Sunteți pe pagina 1din 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/43329786

DAUR-HIDUP-GEDUNG DALAM SISTEM


ARSITEKTUR

Article · January 2008


Source: OAI

CITATIONS READS

0 934

1 author:

Wanita Subadra Abioso


Bandung Institute of Technology
9 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

I'm working on "Communal Space of Traditional Vernacular Settlements, Desa (Village) Adat (Custom)
Tenganan Pegringsingan Bali Indonesia" View project

All content following this page was uploaded by Wanita Subadra Abioso on 17 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 2, Desember 2007: 128 - 135

DAUR–HIDUP–GEDUNG
DALAM SISTEM ARSITEKTUR

Wanita Subadra Abioso


Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia, Bandung
E-mail: itaabioso@plasa.com; itaabioso@telkom.net

ABSTRAK

Eco atau Environmental Labeling, sertifikasi pengakuan atas produk-produk berkelanjutan, hanya dapat dilakukan di
negara-negara dengan kondisi ekonomi yang mantap dengan menggunakan Life Cycle Analysis (LCA), sebuah instrumen
berbasis paradigma cradle–to–grave untuk mengukur tingkat keberlanjutan produk-produk bersangkutan, dengan cara
mengevaluasi jumlah enerji, biaya, dan dampak-dampak lingkungan lain yang akan digunakan dan terjadi di sepanjang
daur–hidup–produk. Bagaimana halnya dengan gedung-gedung sebagai produk arsitektur yang senantiasa melibatkan enerji?
Pendekatan arsitektur sebagai sistem yang ditawarkan Handler secara praktis memiliki kesamaan paradigma dengan LCA
apabila dilengkapi pengelolaan gedung di akhir kegunaannya, selain itu beberapa teoritisi dan praktisi arsitektur seperti
Steele, Vale, dan Yeang telah merumuskan pula kriteria desain yang secara intrinsik berdasarkan paradigma cradle–to–
grave, oleh sebab itu tampaknya kita harus lebih waspada dalam merancang arsitektur agar lebih berkualitas dan andal di
dalam keterbatasan sumber daya yaitu dengan senantiasa menganalisis daur–hidu –gedung dalam sistem arsitektur.

Kata kunci: Produk berkelanjutan, daur–hidup–produk, Life Cycle Analysis (LCA), cradle–to–grave, Sistem Arsitektur,
daur–hidup–gedung.

ABSTRACT

Eco or Environmental Labeling, certification of acknowledgement on sustainable products, could only be carried out
within economically established countries by way of Life Cycle Analysis (LCA), a cradle–to–grave paradigm based
instrument for measuring the products sustainability by analyzing energy, cost, and others environmental impact that would
be spent and occur along product–life–cycle. What about buildings in terms of products of architecture which have always
been involving energy? “System Approach To Architecture” offered by Handler practically has similar paradigm with LCA
if completed with building management at the end of system, meanwhile Steele, Vale, and Yeang among many others
architectural theorist and practitioner have been formulating design criteria intrinsically based on the cradle–to–grave
paradigm as well, so that seems we have to be much more aware of designing qualified and reliable architecture within
limited resources by constantly analyzing building–life–cycle within system of architecture.

Keywords: Sustainable Product, product–life–cycle, Life Cycle Analysis (LCA), cradle–to–grave, System of Architecture,
building–life–cycle.

ANALISIS DAUR–HIDUP–PRODUK Agenda 21 2, prosiding Rio Earth Summit 1992 atau


SEBUAH KEPERDULIAN Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi Rio 1992, di
Rio de Janeiro, Brazil, yang berisi garis besar
“50% dari seluruh konsumsi enerji lingkungan komprehensif lingkup Sustainable Development atau
buatan merepresentasikan keterkaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan. Adendum berisi kepe-
industri konstruksi 1”, industri konstruksi beserta dulian mereka terhadap penggunaan secara berlebihan
arsitektur yang melibatkan gedung yang berada di atas non renewable resources atau sumber-sumber
dalamnya termasuk ke dalam kelompok industri daya tidak terbarukan terutama sumber daya enerji
sekunder yang senantiasa melibatkan energy- fosil, baca: migas (minyak dan gas bumi).
producing. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Krisis minyak tahun 1973 di Amerika Serikat
beberapa anggota AIA (American Institute of boleh jadi dipicu oleh masalah politis yaitu konflik
Architects) dan IUA (International Union of antara Arab, Mesir, dan Syria sebagai negara-negara
Architects) pada saat mengajukan adendum atas produsen minyak dengan Israel sehingga terjadi
embargo minyak terhadap negara-negara pendukung
Israel di antaranya Amerika Serikat. Namun terlepas
1
Steele, James (1997), Sustainable Architecture, Principles,
Paradigms, and Case Studies, Mc.Graw-Hill, New York, halaman
2
16. Ibid. Halaman 8

