh sudah menghabiskan porsi makannya”
berhubungan dengan O: BB pasien bertambah
asupan yang tidak A: Tujuan tercapai
adekuat, anoreksia dan P: hentikan tindakan keperawatan
diare.
3 Gangguan kekurangan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya
cairan berhubungan mampu menghabiskan 8 gelas air sehari”
dengan intake cairan O: Anak terlihat tidak pucat
tidak adekuat. A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.

4 Gangguan persepsi S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah bisa


sensori (penglihatan) melihat dengan jelas jarak jauh”
berhubungan dengan O: Hasil Test menunjukkan ketajaman penglihatan
defisiensi vitamin A. pasien meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
5 Gangguan integritas kulit S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak
berhubungan dengan gatal-gatal lagi”
gangguan nutrisi atau O: Tidak terjadi abnormalitas pada kulit
status metabolik. A:tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan

6 Intoleransi aktivitas S: klien mengatakan bahwa kondisi mulai membaik


berhubungan dengan dan tidak merasa lemah.
gangguan faktor O: klien terlihat mulai mampu beraktivitas secara
sekunder akibat normal
malnutrisi. A: Masalah intoleransi teratasi sebagian
P: tindakan di lanjutkan.

7 Kerusakan gigi S: klien mengatakan kondisi giginya mulai membaik


berhubungan dengan O: caries pada gigi klien berkurang.
penurunan asupan A: masalah teratasi sebagian
kalsium. P: Lanjutkan intervensi

pg. 41
8 Diare berhubungan S: klien mengatakan bahwa diare berkurang
dengan inflamasi GI, O: BAB klien normal (<3x/hari)
malabsorbsi lemak. A: Masalah diare teratasi.
P: tindakan dihentikan
9 Ansietas berhubungan S: Pasien mengatakan sudah merasa lebih tenang
dengan kurang O: Raut muka pasien tenang dan pasien mampu
pengetahuan mengenai menjelaskan kondisi mengenai dirinya.
penyakit. A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

10 Resiko infeksi S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah


berhubungan dengan hilang.
daya tahan tubuh rendah. O: terlihat raut muka pasien tidak merintih menahan
nyeri.
A: Masalah Resiko infeksi teratasi
P: tindakan dihentikan
11 Kurang pengetahuan S: Klien mengatakan ”setelah perawat memberikan
tentang kondisi, penyuluhan saya jadi tahu penyakit yang saya alami
prognosis dan kebutuhan dan caraperawatannya”
nutrisi. O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsumsi
makanan yang bernutrisi.
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P: tindakan dihentikan

pg. 42
C. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Marasmus

1. Definisi

Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan


berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot
generalisata dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).

2. Etiologi
Menurut Behrman (1999 : 122) etiologi marasmus antara lain:
a. Pemasukan kalori yang tidak mecukupi, sebagai akibat kekurangan
dalam susuanan makanan
b. Kebiasaan-kebiasaan makanan tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua- anak yang terganggu atau sebagai akibat
kelainan metabolisme atau malformasi bawaan.
c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi.
d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor – faktor sosial ekonomi dan
budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh
diare kronik malabsorbsi protein, hilangnya protein air kemih
(sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.

3. Manisfestasi klinis
a. Anak cengeng , rewel, dan tidak bergairah
b. Diare
c. Mata besar dan dalam
d. Akral dingin dan tampak sianosis

pg. 43
e. Wajah seperti orangtua
f. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
g. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot
h. Jaringan lemak di bawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan
turgor kulit jelek
i. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
j. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
k. Vena supervisialis tampak lebih jelas
l. Ubun ubun besar cekung
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
n. Anoreksia
o. Sering bangun malam

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Mengukur TB dan BB
c. Menghitung indeks masa tubuh, yaitu BB (kg) di bagi dengan TB
(m)

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan marasmus mengikuti langkah utama penatalaksanaan
gizi buruk yaitu sebagai berikut :

a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia


Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika
anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan
makanan sering/cair 2-3jam sekali. Jika anak tidak dapat makan
(tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.

