Sunteți pe pagina 1din 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sialadenitis adalah suatu kondisi medis dimana infeksi virus atau bakteri
pada kelenjar liur menyebabkan gejala seperti mulut kering, demam dan wajah
yang membengkak. Kondisi ini juga dikenal sebagai infeksi kelenjar liur.
Sialadenitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Infeksi virus seperti
penyakit gondokan sering mengenai kelenjar liur. Infeksi bakteri biasanya akibat
dari sumbatan seperti batu kelenjar liur. Ada tiga pasang kelenjar liur mayor di
bawah dan belakang rahang – parotis, sublingualis, dan submandibularis. Kelenjar
parotis (di depan telinga) dan submandibularis (di bawah dagu) adalah yang
paling sering terkena sialadenitis. Sialadenitis dapat akut atau kronis. Sialadenitis
akut terjadi akibat dehidrasi atau kebersihan mulut yang buruk. Sialadenitis kronis
terjadi ketika sialadenitis akut memburuk dan memanjang dalam jangka waktu
yang lebih lama. Kebanyakan infeksi kelenjar liur sembuh sendiri setelah
beberapa waktu atau sembuh karena dirawat. Namun, mungkin ada jenis
sialadenitis yang rekuren yang dapat kambuh kembali. (http://www.persify.com)
Angka kejadian penyakit sialadenitis bakteri akut yang masuk dan dirawat
di rumah sakit adalah 0,01% sampai 0,02% dari pasien dirawat di rumah sakit
serta 0,02% menjadi 0,04% dari pasien pascaoperasi mengalami kondisi ini.
Sebagian besar pasien adalah orang-orang dewasa, namum kondisi ini juga dapat
terjadi neonatus, bayi prematur, dan anak-anak. Sialadenitis kronisberulang
terjadi 10 kali lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak-
anak, dengan rentang usia 40 sampai 60 tahun pada orang dewasa dan 4 bulan
sampai 15 tahun pada anak-anak. Insiden dan prevalensi sialadenitis sclerosing
kronis tidak diketahui, tetapi tampaknya jauh lebih rendah daripada sialadenitis
berulang akut atau kronis. (https://online.epocrates.com).
Oleh karena bila terjadi permasalahan atau gangguan pada kelenjar
salivaakan menganggu fungsi fisiologis dari kelenjar saliva dan akan
mempengaruhi keadaan fisik dan psikis dari penderita. Sehingga seorang perawat

1
perlu mengetahui dan memahami keadaan yang mungkin dialami oleh pasien
yakni sialadenitis sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat
kepada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kelenjar saliva.

1.3 Tujuan
1. Umum
Setelah proses pembelajaran mahasiswa/i mampu mendefenisikan,
menjelaskan dan mampu memberikan asuhanan keperawatan yang tepat
kepada pasien yang mengalami sialadenitis .
2. Khusus
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa/i mampu :
1) Menyebutkan pengertian dari penyakit sialadenitis
2) Menyebutkan penyebab serta tanda dan gejala yang ada pada pasien
yang mengalami sialadenitis
3) Menjelaskan pastofisiologis dari penyakit sialadenitis
4) Menyebutkan jenis pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang
diberikan kepada pasien yang mengalami sialadenitis .
5) Menguraikan asuhan keperawatan mulai dari proses pengkajian,
analisa data, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan dan
implementasi keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
sialadenitis dengan tepat.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi

(Donald C. Rizzo, 2010)

Ada 3 kelenjar ludah utama yaitu kelenjar parotis, submandibular dan


sublingual. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Terletak dibagian
anterior telinga pada kedua sisi wajah dan dilalui oleh nervus facial. Duktus
kelenjar parotis disebut duktus stensen dan masuk ke rongga mulut melalui papilla
kecil yang berhadapan dengan gigi molar pertama atau kedua bagian atas.
Kelenjar submandibular merupakan kelenjar ludah terbesar kedua yang terletak
dibagian bawah dan di depan anggulus mandibula. Duktus kelenjar submandibular
disebut duktus Wharton yang bermuara pada satu papilla di kedua sisi frenulum
pada dasar lidah. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar ludah yang terkecil
yang terletak didasar mulut dibagian bawah lidah. Ada banyak duktus kelenjar
subligual sebagian diantaranya bermuara ke duktus Wharton. Disamping ketiga
kelenjar ludah utama ini ada ratusan kelenjar ludah yang sangat kecil yang terletak
diseluruh rongga mulut. (Mark H. Swartz, 1995)