128
DAUR–HIDUP–GEDUNG DALAM SISTEM ARSITEKTUR (Wanita Subadra Abioso)

dari masalah politis, persediaan sumber daya enerji labeling yaitu proses sertifikasi Organization of
migas dunia memang semakin menipis terlebih International Standards (ISO) 14000 atas produk-
apabila pemakaiannya tidak dipertimbangkan secara produk berkelanjutan melalui mekanisme Life Cycle
bijaksana. Fenomena enerji global akibat penggunaan Analysis (LCA) atau Analisis Daur Hidup dengan
berlebihan atas enerji bersumber daya migas telah menganalisis daur–hidup–produknya dengan cara
mencapai taraf yang mengharuskan kita, termasuk mengevaluasi enerji, biaya, dan dampak-dampak
komunitas arsitektur, untuk turut perduli apabila tidak lingkungan lain yang akan digunakan dan terjadi di
ingin menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar. sepanjang daur–hidup–produk bersangkutan.
Minyak selain bertindak sebagai bahan bakar Biosphere, seluruh area pada permukaan planet
penghasil enerji untuk kendaraan-kendaraan moderen Bumi beserta atmosfir dan lautan yang dihuni oleh
beserta gas alam yang digunakan manusia untuk makhluk hidup, merepresentasikan sumber kekayaan
pemanasan dan kegiatan-kegiatan rumah tangga lain, dan modal untuk didayagunakan guna mendukung
memproduksi pula bahan bakar bagi produk-produk kehidupan umat manusia. Dibutuhkan keperdulian
industri dan pertanian termasuk pupuk, pestisida, dan yang sangat tinggi terhadap daur–hidup–produk atas
plastik. Berarti tidak semudah itu mengganti minyak produk-produk sebagai hasil proses produksi yang
dengan bahan bakar lain atau oleh persediaan senantiasa melibatkan energy–producing untuk mem-
makanan, oleh karenanya tanpa suplai enerji yang pertahankannya. Prinsip daur–hidup–produk dapat
cukup kita akan kehilangan kapasitas pertanian. disimak pada Gambar 1.
Apabila harga bahan bakar migas meningkat, maka
pestisida dan pupuk pun akan menjadi jauh lebih
mahal dan hal tersebut akan menghentikan para
petani menggunakan produk-produk tersebut. "Yields
will go down and the price of food will go up and that
in turn is perceived as quite an economic hardship" 3,
hasil panen akan menurun dan harga makanan akan
meningkat dan sebagai akibatnya akan terasa tekanan
ekonomi yang lebih keras.
Pembangunan berkelanjutan sebagai gelombang
kedua sustainability4 yaitu konsep yang memiliki
kekuatan pada integrasi sistem-sistem sosial, eko-
nomi, dan lingkungan yang bertujuan mendorong
tindakan-tindakan untuk menciptakan cara hidup
yang lebih baik, secara lugas dapat diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang menggunakan sumber- Sumber: http://www.weeeman.org/html/what/lifecycle.html
sumber daya yang terbarukan atau menggunakan Gambar 1. The Product Life Cycle–Daur–Hidup
secara bijaksana sumber-sumber daya khususnya Produk5
enerji yang tidak terbarukan sedemikian rupa tidak
menimbulkan kekhawatiran bagi generasi-generasi di ƒ Raw Materials atau Bahan Baku: 1. Mengguna-
masa yang akan datang atas keberlanjutan keterse- kan sesedikit mungkin material berdampak negatif
diaan sumber-sumber daya tersebut. Pembangunan terhadap lingkungan; 2. Menggunakan sesedikit
berkelanjutan yang berkekuatan pula pada integrasi mungkin material;
sistem-sistem sosial, ekonomi, dan ekologi secara ƒ Manufacture atau Manufaktur (proses industri atas
jelas terlihat menawarkan pemecahan atas masalah bahan baku): 3. Menggunakan lebih sedikit sum-
semakin menurunnya kualitas lingkungan disamping ber daya; 4. Memproduksi sesedikit mungkin
semakin meluasnya kemiskinan namun masih bersifat polusi dan limbah; 5. Mengurangi dampak distri-
kondisional, dalam pengertian hanya di negara-negara busi;
dengan kondisi ekonomi yang mantap dimungkinkan ƒ Use atau Penggunaan: 6. Menggunakan sedsedikit
untuk dilakukan environmental labeling dan/ atau eco mungkin sumber daya; 7. Meminimasi pengguna-
an yang mengakibatkan polusi dan limbah; 8.
Mengoptimalkan kegunaan dan usia kegunaan;
3
Amos, Jonathan, Energy crisis 'will limit births', BBC News ƒ End of life atau Akhir Kegunaan Produk: 9.
Online science staff, in Seattle, http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/ Kurangi dampak lingkungan dari material
3465745.stm.
4
Van der Ryn, Sim, and Peter Calthorpe (1986), Sustainable
Communities, A New Design Synthesis for Cities, Suburbs, and 5
Http:// www.weeeman.org/html/what/lifecycle.html
Towns, San Fransisco: Sierra Club Books, halaman iv.