b. Pengobatan pencegahan hipotermia


Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh rendah <36° celcius. Pada
keadaan ini anak harus dihangatkan dengan cara ibu atau orang
dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau
dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan

pg. 44
lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan
pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30menit sekali. Jika suhu
anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan
selimut/pakaian rangkapagar tidak jatuh kembali pada keadaan
hipotermia.

c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan


Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat
kehausan, mata cekung, nadi lemah, teraba dingin, anak tidak buang
air kecil dalam waktu cukup lama. Tindakan yang dapat dilakukan:
- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2
jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum,
lakukan tindakan dehidrasi iral dengan memberi minum anak 50
ml (3sendok makan) setiap 30menit dengan sendok. Cairan
rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.
- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan
Nacl dengan perbandingan 1:1

d. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit


Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya:
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasm
rendah.
- Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan
untuk pemulihan keseimbangan elektolit diperlukan waktu
minimal 2 minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam
/rendah garam, untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1liter yang
diencerkan 2x (dengan pe+an 1liter air) ditambah 4gr kecil dan

pg. 45
50gr gula atau bila balita KEP bisa makan diberikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral bentuk makanan
lumat.
e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat
secara rutin diberikan antibiotik spektrum luar.

f. Pemberian makanan, balita KEP berat


1) Fase stabilisasi (1-2hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
karena keadaan faali anaksangat yg sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang, pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja, formula
khusus seperti formula WHO 75/modifikasi/modisko 1/2 yang
dilanjutkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun agar dapat
mencapai prinsip tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil,
sering, rendah serat, dan rendah laktosa, energi 100kkal/kg/hari,
protein 1-1,5 gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema
berat 100/ml/kgbb/hari), bila anak mendapat ASI teruskan,
dianjurkan memberi formula WHO 75/pengganti/modisco 1/2
dengan gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok atau
pipet , pemberian formula WHO 75/pengganti/modisco 1/2 atau
pengganti dan jadwal pemberian makanan harus sesuai dengan
kebutuhan anak.
2) Fase transisi (minggu II)
• Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara
perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi
bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara
mendadak.

pg. 46
• Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 -
1.0 gr /100ml) dengan formula khusus lanjutan dalam jangka waktu
48jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asam
kandungan energi dan protein sama.
• Naikkan dengan 10ml setiap kali sampai hanya sedikit
formula tersisa ,biasanya pada saat tercapai jumlah 30ml/kgbb/kali
pemberian (200ml/kgbb/hari).
3) fase rehabilitasi (minggu III-VII)
• Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 1/2 dengan
jumlah tidak terbatas dan sering
• Energi : 150-220kkal/kgbb/hari
• Protein : 4-6gr/kgbb/hari
• Bila anak masih mendapatkan ASI, teruskan ASI, ditambah
dengan makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupiuntuk tumbuh kejar.
• Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

6. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas klien meliputi
- Nama klien: sesuai dengan nama pasien.
- Usia: klien marasmus biasanya berusia kurang dari 5
tahun (balita)
- Jenis kelamin: terjadi pada jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan
- Agama: bergantung pada pasien
- Pendidikan: anak biasanya belum sekolah, sedangkan
orangtua anak biasanya berpendidikan rendah.
- Alamat: klien dengan marasmus biasanya bertempat
tinggal di daerah dengan pemukiman kumuh atau
pemukiman padat penduduk.

pg. 47
b) Identitas Keluarga
- Nama orang tua: sesuai dengan nama bapak dan
ibu atau keluarga penanggung dari klien.
- Alamat orang tua: sama dengan anak
- Pendidikan orang tua: biasanya orang tua klien
berpendidikan rendah.
- Pekerjaaan orang tua: pekerjaan orangtua klien
dengan marasmus biasanya adalah sebagai buruh
atau dengan status sosial ekonomi rendah.
c) Data subjektif
- Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering
mual dan muntah.
- Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering rewel
dan nangis terus padahal sudah diberi makan.
- Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya semakin
kurus badannya.
- Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya juga sering
diare.
d) Data objektif
- Pasien tampak sangat kurus,
- Rambut pasien tampak kemerahan,
- Perut pasien terlihat cekung,
- Wajah pasien tampak seperti orang tua (berkerut)
- Kulit pasien tampak keriput.
e) Keluhan utama
f) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan
keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang

pg. 48
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan
gizi.
- Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi
pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah
dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah
riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
(riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama).
- Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi
keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi
dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
pasien dan lain-lain.

