Sunteți pe pagina 1din 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario Kasus
Seorang laki-laki 40 tahun dirawat diruang paru dengan keluhan sesak nafas ,
nyeri dada dan mengalami batuk > 40 hari, mengeluarkan sputum ,batuk dengan
rasa panas di tenggorokan setelah dirawat 30 hari terdapat darah segar berwarna
merah muda,pada batuknya,selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan
malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia. Upaya yang sudah
dilakukan : tidak ada upaya yang dilakukan Ny.D kepada n.R terapi yang
diberikan minum obat dari warung terdekat dengan rumah pasien, BB sebelum
sakit : 63 Kg, TB : 160 cm, dan BB saat ini 55 Kg status gizi kurang atau
malnutrisi,status dehidrasi : dehidrasi ringan, TTV : TD :110/80 mmHg,suhu :
37,50 0C (oral), nadi : 70 kali/menit , RR :16 kali/menit, pemeriksaan fisik kepala
: kulit kepala kualitas rambut kasar,alis mata,mukosa bibir kering , leher normal
tidak ada gangguan, dada : gerakan dada saat bernafas normal,dan seimbang
antara bagian kanan dan kiri . diperkusi terdapat sonor pada seluruh lapang paru
& ronkhi, abdomen : ada bising usus dalam batas normal , tulang belakang :
normal tidak ada gangguan , ekstremitas atas : tangan kasar,integritas kulit
kering,tonus otot lemah,hasil pemeriksaan BTA (+).
B. Daftar Kata Sulit
1. Anoreksia
2. Sputum
3. Mukosa
4. Malnutrisi
5. Ekstremitas
6. Dehidrasi
7. Sonor
8. Ronkhi
9. Abdomen
10. Hidrasi
1
11. Perkusi
12. Tonus

C. Daftar Pertanyaan
1. Definisi TB Paru ?
2. Penyebab TB Paru ?
3. Bagaimana patofisiologi pada TB Paru?
4. Bagaimana menifestasi klinis pada TB Paru ?
5. Apa saja klasifikasi TB Paru ?
6. Apa saja komplikasi pada penyakit TB Paru ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada TB Paru ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada TB Paru ?
9. Bagaimana pencegahan TB Paru ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Tuberculosis paru sesuai kasus ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Anoreksia adalah suatu penyakit dimana seseorangmembiarkan dirinya
sendiri kelaparan karena merasa tubuhnya terlalu gemuk dan berat
badannya berlebihan
2. Sputum adalah mukus yang keluar saat batuk dari saluran pernafasan atas
atau lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru bronkhus dan
trakea yang dibatukkan dan dimuntahkan
3. Mukosa adalah lapisan kulit dalam yang tertutup epitelium terlibat dalam
proses absorbsi dan proses sekresi melapisi berbagai rongga tubuh
yangmemiliki kontak dengan lingkungan luar dan organ internal
4. Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh
ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan
gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan
makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak
seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat
terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik
5. Ekstrminitas adalah angota badan seperti lengan dan tungkai .
ekstreminitas terdiri dari tulang dan otot .ekstreinitas tulang yakni contoh
nya pada sistem rangka tubuh manusia.
6. Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
7. Sonor adalah suara perkusi jaringan paru normal
8. Ronchi adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.

3
9. Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
vertebralis, dan ilium.

10. Hidrasi adalah proses dimana ion dikelilingi oleh molekul-molekul air
yang tersusun dalam keadaan tertentu. Hidrasi membantu menstabilkan
ion-ion dalam larutan dan mencegah kation untuk bergabung kembali
dengan anion. Hidrasi berbeda dengan Hidrolisis. Pada hidrolisis,
biasanya molekul terpecah menjadi dua bagian. Rehidrasi adalah proses
senyawaan kembali

11. Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi


getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari
bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari
atau tangan pada permukaan tubuh.

