Sunteți pe pagina 1din 12

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.

19-30

PERANAN PERFINI DALAM MENGEMBANGKAN


PERFILMAN NASIONAL INDONESIA, 1950-1970

Neneng Ridayanti

Arsip Nasional Republik Indonesia


Jl. Ampera Raya Cilandak Jakarta Selatan

Alamat korespondensi: ridayantineneng@gmail.com

Diterima/ Received: 27 Desember 2016 ; Disetujui/ Accepted: 22 Februari 2017

Abstract
This research studies about the role of the Indonesian National Film Corporation (Perfini) intended to build
national character in 1950-1970. The ending of Indonesian revolution reinforced the nation to maintain and
uphold its sovereignty within the Republic of Indonesia. For that reason, soul and spirit of nationalism become
important thing. Similarly, the national film-makers do, they work to contribute to instill and strengthen
nationalism. The Research reveals the establishment of Perfini, the first indigenous film corporation in Indonesia
by Usmar Ismail in 1950 and its role in “character building of nation” that gave birth to filmmakers and films that
achievement in international film festivals. Perfini have shown that indigenous people were able to achievement in
the take care of film corporate and be able to produce quality films that make the film as a media spectacle and
guidance. The method used is historical methods, namely heuristic, source criticism, interpretation and
historiography. The approach used in this research is cultural and political approach. The nationalism and
“national character building” concepts used to understand the role of Perfini and Usmar Ismail idealism in
developing national film. The establishment of Perfini was the ide of Usmar Ismail, who wanted to hold a renewal
in the field of Indonesian film. It aimed to produce Indonesian films that had national’s character, high quality of
techniques, and artistic value as well as can be equated with films from other countries.

Keywords: Perfini; Film; Usmar Ismail; National film

Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang peranan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dalam nation character
building tahun 1950-1970. Berakhirnya revolusi kemerdekaan Indonesia semakin meneguhkan cita-cita segenap
anak bangsa untuk tetap mempertahankan dan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, jiwa dan semangat nasionalisme menjadi modal penting.
Demikian juga yang dilakukan insan perfilman nasional, mereka berkarya untuk berkontribusi dalam
menanamkan dan memperkuat nasionalisme. Penelitan ini mengungkap pendirian perusahaan film pribumi
pertama di Indonesia, Perfini oleh Usmar Ismail pada 1950 dan peranannya dalam nation character building,
sehingga melahirkan para sineas dan berbagai karya film yang berhasil meraih prestasi di ajang festival film
internasional. Perfini telah menunjukkan bahwa orang-orang pribumi mampu berprestasi dalam mengurus
perusahaan film dan mampu memproduksi film-film bermutu yang menjadikan film sebagai media tontonan dan
tuntunan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu heuristik, kritik
sumber, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan budaya dan politik.
khususnya terkait nasionalisme dan nation character building untuk memahami peranan Perfini dan idealisme
Usmar Ismail dalam mengembangkan perfilman nasional. Pendirian Perfini merupakan wujud dari cita-cita
Usmar Ismail yang ingin mengadakan pembaharuan di bidang perfilman Indonesia. Tujuan didirikan Perfini
untuk menghasilkan film-film Indonesia yang nasional coraknya, tinggi mutu, teknik dan nilai artistiknya serta
dapat disejajarkan dengan film-film dari negara lain.

Kata Kunci: Perfini; Film; Usmar Ismail; Film nasional

19
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

PENDAHULUAN Indonesia dimulai sejak Perfini memproduksi


film berjudul Darah dan Doa. Film ini
Keberhasilan mendapatkan pengakuan mempunyai arti yang sangat penting dalam
kedaulatan dalam Konferensi Meja Bundar sejarah perfilman Indonesia, karena dianggap
memberi pengaruh besar terhadap kemunculan sebagai awal pembuatan film “Nasional.”
semangat kebangsaan atau nasionalisme pada Meskipun film cerita pertama yang diproduksi di
awal dekade 1950-an. Rakyat Indonesia mulai Indonesia adalah sebuah film berjudul Loetoeng
memasuki masa kemerdekaan, baik secara de Kasaroeng pada 1926, namun film itu dianggap
jure maupun de facto. Bersamaan dengan itu, bukan film Indonesia (Abdullah dkk, 1993: v).
rasa nasionalisme rakyat Indonesia bangkit Hal itu disebabkan terdapat anggapan dan
kembali. Penduduk kota yang mengungsi ke pandangan bahwa film yang diproduksi sebelum
desa-desa akibat perang mulai kembali dengan 1949 pada umumnya belum didasari oleh
semangat menggelora untuk membangun kesadaran nasional (Indonesia) (Biran, 2009:
Indonesia di segala aspek. Mereka dalam 45). Para pembuat film di masa itu dianggap
perkembangannya membutuhkan pula hiburan. bukan orang-orang yang memiliki latar belakang
Kondisi tersebut kemudian ikut mendorong budaya dan politik yang ingin menjadikan film
perkembangan industri perfilman Indonesia sebagai salah satu bentuk produk kebudayaan
dengan kemun-culan perusahaan-perusahaan nasional (Indonesia).
film, baik dari kalangan orang Tionghoa yang Berdasarkan hal tersebut terdapat
sejak masa kolonial Belanda telah banyak terlibat permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu
di dalamnya, maupun dari kalangan pribumi. bagaimana peranan Perfini sebagai perusahaan
Produksi film berkembang pesat, dari 8 judul film yang didirikan oleh orang-orang pribumi
film pada 1949 menjadi 23 judul film pada 1950. dalam mengembangkan perfilman nasional
Sebagai salah satu wujud usaha untuk Indonesia. Untuk menjelaskan dan menjawab
menumbuhkan industri perfilman nasional dan permasalahan di atas, pertanyaan penelitian yang
penyaluran semangat nasionalisme dalam bidang hendak dijawab dalam tulisan ini adalah sebagai
perfilman, dari kalangan pribumi berdiri sebuah berikut:
perusahan film bernama Perusahaan Film 1. Bagaimana sejarah perfilman di Indonesia
Nasional Indonesia (Perfini) pada 1950. Perfini sampai 1950 ?
didirikan oleh seorang sineas bernama Usmar 2. Bagaimana Perfilman Nasional tumbuh dan
Ismail. Perfini merupakan perusahaan film berkembang ?
pertama milik pribumi, sehingga pendirian 3. Bagaimana peranan Perfini dalam
Perfini kemudian menjadi tonggak sejarah mengembangkan perfilman nasional
perfilman nasional. Hingga 1949, belum ada Indonesia?
perusahaan film yang didirikan oleh orang Lingkup spasial penelitian ini adalah
pribumi. Film pertama yang diproduksi oleh lingkup nasional, karena pada awal 1950-an
Perfini adalah sebuah film berjudul Darah dan mulai muncul perusahaan-perusahaan film
Doa. Hari pertama pembuatan film tersebut, nasional, khusunya di Jakarta sebagai ibukota
yaitu pada 30 Maret 1950 (Siagian, 2010: 77- Negara. Perusahaan-perusahaan film nasional
78),1 dalam perkembang-annya diperingati yang muncul terutama perusahaan film milik
sebagai hari perfilman nasional oleh rakyat pribumi di Indonesia, seperti Perusahaan Film
Indonesia. Nasional Indonesia (Perfini) dan Perseroan
Identitas film yang dibuat di Indonesia Artis Film Indonesia (Persari). Lingkup
sampai masa pendudukan Jepang tidak jelas, temporal dari penelitian ini mencakup lingkup
karena ceritanya dianggap tiruan dari film Cina, tahun 1950-1970. Periode 1950 merupakan awal
Amerika atau pun India. Pembuatnya adalah pertumbuhan produksi film nasional. Film
orang-orang Belanda dan Tionghoa atau mereka nasional pada masa ini banyak bercerita tentang
yang tidak berasal dari budaya pribumi (Biran, bangsa Indonesia dalam segala suka dan duka
2009: 88). Periode baru dalam sejarah film sejak masa perjuangan kemerdekaan, serta segala
20
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm. 19-30

