Sunteți pe pagina 1din 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas atau community health nursing (CHN) adalah
sintesa praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang bersifat
komprehensif, holistik dan berlangsung secara terus menerus, diaplikasikan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan populasi dengan fokus praktek pada
masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Ervin, 2002; Stanhope & Lancaster, 2004; Nies & Swansons, 2000; American
Nurses Association/ ANA, 1980). Proses Keperawatan merupakan serangkaian
perbuatan tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanan pelayanan
keeprawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawata tersebut dilaksanakan
secara berurutan, terus menerus dan dinamis yaitu : pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait Asuhan
Keperawatan Komunitas
2. Tujuan khusus
Dengan pembuatan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami tentang Asuhan Keperawatan Komunitas
b. Memahami tentang Pengkajian Komunitas
c. Memahami Diagnosis Keperawatan dan Prioritas masalah Komunitas

C. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan studi pustaka yaitu dengan
menggunakan buku-buku sumber yang berada diperpustakaan dan jurnal.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima
kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masyarakat.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan objektif. Data
subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan dan komunitas. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien
atau medical record (Wahit, 2005).
1. Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu :
a. Wawancara atau anamnase
b. Pengamatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Angket

2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, social
ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena
2
itu data tersebut harus akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan
masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1) Data inti
(a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di
komunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan
termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan
praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas
(masyarakat rusal atau urban), keadaan demografi, struktur politik,
distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
(b) Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status
perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agam dan komposisi keluarga.
(c) Vital Statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau CDR,
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
(d) Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic
antara lain : dari angka mortalitas, morbiditas, IMR. MMR, cakupan
imunisasi. Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan
berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia.
Pada kelompok khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industri,
kelompok penyakit kronis, penyakit menular. Adapun pengkajian
selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini:
(a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
(b) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh
(c) Kejadian penyakit (dalam 1 tahun terakhir) : ISPA, Penyakit Asthma,
TBC Paru, Penyakit Kulit, penyakit mata, penykit rheumatic, penyakit
jantung, penyakit gangguan jiwa, kelumpuhan, penyakit menahun
lainnya.
(d) Riwayat Penyakit Keluarga

3
(e) Pola pemenuhan sehari-hari : Pola pemenuhan nutrisi, pola
pemenuhan cairan dan elektrolit, pola istirahat dan tidur, pola
eliminasi, pola aktivitas gerak, pola pemenuhan kebersihan diri
(f) Status Psikososial ; klomunikais dengan sumber-sumber kesehatan,
hubungan dengan orang lain, peran di masyarakat, kesedihan yang
dirasakan, stabilitas emosi, penelantaran anak atau lansia, perlakuan
yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasan
(g) Pola Pemanfaatan fasilitas kesehatan
(h) Pola Pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
(i) Pola perilaku tidak sehat seperti ; kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalah gunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam,
lemak dan purin.

2) Sub Data
1) Data Lingkungan Fisik
(a) Pemukiman ; Luas bangunan, Bentuk bangunan, Jenis bangunan,
Atap rumah, Dinding, Lantai,Ventilasi, Pencahayaan, Penerangan,
Kebersihan,, Pengaturan ruangan dan perabot, Kelengkapan alat
rumah tangga
(b) Sanitasi ; Penyediaan air bersih (MCK), Penyediaan air minum,
Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air, Sarana pembuangan air limbah
(SPAL), Pengelolaan sampah, Sumber polusi
(c) Fasilitas : Peternakan, pertanian, perikanan, Pekarangan, Sarana
olahraga, Taman, lapangan, Ruang pertemuan, Sarana hiburan,
Sarana ibadah
(d) Batas-batas wilayah : Sebelah utara, barat, timur, dan selatan.
(e) Sarana Ibadah

2) Pelayanan kesehatan dan social

4
(a) Pelayanan kesehatan ; Lokasi sarana kesehatan, Sumber daya yang
dimiliki (tenaga kesehatan dan kader), Jumlah kunjungan, System
rujukan
(b) Fasilitas social (pasar, took ,swayalan) : Lokasi, Kepemilikan,
Kecukupan

3) Ekonomi : Jenis Pekerjaan, Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,


Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, Jumlah pekerja dibawah umur,
ibu rumah tangga dan lansia

4) Keamanan dan transportasi


(a) Keamanan ; Sistem keamanan lingkungan, Penanggulangan
kebakaran, Penanggulangan bencana, Penanggulangan polusi, udara,
air dan tanah
(b) Transportasi
5) Politik dan Pemerintah
(a) Sistem pengorganisasian
(b) Struktur organisasi
(c) Kelompok organisasi dalam komunitas
(d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6) Sistem komunikasi
(a) Sarana umum komunikasi
(b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
(c) Cara penyebaran informasi

7) Pendidikan
(a) Tingkat pendidikan komunitas
(b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal) : Jenis
pendidikan yang diadakan di komunitas, Sumber daya manusia,
tenaga yang tersedia
(c) Jenis bahasa yang digunakan
8) Rekreasi
(a) Kebiasaan rekreasi

5
(b) Fasilitas tempat rekreasi

B. Pengolahan Data
1. Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan
cara sebagai berikut. Klasifikasi data atau kategorisaikan data
2. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly.
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data.

C. DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik yang
aktual maupun potensial.

1. Aktual: menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/ proses


kehidupan yang benar nyata pada individu, keluarga, komunitas. Hal ini
didukung oleh batasan karakteristik (manifestasi tanda dan gejala) yang saling
mengelompok dan saling berhubungan (NANDA, 2012-2014). Contoh
diagnosis aktual adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

b. gangguan menelan

c. gangguan pola tidur

d. disfungsi proses keluarga

e. ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga

2. Potensial mencakup promosi kesehatan/sejahtera/wellness: penilaian


klinis dari motivasi seseorang, keluarga, atau komunitas, dan keinginan untuk
meningkatkan keejahteraan mewujudkan potensi kesehatan manusia dan
menguatkan perilaku sehat secara khusus, misalnya melalui nutrisi dan
olahraga. Diagnosis promosi kesehatan dapat dapat digunakan di seluruh
status kesehatan. Namun kesiapan individu, keluarga dan masyarakat untuk
melakukan promosi kesehatan mempengaruhi mereka untuk mendapatkan
diagnosis promosi kesehatan. Setiap label diagnosis promosi kesehatan
6
diawali dengan frase: “Kesiapan meningkatkan”…… (NANDA, 2012-
2014). Selanjutnya agar tidak membingungkan dengan label sejahtera maka
label promosi kesehatan dan sejahtera disatukan menjadi label Promosi
Kesehatan. Contoh Diagnosis promosi kesehatan adalah:

a. Kesiapan meningkatkan nutrisi

b. Kesiapan meningkatkan komunikasi

c. Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan

d. Kesiapan meningkatkan pengetahuan

e. Kesiapan meningkatkan religiositas Kesiapan meningkatkan


pengetahuan

f. Kesiapan meningkatkan koping

g. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

h. Kesiapan meningkatkan koping komunitas

3. Risiko: menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/ proses


kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan individu, keluarga,
komunitas. Hal ini didukung oleh berbagai faktor resiko yang berkontribusi
pada peningkatan kerentanan.

Contoh diagnosis risiko adalah:

a. Risiko kekurangan volume cairan


b. Risiko konstipasi
c. Risiko intoleran aktifitas
d. Resiko ketidakmampuan menjadi orang tua
e. Resiko distress spiritual

Formulasi diagnosis keperawatan menggunakan ketentuan Diagnosis


Keperawatan Diagnosis Keperawatan Nanda dan ICPN. Formulasi diagnosis
tersebut digunakan tanpa menulisakan etiologi atau diagnosis tunggal (single
siagnosis).

7
Sasaran Domain Kelas Rumusan diagnosis keperawatan
Komunitas Domain 1: Kelas 1: Gaya hidup monoton
Promosi Kesadaran
Kesehatan kesehatan

Kelas 2: - Sindrom kelemahan lansia


Manajemen - Risiko sindrom kelemahan lansia
Kesehatan - Defisiensi kesehatan komunitas
- Perilaku kesehatan cenderung
berisiko
- Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
- Ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri
- Kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan diri
- Ketidakefektifan manajemen regimen
terapeutik keluarga
Manajemen Krisis kesehatan akut
perawatan

Promosi - Kemampuan performa


kesehatan mempertahankan kesehatan
- Penyalahgunaan alkohol
- Penyalahgunaan obat-obatan
- Perilaku seksual efektif
- Ketidakmampuan memanajemen
regimen diet
- Ketidakmampuan memanajemen
regimen latihan
- Ketidakmampuan mempertahankan
kesehatan
- Deficit pengetahuan tentang latihan
- Kurang pengetahuan tentang
regimen diet
- Kurang pengetahuan tentang
perilaku seksual
- Ketidaksiapan meningkatkan
keamanan
- Masalah perilaku seksual
- Risiko terjadinya penyakit
- Risiko cidera lingkungan
- Penyalahgunaan rokok

Manajemen Kurang pengetahuan tentang penyakit


perawatan
Jangka
panjang

8
Manajemen - Kekerasan pada anak
risiko - Kekerasan lansia
- Keamanan lingkungan yang efektif
- Risiko kekerasan
- Risiko kekerasan anak
- Risiko pengabaian anak
- Risiko kekerasan lansia
- Risiko pengabaian lansia
- Risiko jatuh
- Risiko pengabaian

D. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

Masalah Total
Kep.
Komunitas
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
Sesuai dengan peran perawat komunitas

Sesuai denga nprogram pemerintah


Kemungkinan untuk diatasi

Sumber dana peralatan

Sumber daya manusia


Jumlah yang berisiko

Sumber daya tempat

Sumber daya waktu

Sumber daya dana


Minat Masyarakat
Besarnya resiko

Jumlah Skor

Pembobotan :

1 : Sangat Rendah
2 ; Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi

9
E. PERENCANAAN
Pedoman intervensi dan hasil untuk asuhan keperawatan komunitas (individu, keluarga, kelompok/komunitas) dikembangkan berdasarkan
integrasi diagnosis keperawatan NANDA dan International Classification for Nursing Practice (ICNP), Nursing Intervention
Kelasification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC) serta pengalaman lapangan dari para penyusun.

Integrasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kelompok/Komunitas dengan NANDA/ICNP, NOC, NIC

Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Diagnosis Hasil Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: HIV
 Akses terhadap pelayanan Diagnosis Penurunan
Keperawatan Prevensi Primer
NOC Prevensi
NICPrimer Manajemen
kesehatan HIV yang kesehatan Kompetensi masyarakat Derajat perilaku Modifikasi perilaku
minimal masyarakat kesehatan masyarakat Manajemen perilaku
 Tenaga VCT terlatih seksual
Puskesmas yang masih
terbatas Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
 Dukungan sosial kasus Tingkat kekerasan masyarakat Kontrol Menjaga kesuburan
HIV yang tidak adekuat terhadap kelompok beresiko: penularan Konsultasi
 Adanya temuan (HIV) Tindak lanjut melalui
kasus HIV telepon
 Stigma masyarakat Prevensi Tersier Prevensi Tersier Konsultasi
terhadap penderita Program efektifitas komunitas melalui telepon Rujukan
HIV Perilaku pemeriksaan kesehatan
pribadi
Pemulihan Penyalahgunaan: Manajemen kasus
seksual Pendidikan kesehatan
Kesehatan emosi pemberi asuhan Program pengembangan

10
Perilaku Kesejahteraan pengasuh
Prevensi primer Partisipasi Pemasaran sosial Dukungan
Prevensi primer
kesehatan Koping
dalam keluarga
promosi kesehatan Manajemen
perlindungan penularan
Panduan
berisiko Fungsi keluarga
Perilaku promosi kesehatan penyakit
antisipasi Promosi kesehatan
Status kesehatan
Perilaku mencari keluarga
kesehatan Manajemen
Dukungan lingkungan
pemberi asuhan
Integritas
Perawatankeluarga
diri sendiri Skrining
Promosikesehatan
integritas keluarga
Partisipasi
Hubungankeluarga
pasien- dalam
pengasuh Identifikasi
Pemeliharaanrisiko
proses keluarga
perawatan secara profesional
Kinerja pemberi asuhan Surveilance
Dukungan komunitas
keluarga
Inefektif Prevensi primer
keperawatan Prevensi primer
Terapi keluarga
pemeliharaan Keyakinan kesehatan Manajemen
Peningkatan kasus
peran
kesehatan Keyakinan kesehatan: kemampuan Pendidikan kesehatan
yang dirasakan untuk melakukan Program pengembangan
Pemasaran sosial
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
Keyakinan kesehatan: peceived Manajemen penularan
untuk mengontrol penyakit
Keyakinan kesehatan: sumber daya Manajemen lingkungan
yang dirasakan Skrining kesehatan
Keyakinan kesehatan: ancaman Identifikasi risiko
Orientasi kesehatan Surveilance komunitas
Derajat kesehatan masyarakat
Prevensi Tersier
Dukungan terhadap
caregiver
Dukungan keluarga

