Sunteți pe pagina 1din 20

A.

KONSEP LANSIA

1. Pengertian Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita, proses menua merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir umumnya dialami semua
makhluk hidup (Nugroho, 2000, Hal 13-14).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya denagn terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan
jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2000, Hal 13-14).
2. Teori-teori Proses Menua

Menurut padila (2013), Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual : dimana
proses menua pada setiap orang terjad dengan usia yang berbeda, setiap lanjuat usia
mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda. Tidak ada satu faktor pun yang
ditemukan dapat mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua
(masih muda) tetapi telah munujukan kekurangan yang mencolok adapula orang yang
tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat. Harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes melitus,
rematik, asam urat, dimensia semilis, sakit ginjal dan lain-lain.
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya
bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dua kelompok, yaitu yang termasuk
kelompok teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori yang merupakan, teori biologis adalah sebagai berikut :
1) Teori Jam Genetik
Secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam intisel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi metosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup
(life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah
sekitar 50 kali sesl-selnya diperkirakan sesudah itu akan mengalami deteriorasi.
2) Teori cross-linkage ( rantai silang )
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molukuler,
lama kelamaan akan meningkat kekuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan
karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang
sangat kuat.
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
4) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

5) Teori Imunologi
Didalam metabolisme tubuh suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah. Sistem imun menjadi kurang efektif dalam memperthankan
diri, regulasi dan resposibilitas.
6) Teori Stres Adaptasi
Teori stres adaptasi menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenaerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
7) Teori Wear and Tear
Kelebihan usaha dan stres menyababkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
b. Teori Psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam
tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir merefleksikan kehidapan
seseorang dan pencapainnya. Hasil akhir dan penyelesaian konflik antara
integritas ego dan keputusan adalah kebebasan.
2) Teori Stabilias Personal
Kepribadian sesorang terbentuk pada masa anak-anak dan tetap bertahan secara
stabil. Perubahan yang redikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit
otak.
c. Teori Sosial Kultural berikut
Teori yang merupakan sosiokultural adalah sebagaiberikut
1) Teori Pembebasan ( disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun
sehingga sering terjadi kehilangan ganda.

2) Teori aktifitas
Toeri ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam berkativitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan.
d. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut:
1) Teori ini mengatakan tenang konsekuensi fungsional usia lanjut yang
berhubungan dengan perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan
2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif dengan
intervensi menjadi positif

3. Mitos-mitos Lasia

Menurut lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos sebagai berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat penderitaan
karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua ( lanjut usia
merupakan masa berpenyakit dan kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.

4. Tipe-tipe Lanjut Usia

Menurut lilik ma’rifatul (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri denan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memnuhi undangan
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut, sulit dilayani
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang terang,
mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan
e. Tipe bingung
kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif,
mental, sosial dan ekonominya.

5. Perubahan Akibat Proses Menua

a. Perubahan fisik dan fungsi Sel :