usaha bangsa Indonesia dalam mengisi proses atau suatu cara menjadikan sesuatu
kemerdekaan. Hal itu di antaranya dapat terlihat menjadi maju, baik sempurna dan berguna
pada film berjudul Darah dan Doa yang (Purwadarminta, 1988: 515). Perfini sebagai
diproduksi oleh Perfini. Batas akhir dari kajian perusahaan film milik pribumi harus menjadikan
ini adalah 1970, karena pada tahun tersebut film nasional Indonesia menjadi lebih baik dan
Perfini sebagai perusahaan film milik pribumi di berguna sesuai dengan cita-cita Perfini
bawah pimpinan Usmar Ismail memproduksi menghasilkan film-film Indonesia yang bercorak
film berjudul Ananda sebagai film produksi nasionl, memiliki mutu teknik dan nilai artistik
terakhirnya. yang tinggi, sehingga dapat disejajarkan dengan
Beberapa penulis yang telah menulis film-film dari negara lain.
tentang perfilman di Indonesia antara lain adalah Konsep nasionalisme juga digunakan
Salim Said, Misbach Yusa Biran, Taufik untuk membantu menganalisis semangat yang
Abdullah, dkk. Namun, karya para penulis menjiwai perkembangan dunia perfilman
tersebut hanya membahas tentang sejarah film. nasional di awal dekade 1950-an. Nasionalisme
Kajian tentang perusahaan film, khususnya menurut Hans Kohn adalah suatu paham yang
perusahaan film pribumi hanya dibahas sebagian berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu
kecil dari keseluruhan isi karya penulis-penulis di harus diserahkan kepada negara kebangsaan
atas. J.B. Kristanto dalam bukunya berjudul (Kohn, 1984: 11). Nasionalisme dalam bidang
Katalog Film di Indonesia: 1926-2007, menulis perfilman pertama kali diwujudkan Usmar Ismail
tentang film-film dan sinopsis film yang dibuat dengan mendirikan Perfini. Usmar Ismail
sejak 1926-2007. Perfini pun menerbitkan dua menyadari bahwa film-film yang Indonesiawi
buku tentang riwayat Perfini berjudul akan lahir hanya dari orang-orang yang
Memperingati Sewindu Perfini, yang diterbitkan mengahayati keindonesiaan. Usmar Ismail
pada 1958 dan Memperingati Sepuluh Tahun melalui Perfini, bercita-cita membuat film yang
Perfini pada 1960. Kedua buku pada umumnya memiliki identitas nasional Indonesia, yang
berisi berbagai informasi tentang tujuan mampu membangkitkan semangat nasionalisme
pendirian Perfini, prestasi dan profil para anak bangsa. Hal itu pertama kali terealisasi oleh
aktor/aktris Perfini. Usmar dengan lahirnya film Darah dan Doa pada
Untuk membahas permasalahan yang 1950.
diangkat perlu dijelaskan konsep tentang Dalam membangkitkan semangat
peranan. Peranan (role) menurut Soerjono patriotisme dan nasionalisme dalam film-
Soekanto, merupakan aspek dinamis kedudukan filmnya, ia selalu menampilkan lagu-lagu
(status) apabila seseorang melaksanakan hak dan perjuangan. Upaya membangkitkan semangat
kewajibannya, maka ia menjalankan suatu nasionalisme juga terwujud melalui poster-
peranan (Soekanto, 2013: 212-213). poster filmnya yang seringkali menampilkan dan
Pertumbuhan perfilman nasional di antaranya menggunakan kalimat-kalimat penggugah
ditandai dengan pendirian perusahaan film nasionalisme, seperti “… film jang mesti dilihat
Perfini oleh Usmar Ismail dan disertai dengan oleh semua pentjinta bangsa!”, atau kalimat
idealismenya. Perfini mempelopori lahirnya film seperti “Perdjuangan bangsa Indonesia hidup
genre Indonesia, yaitu memproduksi film Darah kembali dalam: The Long March Darah dan
dan Doa (The Long March). Sejak berdiri pada Do’a.”
1950, Perfini dalam perjalanannya sebagai METODE
perusahaan film milik pribumi memproduksi
film-film bermutu dan mendapatkan prestasi di Metode penelitian yang digunakan penulis
berbagai ajang festival film. dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang
Konsep lain yang digunakan dalam tulisan terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu heuristik,
ini adalah konsep pengembangan. Menurut kritik, interpretasi, dan historiografi. Metode
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah merupakan cara merekonstruksi masa
pengembangan lebih menekankan kepada suatu lalu melalui proses pengujian dan analisa secara
21
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

