Sunteți pe pagina 1din 6

1.

1 Tobacco Cessation

Tobacco cessation atau yang juga sering disebut smoking cessation adalah proses
penghentian merokok tembakau. Tembakau mengandung nikotin, yang adiktif. . Orang yang
terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Karena itu, apabila
suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik
fisik maupun mentalnya.
Berhenti merokok secara signifikan dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit
terkait tembakau seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru. Banyak strategi yang dapat
digunakan untuk berhenti merokok, termasuk berhenti tanpa bantuan, obat-obatan seperti
terapi pengganti nikotin (NRT), cytisine atau varenicline, dan konseling perilaku. Mayoritas
perokok menggunakan metode tanpa bantuan, meskipun hanya 3% sampai 6% dari upaya
penghentian tanpa bantuan yang berhasil. Penggunaan obat-obatan dan konseling perilaku
baik dalam meningkatkan tingkat keberhasilan, kombinasi keduanya telah terbukti lebih
efektif.
Karena nikotin adalah zat adiktif, berhenti merokok dapat menyebabkan gejala cemas,
lekas marah, depresi, dan berat badan turun. Metode tobacco cessation yang professional
umumnya berusaha untuk mengatasi kecanduan nikotin dan gejala yang disebabkannya.
Perawatan (tobacco-control) idealnya harus dilakukan secara komprehensif yang
meliputi peningkatan pajak rokok, pembatasan merokok di tempat umum, pendidikan
mengenai bahaya tembakau dan manfaat dari penghentian, serta pembatasan pemasaran
rokok. Upaya untuk berhenti merokok harus dilakukan dengan gencar karena manfaat bisa
didapatkan lebih banyak jika penghentian penggunaan rokok dilakukan lebih awal, karena
risiko penyakit ini sangat berhubungan dengan durasi penggunaan rokok.

1.1.1 Manfaat

Keuntungan yang bisa diperoleh jika adiksi terhadap nikotin dapat dihilangkan adalah:

1. Berhenti merokok 20 menit, tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah tepi membaik
2. Dua jam berhenti merokok, tingkat karbon monoksida dalam darah kembali normal
3. Selama 48 jam berhenti merokok, akan memperbaiki sistem aliran darah, dan fungsi
jantung meningkat
4. Dua sampai 12 minggu berhenti merokok, nikotin tereliminasi dari sistem tubuh, indera
pengecap dan penciuman membaik
5. Satu hingga sembilan bulan berhenti merokok, napas pendek (sesak) dan batuk-batuk
berkurang
6. Satu tahun berhenti merokok, risiko terjadinya jantung koroner berkurang setengahnya
dibandingkan dengan perokok
7. Sepuluh tahun berhenti merokok, risiko kanker paru-paru setengahnya dibandingkan
perokok
8. Selama 15 tahun berhenti merokok, risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat
yang sama dengan yang bukan perokok

1.1.2 Metode

1. Unassisted
Hal ini umum untuk mantan perokok yang telah membuat sejumlah upaya (sering
menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap kesempatan) untuk berhenti merokok
sebelum mencapai pantang jangka panjang. Sebuah studi baru memperkirakan bahwa
mantan perokok membuat antara 6 dan 30 kali usaha sebelum berhasil berhenti.
Mengidentifikasi pendekatan atau teknik yang akhirnya paling sukses itu sulit; misalnya,
hanya sekitar 4% sampai 7% dari orang yang mampu berhenti merokok pada setiap upaya
yang diberikan tanpa obat atau bantuan lainnya. Sebuah tinjauan baru tentang upaya
berhenti tanpa bantuan di 9 negara menemukan bahwa mayoritas orang menggunalam
metode berhenti tanpa bantuan. Di Amerika Serikat, misalnya, tingkat berhenti merokok
tanpa bantuan turun dari 91,8% di 1986 - 52,1% selama tahun 2006 sampai 2009. Metode
tanpa bantuan yang paling sering adalah "cold turkey", sebuah istilah yang telah digunakan
untuk berhenti merokok tanpa bantuan atau berhenti merokok tiba-tiba dan "gradually
decreased number" rokok, atau "cigarette reduction".
"Cold turkey" adalah istilah sehari-hari yang menunjukkan penarikan mendadak
dari obat adiktif, dan dalam konteks ini menunjukkan penghentian tiba-tiba dan lengkap
dari semua penggunaan nikotin. Dalam sebuah penelitian di Inggris, mantan perokok di
tahun 1980-an, sebelum munculnya farmakoterapi, 53% dari mantan perokok mengatakan
bahwa itu sama sekali tidak sulit untuk menghentikan, 27% mengatakan itu "cukup sulit",
dan sisanya 20% merasa sangat sulit. Studi telah menemukan bahwa dua pertiga dari
penghentian merokok baru-baru ini dilaporkan dengan menggunakan metode “cold
turkey” dan menemukan itu bermanfaat.
2. Behavioural Interventions
Berbagai intervensi perilaku telah terbukti berkhasiat untuk banyak perokok.
Intervensi perilaku berkisar dalam kompleksitas dari nasihat sederhana yang ditawarkan
oleh dokter atau health-care provider lainnya untuk terapi yang lebih ekstensif yang
ditawarkan oleh konselor atau klinik khusus smoking cessation. Dengan meningkatnya
kompleksitas terapi, biaya yang dikeluarkan perokok juga meningkat.

