Sunteți pe pagina 1din 17

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI PADA ANAK

A. KONSEP DASAR TEORI IMUNISASI


1. PENGERTIAN
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan ( imunitas ) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit
(DepKes, 2000 ).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-antigen
serupa tidak terjadi penyakit (Nakita, 2006). Imunisasi dasar adalah suatu cara
atau usaha memberikan kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit
tertentu (Stephanie, 2003).

2. MANFAAT IMUNISASI
1) Manfaat dari imunisasi diantaranya:
a. Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat ataukematian.
b. Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan bila
anak sakit.
c. Untuk segara memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
2) Manfaat 5 Imunisasi dasar :
a. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel.
b. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini
dapat berbiak.
c. Pertahanan imun non spesifik.
d. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan
tubuh.
e. Mencegah penyakit infeksi.

3. MACAM-MACAM IMUNISASI
Imunisasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Imunisasi Aktif
Adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit
setelah suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan
dapat bertahan selama bertahun-tahun
2. Imunisasi Pasif
Adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI
yang pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu
pada bayi yang dapat melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
4. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang akan diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh perawat, yaitu sbb :
1) Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut:
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit.
b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yg pernah didapat sebelumnya.
c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2) Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan:
a. dengan penyakit yg dapat dicegah dgn imunisasi.
b. Terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent) tentang
pengertian,jenis.
c. imunisasi, alasan imunisasi manfaat imunisasi dan efek sampingnya.
3) Catatan imunisasi yg lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4) Pendidikan kesehatan untuk orang tua.
perawat harus memberikan PenKes sebelum imunisasi diberikan :
a. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak.
b. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya.
5) Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu :
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yg serius
b. Perubahan pada sitem imun yg tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c. sedangdalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti
sitostatika, transfusi darah, dan imunoglobulin.

5. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


Depkes ( 2000 ) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu tuberkulosis difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis,
campak, dan hepatitis.
Jenis Imunisasi
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman
BCG ( Bacillus Calmette Guerin) yang masih hidup, jenis kuman ini telah
dilemahkan.
a. Reaksi Imunisasi
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita
demam.Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan
oleh keadaan lain.
b. Efek Samping
Umumnya pada imunisasi TBC jarang dijumpai akibat efek
samping: Pembengkakan getah bening setempat,dan komplikasi
pembengkakan kelenjar ini biasanya disebabkan karena tehnik
penyuntikan yang kurang tepat yaitu penyuntikan terlalu dalam.
c. Kontra Indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada
anak yg berpenyakit TBC atau menunjukan uji mantoux positif.

2) Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus )


Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis(batuk rejan)
dan tetanus.
a. Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
b. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat,
seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya di sebabkan oleh unsure
pertusisnya. Bila hanya DT maka tidak akan timbul akibat samping.
c. Kontra Indikasi
Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan
batuk yang diduga batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan
kekebalan.

3. Vaksin DT ( DIFTERI , TETANUS )


Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus, anak tidak diperbolehkan atau
tidak memerlukan lagi imunisasi pertusis.
a. Cara Imunisasi
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulang sama seperti imunisasi DPT.
b. Efek Samping
Efek samping biasanya tidak ada atau hanya berupa demam ringan dan
pembengkakan lokal ditempat suntikan selama 1-2 hari.
c. Kontra Indikasi
Imunisasi DPT hanya tidak boleh diberikan pada anak yg sakit parah atau
sedang menderita demam tinggi.

