Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Adinar
1505112387
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas peraidan Danau
Silais bedasarkan kehadiran biota hewan di kampus Universitas Riau. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen dan observasi langsung.
Perairan yang dijadikan sampel yaitu Danau Silais di sampung LPPM Universitas Riau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas perairan pada perairan Danau Silais
Universitas Riau tergolong tidak optimum untuk mendukung keberadaan biota hewan.
Sehingga komunitas biota hewan tersebut menjadi rendah. Rendahnya keberadaan biota
hewan menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki kondisi yang belum baik.
Kata Kunci: Faktor fisika dan kimia, biota hewan, kualitas perairan
PENDAHULUAN
Kualitas air dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor fisika dan kimia
lingkungan serta faktor biologi (plankton dan benthos). Faktor fisika kimia meliputi suhu,
kecerahan suatu perairan, kelarutan oksigen dalam air dan pH. Suhu air dipengaruhi
komposisi substrat, kecerahan, kekeruhan, air tanah dan pertukaran air, panas udara akibat
respirasi dan naungan dari kondisi perairan tersebut. Kecerahan suatu perairan
menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai
kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang
mendukung adalah apabila keping sechi mencapai 20-40 cm dari permukaan (Chakroff
dalam Syukur, 2002).
Perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki peran dan manfaat yang sangat
besar bagi kehidupan manusia. Kehidupan di dalamnya sangat beragam. Mulai dari
organisme mikroskopik sampai ukuran yang makroskopik dapat terlihat langsung oleh
mata tanpa bantuan alat. Salah satu organisme yang terdapat di perairan adalah plankton.
Plankton merupakan organisme mikroskopis yang hidup melayang di perairan dan
berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota mikroskopis perairan,
plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder (Fachrul, 2007).
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
menyerupai tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu
berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang
mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani (Gusrina, 2008). Fitoplankton
merupakan pensuplai utama oksigen terlarut di perairan, sedangkan zooplankton
meskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton, merupakan produsen sekunder
perairan. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan (Toruan dan
Sulaswesty, 2007).
Jumlah plankton yang ditangkap dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks
keanekaragaman (H’) dan kemerataan (E) perairan. Indeks keanekaragaman tertinggi
yaitu terdapat pada Stasiun 5 sebesar 0,352. Keseluruhan stasiun menunjukkan indeks
keanekaragaman kurang dari 1. Apabila indeks keanekaragaman kurang dari 1
menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut tercemar berat dan kualitas air yang sangat
buruk. Kementrian Lingkungan Hidup (1995) menyatakan bahwa nilai indeks
keanekaragaman < 1,00 termasuk dalam kondisi pencemaran berat. Selain itu, indeks
keanekaragaman juga dapat menunjukkan kondisi komunitas plankton yang terdapat di
perairan tersebut dalam komunitas yang rendah. Nilai dominansi jenis pada Stasiun 5
sebesar 0,071, Stasiun 2 sebesar 0,12 dan Stasiun 3 sebesar 0,06. Secara keseluruhan,
nilai dominansi plankton berkisar antara 0,0,5. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan
tersebut tidak terdapat jenis plankton yang mendominasi.
Selain plankton, keberadaan benthos juga dapat dijadikan sebagai indikator
pencemaran perairan. Hasil analisis pencuplikan benthos dapat dilihat pada Tabel 3.
berikut ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Data pencuplikan Benthos
No Lokasi Jumlah Pi H' C K
1 Stasiun 1 0 0 0 0 0
2 Stasiun 2 1 0,1111 0,2441 0,0123 1111,1
3 Stasiun 3 4 0,4444 0,3604 0,1975 4444,4
4 Stasiun 4 1 0,1111 0,2441 0,0123 1111,1
5 Stasiun 5 1 0,1111 0,2441 0,0123 1111,1
6 Stasiun 6 1 0,1111 0,2441 0,0123 1111,1
7 Stasiun 7 1 0,1111 0,2441 0,0123 1111,1
(Ket : Pi = komposisi jenis; K = kepadatan; H’ = indeks keanekaragaman jenis; C =
dominansi jenis)
Berdasarkan Tabel 3., jumlah benthos paling tinggi terdapat pada stasiun 3 dengan
jumlah 4 individu, sementara itu pada stasiun lainnya hanya ditemukan satu individu.
Olehkarena itu, nilai indeks keanekaragaman jenis, kepadatan, dominansi dan komposisi
tang paling tinggi pada stasiun 3 dan stasiun lainnya memiliki nilai di bawah stasiun 3.
Jumlah benthos yang ditangkap dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks
keanekaragaman (H’) perairan. Indeks keanekaragaman tertinggi berturut-turut yaitu
terdapat pada Stasiun III sebesar 0,3604, sementara itu pada stasiun lainnya nilai H’
sebesar 0,2441. Keseluruhan stasiun menunjukkan indeks keanekaragaman kurang dari
1. Sama halnya dengan indeks keanekaragaman plankton, indeks keanekaragaman
benthos juga menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut tercemar berat, kualitas air
yang sangat buruk dan komunitas benthos tergolong rendah.
Nilai dominansi jenis tertinggi yakni pada stasiun 3 sebesar 0,1975, sementara itu
di stasiun lain nilai dominansi sebesar 0,0123. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan
jenis benthos yang mendominasi berada pada stasiun 3.
KESIMPULAN
Kualitas perairan pada perairan Danau Silais Universitas Riau tergolong tidak
optimum untuk mendukung keberadaan biota hewan. Sehingga komunitas biota hewan
tersebut menjadi rendah. Rendahnya keberadaan biota hewan menunjukkan bahwa
perairan tersebut memiliki kondisi yang belum baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrul, M., F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.