129
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 2, Desember 2007: 128 - 135

buangan; 10. Permudah penggunaan kembali dan - 3 (tiga) isu kedua berkaitan dengan standar-
daur ulang. standar penilaian atas produk:
ƒ Environmental Labeling (EL) – sertifikasi ISO
LIFE CYCLE ANALYSIS – LCA (ANALISIS 14020 – 24.
DAUR HIDUP) INSTRUMEN EVALUASI ƒ Life Cycle Analysis (LCA) – sertifikasi ISO
DAUR–HIDUP–PRODUK 14040 – 43.
ƒ Environmental Aspects In Product Standards
Life Cycle Analysis (LCA), instrumen untuk (EAPS).
membantu mengendalikan daur–hidup–produk suatu
produk sedemikian rupa produk bersangkutan Keunggulan LCA sebagai instrumen evaluasi
berkelanjutan yaitu produk yang di sepanjang proses yang sudah dipraktekkan sejak awal tahun 1970-an,
daur hidupnya senantiasa mendayagunakan sumber- dapat digunakan baik sebagai alat evaluasi atas
sumber daya terbarukan dan/ atau sumber-sumber proses-proses konseptual maupun alat evaluasi
daya tidak terbarukan secara bijaksana. LCA, istilah kuantitatif, selain dapat membantu menciptakan suatu
yang tidak asing bagi mereka yang perduli terhadap proses yang konsisten dalam skala global melalui tiga
isu-isu lingkungan, dikatakan pula sebagai instrumen komponen dasarnya:
penting untuk meningkatkan dan memperbaiki baik 1. Inventarisasi Efek
proses-proses produksi maupun produk-produk yang 2. Analisis Dampak
dihasilkannya dalam hal meminimasi dampak-
3. Analisis Perbaikan
dampak negatif yang akan terjadi terhadap
lingkungan khususnya jumlah enerji dan biaya yang
Para pelaku manufaktur di masa mendatang
akan dihabiskan guna pengendaliannya secara
harus memasukkan perhitungan atas proses produksi
bijaksana dalam rangka efisiensi.
barang dan jasa serta pengendalian limbah menjadi
Dalam terminologi yang lebih luas, LCA adalah
bagian dari seluruh tanggungjawab mereka dan bukan
instrumen evaluasi atribut-atribut lingkungan yang
menjadi bahan pemikiran kedua di kemudian hari.
diasosiasikan dengan produk, proses, dan jasa.
Untuk itu diperlukan perhatian besar atas daur–
Evaluasi yang dilakukan ditujukan atas seluruh
hidup–produk, artinya tidak hanya memperdulikan
dampak yang akan terjadi di sepanjang rangkaian
penciptaan dan penggunaan material dalam manu-
cradle–to–grave atau sejak kelahiran sampai dengan
faktur akan tetapi juga memperdulikan apa yang akan
kematian atau hal-hal dari a sampai dengan z (a to z)
terjadi pada produk di akhir kegunaannya7. Saat ini
yang terlibat ke dalam daur–hidup–produk, mulai dari
para ahli rekayasa telah menambahkan design for
proses pengambilan bahan baku sampai dengan
disassembly atau desain yang dapat dibongkar
pengolahan limbah.
kembali, design for recycling atau desain yang dapat
Penerapan LCA sejak kelahirannya di tahun
didaur ulang, dan design for environment atau desain
1960 sampai dengan awal 1990 belum begitu luas,
yang mempertimbangkan aspek lingkungan ke dalam
namun sejak 1990 setelah dilakukan pengembangan
perbendaharaan desain mereka 8.
beberapa metodologi yang dapat diterima secara luas
penerapan LCA mengalami kemajuan yang sangat
SISTEM ARSITEKTUR DAN
pesat sehingga meraih pengukuhan sejumlah standar
DAUR–HIDUP–GEDUNG
internasional seperti ISO 14040 – 14043. Tahun 1993
ISO membentuk Technical Committee (TC) 207 LCA sebagai instrumen manajemen lingkungan
untuk memantapkan ISO 14000 sebagai standar- dan pengambilan keputusan bagi proses-proses
standar manajemen lingkungan yang terdiri atas 6 produksi, termasuk proses desain, secara denotatif
(enam) isu lingkungan6 yatu: menunjukkan suatu kegiatan yang berhubungan
- 3 (tiga) isu pertama berkaitan dengan penilaian dengan pemulihan global, namun dari seluruh
atas organisasi: rangkaian hubungan di atas bagaimana hubungannya
ƒ Environmental Management Systems (EMS) – dengan arsitektur?
sertifikasi ISO 14001. “System Approach To Architecture” atau pende-
ƒ Environmental Auditing (EA) – sertifikasi ISO katan arsitektur sebagai sistem yang ditawarkan oleh
14010 – 12. A. Benjamin Handler (Handler, 1970), dengan ke 4
ƒ Environmental Performance Evaluation (EPE)
– sertifikasi ISO 14031.
7
Frosch, Robert (1995), The Industrial Ecology Of The 21st
Century, Scientific American. Http://www.cfd.rmit.edu.au/Publi-
cations/papers/LCA-CR.html
6 8
SOCMÆs ISO 14000 Overview. Ibid.