4. Vaksin Tetanus
Imunisasi terhadap penyakit tetanus ada 2 macam :
1. Imunisasi aktif
vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toxsoid tetanus yaitu
toxsin kuman tetanus yang telah dilemahkan & kemudian dimurnikan.
Ada 3 macam kemasan vaksin :
a. Kemasan vaksin tetanus yaitu bentuk kemasan tunggal.
b. Kombinasi dengan kemasan difteri
c. Kombinasi dengan kemasan difteri & pertusis.
ATS (anti tetanus serum)dpt dipakai /pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan tetanus.
a. Cara Imunisasi
Imunisasi dasar dan ulang pada anak diberikan dengan imunisasi DPT
/DT, pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali, pada
usia kehamilan bulan ke 7 dan ke 8.
b. Reaksi Imunisasi
Reaksi pada imunisasi aktif tetanus biasanya tidak ada, mungkin terdapat
demam ringan , rasa nyeri rasa gatal dan pembengkakan ringan di tempat
suntikan yang berlangsung selama 1-2 hari.
c. Efek Samping
Pada imunisasi aktif dengan toxsoid tetanus hampir tidak ada efek
samping. Pada pemberian imunisasi pasif dengan ATS mungkin terjadi
reaksi yang lebih Serius seperti gatal diseluruh tubuh, nyeri kepala
bahkan renjatan (shok).
d. Kontra indikasi
Tidak ada kecuali pada anak yang sakit parah.

5. Poliomielitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomielitis.terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran darah yang masing-
masing mengandung virus polio tipe I, II, dan III yaitu :
1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III yang sudah dimatikan
(virus salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan
2. Vaksin yang menandung virus polio tipe I, II, III yang masih hidup tetapi
telah dilemahkan (vaksin sabin ), cara pemberiannya melalui mulut dalam
bentuk pil atau cairan.
a. Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa
hari dan selanjutnya 4 – 6 minggu pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersamaan dg BCG,hepatitis, DPT.
b. Reaksi Imunisasi
Bisanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdpat berak-berak ringan.
c. Efek Samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping bila ada mungkin
berupa kelumpuhan anggauta gerak seperti penyakit polio sebenarnya.
d. Kontra indikasi
Imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan pd anak dengan diare berat dan
sakit parah .

6. CAMPAK
Vaksin campak mengandung virus campak yang telah
dilemahkan.penyakit campak sangat menular. Kumannya penyebabnya ialah
sejenis virus yang ter masuk dalam golongan paramiksovirus. Gejala yang
khas yang timbul bercak bercak merah di kulit 3-5 hari setelah anak
menderita demam, batuk, pilek. Bercak merah ini semula timbul pada pipi
dibawah telinga kemudian menjalar kemuka, tubuh, dan anggota gerak.
a. Cara Imunisasi
Menurut WHO imunisasi campak cukup diberikan 1kali suntikan setelah
bayi umur 9 bln,gejala yang dapat diamati adalah demam yang disertai
dengan timbulnya bercak merah di kulit.
b. Reaksi Imunisasi
Tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan
dan tampak sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke
7-8 setelah penyuntikan atau mungkin terjadi pembengkakan didaerah
penyuntikan.
c. Efek samping
Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi
radang otak berupa ensefalitis atau ensefalopati dalam waktu 30 hari
setelah imunisasi.
Cara Pemberian Imunisasi Dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di
Indonesia, DepKes 2000).

Vaksin Dosis Cara Pemberian


BCG 0,05 cc Intracutan tepat di insersio
Muskulus deltoideus kanan

DPT 0,5 cc Intramuskular

Poli 2 tetes Diteteskan ke mulut

Campak 0,5 cc Subcutan,biasanya dilengan kiri atas


IM pada paha bagian luar
Hepatitis B 0,5 cc
IM dalam biasa di muskulus deltoideus
TT 0,5 cc

Waktu Yang tepat Untuk Pemberian Iminisasi Dasar(Petujnuk Pelaksanaan Program


Imunisasi di Indonesia,DepKes 2000 )

Vaksin Pemberian Selang waktu Umur pemberian keterangan


Imunisasi pemberian
BCG 1 kali 0-11 bln

DPT 3 Kali 4 minggu 2 – 11 bln

Polio 4 kali 4 minggu 0 -11 bln

Campak 1 kali 4 minggu 9 – 11 bln

Hepatitis 3 kali 4 minggu 0 – 11 bln Untuk by yg di RS,


B puskesmas hepatitis
B BCG,polio dapat
diberikan segera.

