Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy, kualitas nyeri seperti
berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien
melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat, klien
mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan, klien mengatakan belum makan atau minum.
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit, klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang, maupun lingkungan. Klien tidak
Keterangan :
= meninggal
= perempuan
= laki-laki
= klien
= hubungan pernikahan
= hubungan persaudaraan
Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa klien tidak
mempunyai riwayat penyakit yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya appendiksitis.
Klien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah anak-
anaknya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat
keputusan adalah dirinya sendiri, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah mengaji.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi khawatir terhadap kondisi
klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah aktivitas klien terbatas. Hal yang sangat
dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Harapan setelah menjalani
perawatan adalah klien dapat melakukan aktivitas seperti semula. Perubahan yang dirasakan
setelah jatuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam beraktivitas. Klien tidak
mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini aktivitas keagamaan yang
dilakukan adalah berdoa. Kondisi lingkungan rumah baik, ventilasi baik, tidak berada di daerah
industri (pabrik) dan tidak di pinggir jalan raya. dan tidak mempengaruhi kesehatan saat ini.
e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit
1) Pola nutrisi
Klien tidak ada masalah dengan pola makan. Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik, jumlah
yang dihabiskan adalah 1 porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan yang
tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan biasa. Tidak
ada penggunaan obat-obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat bantu NGT.
2) Pola eliminasi
Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat
BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien buang air besar (BAB) 1 x/hari dengan
waktu yg tidak tentu, berwarna kuning kecokelatan, bau khas feses, konsistensi padat, klien
Klien mandi 2 x/hari dengan menggunakan sabun mandi pada waktu pagi dan sore hari, oral
hygiene (sikat gigi) 2x/hari dengan menggunakan pasta gigi pada waktu pagi dan sore hari,
Klien tidur siang + 2 jam / hari, tidur malam + 7 jam / hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Klien bekerja dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan dalam
beraktivitas.
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum - minuman keras / NAPZA.
1) Pola nutrisi
Pada saat pengkajian klien masih dalam keadaan puasa sampai bising usus positif. Diit
makan yang diberikan adalah bertahap sampai bising usus positif. Tidak ada keluhan
mual ataupun muntah, tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan dan tidak
2) Pola eliminasi
Klien buang air kecil (BAK) sebanyak 6-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
saat BAK, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. Klien mengatakan belum BAB +1
Klien mandi 1x/hari pada pagi hari, oral hygine dilakukan pada pagi hari.
Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien
mengatakan nyeri pada luka post op jika melakukan pergerakan. Klien juga mengatakan
4. Pengkajian Fisik
Berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan setelah sakit 60 kg, tinggi badan 155 cm,
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x /menit, frekuensi nafas 20x /menit, suhu tubuh
360C
b. Sistem Penglihatan
Sisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan
bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal tidak keruh/berkabut dan
tidak terdapat perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada
menggunakan kacamata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang
keluar dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami
tinnitus, fungsi pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Sistem Wicara
Klien tidak mengalami gangguan wicara, klien dapat mengucapkan kata-kata dengan
jelas.
e. Sistem Pernapasan
Pada jalan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu
pernapasan, frekuensi nafas 20x /menit, irama nafas teratur, jenis pernafasan spontan,
klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal/vesikuler, dan tidak
f. Sistem Kardiovaskuler
Nadi 80x /menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah 130/90 mmHg, tidak
terjadi distensi vena jugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna
kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut
apical 84 x/menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi jantung
g. Sistem Hematologi
Klien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, GCS E4 M6 V5, tidak
kepala hebat, papil edema), klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.
i. Sistem Pencernaan
Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah
tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus belum ada
karena masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan konstipasi, tidak
j. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka
ganggren.
k. Sistem Urogenital
Intake 1890 cc, output 1700 cc dan balance cairan 190 cc, tidak ada perubahan pola
kemih, BAK warna kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak ada
l. Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,
terdapat insisi operasi lokasi di perut kanan bawah dengan panjang luka ± 5 cm, kondisi
luka tertutup kassa steril. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan.
