Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KONSEP LANSIA
1. Pengertian Menua
Menurut padila (2013), Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual : dimana
proses menua pada setiap orang terjad dengan usia yang berbeda, setiap lanjuat usia
mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda. Tidak ada satu faktor pun yang
ditemukan dapat mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua
(masih muda) tetapi telah munujukan kekurangan yang mencolok adapula orang yang
tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat. Harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes melitus,
rematik, asam urat, dimensia semilis, sakit ginjal dan lain-lain.
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya
bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dua kelompok, yaitu yang termasuk
kelompok teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori yang merupakan, teori biologis adalah sebagai berikut :
1) Teori Jam Genetik
Secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam intisel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi metosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup
(life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah
sekitar 50 kali sesl-selnya diperkirakan sesudah itu akan mengalami deteriorasi.
2) Teori cross-linkage ( rantai silang )
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molukuler,
lama kelamaan akan meningkat kekuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan
karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang
sangat kuat.
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
4) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
5) Teori Imunologi
Didalam metabolisme tubuh suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah. Sistem imun menjadi kurang efektif dalam memperthankan
diri, regulasi dan resposibilitas.
6) Teori Stres Adaptasi
Teori stres adaptasi menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenaerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
7) Teori Wear and Tear
Kelebihan usaha dan stres menyababkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
b. Teori Psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam
tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidapan
seseorang dan pencapainnya. Hasil akhir dan penyelesaian konflik antara
integritas ego dan keputusan adalah kebebasan.
2) Teori Stabilias Personal
Kepribadian sesorang terbentuk pada masa anak-anak dan tetap bertahan secara
stabil. Perubahan yang redikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit
otak.
c. Teori Sosial Kultural berikut
Teori yang merupakan sosiokultural adalah sebagaiberikut
1) Teori Pembebasan ( disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun
sehingga sering terjadi kehilangan ganda.
2) Teori aktifitas
Toeri ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam berkativitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan.
d. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut:
1) Teori ini mengatakan tenang konsekuensi fungsional usia lanjut yang
berhubungan dengan perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan
2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif dengan
intervensi menjadi positif
3. Mitos-mitos Lasia
Menurut lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos sebagai berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat penderitaan
karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua ( lanjut usia
merupakan masa berpenyakit dan kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
Menurut lilik ma’rifatul (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memnuhi undangan
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut, sulit dilayani
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang terang,
mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
e. Tipe bingung
kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif,
mental, sosial dan ekonominya.
a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan
mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam
lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke
darah.
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan
duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra
lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukogen
langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu
sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim
2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu
kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai
saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler
darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai
asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah
dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan,
sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan
b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah
merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai
beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842
berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah
dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas
mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi
3. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama
kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan
akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak
mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang
masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap
menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto –
asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi
10 Meq/Liter.
4. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan
nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang dahulu dikenal dengan
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan
kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa
ke fetus.
5. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi
eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom
yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan
kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus
mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka
hanya 1, 96 %.
1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap
Diabetes Mellitus.
2.) Nutrisi
3.) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia
sementara.
4.) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal
terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang
telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena
insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah
dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting
8. Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi,
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam
melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis
dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari
pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang
c. Eliminasi
d. Nutrisi
e. Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
f. Nyeri
g. Respirasi
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
3. Rencana Keperawatan
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
secara individual.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
Tujuan :
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
oleh pasien.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
nutrisi pasien.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
Tujuan :
Intervensi :
2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
Tujuan :
- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab
Intervensi :
1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat
mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
Tujuan :
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan
faktor penyebab.
- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih
gaya hidup.
makan/mentaati program.
4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang
terdekat.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum dalam
rencana keperawatan.
5. Evaluasi
e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?
Azizah, Lilik Ma’ rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Ningsih, Nurma, Lukman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho. W. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Sustrani, Lanny, Syamsir Alam & Iwan Hadibroto. 2005. Asam Urat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.