1) Jumlah sel menurun / lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan inttraselular berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaika sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, berat berkurang 5 – 10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar (Nugroho, 2008, h. 27)
b. Perubahan Sistem Persyarafan pada Lansia
Pada sistem persyarafan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain
:
1) Menurun hubungan persyarafan
2) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress
3) Mengecilnya syaraf panca indera
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium
& perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin (Nugroho, 2008, h. 27 - 28)
c. Perubahan Sistem Pendengaran pada Lansia
Pada sistem pendengaran terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara
lain :
1) Gangguan pendengaran : Hilangnya (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
keteganggan / stres
5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa
terus menerus atau intermiten) (Nugroho, 2008, h. 28)
d. Perubahan Sistem Penglihatan pada Lansia
Pada sistem penglihatan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain
:
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respons terhadap sinar
2) Kornea lebih berbentuk sferis
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
5) Penururnan / hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala
(Nugroho, 2008, h. 28 - 29)
e. Perubahan Sistem Kardiovaskular pada Lansia
Pada sistem kardiovaskular terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara
lain :
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
2) Menurunnya elastisitas dinding aorta
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
4) Menurunnya curah jantung
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak)
6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan
7) Dan tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg) (Nugroho, 2008, h. 29)
f. Perubahan Sistem Pengaturan Suhu Tubuh pada Lansia
Pada pengaturah suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi bebagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC akibat
metabolisme yang menurun
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil,
pucat, dan gelisah
3) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008, h. 29)
g. Perubahan Sistem Pernafasan pada Lansia
Pada sistem pernafasan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain :
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan
menjadi kaku
2) Aktivitas silia menurun
3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas
menurun
4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang
5) Berkurangnya elastisitas bronkus
6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
7) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti, pertukaran gas terganggu
8) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
9) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun seiring
bertambahnya usia (Nugroho, 2008, h. 29 - 30)
h. Perubahan Sistem Pencernaan pada Lansia
Pada sistem pencernaan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain
:
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit
3) Esofagus melebar
4) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu pengosongkan lambung menurun
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
7) Hati semakin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah (Nugroho, 2008, h. 30)
i. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Seksual pada Lansia
1) Perubahan sistem reprduksi
Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut karena uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva, selaput lendir vagina
menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali
dan terjadi perubahan warna (Nugroho, 2008, h. 30 - 31)
2) Kegiatan seksual
Ada pandangan bahwa pada usia lanjut, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan
daya seks dalam hubungan seks menurun. Fakta : kehidupan seks pada lanjut
usia berlangsung normal dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan
meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi (Nugroho, 2008, h. 19)
j. Perubahan Sistem Genitourinaria pada Lansia
Pada sistem genitourinaria terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara
lain :
1) Ginjal, Mengecilnya nephron akibat atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 % sehingga fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria
(biasanya + 1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat, vesika
urinaria sulit dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi
urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
4) Atropi vulva
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna (Nugroho, 2008, h. 31 - 32)
k. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Sistem endokrin pada
lansia terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain :
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
3) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH
4) Menurunnya aktivitas tiriod dan menurunnya daya pertukaran zat
5) Menurunnya produksi aldosteron
6) Menurunnya sekresi hormon kelamin : progesteron, estrogen, testosterone
menurun (Nugroho, 2008, h. 32)
l. Perubahan Sistem Integumen pada Lansia
Pada sistem integumen terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara lain :
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Permukaan kulit cenderung kusam & bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
3) Timbulnya bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata
pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda coklat.
4) Terjadinya perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut - kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis
5) Respon terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun karena produksi serum menurun; produksi
vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu
7) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
8) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
9) Berkurangnya elatisitas akibat menurunnya cairan vaskularisasi
10) Pertumbuhan kuku lebih lambat
11) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
12) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
13) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
14) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang (Nugroho, 2008, h. 33)
m. Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia
Pada sistem muskuloskeletal terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi, antara
lain :
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut
4) Kifosis
5) Gerakan pinggang, lutut, dan jari – jari pergelangam terbatas
6) Gangguan gaya berjalan
7) Kekakuan jaringan penghubung
8) Persendian membesar dan menjadi kaku
9) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot
kram, dan menjadi tremor (Nugroho, 2008, hh. 33 - 34)
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan

neurologis (Barbara C. Long, 1995).

b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan

mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak

adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).

c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan

keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi

penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,

panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam

lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke

darah.

Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan

duodenum.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra

lumbalis pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukogen

langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu

sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa

mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim

dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :


1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida

dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.

2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.

3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu

kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai

saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler

darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang

dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon

1). Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai

asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah

dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.

Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan,

sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan

dalam hati dengan bentuk glukagon.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah

merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih

menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap

hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai

beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan

konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842

dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.) Pemecahan glikogen (glikogenesis)

b.) Peningkatan glukogenesis


Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas

berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah

dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas

mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi

glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.

3. Patofisiologi

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama

kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan

akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)

Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan

metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan

aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak

mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang

masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam

jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap

menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah

dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto –

asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi

10 Meq/Liter.

4. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan

nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah

terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat

disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang dahulu dikenal dengan

nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :

1.) Non obesitas

2.) Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi

insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat

kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan

kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon

chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa

ke fetus.

5. Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi

eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom

yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :

a. Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan

kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus

mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka

hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetik

1.) Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap

Diabetes Mellitus.

2.) Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.) Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia

sementara.

4.) Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah

somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,

feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat


6. Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal

terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit

sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga

untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang

telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain

yaitu lemak dan protein.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena

insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan

pembentukan katarak.

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah

dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang

dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes

tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi

dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting

dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8. Komplikasi

a. Akut

1.) Hypoglikemia

2.) Ketoasidosis

3.) Diabetik

b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi,

pembuluh darah otak.

2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.

3.) Neuropati diabetic.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja

sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam

melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis

dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,

mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan

mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

endokrin.

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari

pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat

kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada

waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang

sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan

bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.


h. Keamanan

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,

ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

3. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor

kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas

normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari

terapi yang diberikan.

4.) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.


Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien

secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

penurunan masukan oral.

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi biasanya

- Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan

oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini

dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami

nutrisi pasien.

5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :

1). Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis

atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang

berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4). Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2.) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai

kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan

orientasi pada lingkungannya.