kritis terhadap rekaman dan peninggalan masa Pictures, Nansing Film Coorporation, Tan’s
lampau (Gottschalk, 1983: 18 dan 32). Sumber- Film, Prod., Tan Boen Soan, Kruger Film
sumber sejarah yang digunakan berupa sumber Bedrijft di Batavia. Sebagian besar perusahaan
primer dan sekunder, baik berupa arsip tekstual itu milik pengusaha golongan Tionghoa, dan
maupun video, koran-koran sejaman, buku- sisanya dikendalikan oleh orang kulit putih yaitu
buku, majalah dan artikel ilmiah. Cosmos Film milik Carli dan Kruger Film
Bedrijft milik Kruger.
PERFILMAN DI INDONESIA SAMPAI 1950 Film-film antara periode 1926-1930
merupakan film bisu yang dibuat tanpa suara.
Masyarakat di Hindia Belanda mulai mengenal Memasuki 1931 untuk pertama kalinya film
film sejak 1900, yang lebih dikenal dengan bicara dibuat di Hindia Belanda. Tan’n Film di
sebutan ”gambar idoep”. Istilah “gambar idoep” Batavia membuat Njai Dasima, Halimoen Film
mulai dikenal saat surat kabar Bintang Betawi membuat Zuster Theresia, dan The Teng Choen
memuat iklan tentang pertunjukan itu. Iklan dari dari perusahaan Cina Motion Pictures membuat
De Nederlandsche Bioscope Maatschappij di film bicara Boenga Roos dari Tjikembang.
surat kabar Bintang Betawi menyatakan Memasuki 1932, mulai banyak perusahaan film
“….bahoewa lagi sedikit hari ija nanti kasi lihat yang menutup usahanya, dan yang tetap
tontonan amat bagoes jaitoe gambar-gambar bertahan adalah Wong Bersaudara dan The
idoep dari banyak hal…” (Bintang Betawi, 30 Teng Choen. Sambil bertahan hidup, The Teng
November 1900). Choen melengkapi peralatannya dan
Film yang dipertontonkan saat itu membangun studio shooting. Pada 1935,
merupakan film dokumenter yang menceritakan perusahaannya berganti nama menjadi The Java
tentang perkembangan pembangunan di Industrial Film (JIF) (https://musa666
Belanda dan menampilkan profil keluarga .wordpress.com/2011/04/17/sejarah-filmindon
Kerajaan Belanda. Pada 1910, dimulai esia-part-i/, diakses pada 14 November 2013).3
pembuatan film yang bersifat pendokumentasian Produksi film-film perusahaan ini berkisar pada
tentang Hindia Belanda, dengan tujuan untuk cerita Cina yang disukai oleh masyarakat
mengakrabkan hubungan antara negara Belanda Tionghoa di Batavia, seperti Lima Siloeman
dengan daerah jajahan (Gunawan, 1990: 21). Tikus (1935) dan Hoang Liang (1937). Di
Sejak 1926, sineas-sineas Belanda di Hindia tengah banyak perusahaan film milik orang
Belanda membuat film. Tercatat Perusahaan Tionghoa di Hindia Belanda, pada 1937 berdiri
Kinowerk Carli milik F. Carli dan N.V. Java Film perusahaan film Belanda, yaitu Algemeene
Company, yang didirikan oleh L. Heuveldorp Nederlands Indie Film Syndicaat (ANIF) di
dan G. Krugers. Batavia (Irawanto, 1999: 74).4 Melalui
Film cerita pertama di Hindia Belanda perusahaan ini, diproduksi film berjudul Terang
dibuat oleh L. Heuveldorp dan G. Krugers pada Boelan. Film ini merupakan hasil kerja sama
1926 dengan mengambil cerita rakyat yang Albert Balink, Wong Bersaudara, dan Saeroen.
populer di Jawa Barat yaitu Loetoeng Kasaroeng. Film Terang Boelan menjadi tonggak sejarah
Film itu terwujud karena dukungan besar dari dari perubahan cara produksi film di Hindia
Bupati Bandung saat itu, Wiranatakusumah.2 Belanda. Hal tersebut dibuktikan dengan
Setelah film cerita lokal itu berhasil diproduksi, munculnya film-film yang mengikuti Terang
perusahaan film lain mulai banyak berdiri di Boelan, baik dari segi tema maupun
Hindia Belanda. Pengusaha-pengusaha yang penggarapannya. Film-film yang mengikuti jejak
melirik bisnis sinema berlomba-lomba film Terang Boelan di antaranya adalah film
mendirikan perusahaan film di berbagai kota. berjudul Kedok Ketawa, Bajar Dengen Djiwa,
Tercatat sepanjang 1926 hingga 1930, ada 8 Asmara Moerni (Sin Po, 16 Agustus 1941).
perusahaan film yang berdiri di Hindia Belanda, Pada periode pendudukan Jepang di
yaitu Java Film Company dan Cosmos Film di Indonesia, semua cabang seni ditujukan untuk
Bandung, Halimoen Film, Batavia Motion mendukung keberhasilan Jepang dalam Perang
22
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm. 19-30

