Sunteți pe pagina 1din 25

ASKEP ANAK DENGAN GASTROENTERITIS

A. TEORI

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan


usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang


disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wong’s,).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan


diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan
Mayers, ).

Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa


Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

PATOFISIOLOGI

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,


Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke


yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic


(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

MANIFESTASI KLINIS

1
a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri Abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel Cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Lemah

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium :

 Pemeriksaan tinja.
 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
 Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui
pungsi ginjal.

pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau


parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

PENATALAKSANAAN

 Pemberian cairan.
 Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :

 Memberikan asi.
 Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
 Obat-obatan.

Keterangan :

Pemberian cairan,pada klien Diare dengasn memperhatikan derajat dehidrasinya


dan keadaan umum.

cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral


berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk
Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar
natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2
Cairan parentral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari


berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

Dehidrasi ringan.

 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari


 Kemudian 125 ml / Kg BB / oral

Dehidrasi sedang.

 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral


 kemudian 125 ml / kg BB / hari.

Dehidrasi berat.

 Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 –


10 kg
o 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg
BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes /
kg BB / menit.
o 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg
BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
o 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral
bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena
2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
 Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 –
15 kg.

o 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg


BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10
tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
o 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila
anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A
intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg
BB / menit.
o Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 –
25 kg.
o 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg
BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
o 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.

Diatetik ( pemberian makanan ).

3
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada
penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta
menjaga kesehatan penderita.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

 Memberikan Asi.
 Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup
kalori,protein,mineral dan vitamin,makanan harus
bersih.

Obat-obatan.

 Obat anti sekresi.


 Obat anti spasmolitik.
 Obat antibiotik.

KOMPLIKASI

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau


kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

TUMBUH KEMBANG ANAK.

Berdasarkan pengertian yang didapat,penulis menguraikan tentang


pengertian dari pertumbuhan adalah berkaitan dengan masa pertumbuhan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dengan dimensi tentang sel organ individu, sedangkan
perkembangan adalah menitik beratkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi
pematangan organ individu termasuk perubahan aspek dan emosional.

Anak adalah merupakan makhluk yang unik dan utuh, bukan merupakan
orang dewasa kecil, atau kekayaan orang tua yang nilainya dapat dihitung secara
ekonomi.

Tujuan keperawatan anak adalah meningkatkan maturasi yang sehat bagi


anak, baik secara fisik, intelektual dan emosional secara sosial dan konteks
keluarga dan masyarakat.

Tumbuh kembang pada bayi usia 6 bulan.

4
Motorik halus.

 Mulai belajar meraih benda-benda yang ada didalam jangkauan


ataupun diluar.
 Menangkap objek atau benda-benda dan menjatuhkannya
 Memasukkan benda kedalam mulutnya.
 Memegang kaki dan mendorong ke arah mulutnya.
 Mencengkram dengan seluruh telapak tangan.

Motorik kasar.

 Mengangkat kepala dan dada sambil bertopang tangan.


 Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
 Dapat merangkak mendekati benda atau seseorang.

Kognitif.

 Berusaha memperluas lapangan.


 Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
 Mulai mencari benda-benda yang hilang.

Bahasa.

 Mengeluarkan suara ma, pa, ba walaupun kita berasumsi ia sudah


dapat memanggil kita, tetapi sebenarnya ia sama sekali belum
mengerti.

DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.

Separation ansiety

o Tergantung pada orang tua


o Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
o Tahap putus asa : berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
o Tahap menolak : Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan denga.n orang lain dan menyukai lingkungan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH DIARE

1. Pengkajian
A. Anamnesa

5
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau
interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.
B. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
C. Keluhan utama
Merupakan hal yang paling klien rasakan
Contoh : BAB lebih dari 3 x
D. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa
meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala
dan time.
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
E. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi
parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.
G. Riwayat Imunisasi
Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi Polio,
BCG, DPT, dll.
H. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.
I. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan
tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

2. Pemeriksaan Fisik

6
 Antopometri
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
 Keadaan umum
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
 Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
 Mata
Cekung, kering, sangat cekung.
 Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
 Sistem Pernafasan
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan).
 Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
 Sistem integumen
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius,
akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.