7. Vaksin Hepatitis B
1) Vaksinasi dan jenis vaksin
Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang di namakan HbsAg
yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.
HbsAg ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa
genetika dengan bantuan sel ragi
2) Penjelasan penyakit
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B cara penularan
hepatitis B dapat melalui mulut,trans- fusi darah,dan jarum suntik yang
tercemar.
Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta semasa
dalam kandungan atau pada saat ke –lahiran. Kelainan pada penyakit ini
disebabkan oleh kerusakan pada hati. Virus hepatitis B yang masuk ke
dalam tubuh akan berkembang biak di dalam jaringan hati dan kemudian
merusaknya.Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai
kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan menahun (kronis ).
Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah ke kuningan pada mata ,rasa
lemah, mual ,muntah, tidak nafsu makan dan demam.

a. Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar
sebanyak 3 kali dengan jarak 1 bulan antara suntikan 1 dan 2 lima bulan
antara suntikan 2 dan 3.
b. Reaksi Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan,yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi
lain yg mungkin terjadi ialah demam ringan.

8. Vaksin Non PPI


Vaksin Haemophyllus Influenza tipe B ( HiB ) :
1) Vaksinasi
Haemophyllus influenza bukan virus influenza tetapi merupakan suatu
bakteri gram negatif. Haemophyllus influenza terbagi atas jenis yang
berkapsul dan tidak berkapsul. Kapsul polyribosiribitol phossphate( PRP)
menentukan virulensi dari Hib. Vaksin Hib dibuat dari kapsul tersebut.
2) Penjelasan Penyakit
Infeksi Hib sering menyebabkan meningitis(radang selaput otak) dengan
gejala kaku kuduk,penurunan ke sadaran,kejang dan kematian. Penyakit
lain yang dapat terjadi adalah pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotitis.
Haemophyllus influenza hanya ditemukan pada manusia. Penyebaran
terjadi melalui droplet dari individu yang sakit kepada orang lain.
Sebagian orang yang mengalami infeksi tidak menjadi sakit tetapi
menjadi pembawa kuman karena Hib menetap di tenggorokan.
3) Jadwal Pemberian dan Dosis
- Vaksin HiB diberikan sejak umur 2 bulan.
- PRP-OMP (pedvax HiB-MSD) cukup diberikan 2 X Pada umur 2, dan
4 bulan.
- PRP-T ( Act-Hib-Aventis Pasteur ) diberikan 3 kali dengan jarak
waktu 2 bulan ( diberikan pada umur 2 4 dan 6 bulan ).
- Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan apabila anak
datang pada usia 1,5 tahun,vaksin Hib, hanya diberikan 1 kali.
- Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml secara intramuskular
4) Kontraindikasi
Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi
tersebut belum dapat membentuk antibodi.

6. IMUNISASI DPT DAN POLIO


1. Imunisasi DPT
a. Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis,dan
tetanus. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan
organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti
yang cukup (Alimul, 2008).
b. Manfaat Imunisasi DPT
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu
penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini
tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut
kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak
kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena
penyakit secara alami.
Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara
membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman
kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas,
bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia
kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan.
Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada
pengobatan (Markum, 2005).
c. Penyakit yang muncul jika tidak diberikan imunisasi DPT
a. Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas
b. Batuk rejan (batuk 100 hari)
c. Tetanus
d. Cara Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi DPT yaitu imunisasi dasar 2-11 bulan, dosis 0,5 cc
imunisasi dimulai pada usia 2 bulan, imunisasi dasar harus diberikan
sebanyak 3 kali pemberian dengan interval 8 minggu, minimal 4 minggu.
Cara penyuntikan intramuskuler atau subkutan dalam dibagian luar paha
(Biofarma, 2002).
e. Jadwal Imunisasi
1. DPT I diberikan antara umur 2 bulan sampai 4 bulan
2. DPT II diberikan antara umur 3 bulan sampai 5 bulan
3. DPT III diberikan antara umur 4 bulan sampai umur 6 bulan
f. Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan
rasa nyeri ditempat suntikan selama satu sampai dua hari (Markum, 2002).
g. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusis.
Bila hanya diberikan DT (Difteri dan Tetanus) tidak menimbulkan akibat
efek samping demikan (Markum, 2002).
h. Kontraindikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita kejang, demam komplek. Juga tidak boleh diberikan
kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk
rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan. Bila ada
suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan
berikut jangan diberikan lagi melainkan DT saja (tanpa P). Sakit batuk, pilek,
demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi
yang mutlak, sedangkan anak anda sedang menderita sakit ringan (Nakita,
2006).