Asia Timur Raya. Pemerintah Jepang dalam hal Suasana industri perfilman pada masa
itu antara lain mendirikan Pusat Kebudayaan penjajahan Jepang berbeda dengan masa
pada April 1943 untuk mendukung usaha penjajahan Belanda. Pada masa penjajahan
propaganda Jepang. Secara khusus kehidupan Belanda, pembuatan film serba terbatas,
perfilman di Indonesia mengalami kondisi yang produksi film sangat diperhitungkan secara
berbeda dari masa-masa sebelumnya. Semua komersial, yaitu bagaimana mendapatkan
perusahaan film ditutup oleh pemerintah Jepang, keuntungan sebanyak-banyaknya dengan biaya
kecuali sebuah studio film milik Belanda produksi yang kecil. Sementara pada masa
bernama Multi Film, yang segera diubah penjajahan Jepang, pemerintah memberi
namanya menjadi Nippon Eigasha. Jepang kebebasan kepada sutradara untuk mengulang
sangat menyadari pentingnya media film sebagai shooting atau pengambilan gambar demi
alat propaganda untuk menunjang kesuksesan mendapatkan hasil yang terbaik. Para artis dalam
dalam Perang Asia Timur Raya. Alasan Jepang melakukan akting, dilatih sebelum melakukan
menutup studio-studio milik orang Tionghoa, pengambilan gambar. Begitu pula dengan dialog
karena Jepang tidak memercayai para produser yang akan diucapkan para pemain film, relatif
Tionghoa yang dianggap tidak memahami lebih teratur dengan menggunakan bahasa
semangat perjuangan yang dilakukan Jepang. Indonesia, bukan bahasa Melayu Cina. Nippon
Jepang untuk menarik simpati masyarakat, Eigasha memang kurang memperhatikan segi
memperbolehkan para pribumi untuk bekerja di komersial dalam pembuatan film, melainkan
studio Nippon Eigasha. Nippon Eigasha sendiri lebih memikirkan kesuksesan dari misi
mewajibkan karyawannya mengikuti kursus propagandanya, terlebih lagi melalui film-film
pengetahuan tentang pembuatan film dengan noncerita.
materi yang diberikan oleh Jepang. Produksi film Masa penjajahan Jepang berakhir setelah
yang dibuat Nippon Eigasha pada umumnya Jepang menyerah kepada sekutu pada 15
hanya berupa film pendek. Film pendek yang Agustus 1945. Bangsa Indonesia segera
dihasilkan antara lain berjudul Di Desa, Di memproklamasikan kemerdekaannya pada 17
Menara, Djatoeh Berakit, Gelombang, Keris Agustus 1945. Rakyat Indonesia di berbagai
Pusaka, dan Ke Seberang. daerah kemudian berusaha melucuti senjata
Pada masa pendudukan Jepang, industri pasukan Jepang dan merebut serta menduduki
film mulai menurun dan orang-orang film lembaga dan kantor-kantor pemerintahan. Pada
kembali aktif di dunia panggung sandiwara. masa revolusi kemerdekaan, banyak para
Menurut kebijakan penguasa Jepang, bidang seniman panggung yang ikut melakukan
sandiwara juga harus menjadi alat untuk perlawanan fisik melawan Belanda. Melalui
mendidik rakyat, menyebarkan cita-cita dan sandiwara, seniman juga berperan memotivasi
secara langsung menyebarkan kesadaran serta semangat juang dan menghibur rakyat dalam
semangat (Biran, 1982: 17). Kelompok sandi- suasana perang. Kualitas pertunjukannya tidak
wara yang terkenal pada masa itu adalah Bintang berbeda jauh dengan kualitas pertunjukkan pada
Surabaya, pimpinan Fred Young, dan masa penjajahan Jepang (Direktorat Profesi,
rombongan sandiwara penggemar Maya yang 2000: 15-6). Di antara grup sandiwara yang ada
dibentuk Usmar Ismail, dan kawan-kawan. waktu itu, adalah dua grup sandiwara Bintang
Perkumpulan sandiwara Maya disebut sebagai Timoer dan Pantjawarna yang dimiliki oleh
perkumpulan sandiwara pertama di Indonesia seorang pedagang bernama Djamaludin Malik.
yang dijadikan tempat penyaluran ekspresi dan Terdapat pula para seniman yang pernah
gagasan oleh para kaum terpelajar Indonesia. tergabung dalam Pusat Kebudayaan membentuk
Secara diam-diam, perkumpulan sandiwara itu wadah perjuangan yang disebut Seniman
dalam cerita-cerita sandiwara yang dipentas- Merdeka. Mereka yang tergabung dalam
kannya memiliki tujuan untuk mengobarkan Seniman Merdeka antara lain, Usmar Ismail,
semangat bangsa Indonesia untuk merdeka. Cornel Simanjuntak, Djajakusuma, Surjosum-
anto, Hamidi T. Djamil dan Malindar. Setelah
23
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