130
DAUR–HIDUP–GEDUNG DALAM SISTEM ARSITEKTUR (Wanita Subadra Abioso)

(empat) sub sistemnya yaitu: 1. Proses Desain; 2. memandang alam sebagai musuh yang harus
Proses Konstruksi; 3. Proses Operasi; 4. Proses ditaklukkan, dan bukan sebagai basis untuk
Bionomik Manusia, ternyata memiliki kesamaan seluruh kehidupan serta lingkungan tempat
paradigma dengan LCA dalam menyelesaikan arsitektur dapat dan harus menyesuaikan diri
permasalahan arsitektur yaitu dengan memperhitung- secara harmonis.
kan daur–hidup–gedung melalui keempat sub
sistemnya, meskipun belum memperhitungkan proses Hal senada dikemukakan oleh Brenda dan
pengelolaan gedung di akhir kegunaannya yang dapat Robert Vale melalui “Green Architecture”-nya:
dianalogikan dengan proses pengolahan limbah “Paradigma arsitektur berubah”, pernyataan ini dilon-
produksi pada LCA. Meskipun secara eksplisit tarkan karena terdapat kecenderungan perubahan arah
Handler belum menyatakan dampak-dampak negatif desain ke arah desain-desain yang: hemat enerji,
lingkungan terutama akibat konsumsi enerji beserta senantiasa bekerja dengan iklim, meminimasi peng-
biaya yang akan dikeluarkan akibat daur–hidup– gunaan sumber-sumber daya baru, menghargai
gedung dalam konteks gedung sebagai produk sistem pengguna, menghargai tapak, dan holisme.
arsitektur, namun secara implisit pemikiran Handler Demikian pula halnya, melalui Designing With
menyatakan bahwa penyelesaian permasalahan Nature, Ken Yeang menawarkan konsep rancangan
arsitektur sebaiknya dipertimbangkan secara cradle– arsitektur melalui pendekatan ekologi. Pendekatan
to–grave. ekologi Yeang meliputi tahap-tahap analisis, sintesis,
Pada sistem arsitektur para arsitek boleh jadi dan evaluasi yang didasari teori Value in Building T.
hanya akan merasa berkepentingan dengan proses Markus tahun 1973. Pada tahap penilaian Yeang telah
perencanaan dan perancangan gedung namun pada memperhatikan daur-hidup setiap tahap pada kriteria
kenyataannya mereka tidak dapat menghindari evaluasi yaitu proses produksi, konstruksi, konsumsi,
keterlibatan para pembangun, operator gedung, dan dan proses pemulihan. Pada tahap tersebut Yeang
pengguna gedung selama proses pengadaan gedung memandang hasil rancangan arsitektur sebagai sistem
dalam konteks gedung sebagai produk sistem siklik yang memperhatikan from source to sink yang
arsitektur. Dengan demikian evaluasi daur–hidup– dapat dianalogikan dengan cradle–to–grave yaitu
gedung dapat dilakukan oleh sistem arsitektur yang mulai dari pengambilan sumber daya sampai dengan
dapat dianalogikan dengan LCA yang bertindak kondisinya yang tidak berharga.
sebagai instrumen yang bersifat inheren di dalam Dari beberapa amatan di atas dapat ditarik
sistem arsitektur. kesimpulan bahwa memandang arsitektur sebagai
Di sisi lain James Steele melalui “Sustainable sistem yang berarti memperhitungkan daur–hidup–
Architecture”–nya mengemukakan pendapatnya gedung dalam konteks gedung sebagai produk sistem
tentang peran para arsitek, ekonomi lingkungan, arsitektur merupakan pemikiran yang sangat tepat
material, bahkan studi tentang arsitektur berkelanjutan bagi arsitektur dalam turut bertanggungjawab atas
sebagai berikut: semakin menipisnya sumber-sumber daya khususnya
ƒ Peran para arsitek dunia dalam mencapai gedung sumber daya enereji yang tidak terbarukan.
atau arsitektur berkelanjutan alih-alih produk ber-
kelanjutan direpresentasikan melalui rancangan- DAUR–HIDUP–GEDUNG
rancangan yang hemat enerji, menggunakan (BUILDING–LIFE–CYCLE)
literatur yang relevan, memanfaatkan kearifan
tardisional, memandang tanah bukan sebagai Dalam hal membangun gedung dalam konteks
komoditi, dan responsif terhadap lingkungan. gedung sebagai produk sistem arsitektur, Gambar 2.
ƒ Substansi yang berhubungan dengan ekonomi berikut dapat memberi gambaran tentang dampak-
lingkungan yang ditawarkan adalah memper- dampak lingkungan yang akan terjadi akibat proses
hitungkan life–cycle–costing atau pembiayaan– daur–hidup–gedung bersangkutan:
daur–hidup. 1. Cradle atau kelahiran suatu gedung diawali
ƒ Material yang harus diwaspadai adalah material- dengan pengambilan bahan baku, akan mem-
material yang sangat marak digunakan di seluruh butuhkan sejumlah enerji dan biaya serta meng-
dunia di antaranya aluminium, beton, plywood, akibatkan dampak lingkungan.
dan baja, yang merupakan material-material 2. Product manufacture transportation atau trans-
energy–intensive yaitu material yang diproduksi portasi manufaktur produk juga akan mengalami
dengan menggunakan sejumlah besar enerji. hal yang sama dengan butir 1.
ƒ Kurikulum yang diterapkan sebaiknya yang dapat 3. Construction and fitting out atau pembangunan
mengantisipasi kurikulum yang selama ini dan penyesuaian juga akan mengalami hal yang
menerapkan nilai-nilai dan norma yang sama dengan butir 1.