1) Saran Dokter
Saran sederhana dari seorang dokter telah terbukti untuk meningkatkan tingkat
penghentian merokok secara signifikan (sebesar 30%) dibandingkan dengan yang tidak
diberi saran (Fiore et al., 2000). Dokter berada dalam posisi yang unik karena
kemampuan mereka untuk menasihati pasien yang ingin berhenti, dan juga perokok
yang tidak berninat untuk berhenti (Jackson et al., 2001). Untuk perokok yang tidak
berninat berhenti merokok, dokter harus menginformasikan dan menyadarkan pasien
tentang penggunaan rokok, bagaimana menghentikannya, dan juga memberi tahu
mengenai efek-efek yang ditimbulkannya. Untuk perokok yang ragu tentang
kemampuan mereka untuk berhenti, dokter dapat menggunakan strategi motivasi,
seperti berdiskusi mengenai hambatan dalam berhenti merokok dan solusinya.
Manfaat intervensi tersebut dapat ditingkatkan dengan titik kritis, seperti
membantu pasien untuk memilih hari tertentu untuk berhenti merokok. Untuk perokok
yang siap untuk berhenti, dokter dapat menawarkan dukungan yang kuat, membantu
menetapkan tanggal berhenti, meresepkan farmakoterapi untuk ketergantungan nikotin,
dan menyarankan strategi perilaku untuk mencegah kekambuhan.
2) Terapi Perilaku dan Psikologis
Terapi perilaku, dengan beberapa sesi konseling individu atau kelompok dapat
membantu berhenti merokok. Baik terapi individu dan kelompok telah terbukti
meningkatkan tingkat penghentian konsumsi rokok. Tampaknya tidak ada perbedaan
antara terapi individu dan kelompok dalam hal tingkat berhenti; Oleh karena itu, terapi
individu maupun kelompok bermanfaat (Lancaster et al., 2000).
Tiga jenis terapi konseling dan perilaku antara lain: 1) memberikan perokok
pemecahan masalah pelatihan / keterampilan (misal menghindari situasi di mana orang
lain merokok, mengidentifikasi pemicu merokok); 2) memberikan dukungan sosial
sebagai bagian dari pengobatan; dan 3) membantu perokok untuk mendapatkan
dukungan sosial di luar pengobatan.
3) Kampanye melalui Media Massa
Kampanye media massa dapat menambah pengetahuan tentang efek dari
merokok dan manfaat dalam berhenti merokok. Selain itu, media massa juga dapat
mengubah dan memperkuat sikap berhenti merokok, memberikan isyarat dengan
tindakan sederhana dan mempengaruhi perilaku merokok.
4) Telephone Quitlines/Internet-Based Services
Quitline merupakan layanan yang murah dan mudah diakses. Quitline
merupakan layanan bagi perokok untuk mendapat bimbingan dan sokongan moral
melalui telepon secara berkala semasa berhenti merokok. Selain itu, sekarang juga ada
banyak situs "berhenti merokok" yang tersedia di internet untuk menawarkan bantuan
dan dukungan bagi para perokok. Layanan internet memberikan informasi kesehatan
dan berpotensi tinggi menjangkau perokok dalam jumlah besar.
5) Quit and win competitions
Partisipan berhenti merokok selama periode yang telah ditentukan (biasanya 4
minggu), jika berhasil, maka partisipan berhak mendapatkan hadiah. Syarat untuk
menjadi partisipan dalam kompetisi ini yaitu orang yang merokok tiap hari selama
minimal 1 tahun dan berumur di atas 18 tahun. Hasil survei memperlihatkan 10-30%
partisipan berheti merokok sepenuhnya setelah mengikuti kompetisi ini.
6) Kawasan bebas rokok
Pembuatan tempat bebas asap rokok, terutama lokasi kerja bebas asap rokok
merupakan strategi yang sangat baik untuk mempromosikan berhenti merokok. Hasil
survei memperlihatkan terjadinya penurunan konsumsi harian rokok karena adanya
kawasan bebas rokok di lingkungan kerja.