2) Pengkajian pola fungsi kesehatan


a) Pola nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dan
mual muntah.
b) Pola eliminasi: klien biasanya mengalami diare.
c) Pola aktivitas dan integritas ego: klien biasanya mengalami
gangguan aktifitas karena mengalami kelemahan tubuh yang
disebabkan oleh gangguan metabolism.
d) Pola istirahat dan tidur: klien sering rewel karena selalu
merasa lapar meskipun sudah diberi makan sehingga sering
terbangun pada malam hari.

pg. 49
e) Pola higiene: kebersihan diri klien kurang, kulit tampak
kusam, rambut kemerahan.
f) Pola pernapasan: adanya suara whezzing dan ronkhi akibat
adanya penyakit penyerta seperti bronkopneumonia.
g) Pola keamanan: klien sangat rentan untuk terjangkit infeksi
karena system imun yang menurun.
h) Pola seksualitas: tidak mengalami gangguan.

3) Pengkajian fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi
dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan
dengan metode head to toe yang meliputi: keadaan umum dan
status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
a) Pengkajian fisik dengan metode head to toe
- Keadaan umum klien, meliputi: kesadaran
composmentis: lemah, rewel, kebersihan kurang,
berat badan kurang, tinggi badan, nadi cepat dan
lemah, suhu meningkat, dan pernapasan takipneu.
- Kepala: lingkar kepala klien biasanya lebih kecil
dari normal, warna rambut kusam.
- Muka: tampak seperti wajah orang tua.
- Mata: konjungtiva anemis.
- Hidung: biasanya terdapat sekret dan terpasang
selang NGT untuk memenuhi intake nutrisi.
- Mulut: biasanya terdapat lesi, mukosa bibir kering
dan bibir pecah-pecah.
- Leher: biasanya mengalami kaku duduk.
- Torax : adanya tarikan dada saat bernapas

pg. 50
- Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising
usus meningkat, suara hipertimpani.
- Ekstremitas atas: lingkar atas abnormal, akral
dingin dan pucat.
- Ektremitas bawah: terjadi edema tungkai.
- Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kulit keriput,
CRT: > 3 detik,(Capernito,2000).

b) Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:


 Inspeksi
- klien tampak kurus, ada edema pada muka dan
kaki;
- warna rambut kemerahan, kering dan mudah
patah/dicabut;
- Mata terlihat cekung dan pucat;
- Terlihat pergerakan usus
- Ada pembesaran/edema pada tungkai.
 Auskultasi
- Bunyi peristaltik usus meningkat;
- Bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.
 Perkusi
- Terdengar adanya shifting dullnees;
- Terdengar bunyi hipertimpani.
 Palpasi
- Hati: terjadi pembesaran hati.

c) Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak.


- Mengukur tinggi badan dan berat badan anak
- Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam
kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter)
- Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah
belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan,

pg. 51
sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung
(kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
- Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar
lengan atas (LLA) untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang
tidak berlemak).
d) Pemeriksaan Laboratorium
- Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan
berbagai vitamin, kadar albumin yang rendah karena
kurangnya konsumsi protein, kadar globumin normal
atau sedikit tinggi, kadar asam amino esensial dalam
plasma relatif lebih rendah daripada asam amino non
esensial.
- Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat,
fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononuklear. Pada
perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung
vakual lemak yang besar.
- Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua
organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung,
osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem
limfold dan atrofi kelenjar timus.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-


Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat
badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
- Penurunan ukuran antropometri

pg. 52
- Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering,
halus, jarang dan mudah dicabut).
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan
lemak pipi), edema palpebra.
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk,
sesak, ronchi, retraksi otot intercostal).
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising
usus dapat meningkat bila terjadi diare.
- Edema tungkai.
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya
crazy pavement dermatosis terutama pada bagian
tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa
popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

b. Diagnosa
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan
tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

c. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Tindakan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : Pasien 1. Dapatkan 1. Untuk mengetahui
mendapat nutrisi yang riwayat diet asupan kalori
nutrisi
adekuat 2. Dorong orangtua 2. Untuk
kurang dari Kriteria hasil : atau anggota meningkatkan
meningkatkan keluarga lain selera makan
kebutuhan
masukan oral untuk menyuapi
tubuh anak atau ada
disaat makan
berhubungan
3. Meningkatkan
dengan asupan nutrisi

pg. 53
intake 3. Sajikan makan
sedikit tapi 4. Proses
makanan
sering penyembuhan pada
tidak adekuat 4. Sajikan porsi anak
kecil makanan
(nafsu makan
dan berikan
berkurang). setiap porsi
secara terpisah
Defisit Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui
dehidrasi tanda vital dan keadaan umum
volume
Kriteria hasil : tanda-tanda
cairan Mukosa bibir lembab, dehidrasi 2. Mengetahui
tidak terjadi 2. Monitor jumlah intake dan
berhubungan
peningkatan suhu, dan tipe output
dengan diare. turgor kulit baik. masukan cairan 3. Cairan dalam
3. Ukur haluaran tubuh
urine dengan 4. Mengetahui
akurat output cairan
dalam tubuh
Gangguan Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor 1. Mengetahui
gangguan integritas kemerahan, keadaan umum
integritas
kulit pucat,ekskoriasi 2. Untuk
kulit Kriteria hasil : 2. Dorong mandi meningkatkan
kulit tidak kering, 2xsehari dan personal
berhubungan
tidak bersisik, gunakan lotion hygiene
dengan elastisitas normal setelah mandi
3. Massage kulit 3. Mempelancar
gangguan
Kriteria hasil peredaran darah
nutrisi/status ususnya diatas
penonjolan
metabolik.
tulang

Resiko tinggi Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci tangan 1. Meningkatkan


menunjukkan tanda- sebelum dan kebersihan
infeksi
tanda infeksi sesudah personal
berhubungan Kriteria hasil : suhu melakukan
tubuh normal 36,6 C- tindakan
dengan
37,7 C,lekosit dalam 2. Pastikan semua 2. Mencegah
kerusakan batas normal alat yang kontak terjadinya
dengan pasien infeksi
pertahanan
bersih/steril
tubuh 3. Instruksikan 3. Meningkatkan
pekerja pengetahuan
perawatan pada keluarga
kesehatan dan
keluarga dalam
prosedur control
infeksi

pg. 54
4. Beri antibiotik 4. Sesuai dengan
sesuai program program
Kurang Tujuan : pengetahuan 1. Tentukan 1. Agar keluarga
pasien dan keluarga tingkat pasien
pengetahuan
bertambah pengetahuan mengetahui
berhubungan Kriteria hasil : orangtua kesehatan
Menyatakan kesadaran pasien lebih lanjut
dengan kurang
dan perubahan pola 2. Mengkaji 2. Program
nya informasi. hidup,mengidentifikasi kebutuhan kesehatan
hubungan tanda dan diet dan
gejala. jawab
pertanyaan
sesuai
indikas
3. Dorong 3. Proses
konsumsi pemulihan
makanan penyakit
tinggi serat
dan
masukan
cairan
adekuat
4. Berikan 4. Meningkatkan
informasi pengetahuan
tertulis orang tua
untuk
orangtua
pasien

d. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan nutrisi kurang dari 1. Mendapatkan riwayat diet
2. Mendorong orangtua atau anggota keluarga lain
kebutuhan tubuh berhubungan
untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
dengan intake makanan tidak 3. Meminta anak makan dimeja dalam kelompok
dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
adekuat (nafsu makan
4. Mengunakan alat makan yang dikenalnya
berkurang). 5. Perawat harus ada saat makan untuk
memberikan bantuan, mencegah gangguan dan
memuji anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makan sedikit tapi sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan dan berikan
setiap porsi secara terpisah

