Sunteți pe pagina 1din 16

PASIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

1. Definisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jdi,
cemas berkaitan dengan persaan tiidak pasti dan tidak berdaya.
(Kususmawati, 2010).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan
takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup
seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu
contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi (pendukung)
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1) Peristiwa traumatik
2) Konflik emosional
3) Gangguan konsep diri
4) Frutasi
5) Gangguan fisik
6) Pola mekanisme koping keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan
8) Medikasi
b. Faktor Presipitasi
1) Ancaman terhadap integritas fisik
a) Sumber internal

1
b) Sumber eksternal
2) Ancaman terhadap harga diri
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal

3. Jenis-jenis Kecemasan
Menurut Prabowo (2014) jenis-jenis kecemasan dibagi menjadi 4
sebagai berikut :
a. Kcemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang
berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori
meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk
belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan,
dan melindungi diri sediri.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah.

4. Rentang Respon
Rentang Respon Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan Ringan
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan ringan adalah
sebagai berikut:

2
1) Respon fisik dari kecemasan ringan adalah:
a) Ketegangan otot ringan
b) Sadar akan lingkungan
c) Rileks atau sedikit gelisah
d) Penuh perhatian
e) Rajin
2) Respon kogniif dari kecemasan ringan adalah:
a) Lapang persepsi luas
b) Perasaan gagal sedikit
c) Waspada dan memperhatikan banyak hal
d) Mempertimbangkan informasi
e) Tingkat pembelajaran optimal
3) Respon emosional dari kecemasan ringan adalah:
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Tremor pada tangan
d) Suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adalah
sebagai berikut:
1) Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:
a) Ketegangan otot sedang
b) Tanda-tanda vital meningkat
c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d) Sering mondar-mandir, memukul tangan
e) Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi
f) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
g) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
2) Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:
a) Lapang persepsi menurun

3
b) Tidak perhatian secara selektif
c) Fokus terhadap stimulus meningkat
d) Rentang perhatian menurun
e) Penyelesaian masalah menurun
3) Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Susah tidur
f) Perasaan tidak aman

c. Kecemasan berat
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan berat adalah:
1) Respon fisik kecemasan berat adalah:
a) Ketegangan otot berat
b) Hiperventilasi
c) Kontak mata buruk
d) Pengeluaran keringat meningkat
e) Bicara cepat, nada suara tinggi
f) Rahang menegang, mngertakan gigi
g) Mondar-mandir, berteriak
h) Meremas tangan, gemetar
2) Respon kognitif kecemasan berat adalah:
a) Lapang persepsi terbatas
b) Proses berpikir terpecah-pecah
c) Sulit berpikir
d) Penyelesaian masalah buruk
e) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f) Hanya memperhatikan ancaman
g) Egosentris

4
3) Respon emosional kecemasan berat adalah:
a) Sangat cemas
b) Agitasi
c) Takut
d) Bingung
e) Merasa tidak adekuat
f) Menarik diri
g) Penyangkalan
h) Ingin beban
d. Panik
Menurut Videbeck (2008), respon dari panik adalah sebagai
berikut:
1) Respon fisik dari panik adalah:
a) Fight, fight, atau freeze
b) Ketegangan otot sangat berat
c) Agitasi motorik kasar
d) Pupil dilatasi
e) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f) Tidak dapat tidur
g) Hormon stress dan neurotransmitter berkurang
h) Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respon kognitif dari panik adalah:
a) Persepsi sangat sempit
b) Pikiran tidak logis, terganggu
c) Kepribadian kacau
d) Tidak dapat menyelesaikan masalah
e) Fokus pada pikiran sendiri
f) Tidak rasional
g) Sulit memahami stimulus eksternal
h) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional dari panik adalah:

5
a) Merasa terbebani
b) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c) Lepas kendali
d) Mengamuk, putus asa
e) Marah, sangat takut
f) Mengharapkan hasil yang buruk
g) Kaget, takut, lelah

5. Faktor terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Menurut Suliswati
(2005) Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
1) Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan
berkitan dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang
dialami individu baik krisis perkembangan maupun situasional
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau
antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap

6
konfllik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
i. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya: hamil)
ii. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan
eksternal
a) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal
di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran
baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik jug dapat
mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekrjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.

7
6. Tanda dan Gejala
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas, antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsntrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya.

7. Akibat Kecemasan
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan
dalam dua jenis:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk
mlakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini stressor
yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dpat
menyebabkan gangguan fisik (misal: infeksi virus, polusi udara).
Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan
mekanisme fisiologi tubuh (misal: sistem jantung, sistem imun,
pengaturan suhu dan perubahan fisiologis selama kehamilan).
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorag dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan
orang yang berarti (meninggl, perceraian, pindah kerja), dan
ancaman yang berasal dari suber internal berupa gangguan
interpersonal di rumah, tempat kerja atau menerima peran baru.