12. Tonus otot adalah kontraksi yang terus dipertahankan oleh otot. Pada saat
keadaan otot tidak digerakkan otot tersebut memang tidak dalam
keadaan fleksi namun terdapat regangan dalam satuan tertentu antar otot,
nah keadaan regangan inilah yang disebut dengan tonus otot(kontraksi
yang terus dipertahankan oleh otot. Keadaan tonus otot menurun
dinamakanhipotoni. Keadaan tonus Otot meningkat dinamakan hipertoni.

ASUHAN KPERAWATAN PADA

TUBERCULOSIS PARU
4
A. Definisi Tuberculosis Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium
tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Sylvia,2005). Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas
bagian bawah yang menyerang jaringan paru atau atau parenkim paru oleh
basil mycobakterium tuberculosis.
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama
di kenal pada manusia, (Aril,W,Sudoyo 2006). Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, (Smeltze, Suzanne C, et
al. 2001). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, (Price, Sylvia, 2005). Tuberculosis paru
merupakan penyakit kronik, menular yang disebabkan oleh M.tuberculosa.
(Brunner and Suddarth, 2002).
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri ,
2008). tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ , terutama paru-paru
dengan gejala sangat bervariasi.

5
B. Etiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yaitu sebagian dari organisme kompleks termasuklah M. bovis dan M.
africanum (harrison, 2005)
Penyakit Tuberkulosis adalah disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora
dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4
mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang
cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat,
lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord
factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat
merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel
dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik
antigen M. tuberculosisdapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi
monoklonal .
Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam genus mycobacteria.
Mycobacterium adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non
motil, habitatnya di tanah, lingkungan akuatik air, binatang dan manusia.
Mycobacterium sekeluarga dengan Corynebacterium dan Actimomycetes (Donna D,
2007).

6
C. Patofisiologi

Patofisiologi dan patogenesis tuberkulosis


(Sumber: Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh masuknya


Mycobakterium Tuberculosis ke dalam sistem respirasi. Kuman ini
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada Makrofag dan limfosit T bekerja sama untuk
mencegah penyebaran infeksi dengan membentuk granuloma Droplet nuclei
disertai M.tuberkulosis terinhalasi, masuk ke paru dan terdeposit di alveoli.
Apabila terjadi penurunan sistem imun, dinding menjadi kehilangan
integritas dan kuman dapat terlepas lalu menyebar ke alveoli lain dan organ
lain tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam
suasana lembap dan gelap, kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-

7
bulan. Setelah masuk ke paru, kuman ini dihadapi pertama kali oleh netrofil,
kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag dan
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dan
sekretnya.Interaksi antara kuman dengan reseptor makrofag, yaitu Toll-like
receptors (TLRs) menghasilkan kemokin dan sitokin yang dikenal sebagai
sinyal infeksi. Sinyal ini menyebabkan berpindahnya monosit dan sel
dendritik dari aliran darah ke tempat infeksi pada paru. Sel dendritik
memegang peranan penting sebagai presenter antigen pada fase awal infeksi
dibandingkan makrofag serta berperan dalam aktivasi sel T dengan antigen
spesifik dari M. tuberculosis.
Sel dendritik yang menelan kuman menjadi matur dan bermigrasi ke
limfonodi. Fenomena dari migrasi sel menuju focus infeksi menyebabkan
terbentuknya granuloma.Granuloma dibentuk oleh sel T, makrofag, sel B, sel
dendritik, sel endothel dan sel epitel. Granuloma ini pada dasarnya mencegah
penyebaran kuman dalam makrofag dan menghasilkan respon imun yang
berhubungan dengan interaksi antara sekresi cytokines oleh makrofag dan sel
T. Granuloma menjadi sarang kuman dalam periode yang lama (atau disebut
Fokus Ghon). Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru.
Bila menjalar sampai pleura, maka dapat terjadi efusi pleura. Kuman juga
dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan
kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian kuman masuk ke dalam vena
dan menyebar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.
Selain itu dapat pula terjadi limfadenitis regional dan limfangitis lokal.
Sarang primer, limfangitis lokal dan limfadenitis regional disebut sebagai
Kompleks Primer (Ranke). Semua proses ini dapat memakan waktu 3-8
minggu. Apabila terjadi ketidakseimbangan cytokines maka kuman akan
terlepas dan terjadi reaktivasi penyakit.( Price , Silvia Anderson , 1994 ).