membentuk wadah perjuangan, hal pertama ringkas mengenai proses pembuatan film secara
yang mereka lakukan adalah mengambil alih teknis. Hal itu disebabkan R.M. Soetarto sendiri
kantor Pusat Kebudayaan dan mengubah hanya menguasai pembuatan film berita. Meski
lembaga tersebut menjadi Badan Perdjoeangan demikian, diskusi yang terbatas dan tidak
Seniman Merdeka (Abdullah, dkk., 1993: 305). berlangsung lama itu dirasa telah mempertebal
Para anggota Seniman Merdeka memiliki tekad para peserta untuk menjadikan film
cara sendiri dalam menyebarkan informasi sebagai lapangan hidup mereka di kemudian hari
kemerdekaan Indonesia. Mereka di antaranya (Biran, 2009: 356).
melakukan pementasan pertunjukan sandiwara Kesadaran akan fungsi krusial film bagi
di atas truk yang dijadikan panggung sandiwara. Indonesia merdeka dirasakan juga oleh beberapa
Seniman Merdeka dengan truk masuk keluar pejabat pemerintah. Hal itu terbukti dengan
kampung bermaksud memberi penerangan didirikannya sekolah-sekolah film, antara lain
kepada rakyat, bahwa Indonesia telah merdeka, Kino Drama Atelier (KDA) oleh Dr. Huyung, D.
lepas dari penjajahan bangsa mana pun (Ardan, Djajakusuma, D. Suraji, Kusbini, dan Stichting
t.t. : 28). Pada November 1945, studio Nippon Hiburan Mataram (SHM) yang didirikan oleh
Eigasha yang diserahkan oleh Jepang kepada para pejabat Kementerian Penerangan, seperti
Kementerian Penerangan RI direbut oleh R.M. Daryono, R.M. Haryoto, dan R. Margono
Belanda dan dikembalikan menjadi studio Multi Djojohadikusumo di Yogyakarta. Pada 1948,
Film. Di Jakarta semakin banyak terjadi Kementerian Penerangan juga mendirikan Cine
pertempuran antara pasukan Netherlands Indies Drama Atelier (CDI) di Yogyakarta.
Civil Administration (NICA) dengan para Sejalan dengan itu, pada periode ini usaha
pejuang Indonesia. Pada 1946, pusat membuat film terus berjalan, terutama dari
pemerintahan Republik Indonesia (RI) terpaksa kalangan orang Tionghoa. Pada 1948,
pindah ke Yogyakarta. Para pemimpin dan tokoh perusahaan film Tionghoa, yaitu Tan & Wong
penting dibawa ke sana. Termasuk di antaranya Bos memproduksi film Bengawan Solo, yang
adalah para seniman terkemuka seperti Andjar ceritanya ditulis oleh Fred Young (Biran, 2009:
Asmara, Usmar Ismail, dan seniman-seniman 368).6 Para aktor/aktris yang berperan dalam
lain yang pernah tergabung dalam Pusat film tersebut antara lain Rd Mochtar, Moh.
Kebudayaan. Mochtar, Sukarsih, Rd Dadang Ismail, Sadijah, S.
Kesadaran akan fungsi penting film bagi Waldy, Komariah, Ratna Rutinah, dan Churiani
Indonesia merdeka muncul dalam situasi perang (Kristanto, 2007: 12).7 Pada 1949, Fred Young
dan pengungsian di Yogyakarta. Hal itu yang dikenal sebagai penulis cerita dan
mendorong mereka untuk mempelajari seni film pengusaha film di Jawa Timur, langsung terjun
dan teater secara lebih serius. Di tempat tinggal menjadi produser dan sutradara. Ia bekerjasama
Usmar Ismail, jalan Sumbing No. 5 Yogyakarta, dengan The Teng Choen, yaitu produser dan
kemudian diadakan diskusi-diskusi untuk pemilik studio Java Industrial Film (JIF) untuk
mempelajari bidang film. Diskusi film diikuti mendirikan perusahaan film bernama Bintang
oleh Usmar Ismail dan teman-teman dekatnya Soerabaja. Bintang Soerabaja berhasil
(Direktorat Profesi, 2000: 17).5 Para pengajar memproduksi dua buah film, yaitu berjudul Sapu
dalam diskusi tersebut di antaranya adalah Dr. Tangan dan Sehidup Semati pada 1949 (Biran,
Huyung, Andjar Asmara, dan Gayus Siagian 2009: 368-9).
(kritikus). Mereka bahkan pernah
mendatangkan R.M. Soetarto, seorang yang PERTUMBUHAN PERFILMAN NASIONAL
dianggap ahli di bidang perfilman, untuk 1950-1957
mengajarkan proses pembuatan film. Namun
demikian, diskusi-diskusi di jalan Sumbing Setelah penandatanganan Konferensi Meja
tersebut dalam perkembangannya tidak Bundar (KMB), rakyat Indonesia memasuki
memberi banyak kemajuan. R.M. Soetarto yang masa kemerdekaan, baik secara de yure, maupun
sengaja diundang hanya menceritakan secara de facto. Pada masa itu, rasa nasionalisme
24
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm. 19-30

segenap rakyat Indonesia menggelora dan seharusnya mencerminkan kepribadian bangsa


membuat mereka mencintai segala hal yang dan merupakan karya seni yang bebas, bukan
merupakan produksinya sendiri. Dalam bidang sebagai alat politik (Biran, 2008: 106). Secara
perfilman, semangat kebangsaan tersebut legal formal pendirian Perfini bertujuan untuk
diwujudkan dengan mendirikan perusahaan- menghasilkan film-film Indonesia dengan corak
perusahaan film sebagai usaha membangkitkan nasional, berkualitas baik dan memiliki nilai
industri perfilman nasional. artistik yang tinggi agar dapat disejajarkan
Awal pertumbuhan perfilman Indonesia di dengan film-film lain di dunia (Perfini, 1958:
awal tahun 1950-an ditandai dengan kembalinya 11). Namun demikian, Perfini dalam mencapai
“orang-orang lama” ke dunia perfilman untuk tujuannya tersebut sudah barang tentu tidak
mendirikan lagi perusahaan mereka. Sejalan mudah. Dalam perkembangannya, sebagai
dengan hal itu, para pemain film yang selama perusahaan film pribumi yang berusaha
masa pendudukan Jepang beralih menjadi “anak membuat film yang bermutu, Perfini seringkali
panggung”, juga ikut kembali berperan dalam dihadapkan pada masalah keterbatasan finansial
film-film yang diproduksi oleh perusahaan- dan fasilitas dalam memproduksi film. Pada 1957
perusahaan film yang umumnya milik orang misalnya, Perfini mengalami krisis finansial yang
Tionghoa. Terdapat 13 perusahaan film yang berat. Akibat kondisi tersebut banyak pegawai
berproduksi pada 1950. Sebagian besar adalah dan artis film yang keluar ataupun diberhentikan
milik orang Tionghoa. Cara kerja perusahaan- karena Perfini terancam bangkrut. Studio Perfini
perusahaan film Tionghoa sama dengan cara pada saat itu bahkan diambilalih oleh bank dan
kerja sebelum perang. Perusahaan Tionghoa Pemerintah. Keadaan yang semakin memburuk
dalam memproduksi film pada umumnya hanya waktu itu terus mendesak Usmar Ismail sebagai
bertujuan untuk mencari keuntungan sebanyak- pemimpin Perfini agar tidak hanya memikirkan
banyaknya dengan biaya produksi murah dan cita-citanya, tetapi juga kelangsungan hidup
laku di pasaran. Hal itu terlihat dari judul-judul perusahaan yang mempekerjakan sejumlah
film yang diproduksi, yaitu Pantai Bahagia dan orang.
Tirtonadi (Tan & Wong), Aju Kusuma dan Budi Setelah itu, Usmar membuat film Asrama
Satria (Indonesia Film Coy), Kembang Katjang, Dara, dengan Bambang Hermanto sebagai
Roda Dunia, Remong Batik (Warnasari Film pemeran utama. Di dalam film Asmara Dara,
Coy), Harum Manis (Bintang Film Coy), lagu-lagu daerah banyak diperdengarkan. Film
Damar Wulan (Djakarta Film Coy), Musim tersebut dinilai bukan sekedar film hiburan biasa,
Melati (Semeru Film Coy) (Said, 1982: 39). melainkan film yang mengandung pesan yang
Pertumbuhan perfilman pada awal 1950- kuat. Film itu pada dasarnya bertujuan agar
an juga ditandai dengan berdirinya perusahaan pemerintah mau membantu pengembangan
film milik pribumi, yaitu Perusahaan Film perfilman nasional. Pesan tersebut pada akhirnya
Nasional Indonesia (Perfini) dan Perseroan berhasil tersampaikan. Bahkan dengan kerja
Artis Indonesia (Persari). Selain itu, terbentuk sama Kementerian Kehutanan, Usmar kemudian
pula asosiasi perusahaan film dan artis Indonesia membuat dua buah film di hutan-hutan
bernama Persatuan Perusahaan Film Indonesia Kalimantan, yaitu film berjudul Pedjuang dan
(PPFI) dan Persatuan Artis Film Indonesia Anak-anak Revolusi.
(PARFI). Berbeda dari Perfini, film-film Persari
Perfini adalah perusahaan film pertama merupakan film hiburan ringan yang diproduksi
milik pribumi yang didirikan oleh Usmar Ismail agar mampu bersaing dengan film-film impor.
pada Maret 1950. Usmar Ismail dalam pendirian Persari merupakan perusahaan film milik
Perfini mendapatkan banyak bantuan dari pribumi yang didirikan oleh Djamaluddin Malik
teman-temannya, antara lain seperti Naziruddin, pada 23 April 1951. Djamaluddin dalam
Max Tera, Rosihan Anwar, Basuki Resobowo, memproduksi film-film Persari melibatkan
Djohan Sjafri, dan Sjawal Mochtaruddin. banyak seniman sandiwara dari rombongan
Menurut Usmar Ismail, film Indonesia sandiwara miliknya dulu. Keterlibatan tersebut
25
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