11
12
Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Diagnosis Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Kesehatan reproduksi pada remaja
 Kemudahan akses Problematic Prevensi Primer Prevensi Primer Pendidikan
 Pergaulan bebas Sexual Pengetahuan: kesehatan kesehatan Dukungan spiritual:
 Pola asuh yang tidak Behaviour Pengetahuan: promosi kesehatan kategori emosional
efektif (sebagian Pengetahuan: fungsi seksual Identitas Promosi: keterlibatan
besar orang tua seksual keluarga
lemah dalam Koping Dukungan Pemantauan kebijakan
mengatur pergaulan sosial (BKR, PKPR, POKJA)
dan komunikasi) Pengasuh: homecare Assessing health social
 Sebagian besar Gangguan gaya hidup: pengasuhan care needs, kategori
remaja di kota besar Status kesehatan keluarga Keselamatan assement
melakukan perilaku fisik remaja Dukungan kelompok
seksual
Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
 Hasil FGD Kesadaran Diri Konseling pasien
menyatakan bahwa Hargadiri Dukungan keluarga
pernah melakukan Efektifitas skrining kesehatan Peningkatan system
hubungan seksual, komunitas dukungan Management
dan sebagaian atau Kualitas penerangan perilaku seksual
hampir semua Kesehatan spiritual Pendidikan kesehatan:
pernah menonton Kepuasan klien: belajar perilaku seksual
film porno Rujukan
 50% hampir tidak
mendapatkan
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
pendidikan seksual Koping keluarga Terapi keluarga
 Kehamilan diluar Dukungan keluarga selama Peningkatan koping
nikah pengobatan Peningkatan kesadaran diri
 Broken home Kesadaran Diri Pengajaran: sex aman
 Perilaku yang labil Harga diri
 KDP (Kekerasaan Pengendalian risiko: penyakit
Dalam Pacaran) transemitted seksual (STD)
 Gaya hidup

13
14
Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Diagnosis Hasil Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Perilaku beresiko pada remaja; tawuran
 Terjadi peningkatan Risiko perilaku Prevensi Primer Prevensi primer
tawuran remaja kekerasan Pengetahuan; perilaku sehat . Identifikasi risiko
 Terbanyak kelompok pada orang lain Pengetahuan; promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan
pelajar SMA Pengetahuan; gaya hidup sehat . Perlindungan lindungan
 Terdapat korban Kepatuhan perilaku berisiko
meninggal dunia, luka Perilaku promosi kesehatan . Pengembangan program
berat dan luka ringan Pencarian perilaku sehat . Pendidikan kesehatan
 Dipicu oleh saling Partisipasi dalam pengambilan Fasilitasi belajar
mengejek antar siswa keputusan perawatan kesehatan. Mendengarkan secara aktif
 Pengawasan orang tua Health beliefs; perceived threat Peningkatan/penambahan
yang kurang peran
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
 Belum ada tindakan Kontrol resiko Konsultasi
tegas dari sekolah Status kesehatan pelajar Terapi aktifitas
 Pengaruh minuman Kompetensi komunitas Latihan asertifness
keras Health beliefs Manajemen perilaku
 Beberapa partisipan Health orientation Modifikasi perilaku
menyatakan bahwa Modifikasi perilaku;
picu masalah pacar kemampuan sosial
 Konsumsi narkoba Terapi musik
 Kepedulian Terapi bermain
masyarakat yang Mood management
kurang Klarifikasi nilai
 Kurang sarana Terapi kelompok
pendukung untuk Dukungan kelompok
menyalurkan bakat
Prevensi tertier Prevensi tertier
dan minat ke arah Status kenyamanan; sosialkultur Mediasi konflik
kegiatan yang postif Kualitas hidup Distraksi
 Kurang perhatian Status kesehatan pelajar
orang tua

15
 Pengaruh teknologi Kesehatan spiritual
 Tugas perkembangan

yang belum terpenuhi


Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Diagnosis Hasil Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Perilaku beresiko pada remaja; tawuran
Risiko cedera Prevensi Primer Prevensi primer
fisik Pengetahuan; perilaku sehat . Identifikasi risiko
Pengetahuan; promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan
Pengetahuan; gaya hidup sehat . Perlindungan lindungan
Kepatuhan perilaku berisiko
Perilaku promosi kesehatan . Pendidikan kesehatan
Pencarian perilaku sehat . Fasilitasi belajar
Partisipasi dalam pengambilan Peningkatan/penambahan
keputusan perawatan kesehatan. peran
Health beliefs; perceived threat
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
Kontrol resiko Konsultasi
Status kesehatan pelajar Terapi aktifitas
Kompetensi komunitas Latihan asertifness
Health beliefs Modifikasi perilaku;
Health orientation kemampuan sosial
Mood management
Klarifikasi nilai
Terapi kelompok

16
Dukungan kelompok
Prevensi tertier Prevensi tertier
Status kenyamanan; sosialkultur Mediasi konflik
Kualitas hidup Distraksi
Status kesehatan pelajar
Kesehatan spiritual

Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Diagnosis Hasil Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Kebutuhan nutrisi anak usia sekolah
Anak kelas III dan IV Perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer
SD mayoritas sering kesehatan Pengetahuan; perilaku sehat . Pendidikan kesehatan
jajan diluar pagar cenderung Pengetahuan; promosi kesehatan. Memfasilitasi pembelajaran
sekolah. berisiko Pengetahuan; diet sehat Pengajaran kelompok
 Beberapa anak pernah Pengetahuan; gaya hidup sehat . Pengajaran
absen 3 hari karena Kepatuhan perilaku prosedur/tindakan
diare. Kepatuhan perilaku; diet sehat . Pemasaran sosial di
 Tampak saat jam Perilaku promosi kesehatan . masyarakat
istirahat anak-anak Pencarian perilaku sehat .
menyerbu pedagang. Partisipasi dalam pengambilan
 Jenis jajanan seperti keputusan perawatan kesehatan.
“cilok”, baso goreng, Health beliefs; perceived threat
dll dengan saos Prevensi Sekunder Prevensi sekunder
dengan warna merah Kontrol resiko . Terapi aktifitas
terang. Keamanan dan kesehatan serta Manajemen perilaku
 Warung sekolah ada 2 perawatan lingkungan . Modifikasi perilaku
kios kecil, namun Status kenyamanan . Manajemen lingkungan
hanya menyediakan Status kenyamanan; lingkungan . Manajemen lingkungan;
jajanan kering Status kesehatan individu . keamanan
Kualitas hidup Surveilance
17
gorengan. Status kesehatan peserta didik Manajemen kasus
 Tempat cuci tangan Kepuasan klien Panduan sistem kesehatan
hanya 3 kran tanpa Kepuasan manajemen kasus . Pengontrolan berkala
ada sabun. Kepuasan terhadap lingkungan fisik Preceptor; peserta didik
Kepuasan terhadap keamanan .
Kepuasan terhadap pengajaran.
Kepuasan terhadap fungsi asistensi
Status kesehatan keluarga .
Status kesehatan komunitas .
Kompetensi komunitas .
Efektifitas skrining kesehatan komunitas
Efektifitas program komunitas

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Diagnosis Hasil Intervensi
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
Partisipasi tim kesehatan dalam Dukungan terhadap
keluarga caregiver Dukungan
keluarga
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Gizi kurang pada balita
Studi dokumentasi: Perilaku keseh Prevensi Primer Prevensi Primer
 Data SKDN posyandu atan cenderung Strategi mencapai berat badan Pendidikan Kesehatan
di kelurahan beresiko optimal (1 – 3) Teaching: Group
X: Praktik penyediaan makanan
Jumlahbalita yang seimbang (1 –3)
naiktimbangannyakur Strategi modifikasi intake
angdari 70% (N) makanan (1 – 3)
 Data SKDN: D/S Praktik penyediaan makanan
<70% seimbang (1 – 3)
 47% balita di Membuat target pencapaian berat
kelurahan X berada di badan (1 – 3)
18
garis kuning (Data Fokus mempertahankan perilaku
KMS) sehat (1-4)
Persepsi bahwa perilaku sehat
berhubungan dengan kesehatan
Hasil angket: seseorang (1-3)
 40% ibu yang memiliki Persepsi bahwa kesehatan merupakan
balita kurang prioritas dalam pilihan gaya hidup
pengetahuan tentang Status kesehatan anak (2-3)
gizi seimbang pada
balita
 30% balita memiliki
kebiasaan jajan di
warung yang tidak
sehat
 10% data kunjungan
balita ke Puskesmas X
mengalami masalah

infeksi (diare, ISPA)


Diagnosis NOC NIC
Hasil observasi Keperawatan
(winshield survey): Diagnosis Hasil Intervensi

19
 Sebagian balita Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
memiliki ukuran tubuh Skrining kesehatan sesuai umur Skrining kesehatan
lebih kecil dari usianya dari anggota keluarga (2-4) Identifikasi resiko
 Sebagian anak Teknik skrining diri
memiliki kebiasaan jajan (1 - 3)
di warung yang tidak Identifikasi factor resiko (1-4)
sehat Menyadari factor resiko personal (1-
4)
Hasil wawancara: Menyadari kemampuan merubah
 Sebagian besar ibu perilaku (1-3)
menyatakan tidak Memonitor factor resiko yang ada di
mengetahui tanda- lingkungan (1-4)
tanda anak Komitmen terhadap strategi
kekurangan gizi mengontrol resiko (1-3)
 Sebagian besar ibu tidak Identifikasi penyebab kekurangan
mengetahui cara berat badan (1 – 4)
mengolah dan Prevensi Tersier Prevensi Tersier
memberikan makanan Partisipasi tim kesehatan dalam Dukungan terhadap
seimbang keluarga caregiver Dukungan
 Pada umumnya ibu Kesehatan fisik anggota keluarga (2- keluarga Mobilisasi
tidak menggunakan 4) keluarga Konsultasi
garam beryodium Pertumbuhan fisik anggota Dokumentasi
keluarga (2-4) Pencatatan insidensi kasus
Menyediakan kebutuhan fisik Rujukan
anak ((2-4) Konsultasi telepon
Menyediakangizi yang sesuaiumur Tindak lanjut telepon
(2-4) Program development
Menyediakanperawatanpreventif Perkembangan kesehatan
Penggunaansumber yang ada di komunitas
komunitas (2-4) Bimbingan terhadap system
Memintabantuandaripetugaskese kesehatan (Health system
hatan professional