e. Penanganan
1. Untuk panas : berikan antiseptik ¼ tablet, puyer, atau sanmuldrop 3-
4x/hari 0,5 ml, jangan diselimut dengan selimut yang terlalu tebal,
kompres.
2. Rasa sakit didaerah suntikan, nyeri, merah dan bengkak akan hilang
dengan sendirinya. Jika perlu kompres dengan air hangat.
3. Radang  bengkak selama 1 minggu atau lebih, bisa terjadi karena jarum
suntuk yang tidak steril, solusi : rujuk ke puskesmas.
4. Kejang : karena vaksin pertusisnya, segera rujuk ke puskesmas

2. IMUNISASI POLIO
a. Pengertian Imunisasi Polio
Kata Polio (abu-abu) dan Myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin
yang berarti Medulla Spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus
poliomyelitis pada medulla spinalis yang secara klasik menimbulkan
kelumpuhan. Poliomyelitis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus polio (Stephanie,2003). Polio adalah penyakit menular yang
sifatnya mendadak / cepat disebabkan oleh virus polio yang menyebabkan
kerusakan saraf otak yang mengakibatkan kelumpuhan ( lumpuh layu) dan
mengecilkan otot.

b. Cara Pemberian Vaksin Polio


Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari,
dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersama dengan BCG. Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang
menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak
berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan
dengan DPT. Dosis 1 diberikan saat anak berusia 0-2 bulan (Biofarma,
2002).
c. Reaksi Imunisasi Polio
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat bercak-bercak ringan.
d. Efek Samping
Pada kasus polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada, mungkin berupa
kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya (Markum,
2002).
e. Kontra Indikasi Polio
1. Penyakit akut atau demam (Temp >38 C), imunisasi harus ditunda.
2. Muntah atau diare berat, imunisasi ditunda.
3. Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau suntikan, juga pengobatan
radiasi umum (termasuk kontak pasien).
4. Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan system
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit Hodgkin)
dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misalnya pada
hipo-gamaglobulinemia.
5. Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.
f. Penyakit yang muncul jika tidak diberikan imunisasi polio
polio dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY “P” DENGAN DIAGNOSA RESIKO
TERJADINYA PENINGKATAN SUHU TUBUH
1. Data Subyektif
a. Biodata
Bayi
Nama bayi : Bayi ”P”
Tanggal lahir : 17 Maret 2016
Usia : 6 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 7000 gram
Anak ke : II

Orang Tua
Nama Ibu : Ny.”S”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : jln. Kecebung 411 B
Pendidikan : SMA Pendidikan
Pekerjaan : IRT Pekerjan

Nama Ayah : Ny. “M”


Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Alamat : jln. Kecebung 411 B
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ibu datang dengan bayi umur 6 bulan untuk mendapatkan imunisasi DPT
dan POLIO 4.
2) Menurut penuturan ibu bayi, pada saat ini bayi dalam keadaan sehat dan
akan diimunisasi DPT 3 di pos posyandu di kelurahan gomong lama.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut penuturan ibu bayi, bayi belum pernah mengalami sakit.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut penuturan ibu bayi, bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
pernah menderita penyakit yang berat ataupun penyakit yang menular.
c. Riwayat Persalinan dan Kehamilan.
1) Riwayat Prenatal (ANC)
- G2 P2 A0
- HPHT : 9 Juni 2015
- Kenaikan BB saat hamil : 12 kg
- Tempat kunjungan : Posyandu
- Riwayat pengkajian waktu hamil : tidak ada
- Kebiasaan waktu hamil : makan nasi, sayur dan daging

2) Riwayat Persalinan (Natal)


no Tahun JK BB Keadaan komplikasi persalinan keterangan
Kelahiran Bayi
1 2010 P 3,5 kg Sehat Tidak ada Normal
2 2016 P 3,3 kg Sehat Tidak ada

3) Riwayat Post Natal


- Keadaan bayi baru lahir : menangis spontan
- Kelahiran : 17 maret 2016
- Kelahiran : II
- Nilai APGAR :
- Usaha Nafas : tanpa bantuan

4) Riwayat perkembangan
a. Kemandirian bergaul : bayi hany dapatberinteraksi dengan orang
tuanya dan saudaranya.
b. Motorik : bayi mulai menoleh ke arah suara, bayi mulai
bisa memainkan tangannya.
c. Kognitif dan Bahasa : bayi mulai berbicara satu suku kata dan bisa
mengatakan “ba, ba”.