berpengaruh pada corak dan kualitas film-film pada 13 Maret 1956 berdiri juga Persatuan Artis
produksinya. Hampir semua film produksi Film Indonesia (PARFI) yang diketuai oleh
Persari memiliki corak dan kualitas yang sama Soerjo Soemanto.
dengan sandiwara dan hampir menyerupai film- Pada waktu itu, belum ada pengakuan
film produksi Tionghoa. Ketika film-film India pemerintah terhadap industri film, karena tidak
ikut merajai bioskop-bioskop di Indonesia, ada industri film dalam daftar penggolongan
Djamaluddin Malik berani mendatangkan usaha (bedrijf-groepering) milik Kementerian
langsung sutradara dan teknisi dari India untuk Perekonomian RI. Oleh karena itu, perfilman
bekerja sama membuat film. Seperti yang nasional pada umumnya tidak mendapat
disampaikan Djamal bahwa, “Kalau penonton dukungan dari pemerintah, baik dalam urusan
mau yang India, kita kasih India, biar sampai modal, maupun kebijakan dalam membina
mereka bosan” (Perfini, 1958: 41-2). perfilman nasional, sehingga bidang perfilman
Perusahaan film Persari memiliki studio cenderung terabaikan. Segala tuntutan terkait
film terbesar dan peralatan studio yang lengkap. berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para
Hal itu semua mendukung berbagai pencapaian pelaku industri film dalam negeri pada umumnya
Persari dalam memproduksi film. Pada 1952 dan tidak mendapat tanggapan. Maka dari itu, pada
1953, Persari sukses menghasilkan film-film 16 Maret 1957, PPFI mengadakan rapat dengan
berwarna Rodrigo de Villa, Tabu, dan Leilani. seluruh anggotanya. Dalam rapat itu diputuskan
Persari tercatat sebagai perusahaan film yang bahwa PPFI akan menutup semua studio yang
paling produktif saat itu. Pada 1950, produksi tergabung dalam organisasi tersebut secara
film Indonesia tercatat meningkat pesat dari 24 serentak se-Indonesia pada 19 Maret 1957
film menjadi 40 film pada tahun berikutnya. Dari (Harian Rakjat, 16 Maret 1957). Perusahaan
41 film yang diproduksi di Indonesia pada 1952, yang melakukan aksi tutup studio antara lain
12 film di antaranya diproduksi oleh Persari. Persari, Perfini, Bintang Surabaja, Golden
Maka, Persari yang dipimpin Djamaluddin Malik Arrow, Tan & Wong Bros, Olympia dan
telah menjadi pelopor penting pertumbuhan Sanggabuana.8 Setelah adanya kompromi dan
industri film Indonesia. Persari bertujuan janji dari pemerintah untuk memenuhi tuntutan
membuat film yang laku dengan kemasan yang PPFI, pada 26 April 1957 PPFI membuka
bagus, namun tidak memiliki cita-cita ideal yang kembali studio milik para anggotanya. Janji
tinggi. Sejak 1950 sampai 1954 telah dihasilkan pemerintah terkait masalah perfilman pada
37 buah film, yaitu dua film berwarna dibuat di kenyataannya baru terealisasi pada 1964, dengan
Filipina dan tiga film dibuat di Singapura. Penpres No. 1 Tahun 1964, tanggal 5 Maret
Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik yang menetapkan bahwa urusan perfilman
merintis pembentukan organisasi perfilman berada di bawah Departemen Penerangan.
sebagai upaya untuk menghimpun produser-
produser film di Indonesia. Pembentukan PERANAN PERFINI DALAM
organisasi tersebut dimaksudkan agar dapat MENGEMBANGKAN PERFILMAN
mengatasi bersama berbagai permasalahan yang NASIONAL
menghambat perkembangan perfilman nasional.
Masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu Perfini didirikan oleh Usmar Ismail dengan
misalnya, konkurensi dari film-film asing, film tujuan memproduksi film yang mencerminkan
nasional agak sulit beredar karena bioskop kelas kepribadian bangsa, merupakan hasil seni yang
atas tidak mau memutar film nasional, dan bebas, dan tidak bertujuan mencari uang semata.
kesulitan mendapatkan bahan baku film. Asosiasi Melalui perusahaan ini dengan menggunakan
yang mewadahi perusahaan-perusahaan film pun modal,9 pemain film, karyawan, dan sineas
dibentuk dengan nama Persatuan Perusahaan pribumi, Usmar Ismail berhasil melahirkan film
Film Indonesia (PPFI) pada 6 Agustus 1954. perdananya yang cukup monumental, berjudul
PPFI dipimpin oleh Djamaluddin Malik, dan Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi).
Usmar Ismail sebagai wakilnya. Selain PPFI, Film-film produksi Perfini lain pada tahun-tahun
26
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm. 19-30

berikutnya, semakin memperkuat eksistensi national personality, kepribadian bangsa (Aneka,