 Sistem perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang
dari sebelum sakit.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
 Radiologi :
 Mungkin ditemukan bronchopneumonia

4. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

7
DS : - (Gangguan Osmotik) Gangguan
DO : Makanan / zat yang tidak dapat
keseimbangan
 Ubun-ubun cekung diserap oleh usus.
 Berat badan turun cairan dan
 Bising usus Tekanan osmotic dalam rongga elektrolit
meningkat usus meningkat
 Turgor kurang
 Frekuensi buang air
Terjadi pergeseran air dan elektrolit
besar meningkat ke dalam rongga usus.
 Muntah

Isi rongga usus berlebihan

Merangsang rongga usus yang


berlebihan

Diare

DS : Gangguan keseimbangan asam Gangguan


 Klien mengatakan basa dan elektrolit pemenuhan
mulut terasa pahit kebutuhan nutrisi
Lambung / saluran pencernaan
dan badan lemas
DO : meradang
 Anoreksia
 Muntah Nafsu makan berkurang / tidak ada
 Berat badan turun
Intake nutrisi kurang

DS : Gangguan absorpsi usus Potensial


 Klien menyatakan kerusakan
Frekuensi buang air besar
nteri pada bagian integritas
meningkat
daerah anus jaringan kulit
DO : Anus dan sekitarnya basah dan
 Frekuensi buang air sekitar anus.
lembab
besar meningkat
 Lecet di sekitar Anus dan sekitarnya lecet
anus
DS : Invasi kuman di usus Gangguan rasa
 Klien menyatakan nyaman : panas
Multiplikasi dalam usus

8
badannya terasa (hypertermi)
panas
Peradangan
DO :
 Suhu lebih dari Pengeluaran
usus toksin
380C
 Cengeng Tanda dan
Merangsang
radang
hypotalamus

Peningkatan
Peningkatan
Suhu tubuh Suhu
tubuh

5. Diagnosa Perawatan

A. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output


cairan yang berlebihan melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.
B. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak
adequatnya intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.
C. Potensial kerusakan integritas jaringan kulit sekitar anus berhubungan dengan
iritasi sekunder terhadap frekuensi buang air besar yang meningkat.
D. Gangguan rasa nyaman panas (hypertermi) berhubungan dengan proses tidak
adequatnya intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.

6. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Perawatan
1. Gangguan Tupen : - Pantau tanda Penurunan
keseimbangan Kebutuhan dan gejala sirkulasi volume
cairan dan cairan terpenuhi kekurangan cairan
elektrolit dalam jangka cairan dan menyebabkan
berhubungan waktu 1x 24 elektrolit kekeringan
dengan output jam. mukosa dan
cairan yang pemekatan urin.
berlebihan melalui Tupan : Dehidrasi dapat
diare sekunder Keseimbangan meningkatkan
terhadap gangguan cairan dan - Pantau intake dan laju filtrasi
osmotic. Ditandai elektrolit output glomerulus

9
dengan : terpenuhi dalam membuat
DS : - jangka waktu keluaran tak
DO : 3x24 jam. adekuat untuk
Ubun-ubun Dengan criteria membersihkan
cekung hasil : sisa
Berat badan turun - Tanda vital metabolisme.
Bising usus dalam batas Mendeteksi
meningkat normal (N: 120- kehilangan
Turgor kurang 60 x/mnt, S; 36- cairan ,
Frekuensi buang 37,50 c, RR : < penurunan 1 kg
air besar 40 x/mnt ) BB sama dengan
meningkat - Turgor elastik- Timbang berat kehilangan
Muntah , membran badan setiap hari cairan 1 lt
mukosa bibir
basah, mata
tidak cowong, Mengganti cairan
UUB tidak dan elektrolit
cekung. yang hilang
secara oral
- Konsistensi Anjurkan
BAB lembek, keluarga untuk
frekwensi 1 kali memberi minum
perhari banyak pada Koreksi
kien, 2-3 lt/hr keseimbang
cairan dan
elektrolit, BUN
Kolaborasi : untuk
Pemeriksaan mengetahui faal
laboratorium ginjal
serum elektrolit (kompensasi).
(Na, K,Ca, BUN) Mengganti cairan
dan elektrolit
secara adekuat
dan cepat.
Anti sekresi
Cairan parenteral untuk
( IV line ) sesuai menurunkan
dengan umur sekresi cairan
dan elektrolit
agar simbang,
Obat-obatan : antispasmolitik
(antisekresin, untuk proses
antispasmolitik, absorbsi normal,
antibiotik) antibiotik
sebagai anti
bakteri
berspektrum luas
untuk
menghambat

10
endotoksin.

