Sunteți pe pagina 1din 4

Menurut saya Dengan meninjau urusan yang diatur oleh keduanya, jika mengatur urusan yang

bersifat
publik maka disebut sebagai Hukum Internasional Publik (HI) tetapi jika mengatur urusan yang
bersifat perdata disebut sebagai Hukum Perdata Internasional (HPI)
Hukum perdata internasional adalah hukum yang mengatur dua negara atau lebih yang mana
hukum tersebut mengatur aktivitas2 setingkat internasional.
hukum publik nasional mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara lain dalam
hubungan nasional
persamaan :
urusan yang diatur oleh kedua perangkat hukum ini adalah sama – sama melewati batas wilayah
suatu negara.
Perbedaan Hukum Internasional dan Hukum Perdata Internasional
Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional publik dan
hukum internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan antara individu yang memiliki
kewarganegaraan yang berbeda. Berbeda dalam definisi HPI merupakan keseluruhan kaedah dan
asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada
hukum perdata (nasional) yang berlainan[3]. Sedangkan hukum internasional merupakan
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara, yang biasa disebut dengan internasional, namun sifat
hukum atau persoalan yang diaturnya atau objeknya berbeda.
Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber hukumnya. Sumber HI,
sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu Perjanjian Internasional (traktat),
Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab,
kuputusan hakim (yurisprudensi) dan doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI
menggunakan sumber hukum nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.
Saat ini Hukum Perdata Internasional yang kemudian disingkat HPI, tersebut jarang menjadi
kajian menarik oleh para ahli hukum. Salah saatu alasan yang menyebabkan, sehingga Hukum
Perdata Internasional kurang menjadi kajian menarik pasca Penulis utama sekaliber Sudargo
Gautama (Raja atau Pakar HPI). Karena Hukum Perdata Internasional sebenarnya bukan dalam
klasifikasi Hukum Publik Internasional seperti: hukum kejahatan internasional. Bahkan sejak
awal, materi Hukum Perdata Internasional, selalu dikatakan bidang kajian hukum yang
mengalami contradiction inter minenis; pertentangan di dalam istilah itu sendiri. Mengapa
demikian ?
Pertama, yang menjadi pertanyaan, mengapa dikatakan hukum perdata yang internasioanal
padahal ia bersifat keperdataan saja (privat) ? Kedua, seringkali Hukum Perdata Internasional
diikuti dengan term negara seperti Hukum Perdata Internasional Indonesia. Mengapa
mengikutkan kata negara sebagai nation, jika demikian berarti menyangkut dalam negeri saja,
bukan luar negeri ?
Jawaban dari kedua pertanyaan itu, hingga tidak salah untuk mengatakan bahwa Hukum Perdata
yang Internasional tetap layak digunakan leter internasional sebagai salah satu istilah dalam
kajian Hukum Perdata. Dikatakan internasional karena leter internasional bukan diartikan
sebagai law of nation melainkan hukum internasional itu diartikan sebagai ada unsur luar
negerinya. Ada unsur dari luar. Ada unsur asingnya (foreign element). Atau dengan kata lain
bukan sumber-sumbernya yang bersifat internasional, tetapi hubungannya adalah sampai ranah
Internasional.
Terlepas dari penamaan Hukum Perdata Internasional sering dikatakan sebagai hukum
perselisihan (conflict of law)[4], oleh karena ada dua kepentingan hukum yang dipertentangkan.
Menarik untuk melihat ruang lingkup keberlakuan hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh
Logeman dan Kelsen.
Logeman berbicara, ruang lingkup keberlakuan hukum dalam kaitannya dengan gebeiden atau
lingkungan kekuasaan hukum dari pada ambten (jabatan-jabatan). Demikian halnya Kelsen
menggunakan istilah daya keberlakuan hukum dalam kaitannya dengan “norma-norma hukum”
yakni kata gebeidsleer.
Kelsen membagi lingkungan kekuasan keberlakuan hukum dalam empat kategori berlakunya
hukum, yakni lingkungan kuasa waktu (the sphere of time), lingkungan kuasa ruang atau tempat
(territorial sphere atau sphere of space), lingkungan kuasa orang atau pribadi (personal sphere)
dan lingkungan kuasa soal-soal (material sphere).
Keempat pembagian daya keberlakuan hukum tersebut tidak jauh berbeda dengan klasifikasi
yang dikemukakan oleh Logeman yakni lingkungan kuasa waktu (tijdsgebeid), lingkungan kuasa
tempat (ruimtegebeid), lingkungan kuasa pribadi,lingkungan kuasa orang-orang dan lingkungan
kuasa soal-soal (zakengebeid). Tiap-tiap norma hukum berlaku untuk waktu tertentu, mengenai
tempat tertentu, mengenai orang atau pribadi tertentu, dan mengenai soal-soal tertentu.
Dalam Hukum Perdata Internasional, untuk mengenal dan memahami materi ruang lingkupnya,
akar utamanya (rasion de etre-nya) berdasarkan pada daya keberlakuan hukum tersebut.

