Sunteți pe pagina 1din 16

Hairul Basri et al. (2012) J.

Floratek 7: 91 - 106

INTERSEPSI AIR HUJAN PADA TANAMAN KOPI RAKYAT DI DESA


KEBET, KECAMATAN BEBESEN, KABUPATEN ACEH TENGAH

Raifall Interception on Coffee Plants in Kebet Village, Bebesan Sub District, Aceh
Tengah District

Hairul Basri , Manfarizah, dan Andi Salasa

Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

The purpose of the study was to determine the amount of rainfall interception
on coffee plants, and obtain a relationship between rainfall and interception of coffee
plant. The research was conducted in a coffee plantation in Kebet Village, Bebesen
Sub-District, Central Aceh District. The experiment was carried out from February to
March 2011. The method used in this research was a descriptive method, using direct
measurements in the field. The samples of coffee plants were 4 years and 15 years
old. The results showed that rainfall interception of 4 years-coffee-crop was 56.87%
of the total rainfall of 82.50 mm and that of 15-year-old coffee plants was 72.12%,
of total rainfall of 133.50 mm. The greater the rainfall was, the greater the
interception would be, as well as the older age of the coffee plant was, the greater the
percentage of interception was recorded. The average proportion of rainfall as the
water passes (throughfall) was greater than the proportion of rainfall that becomes
stream stems (stemflow), due to high density of leaves covering the stem.
Relationship between rainfall and interception on coffee plants was a natural
logarithm equation: (1) for 4 years coffee crop, I = 3.440 ln (Pg) + 0.650 and R2 =
0.56; (2) for 15 years old coffee crop, I = 2.992 ln (Pg) + 2.371 and R2 = 0.69.

Keywords: Interception, rainfall, and stemflow.

PENDAHULUAN produk dari hutan. Kondisi ini


diperparah dengan adanya perambahan
Kondisi hutan bila dilihat dari hutan yang mengakibatkan semakin
luasan penutupan lahan telah luasnya kerusakan hutan di Indonesia.
mengalami perubahan yang cepat dan Di Kabupaten Aceh Tengah
dinamis, sesuai perkembangan banyak terjadi perusakan kawasan
pembangunan dan perjalanan waktu. hutan serta konversi lahan menjadi
Banyak faktor yang mengakibatkan perkebunan kopi (Coffea sp.).
perubahan tersebut antara lain Tanaman kopi telah ada sejak zaman
pertambahan penduduk dan penjajahan Belanda yaitu pada tahun
pembangunan di luar sektor kehutanan 1908 dan berkembang sampai saat
yang sangat pesat memberikan sekarang. Tanaman kopi merupakan
pengaruh besar terhadap meningkatnya tanaman yang identik dalam kehidupan
kebutuhan akan lahan dan produk-