Tidak ada kelainan kulit, klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit kondisi baik,
tetesan lancar, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut : tekstur rambut baik dan
bersih.
m. Sistem Musculoskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena jika melakukan pergerakan akan
terasa nyeri pada luka post appendiktomi, tidak terdapat fraktur, tidak ada kelainan
struktur tulang belakang. Kekuatan otot tidak di kaji dikarenakan untuk menghindari
Klien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan
penyebab, tanda dan gejala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum
operasi, dan alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan, tindakan yang
dilakukan setelah post operasi (tidak boleh angkat kepala selama 24 jam, puasa sampai
bising usus baik/ada, tidak beraktivitas sampai kekuatan tonus otot baik)
6. Data penunjang
Data penunjang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan laboratorium pada
Hemoglobin 11,3 gr/dl (L : 13-16 gr/dl, P : 12-14 gr/dl), Leukosit 4.000/ul (5000-
Penatalaksanaan medis yang terdapat pada klien yaitu : IVFD RL 20 tetes/menit, Injeksi
Ranitidine 3 x 25mg/IV, Metronidazole drip 3 x 500mg, dan diit makan bertahap sampai
8. Data Fokus
Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada
a. Data Subyektif
Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut,
intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien
melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat,
klien mengeluh kakinya tidak dapat digerakkan. Klien mengatakan belum makan dan
minum.
b. Data Obyektif
dengan panjang + 5 cm di perut kanan bawah, luka bersih tertutup kassa steril, tidak ada
perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 5. Intake 1890 cc, output 1700 cc,
balance 180 cc. mukosa bibir lembab, turgor kulit baik. Bising usus lemah, 2x/menit.
Mobilisasi bedrest dalam 24 jam. Klien terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit di tangan
sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli 2010, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor,
dolor, tumor, fungsiolesa. Makan atau minum bertahap sampai bising usus positif,
9. Analisa Data
Berdasarkan data yang terkumpul pada tanggal 14 Juli 2010 maka penulis
1. Data Subyektif
a. Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti berdenyut,
intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien
melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien beristirahat.
Data Obyektif
b. kes composmentis
360C
Data Obyektif
a. Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak tanggal 10 Juli
2010.
(pemasangan infus)
3 Data Subyektif
Data Obyektif
b. Diit makan dan minum bertahap sampai bising usus baik. Resiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Pembatasan masukan oral
4. Data Subyektif
Data Obyektif
Setelah data terkumpul dan di analisa, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa
Diagnosa 1
ditandai dengan
Data Subyektif : Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri
seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul
pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika
klien beristirahat.
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, hasil observasi
luka post op di perut kanan bawah dengan panjang + 5 cm. Skala nyeri 5
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Kriteria hasil : Klien melaporkan rasa nyeri yang berkurang, tanda-tanda vital dalam
batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100 x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-
Rencana tindakan
Mandiri
Observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, kualitas, intensitas, dan
karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik manajemen nyeri, anjurkan untuk
Kolaborasi
Beri terapi sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.20
WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomy,
kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat,
nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan
berkurang jika klien beristirahat. (Alif Disiska). Pukul 17.30 WIB menganjurkan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, hasil : klien mengerti dan akan melakukannya. (Alif
Disiska). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30 mg/IV, hasil :
obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post
operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri
berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat. Secara obyektif
yaitu observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Skala nyeri 4. Tampak luka post appendiktomy di
perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah keperawatan belum
rencana tindakan secara mandiri yaitu observasi tanda-tanda vital, kaji skala nyeri, kaji
lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, anjurkan teknik manajemen
nyeri, observasi keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic dan
atiseptik. Rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x
30mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat
masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul
07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00
WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai
program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB melakukan
observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi
tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi
parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada daerah post
operasi, intensitas nyeri terus menerus, kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri
berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang jika klien beristirahat dan jika diberi obat
analgetik. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 3, tampak luka post
appendiktomi di perut kanan bawah, kondisi luka tertutup kassa steril. Masalah
kaji skala nyeri, kaji lokasi, durasi, intensitas, kualitas, dan karakteristik nyeri, observasi
keadaan luka, lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, serta
rencana tindakan kolaborasi beri obat sesuai program (Injeksi Lactor 3 x 30mg/IV) pada
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat
masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam). Pukul
07.00 melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB
melakukan perawatan luka post op dan mengobservasi keadaan luka, hasil : klien
merasa nyaman dan keadaan luka baik. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan
terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui
pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 melakukan observasi tanda-tanda vital,
hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C.
(Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB mengkaji keluhan nyeri, hasil : klien mengatakan nyeri
pada luka post op sudah berkurang, skala nyeri 1. (Alif Disiska). Pukul 17.00 melakukan
observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan
terapi parenteral Injeksi Lactor 30mg/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif , klien mengatakan nyeri pada luka post op sudah
berkurang. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C, skala nyeri 1. Masalah
Diagnosa 2
Data Obyektif : Tampak terpasang IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri sejak
tanggal 10 Juli 2010, hasil pemeriksaan laboatorium tanggal 14 Juli 2010 Leukosit :
4.000/ul.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan
fungsiolesa), tanda-tanda vital dalam batas normal (Td : 120/80 mmHg, Nd : 80-100
x/menit, Rr : 18-24 x/menit, Sh : 36-370C), hasil pemeriksaan laboratorium leukosit
Rencana tindakan
Mandiri
Observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan
fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, ganti lokasi penusukan infus tiap 3 x 24
jam.
Kolaborasi
Beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 18.00
WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai
program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 19.00 WIB melakukan
perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetasan lancar, dan menetes sesuai
program. (Alif Disiska). Pukul 19.10 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor,
tumor, rubor, dan fungsiolesa). Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor,
Evaluasi keperawatan secara subyektif , tidak ada. Secara obyektif yaitu observasi tanda-
tanda vital, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu
36⁰C. Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infus
terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai program. tidak ada tanda-
tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum
tindakan mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor,
tumor, rubor, dan fungsiolesa), lakukan perawatan infus tiap hari, dan ganti lokasi
penusukan infuse tiap 3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai
program (injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 01.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan infus IVFD RL 20
(Perawat dinas malam). Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin
1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena.
(Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil :
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C.
(Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB melakukan perawatan infus : mengganti cairan
infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif
Disiska). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil :
obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul
11.30 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 14.00 WIB
melakukan perawatan infus. Hasil : infus terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan
menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-
tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 17.30 WIB melakukan perawatan infus :
mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes
sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral
injeksi Kedacillin 1gr/IV. Hasil : obat masuk sesuai dengan program melalui pembuluh
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-tanda vital, hasil
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C,
Tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri. Infuse terpasang
dengan baik, tetesan lancar, dan menetes seuai program. tidak ada tanda-tanda infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa). Masalah keperawatan belum teratasi,
dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap
3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3
x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat
masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Peawat dinas malam). Pukul 07.00
melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas malam). Pukul 09.00 WIB
tetesan infus lancar, menetes sesuai program. (Alif Disiska). Pukul 10.00 WIB
memberikan terapi parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai
program melalui pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 11.30 WIB melakukan
observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 13.00 WIB melakukan perawatan
infuse. Hasil : infuse terpasang dengan baik, tetesan lancar, dan menetes sesuai
program (20 tetes/menit). (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan infus :
mengganti cairan infus IVFD RL 30 tetes/menit, hasil : tetesan infus lancar, menetes
sesuai program. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-
tanda vital, hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36⁰C. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi
parenteral Injeksi Kedacillin 1gr/IV, hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif, tidak ada. Secara obyektif , observasi tanda-
tanda vital, hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 20 x/menit,
suhu 36⁰C, tampak terpasang infuse IVFD RL 20 tetes/menit di tangan sebelah kiri,
tetesan lancar, dan menetes seuai program. Masalah keperawatan belum teratasi,
mandiri observasi tanda-tanda vital, kaji tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor,
dan fungsiolesa), lakukan perawatan infuse tiap hari, ganti lokasi penusukan infuse tiap
3 x 24 jam. Rencana tindakan kolaborasi, beri terapi sesuai program (injeksi Kedacillin 3
x 1gr/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB.
Diagnosa 3
Data Obyektif : Bising usus lemah, 2x/menit, diit makan dan minum bertahap sampai
bising usus baik.
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Klien dapat makan dan minum sesuai dengan kebutuhan, bising usus baik
6-12x.menit.
Rencana Tindakan
Mandiri
Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung pemasukan kalori,
anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila toleran,
libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi bising
usus.
Kolaborasi
Beri diit sesuai program {makan bertahap mulai dari makan cair, makan lunak(bubur
saring dan bubur kasar), makan biasa} dan beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine
3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00 WIB
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 18.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :
obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena.(Alif Disika). Pukul 19.00 WIB
melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus lemah, 2 x/menit. (Alif Disiska)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah minum sedikit.