3. Pharmacological Interventions
Banyak orang yang berhasil berhenti merokok dengan cara mereka sendiri dan
dengan bimbingan perilaku. Akan tetapi, sebagian besar perokok mengalami
ketergantungan nikotin sehingga behavioural interventions belum cukup kuat untuk
mengatasinya sehingga diperlukan pharmacological interventions. The American Cancer
Society mencatat bahwa "studi dalam jurnal medis telah melaporkan bahwa sekitar 25%
dari perokok yang menggunakan obat-obatan dapat tetap smoke-free selama lebih dari 6
bulan. Obat tunggal meliputi:
1) Nicotine Replacement Theraphy (NRT)
Sediaan NRT pertama yang disetujui oleh FDA adalah nicotine gum pada tahun
1984, diikuti oleh transdermal nicotine patch, nicotine nasal spray, dan nicotine inhaler.
Semua bentuk NRT dapat meningkatkan keberhasilan berhenti rokok hingga 50-70%.
Keempat bentuk sediaan ini tidak beredar di Indonesia, sedangkan di luar negeri
tersedia sebagai produk over the counter (OTC) atau dijual bebas.
Tujuan NRT adalah memberikan kadar nikotin hampir konstan untuk
menurunkan gejala withdrawal pada smoking cessation. NRT melepaskan nikotin ke
dalam darah secara perlahan, tidak memberikan kadar nikotin yang mendadak tinggi
seperti nikotin dalam rokok, seingga potensi adiksinya minimal. Pemberian dosis NRT
harus meruncing rendah.
Efek samping tersering dari NRT terjadi karena pengherrtian terapi. Iritasi
terjadi di tempat penggunaan, di kulit atau dalam mulut. Kontraindikasi penggunaan
NRT adalah perokok dengan infark miokard, unstable angina, dan stroke
2) Bupropion
Review Cochrane menyatakan bahwa khasiat bupropion dalam terapi smoking
cessation sama kuat dengan NRT. Bupropion dianggap sebagai obat pertama untuk
berhenti merokok dan telah ditunjukkan dalam banyak studi untuk meningkatkan
tingkat keberhasilan jangka panjang. Efek samping bupropion tersering adalah
insomnia, mulut kering, dan mual. Bupropion juga dapat menyebabkan kejang;
sehingga tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat epilepsi, sedangkan
kontraindikasi relatif terdapat pada pasien dengan kondisi yang dapat meningkatkan
risiko kejang, seperti penggunaan antidepresan/antipsikotik lain, diabetes melitus,
peminum alkohol serta pengguna produk anorektik.
3) Vareniklin
Vareniklin adalah suatu agonis parsial pada reseptor nikotik α4β2. Reseptor
α4β2 ini ditemukan pada neuron dopaminergik dan pada sel yang mengandung GABA
(gamino butyric acid). Menurut review Cochrane, vareniklin meningkatkan smoking
cessation hingga tiga kali lipat jika dibandingkan dengan tanpa obat. Selain itu, lebih
banyak partisipan yang berhasil berhenti rokok pada kelompok vareniklin dibanding
dengan kelompok bupropion maupun NRT.
Efek samping vareniklin yang paling sering muncul dalam uji klinik adalah
gejala gastrointestinal (mual, konstipasi, dispepsia, muntah). Efek samping lainnya
adalah sakit kepala, insomnia, mimpi buruk. Penyesuaian dosis dan meminum obatnya
setelah makan dengan segelas air dapat menurunkan kejadian efek samping tersebut.
Hingga saat ini belum ditemukan kontraindikasi khusus terhadap varenklin.
4) Klonidin
Klonidin dikenal sebagai antihipertensi, namun dapat juga menurunkan
withdrawal symptoms pada pasien yang berhenti merokok atau berhenti minum alkohol.
Sangat sedikit uji klinik yang dilakukan untuk membuktikan khasiat klonidin pada
smoking cessation, kalaupun ada, kualitas uji kliniknya kurang baik, sehingga tidak
dapat disimpulkan bahwa klonidin berkhasiat. Efek samping utama klonidin adalah
mulut kering dan sedasi. Klonidin mungkin bukan pilihan farmakoterapi terbaik bagi
pasien yang hendak berhenti rokok, namun dapat berguna bagi pasien yang memiliki
kontraindikasi dengan farmakoterapi lainnya.

4. Alternative Approaches
1) Acupuncture
2) Aromatherapy
3) Hypnosis

Referensi:

Fiore et sl. (2008). Traeting Tobacoo Use and Dependence: 2008 Update. Clinical Practice
Guidline. Rockville, MD: USDHHS, PHS, May 2008
[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK63952/]

Rosita, N. dan Suswardany, DL. Penentu Keberhasilan Berhenti Merokok pada Mahasiswa.
Kesehatan Masyarakat, Vol. 8, No. 1, 2012: 1-9.

S-ar putea să vă placă și