91
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

penduduk di Kabupaten Aceh Tengah sampai ke permukaan tanah melalui air


karena sebagian besar penduduk lolos (throughfall) dan aliran batang
menggantungkan hidupnya dari (stemflow). Akibat adanya proses
komoditi tanaman tersebut. Jenis penguapan, ada bagian air hujan yang
tanaman kopi yang ditanam di tidak pernah sampai permukaan tanah
Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari 2 yang disebut sebagai air intersepsi.
(dua) jenis yaitu kopi Robusta (Coffea Jumlah air untuk penjenuhan
canephora) dan kopi Arabika (coffea bergantung dengan fisiologi dari
arabica). Kopi Robusta dapat dijumpai tanaman seperti tekstur, kelebatan daun
pada daerah dengan ketinggian 300 – dan kerapatan cabang (Alfiansyah,
600 m dpl, sedangkan kopi arabika 1999).
dapat dijumpai pada daerah dengan Air hujan jatuh pada permukaan
ketinggian 700 – 1500 m dpl. Sekitar tajuk vegetasi akan mencapai
48.001 ha atau sekitar sepersepuluh permukaan tanah melalui dua proses
luas wilayah kabupaten ini didominasi mekanis yaitu air lolos (throughfall)
oleh perkebunan kopi (BPS, 2010). dan aliran batang (stemflow).
Sekitar 85% dari luas lahan tersebut Hilangnya air melalui intersepsi
ditanami dengan kopi arabika dan merupakan bagian dalam analisis
sisanya ditanami kopi robusta. keseimbangan air (water balance) yaitu
Luas perkebunan kopi yang kaitannya dengan produksi air (water
terdapat di Kabupaten Aceh Tengah yield) pada daerah aliran sungai (DAS).
yang cenderung meningkat dari tahun Dalam analisis keseimbangan air,
ke tahun memunculkan ke intersepsi diperlakukan sebagai
permasalahan terhadap kelestarian dan kehilangan air (rainfall interception
fungsi hidrologi pada kawasan hutan. loss). Air hujan yang jatuh di atas
Konversi hutan menjadi perkebunan tanaman disebut hujan kotor (gross
kopi dikhawatirkan mengganggu rainfall), sedangkan air hujan yang
keseimbangan air (water balance) di mencapai permukaan tanah melalui
wilayah ini. Salah satu parameter yang tirisan dan aliran batang disebut sebagai
dapat menjadi pertimbangan untuk hujan efektif (net precipitation).
mengevaluasi keseimbangan air di Penelitian yang berhubungan
suatu wilayah adalah besarnya nilai dengan intersepsi, khususnya untuk
intersepsi. tanaman kopi di daerah ini belum
Intersepsi air hujan oleh pernah dilakukan. Oleh karena,
tanaman adalah proses tertahannya air penelitian awal tentang besarnya
hujan pada permukaan tanaman yang intersepsi tanaman kopi sangat penting
kemudian diuapkan kembali ke untuk dilakukan karena nilai intersepsi
atmosfer (Rao, 1986). Air hujan yang tersebut merupakan salah satu
jatuh di atas tanaman tidak langsung parameter yang menjadi pertimbangan
sampai ke permukaan tanah untuk dalam mengevaluasi keseimbangan air
berubah menjadi aliran permukaan (water balance) di Kabupaten Aceh
(surface run off), tetapi untuk Tengah.
sementara air hujan akan ditampung
oleh tajuk atau kanopi, batang dan
cabang tanaman. Setelah tempat-tempat
tersebut jenuh air, air hujan akan

92
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam
Tempat dan Waktu penelitian ini adalah metode deskriptif
Penelitian ini dilaksanakan di melalui observasi dan pengukuran
kebun rakyat yang terletak di Desa langsung di lapangan.
Kebet, Kecamatan Bebesen, Kabupaten
Aceh Tengah. Kegiatan penelitian ini Pemasangan alat
dilaksanakan pada bulan Februari Pengukur curah hujan
sampai dengan Maret 2011. Curah hujan diukur dengan alat
penakar curah hujan dari tipe
Alat dan Bahan observatorium dengan luas penampang
Bahan yang digunakan dalam permukaan adalah 100 cm2. Alat
penelitian ini adalah tanaman kopi yang dipasang setinggi 120 cm dari
berumur 4 tahun dan 15 tahun. permukaan tanah yang terletak di
Peralatan yang digunakan dalam sekitar lokasi penelitian pada lahan
penelitian ini adalah alat penakar curah terbuka. Gambar alat pengukur curah
hujan, lempeng seng, plastik, gelas hujan dapat dilihat pada Gambar 1.
ukur, lem silikon, selang dan jerigen.

Gambar 2. Alat pengukur curah hujan

Air lolos (throughfall) dihubungkan dengan jerigen untuk


Air lolos diukur menggunakan menampung air yang jatuh. Gambar
karpet plastik yang dibentangkan di pemasangan karpet plastik dapat dilihat
bawah kanopi tanaman. Pada bagian pada Gambar 2.
ujung plastik diletakkan selang yang

93
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Gambar 2. Pemasangan karpet plastik

Aliran batang (stemflow) yang pada salah satu sisinya dibuat


Aliran batang diukur saluran agar dapat mengalirkan air yang
menggunakan lempeng seng dengan tertampung ke dalam jerigen.
diameter 22 cm, yang dipasang Pemasangan lempeng seng sebagai
melingkar atau melilit pada batang penampung stemflow dapat dilihat pada
tanaman kopi. Lempeng dipasang pada Gambar 3.
ketinggian 20 cm dari permukaan tanah