2. Gangguan Tupen : - Diskusikan dan Serat tinggi,


Kebutuhan jelaskan tentang lemak,air terlalu
pemenuhan
nutrisi terpenuhi pembatasan diet panas / dingin
kebutuhan nutrisi dalam jangka (makanan dapat
waktu 2 hari berserat tinggi, merangsang
berhubungan
berlemak dan air mengiritasi
dengan tidak Tupan : terlalu panas atau lambung dan
Setelah dingin) sluran usus.
adequatnya intake
dilakukan
nutrisi sekunder tindakan Situasi yang
perawatan nyaman, rileks
terhadap muntah
selama dirumah- Ciptakan akan merangsang
dan diare. Ditandai di RS kebutuhanlingkungan yang nafsu makan.
nutrisi terpenuhi bersih, jauh dari
dengan :
Dengan criteria bau yang tak
DS : hasil : sedap atau
Klien mengatakan – Nafsu makan sampah, sajikan
meningkat makanan dalam
mulut terasa pahit keadaan hangat Mengurangi
dan badan lemas pemakaian
DO : energi yang
Anoreksia - Berikan jam berlebihan
Muntah istirahat (tidur)
Berat badan turun serta kurangi
kegiatan yang Mengetahui
berlebihan jumlah output
dapat
merencenakan
- Monitor intake jumlah makanan.
dan out put dalam
24 jam

Mengandung zat
yang diperlukan ,
- Kolaborasi untuk proses
dengan tim pertumbuhan
kesehtaan lain :
terapi gizi : Diet
TKTP rendah
serat, susu
obat-obatan atau
vitamin
( A)

11
3. Potensial Kerusakan kulit- Diskusikan dan Kebersihan
tidak terjadi, jelaskan mencegah
kerusakan
dengan criteria pentingnya perkembang
integritas jaringan hasil : menjaga tempat biakan kuman
– Tidak terjadi tidur
kulit sekitar anus
iritasi :
berhubungan kemerahan, Mencegah
lecet, kebersihan
- Demontrasikan terjadinya iritassi
dengan iritasi
terjaga serta libatkan kulit yang tak
sekunder terhadap keluarga dalam diharapkan oleh
merawat perianal karena kelebaban
frekuensi buang air
(bila basah dan dan keasaman
besar yang mengganti feces
pakaian bawah
meningkat.
serta alasnya)
Ditandai dengan :
DS :
Klien menyatakan Melancarkan
vaskularisasi,
nteri pada bagian mengurangi
daerah anus penekanan yang
lama sehingga
- Atur posisi tidur
DO : tak terjadi iskemi
atau duduk
Frekuensi buang dan iritasi .
dengan selang
air besar waktu 2-3 jam
meningkat
Lecet di sekitar
anus

4 Gangguan rasa Setelah Monitor suhu Deteksi dini


dilakukan tubuh setiap 2 terjadinya
nyaman panas
tindakan jam perubahan
(hypertermi) perawatan abnormal fungsi
selama 3x 24 tubuh ( adanya
berhubungan
jam tidak terjadi infeksi)
dengan proses peningkatan Merangsang
suhu tubuh, pusat pengatur
tidak adequatnya
dengan criteria Berikan kompres panas untuk
intake nutrisi hasil : hangat menurunkan
sekunder terhadap - Suhu tubuh produksi panas
dalam batas tubuh
muntah dan diare. normal ( 36-37,5
Merangsang
Ditandai dengan : C) pusat pengatur
DS : Kolaborasi panas di otak.

12
Klien menyatakan pemberian
antipirektik
badannya terasa
panas
DO :
Suhu lebih dari
380C
Cengeng

ASKEP ANAK DENGAN TIFOID

A. PENGERTIAN

Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Shalmonella
typhosa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.
(Ngastiyah. 2005)

B. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB TIFOID


Manus.ia merupakan satu-satu nya sumber penularan alami salmonella tyfhi,
melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan seorang penderita demam typoid
atau karier kronis. Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makan atau air
yang tercemar tinja manusia. Epidemi demam typoid yang berasal dari sumber air
yang tercemar merupakan masalah yang paling utama. Transmisi secara kongenital
dapat terjadi secara transplasental dari seorang ibu yang mengalami bakteriemia
kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat di lahirkan oleh seorang ibu
yang merupakan karier typoid dengan rute fekal oral. Seorang yang telah terinfeksi
salmonella typhi dapat karier kronis dan mengekresikan mikro organis selama
beberapa tahun. (Dr.T.H. Rampengan, DSAK. 1993)