Usmar Ismail dalam peta sinematografi No. 1 Tahun 1 1950). Sebagaimana
Indonesia (Jayakarta, 5 Januari 1991). diungkapkan oleh Misbach Yusa Biran, bahwa
Bersamaan dengan kelahiran karya tersebut, film Indonesia dimulai dari film hasil karya
tahun 1950 dianggap sebagai tahun pertama kali Usmar Ismail. Maka rentang sejarah pembuatan
dikenalnya istilah “film nasional Indonesia” film dari 1926-1950, merupakan sejarah
dalam dunia perfilman Indonesia. Menurut Asrul pembuatan film di Indonesia. Sejak awal, Usmar
Sani: Ismail sebagai pendiri perusahaan Perfini hampir
“Tanpa disadari dan tanpa disebutkan, selalu menyutradarai film dengan sistem“
Usmar Ismail telah memberikan suatu nonbintang” (Sinematek Indonesia, t.t: 16),
definisi bagi pengertian “Film Nasional seperti dalam Darah dan Doa (1950) sebagai
Indonesia” yaitu film yang menjurubicarai film produksi Perfini yang pertama, ditampilkan
perjuangan rakyat Indonesia, film yang lahir wajah-wajah yang sama sekali belum dikenal
dari perjuangan itu sendiri dan film yang sebagai bintang film, seperti Del Juzar dan Aedy
merupakan bagian yang integral dari Moward.
kehidupan dan perjuangan seluruh rakyat Perfini banyak melahirkan bintang film
Indonesia” (Siahaan, 1983: 10). dan sineas baru sekitar periode 1950-1970.
Bintang-bintang film yang meraih popularitas
Berbagai pengalaman yang didapatkan melalui film produksi Perfini di antaranya adalah
pada masa pendudukan Jepang, melalui film-film Raden Ismail, Rendra Karno, Fifi Young,
propaganda Jepang sangat membekas dan Bambang Hermanto, AN Alcaff, Mieke Wijaya,
berpengaruh pada diri Usmar. Keseriusan Jepang Chitra Dewi, Indriati Iskak, Suzanna, Widyawati,
mengemas film-film propagandanya, baik secara dan yang terakhir Leni Marlina melalui film
teknis, maupun cerita di dalamnya sangat Ananda. Sedangan sineas-sineas yang lahir dari
mengesankan Usmar. Ia menjadi sadar akan Perfini, di antaranya Misbach Yusa Biran,
kuatnya pengaruh film yang diproduksi dengan Sumardjono, D. Djajakusuma, Wahyu
baik terhadap para penontonnya. Sihombing, Nya Abbas Yakup, Teguh Karya,
Kesadaran nasional dinilai telah melandasi Tatiek Malijati, Galib Husin, dan Pietradjaja
pembuatan film Darah dan D’oa (The Long Burnama. Semua aktor, sutradara, dan sineas
March Siliwangi) pada 1950 oleh Usmar Ismail. ternama itu mendapatkan pengalaman dan
Oleh karena itu, film Darah dan Doa disematkan pendidikan di Akademi Teater Nasional
sebagai “Film Nasional Pertama.” Film tersebut Indonesia (ATNI), yang didirikan Usmar Ismail
secara umum mengangkat kisah perjuangan dan Asrul Sani pada 1955. Akademi tersebut
nasional, yang belum pernah ada sebelumnya. menjadi cikal bakal sekolah teater di Indonesia.
Produksi film tersebut juga dikerjakan oleh Selain itu, dalam rangka meningkatkan
orang-orang pribumi, antara lain: Usmar Ismail kemampuan para sutaradra Perfini, D.
sebagai sutradara, Situr Sitomorang sebagai Djajakusuma dan Nya Abbas Akup pernah diberi
penulis skenario, Max Tera sebagai Juru Kamera, kesempatan selama setahun untuk belajar
Basuki Reksobowo sebagai penata visual, dan tentang film di Universitas California, Los
Sjawaludin sebagai juru suara. Modal untuk Angeles dengan beasiswa dari Rockefeller
memproduksi juga diusahakan oleh pribumi Foundation.
(Direktorat Profesi Sinematografi Departemen Melalui studio film Perfini, Usmar
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2000: 20). Hari melakukan kaderisasi, baik dalam hal artis
pertama pengambilan gambar film tersebut pemeran maupun karyawan teknis. Di studio
dalam perkembangannya diperingati sebagai Perfini, ia mengkaderisasi para penulis skenario,
Hari Film Nasional, yaitu setiap 30 Maret. sutradara, aktor, dan sebagainya. Sebagaimana
Usmar Ismail dalam wawancara yang dimuat para pelaku film yang aktif pada periode 1970-an
dalam Majalah Aneka mengungkapkan, bahwa ia dan 1980-an, seperti Nya Abbas Akub, Misbach
akan membuat film yang bisa mencerminkan Yusa Biran, Janis Badar, Sumardjono, M.D. Alif,
27
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