131
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 2, Desember 2007: 128 - 135

4. Operation and maintenance atau operasi dan SISTEM ARSITEKTUR, INSTRUMEN


pemeliharaan akan memerlukan enerji operasional SEJENIS LCA VERSUS STRATEGI
dan biaya serta mengakibatkan dampak ling- DESAIN ARSITEKTUR
kungan.
5. Grave atau kematian: renovation and demolition Dalam kontes arsitektur, instrumen sejenis LCA
yaitu proses perbaikan dan penghancuran juga atau sistem arsitektur bukanlah strategi perancangan
akan mengalami hal yang sama dengan butir 1. arsitektur karena tidak menawarkan metodologi-
metodologi baru sebagai arahan-arahan bagi proses
perancangan arsitektur. Di satu sisi desain arsitektur
yang relatif baik senantiasa difokuskan kepada
integrasi antara faktor-faktor fungsi dan bentuk,
estetika, teknik, dan seterusnya, di sisi lain instrumen
sejenis LCA justru dihubungkan dengan isu-isu
kualitas dan keandalan.
Desain arsitektur yang selama ini kita mengerti
sebagai hasil dari proses mengganti ide-ide bentuk
dan estetika secara konstan dengan menggunakan
kemampuan teknik untuk memanipulasi material dan
bentuk, telah terbukti menjadikan penampilan desain
arsitektur lebih sebagai suatu isu yang kompleks dan
multi dimensional. Artinya penampilan arsitektur
Sumber: Hhttp://www.emsd.gov.hk/emsd/eng/pee/lceabc.shtml
lebih dikaitkan dengan penciptaan makna bagi para
Gambar 2. Building–life–cycle atau daur–hidup– penggunanya, mereflekskan nilai-nilai budaya, hal-
gedung dapat menjadi representasi dari daur– hal yang berhubungan dengan isu-isu ketidakpastian
hidup–produk dalam konteks desain arsitektur seperti identitas, status, serta segala hasrat manusiawi
sebagai bagian dari produk industri. para pengguna yang ditujukan untuk menggugah
emosi dan kepekaan melalui sentuhan, penciuman,
Untuk memperhitungkan jumah enerji yang warna, dan perabaan.
akan digunakan, harus dilakukan analisis atas seluruh Adapun eco design dalam konteks arsitektur
enerji yang terdapat pada gedung dan yang akan sebagai desain yang memperhatikan daur–hidup–
dikonsumsi di sepanjang usia gedung baik untuk gedung–nya tidak akan merubah satu pun hal-hal
kegiatan operasional maupun pemeliharaan. Kegiatan tersebut di atas akan tetapi justru menambah dimensi
operasional akan bergantung kepada penggunaan lain berupa penekanan pada kualitas yaitu sesuatu
material dan metoda fabrikasi, sedangkan peme- yang lebih jelas, nyata, dan dapat didefinisikan.
liharaan akan bergantung kepada orientasi, daerah dan
jenis jendela, penyelesaian permukaan gedung, serta BELAJAR DARI THE SYDNEY 2000 OLYMPIC
sistem-sistem pencahayaan, pengkondisian udara, GAMES, SYDNEY, AUSTRALIA
insulasi, karakteristik termal dinding dan atap.
September 2000, Sidney, Australia berkesem-
Pada rumah tinggal yang menggunakan
patan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas.
cladding bata pada pelat beton serta sistem atap
The Sydney 2000 Olympic Games merupakan sebuah
kerangka baja dengan penutup atap lembaran baja,
perhelatan akbar dan penting dalam bidang olahraga,
enerji yang akan terintegrasi ke dalam material akan
namun yang tidak kalah penting adalah akbar pula
lebih sedikit dibandingkan dengan enerji yang
dalam memperhitungkan daur hidup atas sarana dan
digunakan untuk mengoperasikannya di sepanjang
prasarana yang mendukung berlangsungnya seluruh
usianya, karena hampir seluruh enerji akan dikon-
kegiatan demi keperduliannya terhadap semakin
sumsi untuk sistem pencahayaan, pendinginan dan/
menipisnya sumber daya enerji tidak terbarukan.
atau pemanasan. Cara paling efektif untuk mengu-
Sejenis model LCA telah diterapkan pada
rangi kebutuhan daur hidup rumah tinggal tersebut
Olympic Model melalui suatu studi komprehensif
dengan menggunakan material-material dan sistem
yang dilakukan atas seluruh sarana dan prasarana
hemat enerji yang diperlukan secara operasional.
yang dibangun, yang meliputi penggunaan gedung
Prinsip-prinsip desain solar pasif disertai peralatan
selama perhelatan berlangsung, transportasi yang
rumah tangga dan sistem pencahayaan hemat enerji
terjadi, manajemen limbah, dan carbon credits
merupakan faktor kunci dalam mengurangi konsumsi
(berhubungan dengan jumlah pepohonan yang akan
enerji yang juga akan mengemisikan CO2 akibat
ditanam guna mengatur jumlah karbon yang akan
peningkatan produksi enerji.