Secara obyektif bising usus lemah, 3 x/menit. Masalah keperawatan belum teratasi,
tindakan mandiri kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien, perkirakan / hitung
pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal, anjurkan
kebersihan oral sebelum makan, auskultasi bising usus dan rencana tindakan kolaborasi
yaitu berikan diit makan bertahap sesuai dengan kemampuan, beri terapi sesuai
program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00 WIB, dan 18.00
WIB.
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :
obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam).
Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising usus 3 x/menit.
(Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi
Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah
vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit makan cair 250 cc. Hasil : klien
makan habis 240 cc. (Alif Disiska). Pukul 16.00 WIB melakukan auskultasi bising usus.
Hasil : bising usus 5x/menit. (Perawat dinas sore). Pukul 17.00 WIB memberikan diit
makan lunak. Hasil : klien makan habis ½ porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB
memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1
porsi. Secara obyektif bising usus 7x/menit, diit makan lunak. Masalah keperawatan
dengan rencana tindakan mandiri Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien,
perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai
minimal, anjurkan kebersihan oral sebelum makan, tawarkan minum saat makan bila
toleran, libatkan pasien dalam perencanaan, beri makanan yang bervariasi, auskultasi
bising usus. Rencana tindakan kolaborasi beri diit sesuai program {makan bertahap
mulai dari makan cair, makan lunak(bubur saring dan bubur kasar), makan biasa} dan
beri terapi sesuai program (Injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV) pada pukul 02.00 WIB, 10.00
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 02.00 WIB memberikan terapi parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil :
obat masuk sesuai program melalui pembuluh darah vena. (Perawat dinas malam).
Pukul 06.00 WIB memberikan diit makan lunak, hasil : kliem makan habis 1 porsi.
(Perawat dinas malam). Pukul 07.00 WIB melakukan auskultasi bising usus. Hasil : bising
usus 10 x/menit. (Perawat dinas malam). Pukul 10.00 WIB memberikan terapi
parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui
pembuluh darah vena. (Alif Disiska). Pukul 12.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil :
klien makan habis 1 porsi. (Alif Disiska). Pukul 17.00 WIB memberikan diit sesuai. Hasil :
klien makan habis 1 porsi. (Perawat dinas sore). Pukul 18.00 WIB memberikan terapi
parenteral (injeksi Ranitidine 3 x 25mg/IV). Hasil : obat masuk sesuai program melalui
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara subyektif yaitu klien mengatakan sudah makan habis 1
porsi. Secara obyektif bising usus 10x/menit, diit makan biasa. Masalah keperawatan
Diagnosa 4
Data Obyektif : Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, tampak aktivitas
dibantu oleh keluarga, mobilisasi bedrest dalam 24 jam, respon sensori (+), respon
Kriteria hasil : Respon sensori (+), respon motorik (+), klien dapat beraktivitas dengan
Rencana tindakan
Observasi tanda-tanda vital, kaji keadaan umum dan tingkat kesadaran, kaji respon
motorik dan sensorik pasca operasi, bantu klien dalam beraktivitas, ajarkan mobilisasi
bertahap pasca operasi, dekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien, kaji tingkat
kekuatan otot.
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 17.00 WIB melakukan observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. (Alif Disiska). Pukul 17.10
WIB mengkaji respon motorik dan respon sensorik, hasil respon motorik (-), respon
Evaluasi Keperawatan
digerakkan. Secara obyektif, observasi tanda-tanda vital, hasil : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36⁰C. Tampak aktivitas dibantu
oleh keluarga, respon sensori (+) respon motorik (+). Masalah keperawatan teratasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membandingkan dan menganalisa antara teori dengan kasus
yang telah dibahas pada bab III mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan
Post Appendiktomi.