Gambar 3. Pemasangan lempeng seng

Pengamatan dan Pengukuran setiap hari hujan pada pukul 07.00


Pengamatan dan pengukuran WIB dan dihitung sebagai hari hujan
yang dilaksanakan dalam penelitian ini sebelumnya.
terdiri dari: b. Pencatatan air lolos (throughfall)
a. Pencatatan curah hujan dilakukan dilakukan setiap hari hujan pada

94
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

pukul 07.00 WIB dan dihitung dalam satuan mililiter (ml) kemudian
sebagai hari hujan sebelumnya. diubah ke dalam milimeter sehingga
c. Pencatatan air aliran batang digunakan rumus :
(stemflow) dilakukan setiap hari A tajuk
hujan pada pukul 07.00 WIB dan 
A platik
dihitung sebagai hari hujan '
sebelumnya. Tf
Tf  
Aplastik
Keterangan:
Pengolahan Data
a. Perhitungan Intersepsi
Tf’ = volume air lolos yang
Dari hasil pengukuran curah
tertampung dalam jerigen
hujan, aliran batang dan air lolos
(mm3);
kemudian dihitung besarnya intersepsi
Atajuk = luas tajuk tanaman (mm2);
berdasarkan pendekatan keseimbangan
Aplastik = luas plastik penakar air lolos
volume (volume balance approach)
(mm2);
yaitu (Asdak, 2004).:
λ = angka perbandingan antara
luas tajuk dan luas plastik;
I = Pg - (Tf + Sf)
Tf = throughfall (mm);
Keterangan:
d. Perhitungan (stemflow)
Hasil awal stemflow diperoleh
I = Intersepsi tajuk (mm);
dalam satuan mililiter (ml) kemudian
Pg = Curah hujan kotor (mm);
diubah ke dalam milimeter sehingga
Tf = Air lolos (mm);
digunakan rumus :
Sf = Aliran batang (mm).
'
b. Perhitungan Curah Hujan Sf
Sf 
Hasil awal curah hujan Atajuk
diperoleh dalam satuan mililiter (ml) Keterangan:
kemudian diubah ke dalam milimeter
sehingga digunakan rumus (Triatmodjo, Sf’ = volume aliran batang yang
2009) : tertampung dalam jerigen
(mm3);
V
Pg  Sf = stemflow (mm);
A alat Atajuk = luas tajuk tanaman (mm2).

Keterangan: e. Hubungan Intersepsi


Untuk mengetahui hubungan
Pg = curah hujan kotor (mm); besarnya intersepsi dan curah hujan
V = volume yang tertampung dilakukan dengan persamaan regresi.
(mm3); Persamaan regresi yang digunakan
Aalat = luas penampang alat (mm2). persamaan yaitu persamaan regresi
logaritma natural. Persamaan regresi
c. Perhitungan (throughfall) logaritma natural dapat dilihat pada
Hasil awal throughfall diperoleh rumus berikut ini (Asdak, 2004) :

95
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Log Y = a+ b ln x Hasil pengukuran intersepsi,


aliran batang, curah hujan dan air lolos
Keterangan: umur 4 dan 15 tahun pada tanaman
Y = Intersepsi atau air lolos atau aliran kopi disajikan pada Tabel 1. Hasil
batang (mm) penelitian menunjukkan bahwa
x = Curah hujan (mm) intersepsi terbesar pada tanaman kopi
yang berumur 15 tahun, sedangkan
HASIL PENELITIAN DAN yang terkecil pada tanaman kopi yang
PEMBAHASAN berumur 4 tahun.

Tabel 1. Jumlah curah hujan, aliran batang, air lolos dan Intersepsi pada tanaman kopi
Jumlah
Aliran
Hari Curah Air Lolos Intersepsi
Umur Batang
Hujan Hujan
(mm) (mm) % (mm) % (mm) %