3
Prinsip dasar sekresi dari kelenjar saliva
Bau
Rasa
Peningkatan sekresi saliva
Suara
melalui efek yang terjadi Penglihatan
pada :
 Sekresi sel acinar dan
 Vasodilatasi

Peningkatan tekanan Pusat saraf


Dimulut otak

Kelenjar Ganglion
Protis otic Parasympathetics

Nukleus
kelenjar
saliva di
medula

Kelenjar Ganglion
submandibular submandibular

Tidur
Fatigue
Kecemasan

Sumber : Hershel Raff & Michael Levitzky, 2011

2.2 Pengertian
Sialadenitis adalah peradangan dan pembengkakann pada parotid
submandibula, kelenjar ludah sublingual. Penyebabnya karena infeksi bakteri atau
virus, obstruksi, atau penyebab karena penyakit autoimun. Sialadenitis bakteri
akut ditandai dengan perkembangan nyeri dan pembengkakan pembengkakan
yang cepat. Sebaliknya, sialadenitiskronis ditandai dengan episode berulang dari
pembengkakan dan lebih lambat.(https://online.epocrates.com)

2.3 Klasifikasi Etiologi dan Histologi


1. Sialadenitis bakteri dibagi menjadi subtipe yakni akut dan kronis.
Sialadenitis bakteri akut memiliki kecenderungan terjadi pada kelenjar
parotis anak-anak dan Lansia.
2. Sialadenitis kronis lebih sering terjadi pada orang dewasa (hanya 10%
dari pasien adalah anak-anak). Dengan tipe unilateral pada kelenjar ludah
mayor dan bersifat episodik. Keadaan Ini merupakan episode berulang
sialadenitis akut. Hal bisa disebabkan juga oleh karena infeksi pada

4
periode akut tidak diobati secara tuntas dan bisa juga karena kelainan
bawaan dari duktus kelenjar ludah.
3. Sialadenitis Obstruktif memiliki kecenderungan terjadi pada kelenjar
submandibular dan kelenjar parotis. Nyerinya bertambah parah atau
menyebar terlebih pada saat makan.
4. Sialadenitis karena penyakitautoimun biasanya terjadi pada wanita
dewasa yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada kelenjar
ludah dan bersifat bilateral.
5. Subakut nekrosis sialadenitis adalah suatu kondisi sangat jarang terjadi
pada kelenjar ludah palatal. Gejala yang timbul berupa benjolan pada
palatum yang bersifat keras atau lunak, nyeri, kadang-kadang ada
ulserasi. penyebabnya tidak diketahui dan akan hilang sendirinya setelah
beberapa minggu. (https://online.epocrates.com)

2.4 Etiologi
1. Dehidrasi, dan malnutrisi serta Sejumlah terapi obat (misalnya, diuretik,
antihistamin, antidepresan, dan antihipertensi)dapatmengakibatkan
penurunan fungsi dari kelenjar ludah sehingga dapat mempengaruhi
produksi saliva (penurunan) keadaan ini bisa menyebabkan penyebaran
kolonisasi bakteri dari parenkim kelenjar ludah melalui sistem ductal
(saluran) ke kelenjar ludah.
2. Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus
kelenjarludah dan penyakit auto imun (Sjogren syndrome)juga dapat
mengurangi produksi saliva keadaan ini dapat menyebabkan seseorang
akan mengalami penyakit sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri.
Sialadenitis akut supuratif pada orang dewasa bisa disebabkan oleh bakteri
aerobic dan bakteri anaerob, atau keduanya. Bakteri aerobik yang sering
menginfeksi khas pada sialadenitis adalah Staphylococcus aureus dan
Haemophilus influenzae. Basil Gram-negatif termasuk Prevotella
berpigmen, Porphyromonas, dan Fusobacterium.
3. Prosedur tindakan Intervensi pembedahan pada pasien merupakan salah
satu faktor predisposisi yang paling umum yang dapat menyebabkan

5
sialadenitis akut di rumah sakit. Anestesi umum dapat mempengaruhi
terhadap perkembangan sialadenitis akut.
4. Kronis sclerosing sialadenitis (Kuttner’s tumor) adalah gangguan yang
mempengaruhi fibro inflammatory kelenjar ludah. Ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1896 oleh Kuttner karena itu maka sering
dikenaljuga sebagai tumor Kuttner ini (KT). Muncul seperti tumor jinak
dan terutama mempengaruhi kelenjar submandibular. (http:// www.
Hxbenefit .com/ sialadenitis. html )
Etiologi sialadenitis autoimun ini tidak diketahui, tetapi mungkin
berhubungan dengan xerostomia, xerophthalmia, dan penyakit jaringan
ikat (misalnya, SLE, rheumatoid arthritis, dan skleroderma).
(https://online.epocrates.com)
5. Virus seperti HIV, virus Mumps, coxsackievirus, parainfluenza types I dan
II, influenza A, juga herpes. angka kejadiannya relatif lebih rendah
daripada penyebab sialadenitis karena bakteri.(http://rarediseases.info.)