Adapun yang akan dibahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan antara teori
dan kasus yang ditemukan pada klien Ny. K dengan Post Appendiktomi serta faktor
penghambat dan pendukung dalam asuhan keperawatan pada klien Ny. K dengan
diagnosa medis Post Appendiktomi diruang Cendana I Rumah Sakit Pusat Kepolisian
Raden Said Sukanto Jakarta yang dilakukuan selama dua hari dari tanggal 14 Juli 2010
A. Pengkajian Keperawatan
Proses pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2010. Pada tahap
saat beraktivitas, takikardi, distensi abdomen, penurunan atau tidak ada bising usus,
dehidrasi, nyeri pada luka insisi pembedahan, konstipasi, mual dan muntah. Sedangkan
data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah takikardi karena menurut
teori takikardi dikarenakan sirkulasi darah yang tidak teratur sedangkan Ny. K dengan
post op pada hari pertama tidak ditemukan takikardi. Hal ini dilihat dari data yang
usus, pada Ny. K ditemukan adanya bising usus yang lemah yaitu 3 x/menit. Dehidrasi
tidak terjadi karena tidak ditemukannya data yang menunjukkan Ny. K mengalami
dehidrasi, Mual muntah juga tidak ditemukan karena tidak terjadi distensi abdomen,
menurut teori adanya mual disebabkan karena mucus yang diproduksi mukosa terus-
foto abdomen dan pemeriksaan laboratorium (leukosit) tidak dilakukan karena pada
sedangkan faktor penghambat yaitu data-data yang ada pada status klien kurang
lengkap. Pemecahan masalahnya yaitu dengan cara bertanya kembali kepada klien
ataupun keluarga klien serta pada perawat yang bertanggung jawab di ruangan
tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan pada klien dengan post appendiktomi di dalam teori
terdapat 4 diagnosa keperawatan. Pada kasus Ny. K dengan post appendiktomi terdapat
4 diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak muncul
operasi. Diagnosa ini tidak muncul karena pada Ny. K tidak di temukan data yang
menunjukkan bahwa Ny. K mengalami dehidrasi yaitu mukosa bibir pasien lembab,
turgor kulit baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 130/90 mmHg, N : 80
Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengkajian ditemukan data bahwa klien
mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan
gejala yang timbul, persiapan yang dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa
harus dilakukan tindakan pembedahan, serta tindakan yang harus dilakukan post
operasi (tidak mengangkat kepala atau tirah baring selama 24 jam dan puasa sampai
dengan bising usus ada dan baik).
Sedangkan ada dua diagnosa yang tidak ada di teori tetapi muncul pada kasus yaitu
dikarenakan klien post appendiktomy hari pertama. Selain itu, pada saat dilakukan
pengkajian ditemukan data Ny. K mengatakan tidak dapat menggerakkan kakinya dan
belum ada respon motorik. Tirah baring selama 24 jam merupakan suatu intervensi
dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur guna mencapai tujuan
terapeutik yaitu untuk mengurangi nyeri pasca operasi dan mengembalikan kekuatan
masukan oral. Diagnosa ini muncul karena klien post appendiktomi hari pertama masih
dalam kondisi puasa dan diit makan yang diberikan yaitu makan dan minum bertahap
sampai bising usus baik. Selain itu, pada klien post appendiktomi peristaltik usus belum
normal, sehingga asam lambung/ getah lambung tidak disekresikan. Sekresi getah
lambung akan kembali jika dirangsang dengan makanan (asupan nutrisi secara
Pada tahap ini yang menjadi faktor pendukung yaitu berdasarkan hasil analisa data
kurang lengkap pada saat pengkajian sehingga penulis sedikit kesulitan dalam
C. Perencanaan Keperawatan
Dimana pada teori tidak dicantumkan waktu karena tidak dapat diidentifikasi,
Pada penentuan prioritas ditemukan kesenjangan dimana pada teori diagnosa gangguan
rasa nyaman nyeri merupakan diagnosa ketiga, tetapi pada kasus menjadi diagnosa
prioritas. Rencana tersebut menjadi prioritas karena pada klien Ny. K post operasi hari
ke-1 masih merasakan nyeri pada luka insisi pembedahan dengan skala nyeri 5 (sedang).
Selain itu, nyeri merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan bagi pasien berkaitan dengan kerusakan jaringan. Sehingga nyeri dapat
merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk
Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan jika resiko infeksi ini tidak diatasi
maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang juga dapat berakibat menghambat
proses penyembuhan luka pada klien.
berhubungan dengan pembatasan masukan oral. Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga
bila intake berkurang maka kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, sementara fungsi umum
dari nutrisi sebagai sumber energi, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel tubuh
yang rusak, mempertahankan vitalitas tubuh sehingga apabila kebutuhan nutrisi tidak
keempat, hal ini karena klien masih dapat beraktivitas walaupun terbatas. Selain itu
juga, tampak klien selalu didampingi oleh keluarganya sehingga kebutuhan sehari-hari
Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya
bantuan dari perawat senior dan kawan-kawan mahasiswa dalam membuat rencana
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam
catatan keperawatan.