4 Tahun 12 82,50 33,61 40,74 1,79 2,39 46,92 56,87

15 Tahun 20 133,50 36,05 27,00 2,92 2,19 96,28 72,12

Air Lolos (throughfall) yang diukur pada hari hujan ke 7 yaitu


Grafik hasil pengukuran air sebesar 0.05 mm. Sementara itu, hasil
lolos (throughfall) pada tanaman kopi pengukuran air lolos pada tanaman kopi
(Coffea sp.) umur 4 tahun dapat dilihat umur 15 tahun selama periode
pada Gambar 4 dan 5. Dari hasil penelitian sebesar 36,05 mm atau 27,00
pengukuran air lolos pada tanaman kopi % dari total curah hujan. Pada tanaman
umur 4 tahun selama periode penelitian kopi umur 15 tahun air lolos tertinggi
sebesar 33,609 mm atau 40,738 % dari terjadi pada hari hujan ke 9 jumlah air
total curah hujan. Air lolos tertinggi yang tertampung 9,02 mm sedangkan
pada tanaman kopi umur 4 tahun terjadi air lolos terendah terjadi pada hari
pada hari hujan ke 9 yaitu sebesar hujan ke 1 yaitu sebesar 0,01 mm.
8,002 mm, sedangkan air lolos terendah

96
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

45.0 Air Lolos Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


40.0 Air Lolos
35.0 Curah Hujan Bersih
Air Lolos (mm) 30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Hujan
Gambar 4. Air lolos (throughfall) pada tanaman kopi (umur 4 tahun).

50.0 Air Lolos Tanaman Kopi Umur 15 Tahun


Air Lolos
40.0
Curah Hujan Bersih
Air Lolos (mm)

30.0

20.0

10.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Hujan
Gambar 5. Air lolos (throughfall) pada tanaman kopi (umur 15 tahun).

Dari kedua kelas umur, tanaman membentuk kipas dan berjuntai


kopi pada umur 15 tahun memiliki air menyentuh tanah dan ruas cabangnya
lolos lebih tinggi jika di bandingkan pendek-pendek dibandingkan dengan
dengan umur 4 tahun. Hal ini tanaman kopi 4 tahun. Kondisi tajuk
disebabkan karena percabangan tanaman kopi berdasarkan umur dapat
tanaman kopi 15 tahun lebih aktif dilihat pada Gambar 6a dan 6b.

97
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Gambar 6a. Kondisi tajuk tanaman kop (umur 4 tahun)

Gambar 6b. Kondisi tajuk tanaman kopi (umur 15 tahun)

Aliran Batang (stemflow) penelitian pada tanaman kopi umur 15


Grafik hasil pengukuran aliran tahun diperoleh jumlah aliran batang
batang (stemflow) pada tanaman kopi 2,92 mm atau 2,19 % dari total curah
(Coffea sp.) umur 4 tahun dan 15 tahun hujan. Jumlah aliran batang tertinggi
dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Dari terjadi pada hari hujan ke 9 dengan
hasil pengukuran aliran batang jumlah 1,12 mm sedangkan aliran
(stemflow) pada tanaman kopi umur 4 batang terendah terdapat pada hari
tahun selama periode penelitian sebesar hujan ke 5 dengan jumlah 0,00 mm.
1,79 mm atau 2,39 % dari total curah Dari kedua kelas umur, tanaman
hujan. Aliran batang tertinggi pada kopi pada umur 15 tahun memiliki
tanaman kopi umur 4 tahun terjadi pada aliran batang lebih tinggi jika di
hari hujan ke 1 yaitu sebesar 1,21 mm, bandingkan dengan umur 4 tahun. Hal
sedangkan air lolos terendah yang ini disebabkan karena kondisi batang
diukur pada hari hujan ke 4 yaitu pada umur 15 tahun lebih halus jika
sebesar 0,00 mm. dibandingkan dengan tanaman kopi
Sementara itu, hasil pengukuran umur 4 tahun. Kondisi batang tanaman
aliran batang (stemflow) selama

98
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

kopi berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 9a dan 9b.

40.0 Aliran Batang Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


35.0 Aliran Batang
Curah Hujan Bersih
30.0
Aliran Batang (mm)

25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Hujan

Gambar 7. Aliran Batang (stemflow) pada tanaman kopi umur 4 tahun.

40.0 Aliran Batang Tanaman Kopi Umur 15 Tahun


35.0 Aliran Batang
30.0 Curah Hujan…
25.0
Aliran Batang (mm)

20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Hujan

Gambar 8. Aliran batang (stemflow) pada tanaman kopi (umur 15 tahun).