2.5 Tanda gejala


Beberapa gejala umum dari Sialadenitis meliputi:
1. Nyeri pada wajah, dengan rasa sakityang berasal dariseluruhsudutrahang
2. Merasa tidak nyaman
Gejala-gejala dari kondisi ini dapat bervariasi tergantung pada intensitas
infeksi. Kebanyakan orang menderita rasa sakit saat membuka mulut mereka.
Gejala tambahan mungkin termasuk.
1. Demam
2. Kemerahan pada leher atas
3. Kemerahan pada sisi wajah samping
4. Memiliki kesulitan membuka mulut anda
5. Menderita Penurunan Rasa
6. Mulut kering
7. Wajah yang bengkak
(http://www.hxbenefit.com/sialadenitis.html#sialadenitis-symptoms)

6
2.6 Patofisiologi
Tahap awal sialadenitis ditandai dengan akumulasi bakteri/virus, neutrofil,
dan cairan inspissated dalam lumen struktur duktal. Kerusakan epitel duktal
menimbulkan sialodochitis (peradangan periductal), akumulasi neutrofil dalam
stroma kelenjar, dan selanjutnya nekrosis asinus dan pembentukan mikro abses.
Tahap kronis dimulai saat terjadi episode berulang dan ditandai oleh kerusakan
lebih lanjut asinus ludah dan pembentukan folikel getah bening periductal. Pada
sialadenitis sklerosiskronis, terjadi berbagai tingkat peradangan (dimulai dengan
limfositik sialadenitis menyebar menjadi sirosis kelenjar ludah yang mengenai sel
asinus) dapat disebabkan oleh obstruksidari saluran-saluran air liur oleh
microliths, yang menyebabkan infeksi, atau dari reaksi kekebalan melalui
pembentukan folikel getah bening sekunder. Pada sialadenitis autoimun, respon
terhadap antigen yang tak diketahui pada parenkim kelenjar ludah menyebabkan
terjadinya aktivasisel T dan B yang dapat menginfiltrasi interstitium, yang
kemudian menyebabkan kerusakan asinus dan pembentukan pulau
epimyoepithelial. Hal ini meningkatkan kemungkinan mengembangkan B-sel
limfoma. (http://www.docfoc.com/askep-sialadenitis)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


TEST HASIL
Kulture dankepekaandarieksudat Ditemukan adanya
Pertumbuhanbakteri/viruspada
culture yang diperiksa
CBC Peningkatan Jumlah WBC
radiografiwajah Mengindentifikasi Sialotiasis
USG kelenjar yang terkena dampak Menunjukan adanya rongga abses
atau adanya cairan
Test Lain yang dapat dilakukan
CT-Scan akanmenunjukkanadanyasialadenitis,
pembesaran kelenjar
ludahdisialadenitis atau
sclerosingkronis

7
Sialography Akanmenunjukkan adanyabatu,
strikturduktus, atauhilangnya
integritasparenkim
Skintigrafi menggunakan radio isotop mungkinmenunjukkan adanya hipo
natrium perteknetatTc-99m kelenjarludahataunonfunctional
SSA/anti-Ro, SSB/anti-La positif(patognomonik
sindromSjogren)
ANA normal or elevated
RF normal or elevated
FNAsitologikelenjaryang terkena ada perubahanneoplastikjika ada
dampak sclerosingsialadentitskronis
Biosi Kelenjar Saliva Menunjukan keparahan infiltrate
parenkim dari kelenjar ludah dengan
hilangnya struktur Acinar dan
ketahanan dari saluran ludah
disebabkan karena etiologi autoimun,
dan sialadenitisnekrosis kelenjar
tanpa metaplasia skuamosa
(https://online.epocrates.com)

2.8 Pengobatan
1. Istirahat ditempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar saliva
2. Pada kasus sialadenitis akut, harus melakukan hidrasi yang memadai sehingga
ketidakseimbangan elektrolit dapat diperbaiki
3. Diberikan kompres hangat serta dapat diberikan antipiretik dan analgesik
4. Pemberian antibiotic klindamisin (900 mg secara/IV atau 300 mg/Oral) selama
7-10 hari
5. Terapi pembedahan. Dengan melakukan insisi dan hidrasi serta massage
(kalkuli, tumor, sclerosingsialadentits atau abses)
(http://emedicine.medscape.com/article/882358-treatment)