4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi

sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,

ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

- Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab

untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

1.) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan

penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.

2.) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat

mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan

umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :

- Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan

faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :

1.) Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil

bagian dalam proses belajar.

2.) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih

gaya hidup.

3.) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.


Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan

makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang

terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum dalam

rencana keperawatan.

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?

b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?

c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?

d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?

e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?

f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?

g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’ rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC
http://www.slideshare.net/efridorkerinci/woc-17447945?related=1 diakses pada
tanggal 09 april 2015 jam 14:10 WIB.

Mansjoer, Arif, dkk, (2009), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media


Aesculapius

Naga, S. Sholeh., 2012. Buku Panduang Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.


Jogjakarta. DIVA Press.

Ningsih, Nurma, Lukman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho. W. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC

Padila. (2013). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika

Sutanto, T. 2013. Asam Urat Deteksi Pencegahan Pengobatan. Yogyakarta: Buku


Pintar

Sustrani, Lanny, Syamsir Alam & Iwan Hadibroto. 2005. Asam Urat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Wilkinson, judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

S-ar putea să vă placă și

  • 3 F-GTK 2018 Ok
    3 F-GTK 2018 Ok
    Document25 pagini
    3 F-GTK 2018 Ok
    Tisna astrajingga
    Încă nu există evaluări
  • Kti Arpita
    Kti Arpita
    Document69 pagini
    Kti Arpita
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Standar Operasional Prosedur Pemasangan Oksigen
    Standar Operasional Prosedur Pemasangan Oksigen
    Document1 pagină
    Standar Operasional Prosedur Pemasangan Oksigen
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • COVER
    COVER
    Document1 pagină
    COVER
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • PP MMD
    PP MMD
    Document12 pagini
    PP MMD
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Sop Memberikan Obat Melalui IV
    Sop Memberikan Obat Melalui IV
    Document3 pagini
    Sop Memberikan Obat Melalui IV
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Prosedur Tindakan Mobilisasi
    Prosedur Tindakan Mobilisasi
    Document6 pagini
    Prosedur Tindakan Mobilisasi
    Roby4
    Încă nu există evaluări
  • Tirsa
    Tirsa
    Document21 pagini
    Tirsa
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Document2 pagini
    Lamp Iran
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • NCP Baru HPT
    NCP Baru HPT
    Document6 pagini
    NCP Baru HPT
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Document21 pagini
    Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Document48 pagini
    Askep Komunitas Desa Poniki Jaga I
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Document15 pagini
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Copy Desa Poniki
    Copy Desa Poniki
    Document49 pagini
    Copy Desa Poniki
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Dokumenta Si
    Dokumenta Si
    Document12 pagini
    Dokumenta Si
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Makalah Patofisiologi Lanjut Neoplasia Keganasan DR - Anton
    Makalah Patofisiologi Lanjut Neoplasia Keganasan DR - Anton
    Document24 pagini
    Makalah Patofisiologi Lanjut Neoplasia Keganasan DR - Anton
    Liya Winaryoko
    100% (1)
  • Huruf Mading
    Huruf Mading
    Document8 pagini
    Huruf Mading
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Tata Tertib Praktek Kerja Lapangan
    Tata Tertib Praktek Kerja Lapangan
    Document1 pagină
    Tata Tertib Praktek Kerja Lapangan
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Ispa
    Ispa
    Document9 pagini
    Ispa
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Document15 pagini
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Struktur Posko Utama
    Struktur Posko Utama
    Document2 pagini
    Struktur Posko Utama
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Document1 pagină
    Daftar Hadir Mahasisa Kelompok Vii
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Struktur Posko Utama
    Struktur Posko Utama
    Document2 pagini
    Struktur Posko Utama
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Document1 pagină
    Latar Belakang
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Contoh Struktur PKL
    Contoh Struktur PKL
    Document2 pagini
    Contoh Struktur PKL
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • LP DM Cindy
    LP DM Cindy
    Document38 pagini
    LP DM Cindy
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • Hasil Pelaksanaan Musyawara Masyarakat Desa Kelompok I
    Hasil Pelaksanaan Musyawara Masyarakat Desa Kelompok I
    Document5 pagini
    Hasil Pelaksanaan Musyawara Masyarakat Desa Kelompok I
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • LP DM Cindy
    LP DM Cindy
    Document15 pagini
    LP DM Cindy
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • LP DM Cindy
    LP DM Cindy
    Document38 pagini
    LP DM Cindy
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări
  • LP DM Cindy
    LP DM Cindy
    Document15 pagini
    LP DM Cindy
    Nataniel Yurahben Aradjangu
    Încă nu există evaluări