untukmasalahberatbadan guidance

20
Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
Diagnosis Hasil Intervensi
Ketidakefektifa Prevensi Primer Prevensi Primer
npemeliharaan Pengetahuan; promosi kesehatan Pendidikan kesehatan
kesehatan Pengetahuan; perilakusehat Memfasilitasi pembelajaran
Pengetahuan; gayahidupsehat. Pengajaran kelompok
Pengajaran prosedur/
tindakan
Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
Kepatuhan perilaku. Manajemen perilaku
Perilaku promosi kesehatan. Modifikasi perilaku
Pencarian perilaku sehat Manajemen kasus
Partisipasi dalam pengambilan Panduan system kesehatan
keputusan perawatan kesehatan. Pengontrolan berkala
Kontrol gejala. Transportasi; antar fasilitas
Kontrol resiko kesehatan .
Deteksi factor resiko. Skrining kesehatan.
Keamanan dan kesehatan serta
perawatan lingkungan.
Kualitas hidup
Kompetensi komunitas
Status kesehatan komunitas
Efektifitas skrining kesehatan
komunitas
Efektifitas program komunitas
Kontrol resiko komunitas;
penyakit
Prevensi Tersier PrevensiTersier;
Penggunaan sumber yang ada di Pengembangan kesehatan
komunitas masyarakat
Pengembangan program
Pemasaran sosial di
masyarakat

21
Data Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
Diagnosis Hasil Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas;kelompok ibu hamil beresiko
Hasil survey: Ketidakefektifa Prevensi Primer Prevensi Primer
ANC ibu hamil: 0 kali n
pada usia hamil 0—4 pemeliharaan Pengetahuan: kehamilan Pendidikan kesehatan
bulan; 0-2 kali pada usia kesehatan Pengetahuan: promosi kesehatan Fasilitasi pembelajaran
5—9 bulan (ANC) Pengetahuan: perilaku kesehatan Mengajar: kelompok
Hasil skrining: Pengetahuan: sumber kesehatan Manajemen kasus
Berat badan dan LILA Pengembangan kesehatan
sesuai dengan usia komunitas
kehamilan Pendidikan kesehatan
Hasil diskusi kelompok Pengembangan program
dengan ibu hamil: Prevensi Sekunder Prevensi sekunder
 Tidak boleh periksa Perilaku pencarian kesehatan Culture brokerage (strategi
sebelum melewati usia Perilaku kesehatan prenatal untuk menjembatani
hamil 4 bulan Kepercayaan kesehatan: merasa diantara budaya klien dan
 Senang mendapat pil mampu untuk perform Kepercayaan sistem yankes)
tambah darah tapi tidak kesehatan: merasa mampu untuk Dukungan pengambilan
diminum karena takut mengontrol Kepercayaan kesehatan: keputusan
tensinya naik merasa mampu sebagai sumber Panduan sistem kesehatan
 Banyak aturan terkait Kepercayaan kesehatan: merasa Skrining kesehatan
larangan/kewajiban mampu mengatasi Identifikasi risiko
makan makanan pada Kompetensi komunitas Status
waktu tertentu kesehatan komunitas Efektifitas
 Dilarang banyak makan skrining kesehatan komunitas
supaya tidak melahirkan Efektifitas program komunitas
bayi besar Kontrol resiko kesehatan

22
 Merasa tidak berdaya komunitas: tradisi budaya tidak
dengan aturan karena sehat
“pamali”
Hasil wawancara
dengan tokoh

23
masyarakat:
 Nilai-nilai yang dianut Diagnosis NOC NIC
masyarakat: perempuan Keperawatan
harus langsing, laki-laki Diagnosis Hasil Intervensi
harus kuat, keluarga Konflik Prevensi primer Prevensi primer
harus mengutamakan pengambilan Pengetahuan: kehamilan Pendidikan kesehatan
laki- laki keputusan Pengetahuan: promosi kesehatan Fasilitasi pembelajaran
 Hasil kolam atau kebun (Nutrisi) Pengetahuan: perilaku kesehatan Mengajar: kelompok
dijual sebagai sumber Pengetahuan: diet sehat
penghasilan keluarga Pengetahuan: manajemen berat
badan
Hasil winshield survey: Prevensi sekunder Prevensi sekunder
warung menyediakan Perilaku pencarian kesehatan Skrining kesehatan
banyak ikan asin; Perilaku kesehatan prenatal Identifikasi risiko
namum lauk segar, sayur Perilaku mempertahankan berat
dan buah sedikit badan
Prevensi tersier Prevensi tersier
Partisipasi tim kesehatan dalam Membangun hubungan
keluarga yang kompleks
Mediasi konflik