8
2.9 Komplikasi
1. postparotidectomykomplikasi(saraf facial palsyataudeformitaswajah)
2. Abses
3. Kerusakan/pembusukan gigi

2.10 Pencegahan
1. Pemeliharaan Oral Hygiene yang baik
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur

9
2.11 WOC

(http://www.docfoc.com/askep-sialadenitis)

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas/ biodata klien


Nama : Tn. RA
Tempat tanggal lahir: Surabaya, 18 September 1954
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Alamat : Jln. Kalijudan 11 surabaya
Hubungan dengan klien: istri
b. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan rasa nyeri pada
daerah leher tepatnya di rahang bawah yang mengalami pembengkakan
disertai kulit memerah dan demam.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Seorang pasien bernama Tn. RA datang pada bulan Oktober 2010
ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada leher tanpa diketahui
penyebabnya. Nyeri ini dirasakan sejak 4 hari yang lalu disertai bengkak
dan kulit memerah pada daerah rahang bawah. Nyeri semakin hebat saat
pasien menelan makanan. Nyeri menyebabkan nafsu makan berkurang dan
BB menurun 0,5 kg sejak klien merasa nyeri. Setelah melakukan
pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien didiagnosa sialadenitis.

11
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku sering mengalami stomatitis (sariawan) serta gusi
berdarah.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga tidak ada yang menderita Sialadenitis.

f. Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih.

3.2 Observasi

3.2.1 Keadaan Umum

1. Suhu : 38ºC
2. Nadi : 84 /menit
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. RR : 25 /menit
5. BB sekarang : 54,5 kg

BB awal : 55 kg

6. Tinggi badan : 162 cm

3.2.2 Pemeriksaan Persistem

B1 (breathing) : Nafas normal.

B2 (blood) : Takikardi karena rasa cemas akibat rasa nyeri.

B3 (brain) : GCS normal (4 5 6), pasien composmentis.

B4 (bladder) : Normal.

B5 (bowel) : Nafsu makan menururn, porsi makan menurun dan


BB turun.

12
B6 (bone) : Kelemahan otot pada bagian rahang bawah
(submandibula) akibat adanya kemerahan karena pembengkakan.

3.3 Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri

 Nyeri menelan pada Penghentian/Penurunan


rahang bawah (kelenjar aliran saliva
submandibula)
 Nyeri muncul saat
mengunyah makanan

Data objektif :

 Berkurangnya sekresi
kelenjar saliva
 Didapatkan nyeri pada
skala 6

2. Data subjektif: Infeksi oleh Staphylococcus Risiko Infeksi


aureus, Stertococcus
 Ada pembengkakan viridians atau pneumococcus

Data objektif : Gangguan sekresi saliva

 Inflamasi pada kelenjar Penghentian/Penurunan


submandibula aliran saliva

Pengentalan/Penumpukan
saliva

Peradangan
3. Data subjektif: Gangguan sekresi saliva Nutrisi kurang
dari kebutuhan
 Tidak nafsu makan Penurunan aliran saliva
 Tidak mengkonsumsi tubuh
makanan yang terlalu Nyeri saat menelan
kasar
 Badan lemas karena

13
kurang energi

Data objektif:

 BB menurun 0,5 kg
dari berat awal menjadi
54,5 kg dalam 4 hari

BB awal = 55 kg

BB normal sesuai tinggi


seharusnya = 55,8 kg

 TB: 162 cm
 Porsi makan berkurang

4 Data subjektif: Gangguan sekresi saliva Hipertermi

 Badan menggigil Penurunan aliran saliva

Data objektif: Pengentalan saliva

 Suhu tubuh meningkat Inflamasi


dari keadaan normal:
38°C Pembengkakan

Demam

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penurunan sekresi saliva.


2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya penumpukan bakteri.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
4. Hipertermi berhubungan dengan peradangan akibat infeksi virus.

