Sunteți pe pagina 1din 12

Patofisiologi

Karakteristik dasar asma (konstriksi otot polos bronchial, pembengkakan mukosa


bronchial, dan pengentalan sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status
asmatikus. Karena pada asma terjadi kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifiknya. pada asma,
antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya : histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema local pada
dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan
spasme otot polos bronkhiolus. Sehingga tejadinya obstruksi jalan nafas menyebabkan sesak
nafas (Asma) dan lama kelamaan asma menjadi berat, ketika pemberian obat tidak berespon
terjadi status asmatikus yang merupakan asma berat yang tidak dapat diatasi dengen
pengobatan konvensional sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. pada asma, diameter bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan
bagian luar bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat selama
ekspirasi. Hal ini menyebakan dispnea.
Pathway

F.Ekstrinsik F.Intrinsik

Alergen
Infeksi bakteri saluran nafas
stress Olah raga

Inhalan Ingestin Kontaktan Eksaserbasi


Aktivitas terlalu
berat
Inflamasi pada system trakea bronkial
Reaksi antigen dengan antibody

Mengubah mekanisme mukosilia Spasme otot


Limfosit B memproduksi Ig E pada
bronkhiolus
Peningkatan
Antibody melekat pada sel mast hiperesponsif pada
bronkial

Antibody Ig E meningkat

Antigen bereaksi dengan antibody

Mengeluarkan macam-macam zat

Histamine Zat anafilaksis Fak. Kemotaktik eosinofilik Bradikinin

Sekresi mucus yang kental dalam Edema local pada dinding Spasme otot polos
lumen bronkus bronkhiolus pada bronkhiolus

SESAK NAFAS
MK : Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Nafas
Alveoli tertutup
Pemberian Obat Pemberian obat
tidak berespon berespon

Hipoksemia
Ig E kebal terhadapa Kondisi Membaik
alergen

MK : Gg. Pertukaran
Ig E tidak dpat melawan
Gas
allergen pada sel mast dan
basofil dinding bronkus

Allergen tetap menempel pada dinding-dinding


brokkus (walau sudah pemberian obat)

STATUS ASMATIKUS

Tahanan saluran nafas mengalami peningkatan

Hiperventilasi Retensi CO2 Asidosis


respiratorik

RR mengalami
peningkatan

MK : Ketidak Sesak nafas Rasatidak nyaman

Efektifan Pola
Nafas MK : Gg. Pola Tidur
Suplay oksigen tidak
adekuat
Sianosis

Pusing kadang disertai pingsan

MK : Gg. Perfusi Jaringan

MK : Intoleransi Aktivitas
Kasus semu Status Asmatikus

Pada tanggal 27 Maret 2018 Nn.B datang ke IGD Jombang diantar oleh ayahnya pada pukul
07.00 WIB. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk kering, nyeri pada dada dan abdomen. Sesak
nafas dirasakan saat beraktifitas. Pasien juga mengatakan adanya alergi debu. Setelah
dilakukan pengkajian pasien tampak susah bernafas dan tampak menggunakan otot bantu
pernafasan, ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing, skala nyeri 5 dan dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 113 x/menit, RR : 29 x/menit,
Suhu : 37oC, pasien tampak lemah.

1. Identitas Pasien

Nama : Nn.B
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Janti
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Dx. Medis : Status Asmatikus
Penanggungjawab : Tn.E

PRIMARY SURVEY:
TRIAGE : P2 (Kuning)
Keluhan utama/keadaan umum : Sesak nafas / Pasien tampak lemah
Kesadaran (A/V/P/U) : Verbal (berespon ketika diajak bicara)
A. Airway : Partial, gargling (adanya penumpukan sputum pada jalan
nafas)
B. Breathing : Wheezing, RR : 29 x / menit
C. Circulating : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 113 x/menit, akral dingin,
CRT < 2 dtk
D. Disability : Kesadaran apatis GCS 436, pupil isokor
E. Exposure : Tidak ada fraktur, tidak ada pendarahan, dan tidak ada oedem