8
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama TB paru adalah batuk-batuk lebih dari 4 minggu dengan atau
tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan
batuk darah.(Mansjoer, Arif. 2000). Pasien TB paru menampakkan gejala
klinis, yaitu :
1. Tahap asimtomatis, yaitu tahap dimana belum tampak gejala-gejala yang
khas pada penderita TB
2. Gejala TB yang khas, kemudian stagnasi dan regresi yaitu tampak gejala
yang khas pada penderita TB kemudian terhenti dan menghilang
3. Ekserbasi yang memburuk
4. Gejala berulang dan menjadi kronik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:


1. Tanda-tanda infiltrate (redup, bronchial, ronki basah, dan lain-lain)
2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum
3. Secret di salurann nafas dan ronki
4. Suara nafas tambahan karena adanya kavitas yang berhubungan
lansung dengan bronkus

Gejala sistemik/umum
1. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
2. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
4. dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
5. serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Gejala khusus
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
keparu-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas
melemah yang disertai sesak.

9
2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada(Somantri,2008 ).

E. Klasifikasi Tuberculosis Paru


Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada
Tuberculosis Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1.) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
2.) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan fototoraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3.) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakankuman Tb
positif.
4.) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
1.) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

10
2.) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3.) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4.) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1.) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2.) Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
3.) Kasus setelah putus berobat
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebih dengan BTA positif.

4.) Kasus setelah gagal (failure)


Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5.) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
(Depkes RI, 2007).

11
F. Komplikasi Pada Tuberculosis Paru
Setelah diketahui bahwa TB paru terutama menyerang paru-paru, kerusakan
paru-paru merupakan salah satu komplikasi yang paling sering, dan mungkin
menyebabkan kegagalanparu-paru. Komplikasi TB paru antaranya ialah
gangren paru. Selain daripada itu ditemukan jugatrombosis vaskular dan
arteritis. Komplikasi vaskular yang berlaku diperlukan untuk pengembangan
gangren paru (jurnal CHEST). Dalam kasus-kasus di mana penyakit ini tidak
diobati atau dalam kasus dimana ia belum diobati tepat pada waktu dan dalam
cara yang tepat, penyakit ini bisa menjadi sangat serius bahkan mengancam
nyawa. Dalam kasus seperti itu, ia bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh,
sehingga membuat pengobatan lebih sulit, terutama jika menyebar ke
tulang,karena kerusakan pada sendi diikuti dengan rasa sakit sangat mungkin
harus dialami kemudian.Selain itu terjadi juga pneumotoraks dan efusi pleura
( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

Infeksi tuberculosis (TBC) tidak hanya dapat menyerang paru-paru dan


saluran pernapasan saja. Jika tidak diobati dengan baik, maka penyakit ini
akan semakin memburuk dan bisa memicu komplikasi yang cukup serius pada
bagian organ lain termasuk tulang, sendi dan bahkan otak. Beberapa
komplikasi yang sering ditemukan pada pasien penyakit TBC atau TB antara
lain sebagai berikut, seperti yang telah dikutip dari Mayo Clinic dan
Everydayhealth.
1. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan pada sendi bisa terjadi ketika
infeksi kuman TB tersebut menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang.
Dalam banyak kasus yang terjadi, tulang iga juga bisa terinfeksi dan
dapat memicu nyeri di bagian tersebut.
2. Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak dapat menyebabkan
meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang tersebut dapat

12
memicu pembengkakan pada membran yang menyelimuti otak dan
seringkali berakibat fatal atau mematikan.
3. Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal dapat membantu menyaring pengotor yang ada adi
aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua
organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.
4. Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh kuman TB.
Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan dan
penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam
memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
5. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna kemerahan,
mengalami iritasi dan membengkak di retina atau bagian lain.
6. Resistensi kuman
Pengobatan dalam jangka waktu yang sangat panjang seringkali
membuat pasien tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena
merasa bosan. Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin
membuat kuman menjadi resisten atau kebal, sehingga harus diganti
dengan obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang tentunya
lebih berat.