13
C. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah
tropis dan subtropics terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang
mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid di Negara sedang berkembang
adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum, dan standar hygiene
industry pengolahan makanan yang masih rendah titik menurut pang, selain karena
meningktnya urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi masalah karena beberapa
factor lain yaitu, penyediaan air bersih yang kurang memadai, adanya strain yang
resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan penatalaksanaan karier,
keterlambatan mambuat diagnosis yang pasti, pathogenesis dan factor virulensi.
Demam tifoid disebakan oleh Salmonella Thypi yang dapat bertahan hidup lama di
lingkungan kering dan beku, peka erhadap proses klorinasi dan pateurisasi pada suhu
630 C. (Soegeng Soegijanto,2002).

D. ETIOLOGI
Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi yang berhasil di isolasi
pertama kali dari seorang pasien demam typhoid oleh Geffkey di Jerman pada tahun
1884.mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob
dan tidak membentuk spora.salmonella typhi dapat tumbuh dalam semua media, pada
media yang selektif bakteri ini memfermentasi glukosa dan manosa,tetapi tidak dapat
mempermentasikan laktosa.
Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :
 Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipop[olisakarida dan berifat
sfesifik group.
 Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam
flagella dan bersifat spesifik spesies.
 Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang
melindungi seluruh permukaan sel.
 Outer Membrane protein (OMP), Antigen OMP S. typhi merupakan bagian
dari dinding terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya.OMP
berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan zat dan cairan kedalam
membrane sitoplasma.

14
Salmonella thypi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. sumber penularan berasal
dari tinja dan urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase
penyembuhan. (Soegeng Soegijanto, 2002).

E. PATOGENESIS
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus, melalui
pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ organ
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam dalam
hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan
menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak penyeri. Tukak
tersebut dapat menyebabkan pendarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah. 2005).

F. PATOFISIOLOGI
Umumnya prognosis tifus abdominalis tidak begitu berbahaya, asal pasien
cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi
berbahaya jika terdapat gambaran klinis yang berat seperti :
 Demam tinggi ( hiperpireksia ) atau febris kontinua.
 Kesadaran sangat menurun ( sopor, koma atau delirium ).
 Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis
perforasi.
(Ngastiyah. 2005)

G. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada
orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perassaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing tidak bersemangat dan nafsu makan kurang.
Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :
 Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-

15
angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi
pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam
keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsung turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
 Gangguan pada saluran pencernaan.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak seda, bibir kering dan pecah-pecah
( ragaden ). Lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan
keadaan perut kembung ( meteorismus ). Hati dan limpa membesar disertai
nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare
atau normal.
 Gangguan Kesadaran
Umunya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai
somnolen., jarang terjadi sopor, koma atau gelisah ( kecuali penyakit berat
dan terlambat mendapatkan pengobatan ). (Ngastiyah. 2005)

Pada usus halus, umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal, contoh nya:
 Pendarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika pendarahan banyak dapat terjadi melena, dapat disertai nyeri
perut dengan tanda – tanda renjatan.
 Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
 Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi terdapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang ( defence musculair ).

Komplikasi di luar usus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis


( bakteremia ), yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi
sekunde, yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah. 2005).

H. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH TIFOID

16
1. Pengkajian
A. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose
medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
B. Keluhan utama
Pada pasien tifoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, panas dan demam.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa
meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity
scala dan time.
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah tidak
pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau
sakit yang lainnya.
F. Riwayat Imunisasi
Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi
Polio, BCG, DPT, dll.
G. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan
timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.
H. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan
tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

2. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

17
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual,
perut tidak enak, anorexia.
 Kepala
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
 Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan
nyeri tekan.
 Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
 Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
 Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
 Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
 Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
 Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
 Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.

3. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan yang mendukung diagnosis :


 Darah tepi; terdapat gambaran leukopenia ringan atau normal, limfositosis
relatif (jarang), dan eosinofilia, mungkin terdapat anemia ringan.
B. Pemeriksaan konfirmasi diagnosis :
 Biakan empedu dari bahan darah atau sumsum tulang
 Serologis widal bila perlu diulang pada saat penyembuhan.
C. Pemeriksaan penunjang komplikasi :
 Perdarahan usus ringan/tersembunyi : uji benzidin tinja.
 Perforasi usus/peritonitis : foto polos perut tiga posisi.
 Kolesistitis : USG hati dan kandung empe
 Meningitis/ensefalitis : punksi lumbal

18
 Bronkhopneumonia : thoraks foto.
 Hepatitis : uji faal hati dan SGOT/SGP

4. Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Makanan yang terkontaminasi Gangguan
 Klien mengeluh Salmonela Typosa atau Salmonela keseimbangan
badannya panas Paratyphi A,B,C suhu
DO : Masuk usus halus lalu terjadi
 Suhu tubuh > 380 C
 Leukosit < 5000 / proses infeksi
mm3 Masuk ke dalam aliran darah
 Frekuensi nadi >
100x / menit Bakteri melepas Endotoksin
 Muka merah
 Bibir pecah-pecah
 Banyak keringat Merangsang sintesa dalam
pelepasan zat pytrogen oleh
leukosit pada jaringan yang
merangsang

Infeksi disampaikan Hypotalamus


bagian termoregulator melalui
ductus toracicus.

DS : Proses infeksi di usus halus Gangguan

19
 Klien mengatakan pemenuhan
Fungsi usus halus dalam
mulut terasa pahit kebutuhan nutrisi
mengabsorbsi makanan terganggu
dan badan lemas
DO : Sari-sari makanan yang diabsorbsi
 Porsi makan tidak
menurun
habis dari yang
disediakan Nutrisi kurang terpenuhi
 Klien tampak lemah
 Klien muntah
 Berat badan
menurun
DS : Intake nutrisi lemah Gangguan
 Klien mengatakan aktivitas sehari-
Metabolisme glukosa terganggu
lemah untuk hari
melakukan aktivitas Pembentukan ATP dan ADP
DO : terganggu
 Porsi makan tidak
habis
 Klien tampak lemah Energi berkurang dan terjadi
Klien bedrest, kelemahan otot
aktivitas di bantu
Aktivitas terganggu
DS : - Peningkatan suhu tubuh Potensial terjadi
DO :
dehidrasi
 Suhu tubuh . 380 C
 Pengeluaran sekresi Dilatasi pembuluh darah
keringat banyak
 Minum air kurang Evaporasi berlebih
 Bibir kering dan
pecah-pecah
Dehidrasi

5. Diagnosa Perawatan

A. Gangguan keseimbangan suhu tubuh ( hyperthermia ) berhubungan dengan


adanya infeksi dalam tubuh.
B. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan absorbsi makanan terganggu.
C. Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan kondisi pasien lemah.
D. Potensial terjadi dehidrasi berhubungan dengan pemasukan cairan yang
kurang

20
6. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Perawatan
1. Gangguan Suhu tubuh normal- Observasi TTV Tanda-tanda vital
dalam waktu 3x24 tiap 4 jam sekali merupakan acuan
keseimbangan
jam dengan criteria untuk
suhu tubuh : mengetahui
Suhu : 36 – 37 0 C keadaan umum
(hyperthermia)
pasien
berhubungan Klien tidak Klien dan
mengeluh adanya - Berikan keluarga
dengan adanya
panas badan penjelasan mengetahui
infeksi dalam kepada klien dan sebab dari
keluarga tentang peningkatan suhu
tubuh. Ditandai
peningkatan suhu dan membantu
dengan : tubuh mengurangi
DS : kecemasan yang
Klien mengeluh timbul
badannya panas Menjaga agar
DO : - Anjurkan klien klien merasa
Suhu tubuh > 380 menggunakan nyaman, pakaian
pakaian tipis dan tipis akan
C menyerap membantu
Leukosit < 5000 / keringat mengurangi
penguapan
mm3
Frekuensi nadi > Agar klien
merasa tenang
100x / menit dan udara di
Muka merah dalam ruangan
Bibir pecah-pecah - Batasi tidak terasa
Banyak keringat pengunjung panas
Peningkatan
suhu tubuh
mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat
- Anjurkan pasien
sehingga perlu
untuk banyak
diimbangi
minum, minum
dengan asupan
2,5 liter / ± 24 cairan yang
jam banyak
Untuk membantu
menurunkan

21
suhu tubuh
Antibiotik untuk
mengurangi
infeksi dan
- Memberikan antipiretik untuk
kompres dingin menurangi panas.

- Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
antibiotik dan
antipiretik.
2. Gangguan Pasien mampu - Jelaskan pada Untuk
mempertahankan klien dan meningkatkan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi keluarga tentang pengetahuan
kebutuhan nutrisi adekuat, dengan manfaat klien tentang
criteria : makanan/nutrisi nutrisi sehingga
kurang dari
- Nafsu makan motivasi untuk
kebutuhan meningkat makan
- Pasien mampu meningkat.
berhubungan
menghabiskan
dengan absorbsi makanan sesuai - Timbang berat
dengan porsi yang badan klien Untuk
makanan
diberikan setiap 2 hari mengetahui
terganggu. peningkatan dan
Ditandai dengan : penurunan berat
badan
DS :
Klien mengatakan - Beri nutrisi
dengan diet Untuk
mulut terasa pahit lembek, tidak meningkatkan
dan badan lemas mengandung asupan makanan
DO : banyak serat, karena mudah
Porsi makan tidak tidak ditelan.
merangsang,
habis dari yang maupun
disediakan menimbulkan
Klien tampak banyak gas dan
dihidangkan saat
lemah masih hangat.
Klien muntah
Berat badan
menurun - Beri makanan
dalam porsi kecil
dan frekuensi Untuk
sering. menghindari
mual dan muntah

22
- Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
antasida dan Antasida
nutrisi parenteral mengurangi rasa
mual dan
muntah.
Nutrisi parenteral
dibutuhkan
terutama jika
kebutuhan nutrisi
per oral sangat
kurang
3. Gangguan Aktivitas sehari- - Beri motivasi Agar pasien dan
hari terpenuhi pada pasien dan keluarga
aktivitas sehari-
dalam waktu 3x 24 kelurga untuk mengetahui
hari sehubungan jam, dengan melakukan pentingnya
criteria : mobilisasi mobilisasi bagi
dengan kondisi
- Klien mampu sebatas pasien yang
pasien lemah. melakukan kemampuan bedrest
aktivitas tanpa (missal. Miring
Ditandai dengan :
dibantu kanan, miring
DS : kiri)
Klien mengatakan
lemah untuk Untuk
mengetahui
melakukan - Kaji kemampuan
sejauh mana
pasien dalam
aktivitas kelemahan yang
beraktivitas
DO : terjadi
(makan, minum)
Porsi makan tidak
habis Mempermudah
Klien tampak - Dekatkan pasien dalam
keperluan pasien melakukan
lemah dalam aktivitas.
Klien bedrest, jangkauannya.
aktivitas di bantu
Menghindari
- Berikan latihan
kekakuan sendi
mobilisasi secara
dan mencegah
bertahap sesudah
adanya dekubitus
demam hilang

4 Potensial terjadi Kekurangan cairan Berikan Mempermudah


tidak terjadi dalam penjelasan pemberian cairan
dehidrasi
kurun waktu 3x24 tentang (minum) pada
berhubungan jam , dengan pentingnya pasien.
criteria : kebutuhan cairan
dengan
- Turgor kembali pada pasien dan

23
pemasukan cairan normal keluarga
- Kelopak mata Untuk
yang kurang,
tidak cekung Observasi mengetahui
ditandai dengan : - Klien tampak pemasukan dan keseimbangan
segar pengeluaran cairan
DS : -
cairan
DO :
Suhu tubuh . 380
C Untuk
Pengeluaran pemenuhan
Anjurkan pasien
sekresi keringat kebutuhan cairan
untuk banyak
banyak minum 2,5 liter /
Minum air kurang ± 24 jam. Untuk
Bibir kering dan pemenuhan
Observasi kebutuhan cairan
pecah-pecah kelancaran dan mencegah
tetesan infuse. adanya edema.
Untuk
pemenuhan
kebutuhan cairan
yang tidak
Kolaborasi
terpenuhi (secara
dengan dokter
parenteral).
untuk terapi
cairan (oral /
parenteral).

24
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. ECG. Jakarta


Donna, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991
Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia,
1984
Donna L.Wong, dkk.2002.Buku Ajar Leperawatan Pediatrik.Ed.6.Jakarta;EGC

25

S-ar putea să vă placă și