14
3.5 Intervensi
1. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan penurunan sekresi saliva.
Tujuan: mengatasi rasa nyeri
Kriteria hasil:

1. Produksi saliva kembali normal


2. Nyeri berkurang ditandai dengan:

 Penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 2


 RR kembali normal = 20x/menit

No. Intervensi Rasional


1. Kolaborasi

Berikan obat analgesic Menghilangkan rasa nyeri


2. Mandiri

Identifikasi dan batasi makanan Makanan dengan konsistensi makanan


yang menimbulkan ketidak- yang tinggi dapat mengrangi rasa nyeri
nyamanan, misalnya makan yang saat menelan
terlalu keras atau susah dikunyah.
3. Mandiri

Berikan klien permen karet dan Meningkatkan produksi saliva


ajarkan untuk mengunyah

2. Diagnosa: Infeksi berhubungan dengan adanya penumpukan bakteri.


Tujuan: mencegah dan menghambat penyebaran infeksi.
Kriteria hasil:
1. Infeksi teratasi
2. Tidak ada inflamasi ditandai dengan tidak ada warna merah pada
bagian luar submandibula atau rahang bawah.
3. Bakteri mati
4. Leukosit kembali normal: 8.000 sel/mm3

15
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi

Berikan obat antibiotic sesuai Menurunkan kolonisasi bakteri dan


indikasi mencegah infeksi
2. Kolaborasi

Periksa darah lengkap pasien Menegetahui jumlah leukosit


3. Mandiri

Ajarkan pada pasien tentang oral Mencegah bakteri berkembang biak


hygiene akibat kurangnya kebersihan rongga
mulut/oral hygiene.

3. Diagnosa: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan.
Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Kriteria Hasil:

1. Kebutuhan metabolismme tubuh terpenuhi


2. Pasien tidak lagi terlihat lemah
3. Nutrisi terpenuhi
4. BB kembali seperti awal: 55 kg

No Intervensi Rasional
1 Kolaborasi

Berikan terapi nutrisi. Lakukan diet Kebutuhan nutrisi klien kembali


TKTP (tinggi kolesterol, tinggi terpenuhi.
protein). Diet lunak dan
mengkonsumsi makanan yang
tidak merangsang.
2 Mandiri

Buat pilihan menu dan ijinkan Memberikan variasi menu pada klien
klien untuk memilih sebanyak sehingga nafsu makan klien meningkat.
mungkin.

16
4. Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan peradangan akibat infeksi
virus.
Tujuan: Mengatasi masalah peningkatan suhu tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi akibat virus.
Kriteria Hasil:
1. Badan tidak menggigil
2. Suhu tubuh kembali normal 37°C

No Intervensi Rasional
1 Kolaborasi

Berikan obat penurun panas. Demam dapat diatasi (suhu tubuh kembali
normal).
2 Mandiri

Berikan kompres hangat. Melancarkan aliran pembuluh darah dan


menjadikan suhu tubuh kembali normal.
3 Mandiri

Anjurkan banyak minum bila Mencegah dehidrasi akibat kekurangan


tidak ada kontraindikasi. cairan yang dapat meningkatkan suhu tubuh
akibat infeksi.
4 Mandiri

Anjurkan klien untuk bedrest Memulihkan kondisi tubuh dengan


total. mencegah adanya peningkatan suhu tubuh
serta mengembalikan pada suhu tubuh
normal.

3.6 Evaluasi

1. Rasa nyeri berkurang ditandai dengan berkurangnya rasa nyeri.


2. Infeksi bakteri berkurang ditandai dengan berkurangnya inflamasi.
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan berat badan yang meningkat.
4. Tidak terjadi demam ditandai dengan suhu tubuh kembali normal.

(http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35601-Kep%20Pencernaan-
Askep%20Sialadenitis.html)

17
DAFTAR PUSTAKA

Donald C. Rizzo, 2010, “Fundamentals of Anatomy & Physiology”, Third


Edition, Delmar, Cengage Learning, USA

Hershel Raff & Michael Levitzky, 2011, “Medical Physiology, A Systems


Approach”, The McGraw-Hill Companies, Inc, USA

Mark H. Swartz, 1995, “Buku Ajar Diagnostik Fisik”, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

https://online.epocrates.com/noFrame/showPage.do?method=diseases&Monogra
phId=1038&ActiveSectionId=21

http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/sialadenitis-
_-951000103941

http://rarediseases.info.nih.gov/GARD/Condition/7638/Sialadenitis.aspx

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35601-Kep%20Pencernaan-
Askep%20Sialadenitis.html#popup

http://classconnection.s3.amazonaws.com/423/flashcards/592423/jpg/sublingual1
318002643974.jpg

http://www.docfoc.com/askep-sialadenitis

http://www.ghorayeb.com/ParotidectomyPicture.html

http://www.hxbenefit.com/sialadenitis.html

http://emedicine.medscape.com/article/882358-overview

18

S-ar putea să vă placă și