G. Pemeriksaan Penunjang pada Tuberculosis Paru


Beberapa pemeriksaan penunjang pada Tuberculosis paru
1. Laboratorium: LED
Microbiologis: BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M.
Tuberculosis
a. Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2,4 dan
6.
b. Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan ke 2.5 dan 8.
c. Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan akhir terapi.

13
2. Radiologis: foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir
terapi.
3. Selama terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
Imuno-Serologis:
a. Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
b. Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum

H. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan: isoniazid (INH), rifampycin (RIF), sreptomicyn (SM),
etambutol (EMB) dan pirazinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin,
etionamid, nantrium para-aminosalisilat, amikasin dan siklisin merupakan
obat-obat garis kedua. (Smeltzer, Suzanne C, et al. 2001).
Evaluasi Pengobatan :
1. Klinis
Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2
minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir
pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan-keluhan
pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan
bertanbah, berat badan meningkat dll.
2. Bakteriologi
Setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi negative.
Pemeriksaan control sputum BTA dilakukan sekali dalam sebulan.

14
I. PENGKAJIAN
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Pernafasan : 16 x / menit
Denyut nadi : 70 x / menit
Suhu tubuh` : 37,50 ˚ C ( oral )

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kulit kepala kualitas rambut kasar,mukosa bibir kering,
gerakan dada saat bernafas normal,seimbang antara bagian
kanan dan kiri,tulang belakang normal tidak ada gangguan,
leher normal tidak ada gangguan.
Palpasi : ekstremitas atas tangan kasar,integritas kulit kering,tonus otot
lemah.
Perkusi : terdapat sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas tambahan ronchi, ada bising usus dalam batas
normal .

J. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Obstruksi jalan Ketidakefektifan
-Pasien mengeluh sesak nafas bersihan jalan nafas
nafas
-Pasien mengeluh batuk
dan mengeluarkan sputum
DO :
-Suara nafas abnormal
(ronchi)
2 DS : Cedera biologis Nyeri akut
-Pasien mengeluh nyeri
dada
DO :
-Tonus otot lemah

15
3 DS : - Tonus otot Ketidakseimbangan
DO : menurun dan nutrisi kurang dari
-Penurunan berat badan penurunan berat kebutuhan tubuh
-status gizi badan dengan
kurang/malnutrisi intake makanan
yang adekuat
4 DS : Ketidakadekuatan Resiko infeksi
-belum ada upaya yang imunitas,malnutrisi,
dilakukan untuk mencegah kurang
infeksi pengetahuan untuk
DO: menghindari
-Malnutrisi pajanan phatogen
5 DS : Kurangnya
Belum ada upaya yang pengetahuan
dilakukan untuk klien,klien
hanya meminum obat dari
warung terdekat

K. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kasus diagnosa keperawatan yang muncul adalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan cedera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tonus otot menurun dan penurunan berat badan dengan intake
makanan yang adekuat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan imunitas,malnutrisi
dan kurangnya pengetahuan untuk menghindari pajanan patogen
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,pengobatan dan pencegahan