99
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Gambar 9a. Kondisi batang tanaman kopi (umur 4 tahun).

Gambar 9b. Kondisi batang tanaman kopi (umur 15 tahun).

Intersepsi Hujan pengukuran dan perhitungan intersepsi


Grafik hasil pengukuran hujan tanaman kopi pada umur 15
intersepsi tanaman kopi umur 4 tahun tahun diperoleh dengan jumlah 96,28
dan 15 tahun yang terjadi selama mm atau 72,122 % dari total curah
pengamatan disajikan pada Gambar 10 hujan. Jumlah intersepsi hujan tertinggi
dan 11. Dari hasil pengukuran dan terjadi pada hari hujan ke 9 dengan
perhitungan intersepsi hujan tanaman jumlah 23,85 mm, sedangkan intersepsi
kopi yang diperoleh selama penelitian terendah terjadi pada hari hujan ke 2
pada umur 4 tahun diperoleh intersepsi dengan jumlah 0,09 mm.
sebesar 46,91 mm atau 56,87 % dari Besarnya air hujan yang
total curah hujan. Jumlah intersepsi terintersepsi merupakan fungsi dari : 1)
hujan tertinggi terjadi pada hari hujan karakteristik hujan, 2) jenis, umur dan
ke 1 dengan jumlah 24,92 mm, kerapatan tegakan dan 3) musim pada
sedangkan intersepsi terendah terjadi tahun yang bersangkutan. Besarnya
pada hari hujan ke 5 dengan jumlah intersepsi hujan suatu vegetasi juga
0,04 mm. Sementara itu, hasil dipengaruhi oleh umur vegetasi yang

100
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

bersangkutan. Dalam pertumbuhan atau perkembangan


perkembangannya bagian-bagian (Asdak, 2004).
tertentu vegetasi akan mengalami

Intersepsi Hujan oleh Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


70.0
60.0 Intersepsi Hujan
50.0
Intersepsi Hujan (mm)

Curah Hujan Bersih


40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Hujan
Gambar 10. Intersepsi Hujan pada tanaman kopi ( umur 4 tahun)

70.0 Intersepsi Hujan oleh Tanaman Kopi Umur 15 Tahun


60.0 Intersepsi Hujan
Curah Hujan Bersih
Intersepsi Hujan (mm)

50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari Hujan
Gambar 11. Intersepsi hujan pada tanaman kopi (umur 15 tahun)

Hubungan Air Lolos dengan Curah luas dan rapat jika dibandingkan
Hujan dengan kelas umur 4 tahun.
Jumlah air lolos akan semakin Selanjutnya, hubungan air lolos dengan
berkurang dengan adanya kerapatan curah hujan pada tanaman kopi umur 4
tajuk yang bertambah. Hal ini dapat tahun dan 15 tahun dapat dilihat pada
dilihat dari hasil penelitian yang Gambar 12 dan 13. Selanjutnya
dilakukan di mana pertambahan umur hubungan curah hujan dengan air lolos
tanaman menyebabkan jumlah air lolos untuk masing-masing umur disajikan
(throughfall) semakin berkurang. pada Tabel 2.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya Hubungan antara curah hujan
bahwa tanaman kopi umur 15 tahun dan air lolos menunjukkan korelasi
memiliki proyeksi luas tajuk yang lebih positif, di mana ketika curah hujan

101
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

meningkat maka air hujan yang namun peningkatan yang terjadi tidak
menjadi air lolos juga akan meningkat, secara drastis.

Air Lolos Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


30.0
y = 0.5736e0.1127x
25.0
R² = 0.5024
20.0
Air Lolos (mm)

15.0

10.0

5.0

0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)
Gambar 12 . Hubungan antara air lolos dengan curah hujan pada tanaman kopi (umur
4 tahun).

14.0 Air Lolos Tanaman Kopi Umur 15 Tahun


12.0 y = 0.1683e0.178x
R² = 0.5322
10.0
Air Lolos (mm)

8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)

Gambar 13 . Hubungan antara air lolos dengan curah hujan pada tanaman kopi (umur
15 tahun).