8
2. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis
atau tidak. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang,
berat, dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati
(2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:
a. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah
individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan
menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
b. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping
ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini
seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut
mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menili
penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau
tidak adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan pasien
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian

9
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan pasien
4) Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

8. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang
bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak minum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic
system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti
cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate, dan
alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yangbersangkutan.

10
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi
kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki
kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif/terapi kognitif, untuk memulihakn fungsi
kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbaga
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

11
9. Pohon Masalah
Kerusakan Interaksi Sosial Effect

Gangguan suasana perasaan: Cemas Cor Problem

Koping individu inefektif Causa

10. Diagnosa Keperawatan


a. Kerusakan interaksi sosial
b. Gangguan alam perasaan cemas
c. Koping Individu tidak efektif.

11. Intervensi
Tujuan Intervensi
Tujuan umum : 1. Jadilah pendengar yang hangat dan
Cemas berkurang atau responsif
hilang 2. Beri waktu yang cukup pada pasien
Tujuan khusus: untuk berespon
TUK 1 : 3. Beri dukungan pada pasien untuk
Pasien dapat menjalin mengekspresikan perasaannya
dan membina hubungan 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
saing percaya pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenaliperilaku dan
respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 : 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Pasien dapat mengenali dan menguraikan perasaannya
ansietasnya 2. Validasi kesimpulan dan asumsi

12
terhadap pasien
3. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
4. Gunakan konsultasi untuk membamtu
pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan
Pasien dapat memperluas interaksi yang dapat segera
kesadarannya terhadap menimbulkan ansietas
perkembangan asietas 2. Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stresor yang
dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi
dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
TUK 4 1. Gali cara pasien mengurangi
Pasien dapat ansietas di masa lalu
menggunakan 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan
mekanisme koping yang destruktif dari respon koping yang
adaptif digunakan.
3. Dorong pasien untuk menggunakan
respon koping adaptif yang
dimilikinya.
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan menggunakan
sumber dan koping yang baru.
5. Latih pasien dengan menggunakan

13
ansietas sedang.
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya.
7. Libatkan pihak yang
berkepentingan sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam membantu
pasien menggunakan loping adaptif
yang baru.
TUK 5 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi
Pasien dapat untuk meningkatkan kontrol
menggunakan teknik dan rasa percaya diri
relaksasi dan distraksi 2. Dorong pasien untuk
menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.
TUK 6 1.ajarkan pasien teknik hipnotik 5 jari dan
Pasien dapat juga kegiatan ibadah supaya kepercayaan
menggunakan teknik diri dapat meningkat
hipnotik 5 jari dan 2. dorong pasien untuk menggunakan
kegiatan beribadah teknik hipnotik 5 jari dan kegiatan ibadah
dalam menurunkan tingkat kecemasan.

12. Hasil jurnal penelitian


Berdasarkan penelitial oleh Ibrahim rahmat Penelitian ini
merupakan penelitian Quasi Eksperiment, rancangan pretest and
posttest non control group design (Budiarto E., 2008). Penelitian
dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2011. Subyek dalam penelitian
ini adalah pasien dengan gangguan jiwa pada tahap maintenance
dan health promotion. Jumlah subyek penelitian 22 responden
yang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta
dan, dan analisis data menggunakan t-test (Sugiyono, 2010) bahwa

14
terapi kognitif secara rerata dapat menurunkan tingkat kecemasan
dibuktikan dengan :

Distribusi Data variabel Chi2 P (sig) Kesimpulan


Hitung
Tingkat kecemasan pre 3610 0,935 Normal
test
Tingkat kecemasan post 4199 0,898 Normal
test

Terapi kognitif dapat terjadi dikarenakan subyek penelitian


sudah mampu mengidentifikasi pikiran yang menyimpang,
menetapkan distorsi kognitif secara logis dan rasional, dari
pelaksanaan terapi kognitif, klien juga telah terbebas dari pikiran
negatif yaitu dengan cara menghentikan pikiran, serta klien terbebas
dari pikiran yang menyimpang dengan cara mengganti
pikiran (Wong, D. F. K., et al. 2011).

15
DAFTAR PUSTAKA

Hawari D. 2008. Manajemen Stress, Cemas, Depresi. Jakarta : FK-UI


Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Rahmat, Ibrahim.2016. Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Tingkat
Kecemasan Dan Ketergantungan Activity Daily Living (Adl) Pada Pasien
Gangguan Jiwa Yogyakarta: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan. Vol.12.
No. 1. Juni, 2016: 11-16.
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC
Yusuf, Ah Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Wong, D. F. K., et al. 2011. Mental Health of Chinese Nurses in Hongkong:
The Roles of Nursing Stresses and Coping Strategies. Online Journal of
Issues in Nursing 5(2). http://www.nursingworld.org/ojin/topic
12/tpc2_7.htm. Diakses 12 Agustus 2005.

16

S-ar putea să vă placă și