24
Hasilangket: Perilakukeseh Prevensi Primer Pengetahuan; Prevensi Primer
 72% kemampuan atancenderung manajemensakitakut. Pendidikankesehatan
penduduk dalam berisiko Pengetahuan; proses penyakit. Memfasilitasi pembelajaran
mengenali secara dini Pengetahuan; perilaku sehat. Pengajaran kelompok
penyakit DBD kurang Pengetahuan; promosi kesehatan. Pengajaran prosedur/
baik. Pengetahuan; gaya hidup sehat. tindakan
 52% kemampuan Triase; telepon
penduduk dalam Manajemen kasus
mencegah atau
merawat anggota
keluarganya dari
penyakit DBD kurang
baik.
 46% penduduk yang

pernah menderita DBD


tidak pernah dilakukan Diagnosis NOC NIC
kunjungan rumah oleh Keperawatan
tenaga Puskesmas. Diagnosis Hasil Intervensi

25
 44% warga yang pernah Prevensi Sekunder Kepatuhan Prevensi Sekunder
menderita DBD tidak perilaku. Perilaku promosi Manajemenperilaku
pernah mendapatkan kesehatan. Pencarian perilaku Modifikasiperilaku
penyuluhan tentang sehat Surveilance Proteksi
DBD. Partisipasi dalam pengambilan infeksi
 42% warga menyatakan keputusan perawatan kesehatan. Panduan system kesehatan
bahwa manfaat Kontrol gejala. Fasilitasi kunjungan rumah.
melakukan tindakan Health beliefs; perceived threat Pengontrolan berkala
pencegahan seperti Deteksi factor resiko. Transportasi; antar fasilitas
gerakan 3M hanya Keamanan dan kesehatan serta kesehatan .
sebatas lingkungan perawatan lingkungan. Manejemen penyakit menular
rumah agar bersih. Status kesehatan keluarga Manajemen lingkungan;
 59% hambatan yang Kompetensi komunitas Status komunitas
dirasakan dalam kesehatan komunitas Respon Proteksi resiko lingkungan.
melakukan tindakan komunitas terhadap Skrining kesehatan.
pencegahan karena disaster/KLB
tidak ada sanksi. Efektifitas skrining kesehatan
 Angka bebas jentik di komunitas
rumah tangga sebesar Efektifitas program komunitas
58% yang berarti ada Kontrol resiko komunitas;
42% rumah tangga penyakit
positif jentik. Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;
 18% warga menyatakan Partisipasi tim kesehatan dalam Dukungan terhadap caregiver
yang paling efektif untuk keluarga . Dukungan keluarga Mobilisasi
mencegah DBD adalah Penggunaan sumber yang ada di keluarga Konsultasi
dilakukan fogging atau komunitas Dokumentasi
menabur bubuk abate. Pencatatan insidensi kasus
Hasil winshield survey: Rujukan
 Karakteristik Konsultasi telepon
Tindak lanjut telepon
Pengembangan kesehatan

lingkungan pemukiman masyarakat


26
penduduk khususnya Pengembangan program
di RW ”X” dan RW “Y” Pemasaran sosial di
padat dengan SPAL masyarakat
yang kurang baik.
Hasil wawancara:
 Kegiatan PSN melalui
gerakan 3M tidak
secara rutin dilakukan,
hanya kalau terjadi
banyak kasus.
 Menggerakkan
masyarakat untuk
melakukan gerakan 3M
dirasakan sulit.
Studi dokumentasi :
 Hasil rekap kejadian
kasus DBD periode
Januari hingga
September, RW “X”
tertinggi dengan 17
kasus dan disusul RW
”Y” dengan 15 kasus
dengan 1 kasus
meninggal pada awal
September.
 Secara spesifik kasus
DBD baik di RW ”X”
atau RW ”Y”terlokalisir
pada 1 RT dengan
rata-rata 5 – 7 kasus
dengan range waktu 1
– 2 minggu.

27
F. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Perawat kesehatan masyarakat dalam implementasi asuhan keperawatan
komunitas harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah
inovatif, integrated, rasional, mampu dan mandiri, serta ugem (yakin atau percaya pada
kemampuannya).
1. Inovatif, Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
serta berdasarkan pada iman dan taqwa
2. Integrasi, prawat kesehatan
3. masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain,
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan atas kemitraan
4. Rasional, Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional, demi tercapainya rencana program yang
telah disusun
5. Mampu dan mandiri. Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai
kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatam serta
kompeten di bidangnya.
6. Ugem. Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuanya
dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawata yang diberikan yang
diberikan akan tercapai. Fokus implementasi asuhan keperawatan komunitas adala
program kesehtaan komunitas dengan strategi.