SECONDARY SURVEY:
Riwayat Penyakit Dahulu : pasien menderita penyakit asma sejak 3 tahun yang
lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada hari rabu pasien diantar oleh keluarganya, pasien mengeluh sesak nafas sejak
kemarin malam pukul 18.00 WIB, batuk kering,, nyeri pada dada dan abdomen,
kemudian keluarga segera membawa pasien ke IGD RSUD Jombang pada jam 07.00
WIB.
S : pasien terlihat sesak nafas, batuk, nyeri pada dada dan abdomen
A : pasien mengatakan memiliki alergi debu
M : tahun lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan sakit yang sama karena
asma
P : pasien mederita penyakit asma sejak 3 tahun yang lalu
L : sejak sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang
E : pasien mangatakan sejak kemarin malam sesak nafas, batuk kering, nyeri pada
dada dan abdomen
Tanda-tanda vital : TD : 120 / 80 mm/Hg
RR : 29 x/mnt
Nadi : 113 x/mnt
Suhu : 37 °C
Nyeri : Skala nyeri 5
P : saat terkena debu
Q : Nyeri dirasakan terus menerus
R : Pada dada
S :5
T : sekitar 15 menit
GCS (Eye, Verbal, Motorik) : 436
PEMERIKSAAAN FISIK:
Head to toe
a. Kepala
Inspeksi :
1. Kulit kepala, rambut
Nomochepal, tidak terdapat lesi, rambut pasien terlihat bersih
tidak rontok
2. Mata
Skelra berwarna putih, konjungtiva anemis, pupil isokor
3. Hidung
Adanya pernafasan cuping hidung
4. Telinga
kedua telinga simetris
5. Mulut
Mukosa Bibir sianosis, tidak ada stomatitis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP 2 cm, tidak
ada kaku kuduk
Palpasi :-
c. Dada
1. Paru
Inspeksi : bentuk tulang dada simetris, terlihat pengembangan
dada tidak simetris saat pasien bernafas, terlihat otot
bantu pernapasan, terdapat retaraksi dada
Palpasi : vocal fremitus dapat terasa getaran yang berat,terdapat
nyeri dada
Auskultasi : terdapat suara wheezing pada pernafasan pasien
Perkusi : suara perkusi yang dihasilkan paru pasien terdapat
pekak yang menunjukkan banyak secret.

2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4 midclavicula sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : Bj 1- Bj2 reguler, tidak mendengar murmur dan gallop
d. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran
Palpasi : terdapat nyeri tekan karena adanya pengaruh otot pada
abdomen
Auskultasi : Bising usus 6 x /mnt
Perkusi : Timpani
e. Lower back/Punggung bawah
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi :tidak terkaji
f. Pelvis
Inspeksi : tidak terkaji
Palpasi : tidak terkaji
g. Genitalia
Inspeksi : vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda
infeksi
h. Ekstremitas atas dan bawah, kulit
Inspeksi :
Clubbing Finger : tidak ada
Perfusi : CRT < 2dtk
Odem : tidak ada
Nekrosis : tidak ada

Palpasi
Turgor Kulit : kembali 3 detik
Suhu Akral : dingin

kekuatan otot :
5 5

5 5

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
i. Persyarafan (if necessasry)
1) Uji nervus I olfaktorius (pembau) : pasien dapat membedakan bau
2) Uji nervus II opticus (penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya, pasien dapat melihat dengan jelas
tanpa menggunakan kacamata
3) Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema pada kelopak mata dan
bola mata menonjol (exophtalamus)
4) Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
5) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) : pasien dapat membuka dan
menutup mulut
6) Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata
normal
7) Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata
8) Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : pasien dapat mendengar kata-
kata dengan baik
9) Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
10) Nervus X vagus : dapat menggerakkan lidah
11) Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kiri kanan, dan
nyeri ketika mengangkat bahu
12) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum : dapat menjulurkan lidah
Reflek fisiologis : normal, tidak ada gangguan
Pemeriksaan reflek patologis : normal, tidak ada gangguan
GCS (Glasgow Coma Scale) :
 Eye/membuka mata(E) : 4
 Verbal/bicara (V): 3
 Motorik (M) :6
2. Masalah Keperawatan:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d obstruksi jalan nafas


2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas (keletihan
otot pernafasan)
3. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi

3. Intervensi dan Implementasi Diurutkan permasalahan A,B,C,D

No. Intervensi Rasional Jam/Waktu Implementasi


1 Atur posisi semi fowler Meningkatkan 07.30 WIB Mengatur posisi semi fowler
ekspansi dada  Pasien dapat
memposisikan posisi
semi fowler
2 Berikan oksigen melalui pemberian oksigen 07.32 WIB Memberikan oksigen kanul
kanula nasal 4 L / menit mengurangi beban nasa 4 L/menit
otot-otot pernapasan
3 Lakukan fisioterapi dada Fisioterapi dada 07.35 WIB Melakukan fisioterapi dada
dengan teknik postural merupakan strategi dengan teknik postural
drainase, perkusi, dan fibrasi untuk mengeluarkan drainase
dada sekret
4 Kolaborasi pemberian obat Untuk merelaksasi 08.00 WIB Kolaborasi pemberian
Bronkodilator golongan B2 otot halus dan bronkodiltor dan aminofilin
menurunkan spasme  Nebulizer (via
jalan nafas, mengi dan inhalasi) dengan
produksi mukosa golongan terbutaline
0,25 mg, fenoterol
HBr 0,1 % solution,
orciprenaline sulfur
0,75 mg
 Intravena dengan
golongan theophyline
ethilenediamine
( Aminofilin ) bolus
IV 5-6 mg / kg BB