Hukum Perdata Internasional atau lazim disebut sebagai hukum antar tata hukum ekstern berada
pada skema Hukum Antar Tempat (HAT), karena pada skema ini ruang keberlakukan hukum
pada waktu yang sama tetapi tempat, person dan soal hukum yang berbeda. Sementara untuk
hukum antar tata hukum yang intern yakni bukan dalam pengertian atau bahagian kajian HPI
adalah ciri khasnya, yakni tempatnya sama dan daya keberlakuannya yang meliputi waktu,
person, dan soal itu berbeda. Satu lagi bagian dari skema Hukum Antar Tata Hukum Intern yakni
pada skema Hukum Antar Golongan yang termasuk juga Hukum Antar Agama, yang waktu dan
tempatnya sama akan tetapi sementara person dan soal atau materi hukumnya yang berbeda.
Kesimpulan akhir Hukum Perdata Internasional yang ditarik dari daya keberlakuan hukum
tersebut di atas bahwa Hukum Perdata Internasional menekankan perbedaan pada lingkungan
kuasa tempat dan soal-soal atau materi dalam sistem suatu negara dengan negara lain yang
berarti memilki unsur luar negeri atau unsur asing, foreign element.
Lengkapnya, Hukum Perdata Internasional merupakan keseluruhan peraturan dan keputusan
hukum yang menunjukan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan
hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa antara warga negara pada satu waktu tertentu itu
sama[5]. Memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua
atau lebih negara yang berbeda dalam lingkungan, kuasa, tempat, pribadi dan soal-soal (S.
Gautama, 1987: 18)
1. Subyek hukum internasional yaitu negara, organisasi internasional, tahta suci (Negara
vatikan), palang merah internasional, individu, pemberontak
2. Hans Kelsen berpendapat bahwa Subyek HI hanya negara, namun melalui perkembangan
terjadi perubahan paradigm yang menjadikan perluasan dari subyek HI. Subjek HI
berdasarkan piagam PBB pasal 16 A.
3. Adalah suatu kesatuan aturan hukum yang mengatur permasalahan privat yang mengandung
unsur asing. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum nasional dair Negara-negara yg
bersengketa.
4. Menurut S. Gautama Kata yang tepat untuk HPI adalah Hukum Antar Tata Hukum (HATH)
bukan konflik hukum (conflict of law). Bandingkan dengan tulisannya Bayu Seto “Dasar-
Dasar Hukum Perdata Internasional”; Wirjono Projodikoro “Asas-Asas Hukum Perdata
Internasional.”
5. Menurut penulis dalam waktu yang sama memperlihatkan pertalian itu yang dimaksud di sini
adalah ketika muncul peristiwa hukum akan tuntutan salah satu hak oleh subjek hukum yang
satu terhadap subjek hukum yang lain.

S-ar putea să vă placă și