pg. 55
Defisit volume cairan 1. Mendapatkan riwayat tanda-tanda vital
berhubungan dengan diare 2. Menghitung input dan output klien
3. Mengukur haluaran keakuratan urin klien
Gangguan integritas kulit 1. Menggunakan lotion setiap setelah mandi pada
berhubungan dengan gangguan kulit klien.
nutrisi/status metabolik 2. Mendorong orangtua dalam memandikan klien
2x sehari.
3. Mendapatkan massage kulit secara rutin tiap 2
hari sekali.
Resiko tinggi infeksi berhubungan 1. Melakukan cuci tangan sebelum dan setelah
tindakan
dengan kerusakan pertahanan
2. Menginstruksikan tim kesehatan dan keluarga
tubuh untuk protap kontrol nfeksi
3. Menyajikan makanan tinggi karbohidrat dan
protein
4. Mendapatkan riwayat tanda-tanda vital
Kurang pengetahuan berhubungan 1. Meningkatkan program pendidikan kesehatan
dengan kurang nya informasi kepada keluarga klien
2. Mendapatkan riwayat diet sesuai indikasi
3. Mendorong keluarga untuk menyajikan makanan
tinggi serat dan intake cairan yang adekuat

e. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan nutrisi kurang dari S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
nafsu makan ”
kebutuhan tubuh berhubungan
O: BB pasien naik
dengan intake makanan tidak A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
adekuat (nafsu makan
berkurang).

Defisit volume cairan S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
berhubungan dengan diare sudah tidak diare lagi.”
O: mukosa bibir lembab dan turgor kulit
membaik
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
Gangguan integritas kulit S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
berhubungan dengan gangguan sudah tidak bersisik lagi kulitnya.”
nutrisi/status metabolik O: kulit sudah elastic dan tidak bersisik
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan

pg. 56
Resiko tinggi infeksi berhubungan S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
sudah tidak pucat lagi matanya.”
dengan kerusakan pertahanan
O: suhu normal dan Hb normal
tubuh A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan S: orang tua pasien mengatakan “sus, saya suda
dengan kurang nya informasi tau penyebabnya.”
O: Nampak perubahan persepsi dari segi kognitif
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan

pg. 57
D. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Keracunan
1. Definisi
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan
dapat menimbulkan kematian.
Keracunan adalah kondisi atau keadaan fisik yang terjadi jika suatu zat,
dalam jumlah relatif sedikit, terkena zat tersebut pada permukaan tubuh,
termakan, terinjeksi, terhisap, atau terserap dan selanjutnya
menyebabkan kerusakan struktual atau gangguan fungsi. (Donna L.
Wong, 2003)

2. Etiologi
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan
yang dapat menyebabkan keracunaan adalah :
a. Obat-obatan :, digitalis, aminofilin Salisilat, asetaminofen
b. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
c. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik,
hidrokarbon
d. Zat kimia pertanian : Insektisida
e. Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
f. Bisa ular atau serangga

3. Gejala keracunan pada anak

a. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.


b. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan,
anak terlihat lemah.
c. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
d. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan
pandangan kabur.
e. Bingung.
f. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan
pernafasan.

pg. 58
g. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi ; demam tinggi, haus,
banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan
membran mukosa.

4. Patofisiologi
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan
tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh.
Bahan-bahan yang dapat
menyebabkan keracunaan adalah :
1. Makanan
2. Bahan-bahan kimia
3. Obat-obatan
4. Bahan-bahan keperluan rumah tangga (Household poison)
Oleh karena anak kecil lebih sering berada dirumah maka keracunan
yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh bahan-bahan yang ada
di rumah atau sekitar rumah.

5. Manisfestasi klinis keracunan pada anak


Menurut Nanda Nic Noc 2013 dijelaskan bahwa manisfestasi klinis yang
muncul adalah:
a. Gejala yang paling menonjol, meliputi:
- Kelainan visus
- Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
- Gangguan saluran pencernaan
- Kesukaran bernafas

b. Keracunan ringan
- Anoreksia
- Nyeri kepala
- Rasa lemah
- Rasa takut
- Tremor pada lidah dan kelopak mata
- Pupil miosis

pg. 59
c. Keracunan sedang
- Nausea
- Muntah muntah
- Kejang dan kram perut
- Hipersaliva
- Hiperhidrosis
- Fasikulasi otot
- Bradikardi