G. EVALUASI
Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yg sistematik berkenaan dg program kerja &
efektivitas dari serangkaian program yg digunakan masyarakat terkait program kegiatan,
karakteristik & hasil yg telah dicapai. (Komang Ayu, 2011)
Macam – macam evaluasi ;
1. Evaluasi struktur/ program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan
informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan , dengan cara meningkatkan
upaya pelayanan kesehatan. Contohnya : rencana penyuluhan telah dilakukan
seminggu sebelum acara dilaksanakan.

28
2. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan utk mendapatkan
hasil. Contohnya : peserta yang hadir sebanyak 49 orang, 15% aktif bertanya, terhadap
materi penyuluhan, penyuluhan dilaksanakan di balai RW...

3. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge), sikap


(attitude), dan perubahan perilaku masyarakat. (Komang Ayu,2011) Contohnya :
warga dpt memahami tentg ISPA, masy belum siap membuang sampah pd tempat yg
sesuai & sampai saat ini masy masih membuang sampah di tempat semula.

29
Implementasi dan Evaluasi

NO. Diagnosis Tgl Implementasi Evaluasi


1. Perilaku kesehatan cenderung Pembentukan Posyandu lansia Evaluasi Struktur :
beresiko Undangan telah disebar 2 hari sebelum
acara dilaksanakan
Evaluasi Proses :
Pelatihan Kader kesehatan lansia a. Acara dihadiri oleh seluruh pengurus
pokjakes, ketua RT dan ketua RW
b. Acara dimulai jam 14.00 – 16.00 WIB
c. Acara berjalan lancar
d. Semua kader kesehatan dapat mengikuti
pelatihan kader
Evaluasi Hasil :
a. Posyandu lansia terbentuk dan sebanyak
7 orang terpilih sebagai kader
kesehatan.
b. Kader dapat melakukan pemeriksaan
tekanan darah
c. Kader dapat mengisi KMS lansia
Mengadakan posyandu lansia
Evaluasi Struktur :
a. Rencana telah disiapkan 2 minggu
sebelumnya

30
b. Rencana dibuat oleh pokjakes bersama
mahasiswa
c. Rencana dikoordinasi oleh ketua
koordinator kesehatan lansia
Evaluasi Proses :
a. Posyandu dan senam diikuti oleh 40
orang dari 51 lansia yang ada
b. Kegiatan berjalan lancar, dimulai dari
jam 08.00 dan berakhir 10.00 WIB
c. Kegiatan dibuka oleh Kepala Kelurahan
Balas Klumprik
Evaluasi Hasil :
a. Para lansia mengatakan senang menikuti
senam dan mengharap untuk
dilaksanakan setiap bulan sekali
b. Para lansia mengatakan badan terasa
lebih segar setelah mengikuti senam
c. Terdapat 8 orang yg menderita TD tinggi

31
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses keperawatan komunitas dilakukan dengan cara mengumpulkan data Wawancara
atau anamnase, Pengamatan, Pemeriksaan fisik dan Angket yang kemudian dilakukan
dengan pengkajian komunitas yang terdiri dari data inti dan sub sub sistem , diagnosa
dengan tanpa menggunakan etiologi dengan formulasi dignosa tunggal (single use),
perencanaan yang berpedoman dengan NANDA, evaluasi yang terdiri dari evaluasi
struktur, proses, hasil.

B. SARAN
Perlu usaha untuk memahami diagnosa, perencanaan keperawatan komunitas yang
telah diperbarui sehingga kita lebih mengetahui keperawatan komunitas dalam
mengimplementasikan sesuai dengan pedoman yang telah disepakati.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,2007.Keperawatan Komunitas Teori dan Praktek.2007: Jakarta: EGC


Ayu,Komang.2011.Teori&Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta:EGC
Mubarak, wahid.2012. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika
Hasil Workshop Nasional Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia tahun 2014,
Regional Barat: Jakarta, 19-20 September 2014, Regional Timur: Makasar,
10-11 Oktober 2014, Regional Tengah, Denpasar: 7-8 Nopember 2014
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/276804940?extension
=pdf&ft=1520696676&lt=1520700286&user_id=282619983&uahk=oRIC
X6kkxuMSCyBcD5-gCxA4qwg diunduh pada tanggal 9 Maret 2018 pukul
22.00

33

S-ar putea să vă placă și