16
F. Proses Keperawatan
No NANDA NOC NIC AKTIFITAS
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan proses  airway Airway suction
bersihan jalan keperawatan selama 1 x 24 suction 1. Pastikan kebutuhan
nafas yang jam diharapkan status  airway oral / tracheal
suctioning
berhubungan respirasi ventilasi normal management 2. Auskultasi suara
dengan obstruksi dan tidak ada sumbatan nafas sebelum dan
jalan nafas dijalan nafas sesudah suctioning.
3. Informasikan pada
klien dan keluarga
Kriteria Hasil tentang suctioning
1. Mendemonstrasikan 4. Minta klien nafas
dalam sebelum
batuk efektif dan suara
suction dilakukan.
nafas yang 5. Berikan O2 dengan
bersih(mampu menggunakan nasal
mengeluarkan sputum, untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
mampu bernafas 6. Gunakan alat yang
dengan mudah, tidak steril sitiap
ada pursed lips) melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien
2. Menunjukkan jalan
untuk istirahat dan
nafas yang paten (klien napas dalam setelah
tidak merasa tercekik, kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
irama nafas, frekuensi
8. Monitor status
pernafasan dalam oksigen pasien
rentang normal, tidak 9. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
ada suara nafas
melakukan suksion
abnormal) 10. Hentikan suksion dan
3. Mampu berikan oksigen
apabila pasien
mengidentifikasikan
menunjukkan
dan mencegah factor bradikardi,
yang dapat peningkatan saturasi
menghambat jalan O2, dll.

17
nafas Airway management
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
3. Pasang mayo bila
perlu
4. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
5. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
6. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
7. Lakukan suction pada
mayo
8. Berikan bronkodilator
bila perlu
9. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
10. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
11. Monitor respirasi dan
status O2

18
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan  Pain Pain management
berhungan dengan asuhan keperawatan selama management 1. Lakukan
cedera biologis 1 x 24 jam pada pasien pengkajian nyeri
dengan gangguan nyeri secara
akut dapat teratasi komprehensif
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik,
1. Mampu mengontrol durasi, frekuensi,
nyeri kualitas dan faktor
2. Melaporkan bahwa presipitasi
nyeri berkurang 2. Observasi reaksi
dengan nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri 3. Gunakan teknik
3. Mampu mengenali komunikasi
skala nyeri terapeutik untuk
4. Menyatakan rasa mengetahui
nyama setelah nyeri pengalaman nyeri
berkurang pasien
4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)

19
6. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
7. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemeberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Monitor tanda-
tanda Vital
3 Ketidakseimbang Setelah dilakukan proses  Nutrition Nutrition management
an nutrisi kurang keperawatan selama management 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan 2 x 24 jam diharapkan  Nutrition makanan
2. Kolaborasi dengan
tubuh status gizi tidak monitoring ahli gizi untuk
berhubungan mengalami malnutrisi dan menentukan jumlah
dengan tonus otot tonus otot normal kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
menurun dan
pasien.
penurunan berat Kriteria hasil 3. Anjurkan pasien
badan dengan 1. Adanya peningkatan untuk meningkatkan
berat badan sesuai intake Fe
intake makanan
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien
yang adekuat untuk meningkatkan
2. Berat badan ideal protein dan vitamin C
sesuai dengan tinggi 5. Berikan substansi
badan gula
6. Yakinkan diet yang
3. Mampu dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda 7. Berikan makanan
tanda malnutrisi yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
5. Tidak terjadi dengan ahli gizi)
penurunan berat 8. Ajarkan pasien
badan yang berarti bagaimana membuat
catatan makanan
20
harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,

21
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan proses  Infection Infection Control