132
DAUR–HIDUP–GEDUNG DALAM SISTEM ARSITEKTUR (Wanita Subadra Abioso)

dilepaskan selama perhelatan berlangsung). Sebagai 2. ORIENTASI MATAHARI


Mempertimbangkan orientasi matahari secara ketat sesuai
sumbangan inisiatif dari perusahaan jasa LCA yang dengan lokasi tapak, menggunakan material yang tepat
bertanggungjawab atas perhitungan daur hidup sarana bahkan dapat berbeda di setiap fasade yang berbeda arah
dan prasarana The Sydney 2000 Olympic Games, serta menggunakan bentuk dan konfigurasi gedung yang
tepat.
model LCA-nya digunakan pula untuk menganalisis 3. BENTUK DAN KONFIGURASI RUANG
Olympic Venues untuk menentukan secara tepat ƒ Menerapkan bentuk dan konfigurasi yang membentuk
dalam konteks efisiensi tempat-tempat yang akan ruang luar dan buffer sebagai sarana interaksi sosial, pada
gedung tinggi berlantai banyak dapat berupa ruang-ruang
digunakan oleh perhelatan tersebut. komunal.
ƒ Menerapkan bentuk-bentuk yang responsif terhadap
KRITERIA DESAIN ARSITEKTUR lingkungan seperti: bentukan aerodinamis, concourse,
BERBASISKAN DAUR–HIDUP–GEDUNG atrium, courtyard sebagai pengatur iklim ruang luar, serta
set back yang didukung dengan penanaman vegetasi dan
pembuatan lansekap.
Kriteria desain arsitektur dalam konteks pem- ƒ Menerapkan bentuk dan konfigurasi ruang sedemikian
bangunan berkelanjutan yang berarti perumusannya rupa dapat memodifikasi iklim dan pergerakan udara
telah memperhitungkan daur–hidup–gedung dalam untuk menciptakan kondisi nyaman termal.
konteks gedung sebagai produk sistem arsitektur ƒ Menerapakn single loaded corridor untuk
mengoptimalkan penggunaan ventilasi silang.
berdasarkan paradigma cradle–to–grave-nya, meli- 4. FASADE
puti rentang lebar hal-hal yang harus dipertimbangkan ƒ Mendesain fasade yang dapat mengarahkan angin, kulit
di sepanjang proses perencanaan dan perancangan gedung yang dapat mengatur suhu, tabir matahari yang
yang terangkum ke dalam komponen-komponen diperhitungkan secara cermat khusus arah barat–timur,
serta penahan air hujan.
arsitektur, yang di antaranya dapat dibantu oleh
teknologi bahkan inovasi arsitektur sebagai berikut 5. SISTEM STRUKTUR
(Abioso, 1999): ƒ Menerapkan sistem struktur yang elemen-elemennya
bertindak pula sebagai elemen arsitektural, dapat
memodifikasi iklim, dapat mengatur sirkulasi udara, dan
III... A
AR
A RSSSIIIT
R TE
T EK
EKKT
TU
T UR
URR pelaksanaannya sesedikit mungkin mengganggu
lingkungan.
TAPAK
1. UMUM 6. KONSTRUKSI DAN MATERIAL
ƒ Penentuan peruntukan tapak berdasarkan integrasi ƒ Menggunakan konstruksi yang mudah dibongkar tanpa
antara sistem transportasi dengan tata guna lahan (land merusak struktur utama dan pengangkutannya tidak
use). merusak lingkungan.
ƒ Perhitungan kemiringan lahan berkontur dengan prinsip ƒ Menggunakan konstruksi dan material kulit gedung
hemat enerji, yang dapat mengatur panas sesuai dengan
meminimasi volume cut and fill.
yang dibutuhkan dan mengatur iklim-iklim ekstrim.
ƒ Perhitungan building coverage ratio dan floor area ratio
secara ketat dan cermat. 7. SISTEM UTILITAS
2. KONSEP PEDESTRIANS
ƒ Menerapkan sistem ventilasi silang dengan
ƒ Memperhitungkan skala jarak pejalan kaki guna memaksimalkan dinding eksternal.
meminimasi penggunaan kendaraan bermotor berbahan ƒ Meminimasi penggunaan AC: sistem AC built-up sesuai
bakar penghasil enerji yang bersumber daya tidak kebutuhan, didukung bukaan untuk fleksibilitas sirkulasi
terbarukan. udara, terintegrasi dengan desain untuk peletakan dan
3. PENGKONDISIAN UDARA RUANG LUAR pemeliharaan.
ƒ Penciptaan kondisi nyaman termal salah satunya dengan ƒ Menggunakan sistem pencahayaan alami, dikombinasikan
memanfaatkan gedung-gedung tinggi berlantai banyak dengan material alami, warna, dan ketinggian langit-langit
yang dapat bertindak sebagai tabir matahari raksasa. sesuai arah sinar matahari, serta pengatur panas manual.
4. LANSEKAP ƒ Menggunakan pemanasan solar dan pemanasan internal
lain yang diperhitungkan secara cermat untuk
ƒ Pemanfaatan vegetasi lokal termasuk vegetasi eksisting meminimasi bahan bakar migas.
yang dapat bertindak sebagai buffer kebisingan dan
pembentuk atmosfir yang kaya akan O2. 8. OTOMASI GEDUNG
ƒ Menerapkan sistem-sistem otomasi gedung seperti
BANGUNAN GEDUNG Building Environment System (BES).
ƒ Menerapkan sistem penghawaan alami yang dibantu alat
1. UMUM pengatur yang dikontrol sensor
ƒ Menggunakan desain yang tidak membahayakan baik ƒ Menggunakan tabir matahari yang diperhitungkan secara
para pelaksana maupun para penggunanya cermat untuk fasade dengan sisi-sisi terpanas yang
keterkaitannya dengan biaya sosial. diaktifkan oleh sensor.
ƒ Menggunakan langgam yang luas, fleksibel terhadap 9. LANSEKAP
lingkungan setempat di setiap saat guna meminimasi
Menggunakan vegetasi dan lansekap untuk pengkondisian
perubahan fasade dan biaya pemeliharaan.
udara internal/ eksternal, yang bersimbiosis dengan sistem
ƒ Menerapkan konsep ruang multiguna yang dapat ditata mekanikal untuk menghasilkan lingkungan seimbang.
sendiri dan dapat didisposisi sedemikian rupa dapat Menggunakan vegetasi pada atap, dinding, dan plaza untuk
dimultigunakan atau menerapkan konsep fleksibilitas. mendinginkan struktur-struktur kota.