d. Keracunan berat
- Diare
- Reaksi cahaya negatif
- Sesak nafas
- Sianosis
- Edema paru
- Ikontinensia urine dan feses
- Kovulsi
- Koma
- Blokade jantung yang berkunjung kematian
6. Macam macam keracunan
a. KERACUNAN HIDROKARBON
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah
minyak tanah,bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api.
Gejala klinik : terutama terjadi sebagai akibat dari irritasi pulmonal dan
depressi susunan saraf pusat.
1) Irritasipulmonal: batuk,sesak,retraksi,tachipneu,cyanosis,batuk
darah dan udema paru.Pada pemeriksaan foto thorak bisa didapatkan
adanya infiltrat di kedua lapangan paru, effusi pleura atau udema
paru.
2) Depressi CNS : Terjadi penurunan kesadaran mulai dari patis sampai
koma,kadang-kadang disertai kejang.
3) Gejala-gejala GI Tract : Mual, muntah, nyeri perut dan diare

pg. 60
b. KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat terjadi karena :
1) Makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang
berbahaya (singkong, jamur dsb.)
2) Timbul zat beracun dalam makanan tersebut karena proses
pengolahan dan penyimpanan
3) Makanan tercemar oleh zat beracun baik disengaja ( pengawet,zat
warna,penyedap ) ataupun tidak disengaja (salmonella,
staphylococcus dsb.)

c. KERACUNAN KETELA POHON


Dapat terjadi karena ketela pohon yang mengandung cyanogenic
unamarine (mengandung HCN). Gejala klinis:
1) Tergantung pada kandungan HCN, kalau banyak dapat
menyebabkan kematian dengan cepat
2) Penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan
sesak
3) Pernafasan cepat dengan bau khas ( bitter almond )
4) Kejang, lemas, berkeringat,mata menonjol dan midriasis
5) Mulut berbusa bercampur darah
6) Warna kulit merah bata ( pada orang kulit putih ) dan sianosis

d. KERACUNAN JENGKOL
Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam jengkolat
di tubuli,ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan
jengkol. Gejala klinik:
1) Sakit pinggang,nyeri perut,muntah,kencing sedikit-sedikit dan
terasa sakit
2) Hematuria,oliguria sampai anuria dan kencing bau jengkol
3) Dapat terjadi gagal ginjal akut

pg. 61
e. BOTULISME
Disebabkan oleh kuman Clostridium botulinum yang sering terdapat
dalam makanan kaleng yang rusak atau tercemar kuman tersebut. Gejala
klinik:
1) Mata kabur,refleks cahaya menurun atau negatif,midriasis dan
kelumpuhan otot-otot mata
2) Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik
3) Dysphagia, dysarthria
4) Kelumpuhan ( general paralyse )

f. SALISILAT
Merupakan keracunan obat-obatan yang paling sering dijumpai pada
anak. Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya keracunan salisilat
adalah:
1) Kemasan salisilat yang dibuat dengan bentuk yang menarik
dengan rasa yang disukai anak-anak ditambah dengan gencarnya
usaha promosi melalui media massa.
2) Penggunaan obatt-obatan yang mengandung salisilat secara
berlebihan oleh orang tua yang tidak mengetahui bahaya salisilat.
3) Obat-obatan salisilat bisa didapatkan dengan mudah dan harga
yang murah.
7. Komplikasi keracunan
a. Henti nafas
b. Henti jantung
c. Korosi esofagus/trachea jika substansi penyebabnya teringesti
d. Syok, syndrome gawat nafas akut
e. Edema serebral, konvulsi

8. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Ferrichloride : tambahkan ferri chloride 10% pada urine. Tes
positif bila urine kemudian berwarna ungu.
b. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl),
elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
c. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

pg. 62
d. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan
karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang
berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi
supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler,
asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan
elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung
iskemik.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan, setiap kasus
keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawat yang
mengancam nyawa. Penilaian tetrhadap tanda tanda vital seperti
jalan nafas, sirkulasi dan penurunan kesadaran harus dilakukan
secara cepat.
b. Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan periksa
pernafasan dan nadi, infus dextrose 5% 15-0 tpm. Nafas buatan,
oksigen, hisap lendir dalam saluran pernafasan hindari obat
obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada
kegegalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat penolong.
Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask
atau menggunakan alat bag-valve – mask.
c. Eleminasi
Emensis, merangsang penderita supaya muntah pada
penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15-30
ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis

pg. 63
(intestinal lavage) dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai di usus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage pada oenderita yang
kesadarannya menurun atau pada penderita yang tidak
kooperative. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan
memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emensis katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4-6 jam, pada koma
derjat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya
dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon.