Tabel 2. Hubungan air lolos dengan curah hujan pada tanaman kopi
Umur Persamaan Regresi R2
4 Tahun Y = 0.573e0.112x 0.502
15 Tahun Y = 0.168e0.178x 0,532

Hubungan Aliran Batang dengan terjadi hujan maka air yang mengalir
Curah Hujan lambat. Kondisi ini akan menyebabkan
Batang tanaman kopi memiliki air yang mengalir melalui batang
kulit batang yang kasar sehingga ketika terhambat sampai ke permukaan tanah.

102
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Hubungan antara curah hujan dengan determinasi (R2) untuk hubungan antara
aliran batang pada tanaman kopi umur aliran batang dengan curah hujan pada
4 tahun dan 15 tahun disajikan pada tanaman kopi umur 4 dan 15 tahun
Gambar 14 dan 15. Selanjutnya disajikan pada Tabel 3.
persamaan regresi dan koefisien

Aliran Batang Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


3.5
y = 0.0071e0.1788x
3.0
R² = 0.5946
Aliran Batang (mm)

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)
Gambar 14 . Hubungan antara aliran batang dengan curah hujan pada tanaman kopi
(umur 4 tahun).

Aliran Batang Tanaman Kopi Umur 15 Tahun


14.0

12.0
y = 0.0049e0.2308x
R² = 0.7123
10.0
Aliran Batang (mm)

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)
Gambar 15 . Hubungan antara aliran batang dengan curah hujan pada tanaman kopi
(umur 15 tahun)

Tabel 3. Hubungan aliran batang dengan curah hujan pada tanaman kopi
Umur Persamaan Regresi R2
4 Tahun Y = 0.007e0.178x 0.594
15 Tahun Y = 0.004e0.230x 0,712

103
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Hubungan Intersepsi dengan Curah yang turun kecil maka seluruh curah
Hujan hujan yang turun akan diintersepsikan.
Intersepsi memiliki hubungan Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang sangat erat dengan curah hujan. Siregar et al., (2006) yang menyatakan
Semakin tinggi curah hujan, maka bahwa kapasitas intersepsi beragam dan
jumlah air yang diintersepsikan berbanding terbalik dengan curah
semakin kecil namun ketika curah hujan. Hubungan curah hujan dengan
hujan yang turun lebih besar dari intersepsi pada tanaman kopi umur 4
kapasitas tajuk maka proporsi air hujan tahun dan 15 tahun disajikan pada
yang diintersepsikan akan semakin Gambar 16 dan 17. Umumnya
kecil. Hal ini terjadi karena kapasitas hubungan antara intersepsi dengan
penampungan air intersepsi yang telah curah hujan mengikuti model logaritma
jenuh air. Namun ketika curah hujan natural.

Intersepsi Hujan oleh Tanaman Kopi Umur 4 Tahun


30.0
I = 3.440ln(pg) + 0.650
25.0 R² = 0.568
Intersepsi Hujan (mm)

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)
Gambar 16 . Hubungan intersepsi dengan curah hujan pada tanaman kopi (umur 4
tahun).

30.0
Intersepsi Hujan oleh Tanaman Kopi Umur 15 Tahun
I = 2.992ln(pg) + 2.371
25.0 R² = 0.698
Intersepsi Hujan (mm)

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0
Curah Hujan Kotor Pg (mm)
Gambar 17 . Hubungan intersepsi dengan curah hujan pada tanaman kopi (umur 15
tahun).

104
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

Garis regresi di atas yang terjadi tidak secara drastis.


menunjukkan bahwa curah hujan Persamaan regresi dan koefisien
dengan intersepsi memiliki hubungan determinasi (R2) untuk hubungan antara
yang positif, di mana ketika curah intersepsi dengan curah hujan pada
hujan meningkat maka nilai intersepsi tanaman kopi umur 4 dan 15 tahun
semakin kecil, namun peningkatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hubungan intersepsi dengan curah hujan pada tanaman kopi


Umur Persamaan Regresi R2
4 Tahun I = 3,440 ln(Pg) + 0,650 0,560
15 Tahun I = 2,992 ln(Pg )+ 2,371 0,698