133
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 2, Desember 2007: 128 - 135

IIIIII... SSST 2. MATERIAL


TR
T RA
RAAT
TE
T EG
EGGIIIPPPE
EN
E NG
NGGA
AD
A DA
DAAA
AN
A N
N
ƒ Menggunakan hasil penelitian tentang material yang
ƒ Menerapkan strategi self-help pada pengadaan merupakan sumber daya utama.
perumahan, disertai in-service training dengan bantuan ƒ Memiliki pengetahuan tentang material dan teknik-teknik
arsitek agar dapat dibangun dengan lebih baik, tepat
dengan kebutuhan, terjangkau secara finansial termasuk konstruksi hemat enerji, merekomendasikan penggunaan
biaya operasional. material-material lokal, alami yang berkelanjutan,
ƒ Menerapkan sistem self-build pada pengadaan perumahan historis, kultural, metoda tradisional terbarukan bagi
dengan partisipasi pengguna, metoda membangun praktek kontemporer, re-use, dan daur-ulang.
instruktif yang memungkinkan variasi ekspresi, ukuran,
bentuk, fenestrasi, warna serta pengembangan daerah
ƒ Mewaspadai penggunaan material energy intensive
komunal. seperti: baja, kaca, dan beton yang mengakibatkan polusi
ƒ Menerapkan konsep komunitas self-sufficient, dengan dan meningkatkan suplai-suplai jangka pendek.
mempersiapkan tapak yang dapat mengakomodasi ƒ Melakukan pendekatan life-cycle pada penggunaan
kebutuhan komunitas sesuai dengan pertumbuhannya. material dan perlengkapan gedung serta life cycle costing
ƒ Memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan program pada proses perubahan sumber daya alam menjadi
pengembangan tentang desain-desain yang sehat secara
lingkungan. material.
ƒ Menerapkan prinsip-prinsip rehabilitasi dan penggunaan ƒ Memperhitungkan cradle-to-grave cost dan enerji yang
kembali gedung dengan menekan biaya operasional atau dibutuhkan selama proses produksi material yang sering
menyewakannya guna memperoleh dana untuk digunakan, serta dampak lingkungan yang akan terjadi.
pemeliharaan dengan tetap meminimasi konsumsi enerji.
IIIIIIIII... K
KE
K EB
EBBIIIJJJA
AK
A KA
KAAN
N
N

ƒ Mengenali kembali bencana-bencana alam yang pernah


PROYEKSI PENGGUNAAN DI INDONESIA
terjadi kaitannya dengan konstruksi dan penggunaan
material terbatas yang tidak diatur, perbaikan pada
Diperkirakan sudah banyak baik teoritisi mau-
pembuatan dan penggunaan material, teknik-teknik pun praktisi arsitektur di Indonesia yang memiliki
konstruksi, serta program-program pelatihan. pemikiran sejenis dan komitmen bahkan telah
ƒ Melakukan restrukturisasi institusi kredit sehingga menerapkan kriteria rancangan yang perumusannya
memungkinkan kelompok masyarakat tidak mampu
dapat membeli material gedung dan memperoleh berbasis paradigma cradle–to–grave meskipun tidak
pelayanan sewajarnya. secara eksplisit terlihat memperhitungkan daur–
ƒ Menerapkan kebijakan pelestarian gedung serta hidup–gedung dalam konteks gedung sebagai produk
kumpulan gedung sebagai dasar konsep rehabilitasi dan
penggunaan kembali gedung.
sistem arsitektur dengan menggunakan instrumen
ƒ Melakukan pertukaran informasi secara internasional khusus sejenis LCA. Namun tampaknya komitmen
antara arsitek dan kontraktor tentang konstruksi yang saja tidak cukup apabila tidak didukung oleh political
berhubungan dengan sumber-sumber daya alam tidak will atau komitmen dari pemerintah, karena meskipun
terbarukan.
hanya negara-negara yang memiliki kondisi ekonomi
ƒ Memberlakukan sanksi finansial bagi penggunaan
material yang dapat merusak lingkungan. mantap yang mungkin melakukan sertifikasi eco
ƒ Menerapkan sistem desentralisasi industri konstruksi, labeling ISO 14041–14043 dengan menggunakan
meningkatkan dan mengembangkan perusahaan instrumen sejenis LCA, namun sebagai komunitas
konstruksi kecil, menerapkan sistem padat karya alih-alih
sistem padat enerji.
global arsitektur di Indonesia mau tidak mau harus
turut berkiprah dalam meminimasi bahkan meng-
V... PPPE
IIIV
V ER
E RA
RAAN
NA
N AR
ARRSSSIIIT
TE
T EK
EKK
hilangkan sama sekali dampak-dampak negatif
1. SUMBER DAYA lingkungan yang terjadi akibat hadirnya arsitektur
ƒ Menganut paradigma perancangan dan desain
apabila tidak ingin teralienasi dalam komunitas
berorientasi kepada konsep hemat enerji.
ƒ Memanfaatkan potensi alam dengan mempelajari dan arsitektur global.
mempertimbangkan karakteristik matahari, angin, dan Desain-desain arsitektur tropis, hemat enerji,
hujan, serta senantiasa bekerjasama dengan iklim. penggunaan material alami setempat, kesadaran atas
ƒ Memperlakukan tanah bukan sebagai komoditi yang upaya preservasi, revitalisasi, dan renovasi serta
dapat diperjualbelikan secara bebas, akan tetapi sebagai
substansi yang lebih bermakna filosofis. desain-desain sebagai perwujudan kearifan tradisional
ƒ Mempertimbangkan kearifan tradisional penduduk asli merupakan bagian dari kiprah arsitektur dan arsitek di
sebagai penyimpanan dan akumulasi pengetahuan Indonesia yang secara intrinsik telah berada di dalam
tradisional, serta mampu mengenali enerji kreatif atau
semangat sustainable atau berkelanjutan meskipun
potensi masyarakat.
ƒ Menghilangkan pola-pola pembangunan formal yang akan lebih baik apabila dilakukan secara terencana,
terlalu jauh mengintervensi lingkungan dan sistematis, dan holistik dengan memperhatikan daur–
menghancurkan budaya-budaya yang terbukti mampu hidup–gedung mulai dari pengambilan bahan baku
mengelola lingkungan selama ini.
sampai dengan gedung di akhir kegunaannya dan/
ƒ Meningkatkan pengetahuan tentang green index yang
berhubungan dengan sumber-sumber daya, dan merubah atau pengelolaan limbah, dalam setiap proses
pola-pola konsumsi yang mengakibatkan degradasi pengadaan gedung dalam konteks gedung sebagai
lingkungan.
produk sistem arsitektur.