berhubungan keperawatan selama control
1. Bersihkan lingkungan
dengan 1 x 24 diharapkan  Infection setelah dipakai pasien
ketidakadekuatan adanya peningkatan protection lain
2. Pertahankan teknik
imunitas,malnutri sistem imun,adanya
isolasi
si dan kurangnya perlindungan terhadap 3. Batasi pengunjung
pengetahuan infeksi,dan status gizi bila perlu
untuk tidak mengalami 4. Instruksikan pada
pengunjung untuk
menghindari malnutrisi mencuci tangan saat
pajanan patogen berkunjung dan
Kriteria hasil setelah berkunjung
meninggalkan pasien
1. Klien bebas dari 5. Gunakan sabun
tanda dan gejala antimikrobia untuk
infeksi cuci tangan
6. Cuci tangan setiap
2. Mendeskripsikan
sebelum dan sesudah
proses penularan
tindakan kperawtan
penyakit, factor
7. Gunakan baju, sarung
22
yang mempengaruhi tangan sebagai alat
penularan serta pelindung
penatalaksanaannya 8. Pertahankan
lingkungan aseptik
3. Menunjukkan selama pemasangan
kemampuan untuk alat
mencegah 9. Ganti letak IV perifer
timbulnya infeksi dan line central dan
dressing sesuai
4. Jumlah leukosit
dengan petunjuk
dalam batas normal
umum
5. Menunjukkan 10. Gunakan kateter
perilaku hidup sehat intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection

1. Monitor tanda dan


gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
23
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur
positif

5 Kurangnya Setelah dilakukan proses Teaching disease Teaching disease process


pengetahuan keperawatan selama 1x24 process 1. Berikan penilaian
tentang tingkat
tentang jam diharapkan pasien
pengetahuan pasien
kondisi,pengobata mengetahui tentang tentang proses
n dan pencegahan penyakit,cara pengobatan penyakit yang
spesifik
dan pencegahan penularan
2. Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
Kriteria hasil bagaimana hal ini
berhubungan dengan
1. Pasien dan keluarga
anatomi dan fisiologi,
menyatakan
dengan cara yang
pemahaman tentang
tepat.
penyakit, kondisi,
3. Gambarkan tanda dan
prognosis dan
gejala yang biasa
program pengobatan
muncul pada
24
2. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan 4. Gambarkan proses
prosedur yang penyakit, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar 5. Identifikasi
kemungkinan
3. Pasien dan keluarga penyebab, dengna
mampu menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang 6. Sediakan informasi
dijelaskan pada pasien tentang
perawat/tim kondisi, dengan cara
kesehatan lainnya yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,

25
dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

26
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Suriadi, skp, msn & rita yuliani, skp. M.psi,” asuhan keperawatan pada SISTEM
RESPIRASI”, edisi 2. Jakarta 2010

27
LEMBAR PARTISIPASI KELOMPOK

NO NAMA NPM PARTISIPASI AKTIF TIDAK


AKTIF
1 ROBBY HARDIAN 2014 21 040 Mencari jawaban no 1,2 

2 PRIYANA 2014 21 042 Mencari jawaban no 1,2 

3 M.REZA 2014 21 044 Mencari jawaban no 1,2 

4 RESTIA MELLA 2014 21 046 Mencari jawaban no 3,4 

5 NESPA LIZMA .O. 2014 21 048 Mencari jawaban no 

10,menyusun laporan diskusi

6 AHMAD GUSNANDA 2014 21 050 Mencari jawaban no 3,4 

7 I WAYAN PANDU 2014 21 052 Mencari jawaban no 3,4 

8 DESI OKTAFIANI 2014 21 054 Mencari jawaban no 5,6 

9 NURDWI MARSETI 2014 21 056 Mencari jawaban no 5,6 

10 YULIA WIDI .S. 2014 21 058 Mencari jawaban no 7,8 

11 KHOIRUL BARIAH 2014 21 060 Mencari jawaban no 7,8 

12 MIFTAHUL JANNAH 2014 21 064 Mencari jawaban no 7,8 

13 WIN FADILLAH 2014 21 066 Mencari jawaban no 9 

14 ANISA SUARDI 2014 21 068 Mencari jawaban no 9 

15 MARCY ZULELAWATI 2014 21 070 Mencari jawaban no 9 

16 NURSAFITRI 2014 21 072 Mencari jawaban no 10 

17 HERRY ERFANS 2014 21 074 Mencari jawaban no 10 

18 ANDI GUNAWAN 2014 21 076 Mencari jawaban no 10 

28
19 RESI ANZIARNI 2014 21 078 Mencari jawaban no 10, 

29

S-ar putea să vă placă și