5 Agen mukolitik dan Agen mukolitik 08.15 WIB Memberikan agen mukolitik
ekspentoran menurunkan dan ekspentoran
kekentalan dan  Giseril guakiolat 200
perlengketan secret – 400 mg dengan
paru untuk batas maksimum 2,4
memeudahkan gr/ hari
pembersihan.  Ambroxol 30 – 120
Agen ekspentoran mg / hari
akan memudahkan
secret lepas dari
perlengketan jalan
nafas
6 Kortikosteroid kortikosteroid berguna 08.45 WB Memberikan obat
pada keteribatan luas kortikosteroid
dengan hipoksemia  Hidrokortison 200-
dan menurunkan 400 mg dengan dosis
reaksi inflamsi akibat 1-4 gram / 24 jam
edema mukosa dan diberikan secara IV
dinding bronchus. setaiap 2-8 jam
7 Kaji kualitas , frekuensi, dan Dengan mengkaji 09.10 WIB Mengkaji kuaitas , frekuensi
kedalaman pernapasan, kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan
laporkan setiap perubahan dan kedalaman setiap perubahan yang terjadi
yang terjadi pernpasan, kita dapat  RR : 28 x / menit
mengetahui sejauh  Inspirasi : ekspirasi =
mana perubahan 1:2
kondisi klien
8 Observasi tanda-tanda vital Peningkatan RR dan 09.20 WIB Mengkaji TTV
(nadi, RR) takikardi ,erupakan Nadi : 110 x /menit
indikasi adanya RR : 28 x / menit
penurunan fungsi paru

4. Evaluasi & Hands off”


Evaluasi Komunikasi
Subjektif: Sitution:
Pasien mengatakan masih merasakan sesak Saya Ani perawat IGD
nafas Saya melaporkan kondisi pasien Nn.B, DPJP
dr.Adi,Sp.P dengan tingkat ketergantungan
pasien adalah partial. Saya khawatir dengan
kondisi pasien dimana :
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 113 x/menit, RR :
29 x/menit, Suhu : 37oC.

Objektif: Background:
 KU : Lemah Pasien masuk pada hari rabu tanggal 28
 Kesadaran : GCS (eyes,verbar,motori) maret 2018, dengan diagnose medis status
436 asmatikus.
 TTV Pasien mempunyai riwayat penyakit asma

TD : 120/80 mmHg sejak 3 tahun yang lalu dengan kondisi saat


RR : 28 x/mnt ini Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, nyeri
pada dada dan abdomen.
Nadi : 110 x/mnt
Terapi yang sudah diberikan :
Suhu : 37 °C
 oksigen melalui kanula nasal 4 L /
 Konjungtiva anemis
menit
 Membrane mukosa bibir sianosis
 Nebulizer (via inhalasi) dengan
 Terdengar wheezing
golongan terbutaline 0,25 mg,
 Otot bantu pernafasan
fenoterol HBr 0,1 % solution,
 Suhu karal dingin
orciprenaline sulfur 0,75 mg
 Aminofilin bolus IV 5-6 mg
 Pemberian mukolitik dan ekspentoran

 Giseril guakiolat 200 – 400 mg


dengan batas maksimum 2,4 gr/
hari
 Ambroxol 30 – 120 mg / hari

 Hidrokortison 200-400 mg dengan


dosis 1-4 gram / 24 jam diberikan
secara IV setaiap 2-8 jam

Assesment: Assessment:
Subjective data entry Saya rasa pasien selain mengalami status
Pasien mengatakan masih merasakan sesak asmatikus pasien juga mengalami
nafas permasalahan pada jantungya.
Objective data entry
 TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 28 x/mnt

Nadi : 110 x/mnt


Suhu : 37 °C
 Conjungtiva anemis
 Membrane mukosa bibir sianosis
 Terdengar wheezing
 Otot bantu pernafasan
 Suhu karal dingin

Planning: Recomendation:
 Berikan oksigen melalui kanula nasal  Apa saran dokter untuk pasien ini ?
4 L / menit  Apakah perlu dilakukan foto rongent
 Lakukan fisioterapi dada dengan dokter ?
teknik postural drainase, perkusi, dan  Apakah perlu dikonsultasikan ke
fibrasi dada dokter jantung ?
 Agen mukolitik dan ekspentoran
 Giseril guakiolat 200 – 400 mg
dengan batas maksimum 2,4 gr/
hari
 Ambroxol 30 – 120 mg / hari

 Hidrokortison 200-400 mg dengan


dosis 1-4 gram / 24 jam diberikan
secara IV setaiap 2-8 jam

 Observasi tanda-tanda vital

Daftar Pustaka

Bakta, I Made.1999.Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.Jakarta:EGC


Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gannguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika.

S-ar putea să vă placă și