134
DAUR–HIDUP–GEDUNG DALAM SISTEM ARSITEKTUR (Wanita Subadra Abioso)

BUKAN PARADIGM SHIFTING DAFTAR PUSTAKA


Memperhitungkan daur–hidup–gedung dalam Abioso, Wanita Subadra, Kriteria Rancangan Arsi-
konteks gedung sebagai produk sistem arsitektur, tektur Dalam Konteks Pembangunan Berke-
tidak lain sebagai upaya untuk menciptakan taraf lanjutan, Program Magister Teknik Arsitektur,
kehidupan yang lebih baik di dalam tekanan ekonomi Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi
Bandung, 1999.
yang semakin keras sebagai akibat semakin merosot-
nya kualitas lingkungan serta semakin menipis dan Amos, Jonathan, Energy crisis 'will limit births', BBC
terbatasnya sumber-sumber daya khususnya sumber News Online science staff, in Seattle, http://
daya enerji yang tidak terbarukan. Sebagai bagian dari news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/3465745.stm.
industri konstruksi yang senantiasa melibatkan energy EMSD (2005), Hhttp://www.emsd.gov.hk/emsd/eng/
producing, arsitektur tidak lagi dapat berdiam diri dan pee/lceabc.shtml
hal ini terbukti dari keperdulian para teoritisi dan
praktisi arsitektur atas permasalahan tersebut. Frosch, Robert, The Industrial Ecology Of The 21st
Mungkin akan timbul kekhawatiran pada Century, Scientific American, 1995.
sebagian arsitek dengan hadirnya wacana ini, namun Http://www.cfd.rmit.edu.au/Publications/papers/LCA
hal ini tidak perlu terjadi karena seperti yang telah -CR.html
diuraikan di atas memperhitungkan daur–hidup–
gedung dalam sistem arsitektur dengan cara meng- Handler, A. Benjamin, Systems Approach To Achitec-
ture, New York: American Elsevier Publishing
analisis enerji, biaya, dan dampak-dampak lingkung-
Company, Inc. 1970.
an lain yang akan terjadi dengan menggunakan
instrumen sejenis LCA yang berbasis paradigma Http://www.bluescopesteel.com/index.cfm
cradle–to–grave, sama sekali bukan paradigm
Holdway and Walker, Http://www.weeeman.org/
shifting atas strategi-strategi atau metoda perancangan html/what/lifecycle.html, 2004.
arsitektur yang sudah ada selama ini namun lebih
bersifat paralel, beriringan, dan komplementer. Pada Steele, James, Sustainable Architecture, Principles,
dasarnya proses perencanaan dan perancangan Paradigms, and Case Studies, New York:
arsitektur masih dapat menghasilkan desain yang McGraw–Hill Inc. 1997.
selama ini senantiasa dikaitkan dengan penciptaan Vale, Brenda and Robert Vale, Green Architecture:
makna bagi para penggunanya yang ditujukan untuk Design For Sustainable Future, London:
menggugah emosi dan kepekaan mereka, sedangkan Themes and Hudson. 1991.
di sisi lain memperhitungkan daur–hidup–gedung
Van der Ryn, Sim, and Peter Calthorpe, Sustainable
dalam sistem arsitektur menawarkan desain yang
Communities, A New Design Synthesis for
lebih meminimasi dampak-dampak lingkungan akibat Cities, Suburbs, and Towns, San Fransisco:
daur–hidup–gedung dalam konteks gedung sebagai Sierra Club Books. 1986.
produk sistem arsitektur atau lebih tepat menawarkan
desain yang berhubungan dengan isu-isu kualitas dan Yeang, Ken, Designing With Nature, The Ecological
keandalan. Basis for Architectural Design, New York:
McGraw–Hill Inc. 1994.

135

View publication stats

S-ar putea să vă placă și