Hasil penelitian menunjukkan agak rendah. Oleh karena itu, penelitian


nilai intersepsi hujan secara berturut- ini perlu dilanjutkan dengan
turut untuk tanaman kopi umur 4 tahun mempertimbangkan waktu penelitian
adalah 56,87 % dari total curah hujan yang relatif lebih lama dan
sebesar 82,50 mm, sedangkan untuk memperbanyak sampel tanaman kopi
tanaman kopi umur 15 tahun adalah yang menjadi objek penelitian.
72,12 % dari total curah hujan sebesar
133,50 mm. Perbedaan persentase SIMPULAN DAN SARAN
intersepsi yang terjadi dapat disebabkan
oleh perbedaan umur tanaman kopi. Simpulan
Perbedaan umur memungkinkan 1. Besarnya intersepsi hujan untuk
perbedaan luas tajuk. Tajuk berperan tanaman kopi umur 4 tahun adalah
besar dalam menampung air hujan ke 56,87 % dari total curah hujan
tanaman tersebut. Hal ini sesuai sebesar 82,50 mm. Sedangkan
dengan pernyataan Asdak (2004), intersepsi untuk tanaman kopi umur
menyatakan bahwa intersepsi 15 tahun adalah 72,12 %, dari total
dipengaruhi oleh umur tanaman curah hujan sebesar 133,50 mm.
tersebut. Ketika umur tanaman 2. Semakin besar curah hujan maka
bertambah maka pertumbuhan bagian intersepsi juga semakin besar,
pohon juga semakin meningkat. demikian juga halnya semakin tua
Dengan adanya pertambahan umur tanaman kopi maka
kerapatan/luas tajuk, percabangan persentase intersepsi juga akan
menyebabkan air intersepsi semakin semakin besar. Rata-rata proporsi
meningkat. air hujan yang menjadi air lolos
Seperti yang telah dijelaskan lebih besar jika dibandingkan
sebelumnya bahwa penelitian ini dengan proporsi curah hujan yang
merupakan penelitian awal. Harus menjadi aliran batang, karena
diakui bahwa hasil penelitian ini belum kerapatan daun tanaman lebih lebat
menunjukkan hasil yang memuaskan menutupi batang.
karena hubungan intersepsi dengan 3. Hubungan intersepsi dengan curah
curah hujan masih memiliki koefisien hujan pada tanaman kopi
determinasi R2 0,5-0,7 yang tergolong membentuk persamaan logaritma

105
Hairul Basri et al. (2012) J. Floratek 7: 91 - 106

natural yaitu : Sungai. Gadjah Mada University


a. Tanaman kopi umur 4 tahun Press.Yogyakarta.
adalah I = 3,440ln (Pg)+ 0,650 Bantacut, A.Y., 1999, Estimasi
dan R2 = 0,56. Intersepsi Hujan pada Cemara
b. Tanaman kopi umur 15 tahun Laut (Casuarina Equisetifolia)
adalah I = 2,992ln (Pg)+ dengan Model Tangki ,
2,371dan R2 = 0,69. Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
Saran BPS, 2010. Aceh Tengah Dalam
1. Dalam melakukan penelitian Angka 2010, Pemerintah Daerah
intersepsi disarankan menggunakan Kabupaten Aceh Tengah,
kapasitas penampungan yang besar Takengon.
sehingga air lolos dapat tertampung Lee, R. 1990. Hidrologi Hutan.
dengan menyeluruh. Gadjah Mada University
2. Dalam merangkai alat penampung Press.Yogyakarta.
air lolos hendaknya kemiringan Rao, A.S., 1986, Interception Losses
karpet plastik harus disesuaikan of Rainfall from Cashew Trees,
sehingga air yang jatuh tidak Journal of Hydrologi.
tertahan dan langsung masuk ke Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar
dalam jerigen penampung. Hidrologi.Gadjah Mada
3. Sebaiknya dalam melakukan University Press.Yogyakarta.
penelitian intersepsi melakukan Siregar, H.H, K. Murtilaksono, E.S.
beberapa kali ulangan agar hasil Sutarta. 2006. Analisi Intersepsi
penelitian menjadi lebih baik. Hujan Tanaman Kelapa Sawit.
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit,
DAFTAR PUSTAKA Vol 14 hal 83-90.
Triatmodjo, B., 2009, Hidrologi
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Terapan, Beta Offset,
Pengelolaan Daerah Aliran Yogyakarta.

106

S-ar putea să vă placă și