10. Proses Keperawatan


a. Pengkajian

1) Data subyektif
- Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak
seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,
adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan
status kesadaran.
- Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2) Data obyektif
- Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi
dan perdarahan saluran pencernaan.
- Susunan saraf pusat: pernapasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
- BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas, dan
berkeringat.

pg. 64
- Gangguan metabolisme karbohidrat : eksresi asam
organic dalam jumlah besar, hipoglikemia atau
hiperglikemi dan ketosis
- Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia. Gangguan elektrolit : hiponatremia,
hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia.
b. Diagnosa
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
2) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
3) Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan

c. Intervensi
No Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Tidak efektifnya 1) Jika pernafasan depresi 1) jalan nafas
pola nafas b.d ,berikan oksigen dan menjadi lebih
hipoventilasi/hiper lakukan suction. efektif atau
ventilasi Ventilator mungkin bisa kembali
diperlukan normal
2) Pertolongan pertama yang 2) merupakan
dilakukan meliputi : langkah awal
tindakan umum yang dari
bertujuan untuk keselamatan
keselamatan pasien
hidup,mencegah
penyerapan dan penawar
racun ( antidotum ) yang
meliputi resusitasi, : Air
way, breathing, circulasi
eliminasi untuk
menghambat absorsi
melalui pencernaaan
dengan cara kumbah
lambung, emesis, atau
katarsis dan keramas
rambut.
3) Perawatan suportif; 3) Dengan
meliputi mempertahankan adanya
agar pasien tidak sampai perawatan
demam atau mengigil, suportif, akan
monitor perubahan- lebih
perubahan fisik seperti memudahkan
perubahan nadi yang proses
cepat, distress pernafasan, pemulihan
sianosis, diaphoresis, dan kesehatan

pg. 65
tanda-tanda lain kolaps Pasien
pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau
kematian.
Resiko tinggi 1. Monitir vital sign setiap 1. untuk lebih
kehilangan cairan 15 menit untuk beberapa memudahkan
tubuh berhubungan jam dan laporkan perawat,
dengan mual dan perubahan segera kepada dokter, dan
muntah dokter. petugas
kesehatan
lainnya dalam
memberikan
perawatan
kesehatan
kepada klien
2. Catat tanda-tanda seperti 2. untuk
muntah,mual,dan nyeri mengetahui
abdomen serta monitor sejauh mana
semua muntah akan tingkat nyeri
adanya darah. yang
dirasakan
klien serta
perubahan
yang terjadi
3. Observasi feses dan 3. mengetahui
urine serta pertahankan pola
cairan intravenous sesuai perkembangan
pesanan dokter. eliminasi
Tidak efektifnya 1. Memberikan penjelasan 1. Orang tua
koping individu pada orang tua dapat ikut
berhubungan sehubungan dengan berperan serta
dengan kecemasan yang sedang dialami dalam proses
anak perawatan
2. Memberikan health pada anak
education pada orang tua sakit
tentang penyebab 2. Menambah
keracunan pengetahuan
atau wawasan
orang tua
3. Memberikan teknik 3. Merupakan
relaksasi pada anak. salah satu cara
yang dapat
mengatasi
rasa nyeri,
membuat
klien merasa
lebih nyaman
dan tenang

pg. 66
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan


dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain.
Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan
tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian
sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh
manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit

B. SARAN

Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk


diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat
dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang dengan di
imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus
dilakukan setiap hari, karena tanpa makan setiap hari maka tubuh manusia
bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.

pg. 67
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15.


Alih bahasa oleh Wahab. Jakarta: EGC.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-1014. Jakarta: EGC.

Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.

pg. 68

S-ar putea să vă placă și