5) Pola nutrisi
a. Selera : ibu bayi mengatakan mau minum ASI dan
MPASI.
b. Alat makan yang dipakai: sendok dan piring
c. Pola makan/jam : ibu bayi mengatakan bayi makan 2 kali sehari
dan bayi makan pada pagi dan sore hari.
d. Jumlah cairan : 600 ml

6) Pola istirahat dan tidur


a. Kebiasaan sebelum tidur : bayi dielus-elus punggungnya.
b. Tidur siang : ibu bayi mengatakan bayinya tidur 3-4
jam.

7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. RR : 27 x /menit
d. BB : 7000 kg umur 6 bulan
e. Lingkar kepala : 35,5
f. Mulut : Simetris, tidak ada labiopatoskisis, bibir tidak
kering, lidah bersih.
g. Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan.
h. Muka : Simetris, sclera tak ikterus, conjungtiva tidak
anemis.
i. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
j. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, bersih.
k. Mulut : Simetris, tidak ada labiopatoskisis, bibir tidak
kering, lidah bersih.
l. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis.
m. Abdomen : Tidak kembung, tidak ada massa
n. Genetalia : Tidak ada pembesaran, labia mayor
sudah menutupi labio minor.
o. Anus : tidak ada atresia ani.
p. Ekstramitas : Simetris, tidak ada polidaktili /
syndaktil

2. Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Ibu klien Kurangnya informasi dan Gangguan
mengatakan takut pengetahuan tentang rasa aman
anaknya akan sakit imunisasi  ibu klien cemas
setelah diimunisasi tampak cemas
DO: Ibu klien tampak
cemas

2. DS: Ibu klien Vaksin DPT III melalui Resiko


mengatakan bahwa IM  nyeri  serum terjadinya
anaknya akan DPT III akan bereaksi di peningkatan
diimunisasi DPT III dalam tubuh  tubuh suhu tubuh
DO: - Klien menangis membentuk antibodi 
saat disuntik DPT III reaksi radang  panas 
- Terdapat bekas gangguan pengaturan
suntikan didaerah paha suhu tubuh

3. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya informasi dan
pengetahuan tentang informasi dan ibu klien tampak cemas. Ditandai dengan
ibu bayi mengatakan takut anaknya akan sakit setelah di imunisasi, dan ibu
klien tampak cemas.
2. Resiko terjadinya peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan vaksin DPT
III melalui IM menyebabkan nyeri, serum DPT III akan beraksi di dalam
tubuh membentuk antibody, menimbulkan reaksi radang, panas, dan
mengakibatkan gangguan pengaturan suhu tubuh.

4. Rencana Keperawatan
1. Resiko peningkatan suhu tubuh
a. Lakukan pendekatan pada bayi dan keluarga
b. Berikan penjelasan tentang manfaat imunisasi
c. Berikan penjelasan pada ibu bayi tentang vaksin DPT dan POLIO serta
KIPI vaksi tersebut.
d. Lakukan persiapan imunisasi DPT dan POLIO
e. Observasi keadaan umum bayi dan bekas suntikan.
f. Motivasi ibu untuk memberikan obat antipiuretik atau obatpenurun demam
dan kompres basah.
DAFTAR PUSTAKA

Biofarma. 2002. Vademecum. Bandung: Biofarma.

Markum, 2002. Imunisasi Edisi Kedua (Cetak Ulang). Jakarta: FKUI

Nakita. 2006. Panduan Imunisasi. Jakarta: Sarana Kinasih Satya Sejati.

Stephanie Cave MD & Deborah Mitchell. 2003. Yang Orang Tua Harus Tahu Tentang
Vaksinasi Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

S-ar putea să vă placă și