Dalam diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenagkan. Hal ini dikarenakan nyeri
sudah dapat teratasi sedikit dengan bantuan teknik manajemen nyeri yang sebelumnya
telah diajarkan oleh perawat kepada klien sebelum klien dilakukan operasi.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Untuk diagnosa yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah mengkaji lokasi dan karakteristik nyeri, yaitu nyeri perut kanan
bawah dengan skala nyeri 5, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan
posisi nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan perawatan luka post
op dan melakukan observasi keadaan luka, serta memberikan terapi parenteral injeksi
Lactor 3 x 30 mg/IV.
Untuk diagnosa yang kedua yaitu resiko terjadinya infeksi tindakan keperawatan yang
setiap hari, dan memberikan terapi parenteral injeksi Kedacillin 3 x 1gr/IV. Adapun
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan adalah mengganti lokasi penusukan
infus, karena kondisi daerah pemasangan infus tidak ada tanda-tanda infeksi, infus
menetes dengan lancar, dan kondisi terpasang dengan baik di dalam pembuluh darah
vena. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (leukosit) juga tidak dapat
pembatasan masukan oral dan diagnosa intoleransi aktivitas semua rencana tindakan
dapat direalisasikan secara nyata sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan
mau bekerja sama saat dilakukan tindakan keperawatan. Tidak banyak mengalami
kesulitan karena sikap kooperatif klien dan keluarga serta bimbingan dari perawat
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses kepeawatan, pada evaluasi ini
penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dari 3 diagnosa pada
Diagnosa ini telah teratasi, hal tersebut dapat terlihat pada klien yang tampak lebih
rileks, dan didapatkan skala nyeri berkurang yaitu yang awalnya skala nyeri 5 menjadi 1.
dapat memenuhi kebutuhsn nutrisinya dengan baik sesuai diit yang diberikan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi, diagnosa ini telah teratasi
karena pada hari kedua asuhan keperawatan klien mengatakan sudah dapat
Sedangkan diagnosa keperawatan yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif. Diagnosa ini belum teratasi, karena pada tanggal
17 Juli 2010 klien masih terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit ditangan kiri.
Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi keperawatan adalah
adanya bantuan dari perawat ruangan dan rekan mahasiswa dalam memberikan askep
pada klien, serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, juga adanya
kriteria hasil yang sudah penulis buat sebelumnya sehingga dapat di jadikan pedoman
Faktor penghambat yang penulis temukan adalah adanya keterbatasan waktu dalam
kepada perawat di ruangan untuk melanjutkan sehingga evaluasi dapat dilakukan secara
tuntas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. K dengan diagnosa post appendiktomi, diperoleh
data bahwa Klien mengeluh nyeri pada luka post appendiktomi, kualitas nyeri seperti
berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada
saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang jika klien
beristirahat atau diberikan obat analgetik, klien mengeluh kakinya tidak dapat
Pada diagnosa keperawatan yang muncul pada teori dengan klien post appendiktomi
adalah empat diagnosa, dua diagnosa keperawatan tidak terdapat dalam kasus. Hal ini
dikarenakan tidak ada data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa keperawatan
tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri
Namun ada beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak dilakukan sesuai
dengan teori yang telah dibuat. Pada diagnosa pertama, penulis tidak mengajurkan klien
Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa
keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan belum teratasi
semua. Adapun diagnose yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi
Pada diagnosa ke dua, penulis tidak melakukan pemeriksaan laboratorium (leukosit) dan
Pada tahap evaluasi yang di lakukan pada tanggal 17 Juli 2010 dari empat diagnosa
keperawatan yang ada tujuan belum tercapai dan masalah keperawatan teratasi semua.
Adapun diagnosa yang belum teratasi adalah resiko terjadinya infeksi berhubungan
dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan invasive (pemasangan
B. Saran
Diharapkan untuk selalu menjaga kebersihan luka dengan melakukan perawatan luka di
rumah dan mematuhi jadwal kontrol yang telah ditetapkan oleh dokter.
appendiktomy agar mengkaji secara menyeluruh dan disesuaikan dengan teori yang
ada.
b. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan
medical bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post