Fritz G. Schadt, dan lain-lain, pernah Sarang Penyamun (1962), dan Anak-anak
mempunyai hubungan yang dekat dengan Revolusi (1964). Sosok Usmar Ismail dianggap
Usmar Ismail dan Perfini (Anwar, 2012: 178- sebagai sosok panutan bagi para pemilik
179). perusahaan film dalam membuat film yang tidak
Citra Perfini sebagai perusahaan film hanya didorong untuk mendapatkan profit,
bermutu, memang sangat berpengaruh terhadap tetapi juga mengindahkan segi-segi rohani,
para pemain film. Aktris atau aktor film waktu itu budaya, dan martabat bangsa (https://urangmi
sangat mendambakan untuk bisa bermain dalam nang.wordpress.com/2008/03/04/usmar-
film-film produksi Perfini. Bahkan berkembang ismail/, diakses pada 4 Maret 2008).
anggapan dan sugesti di kalangan para Sederet prestasi dan penghargaan telah
aktris/aktor pada saat itu, bahwa apabila telah berhasil diraih Perfini dalam memproduksi film,
mendapatkan kesempatan ikut bermain dalam di antaranya film Krisis yang mampu bertahan
film produksi Perfini, mereka merasa sudah lulus sampai empat pekan di bioskop kelas atas. Film
menjadi seorang aktris/aktor. Perfini pada berjudul Harimaoe Tjampa (1953) itu berhasil
kenyataannya telah banyak melahirkan meraih piala untuk kategori ilustrasi musik dalam
aktris/aktor yang berkualitas. Perfini dalam Festival Film Asia dan Pasifik II di Singapura
perjalanannya sukses menghasilkan puluhan pada 1955. Lima tahun kemudian pada 1960,
judul film. Sejumlah film bertema kebangsaan Bambang Hermanto berhasil terpilih sebagai
bahkan diproduksi pada masa-masa awal aktor terbaik dalam Festival Internasional 1961
pendirian Perfini. Selain film Darah dan Doa, di Moskow melalui film produksi Perfini
terdapat pula film berjudul Enam Djam di Jogya berjudul Pedjoeang (1960). Film berjudul Tamu
dan Lewat Djam Malam. Beberapa film Perfini Agung (1956) mendapat penghargaan sebagai
dalam perkembangannya berhasil mendapat film komedi terbaik pada Festival Film Asia di
penghargaan dalam berbagai festival film Hongkong. Film Tiga Dara mendapatkan piala
Internasional. dalam Festival Film Internasional di Venesia
Di sisi lain bukan berarti Perfini tidak pada 1959. Film produksi Perfini lain berjudul
pernah goyah dalam menjalankan usaha Tiga Buronan pada 1960 mendapatkan
produksi filmnya. Melalui film berjudul Krisis penghargaan dalam Festival Film Asia Afrika di
(1953) dan Tiga Dara (1956), Perfini mulai Kairo. Film Asrama Dara meraih piala dalam
berkompromi dengan pemodal. Sebagaimana Festival Film Asia di Tokyo pada 1960 dan lain-
dalam konferensi pers pada 23 Januari 1958, lain.
Usmar menyatakan, ”Kami ingin film kami
ditonton.” Usmar Ismail pada saat itu SIMPULAN
dihadapkan pada realitas keras dunia perfilman.
Usmar menyadari bahwa hanya dengan Berdasar pada uraian di atas, dapat disimpulkan
idealisme tidak semua masalah dapat bahwa film-film yang diproduksi sejak masa
dipecahkan, tetapi dibutuhkan pula dosis Pemerintahan kolonial Belanda hingga periode
realisme, yaitu berkompromi dengan kaum awal 1950-an, tidak lebih dari kelanjutan
pemodal dan selera pasar. Usmar Ismail sampai berbagai bentuk seni pertunjukan tradisional
batas tertentu bekerja sama dengan kaum Hindia Belanda yang telah ada sebelumnya.
pemodal, sambil berusaha tetap berpegang pada Produksi film secara umum hanya ditujukan
semangat idealismenya. Melalui film-film untuk memperoleh keuntungan. Masa
produksi Perfini berjudul Krisis, Tiga Dara, penjajahan Jepang membawa pemahaman baru
Djenderal Kancil, dan Delapan Pendjuru Angin, tentang fungsi film, khususnya bagi para sineas
terlihat bagaimana Usmar Ismail berkompromi Indonesia, yakni timbulnya rasa kebangsaan dan
dengan para pemodal dan penonton. Namun, kesadaran akan kuatnya pengaruh film yang
Usmar Ismail kemudian kembali membuat film- diproduksi dengan baik terhadap para
film sesuai idealismenya, seperti film-film penontonnya.
berjudul Pedjuang (1960), Anak Perawan di
28
Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm. 19-30

Pertumbuhan industri perfilman pada toneel masa sebelum perang, hanya ditambah propaganda
masa awal kemerdekaan terutama ditandai untuk menunjang Perang Asia Timur Raya. Pementasan
dengan kemunculan perusahaan-perusahaan film grup sandiwara Bintang Surabaya paling besar dan paling
baru di tanah air. Salah satunya adalah cemerlang dengan dekor yang serba mewah. Fred dikenal
sebagai seorang entertainer yang hebat.
Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). 7
Film ini bercerita tentang gadis desa yang tinggal di
Pendirian Perfini merupakan suatu realisasi daerah pinggir Bengawan Solo bernama Wenangsih yang
konkrit dari semangat nasionalisme para sineas menjadi korban rayuan seorang bangsawan bernama RM.
Indonesia dalam bidang perfilman yang Suprapto.
8
dipimpin Usmar Ismail. Pendirian Perfini di Tidak semua perusahaan film memiliki studio. Hanya
delapan perusahaan yang memiliki studio (tujuh studio
bawah kepemimpinan Usmar Ismail bermaksud
yang disebutkan di atas melakukan aksi tutup studio, 1 lagi
menghasilkan film-film Indonesia dengan corak adalah studio milik PFN). Keberadaan sudio ini dalam
nasional, berkualitas baik dan memiliki nilai pembuatan film sangat diperlukan. Ketika terjadinya aksi
artistik yang tinggi agar dapat disejajarkan tutup studio, industri perfilman mengalami kelumpuhan.
9
dengan film-film lain di dunia. Walaupun dalam Sejak awal berdirinya, Perfini sudah kekurangan modal,
karena hanya dikumpulkan dari uang pesangon Usmar
perkembangannya Perfini harus berkompromi
Ismail sebagai tentara dan hanya cukup membiayai 50%
dengan keadaan, karena kekurangan modal dan modal pembuatan film Darah dan Do’a. Di samping itu,
mendapat bantuan dari pemerintah pada saat itu, orang-orang dalam perusahaan ini tidak ada yang bisa
tetapi Perfini telah memberikan sumbangan mencari dana tambahan. Terlebih lagi, film-film yang
yang berarti bagi pengembangan perfilman mereka produksi pada akhirnya juga sulit dipasarkan,
akibat semakin banyaknya film kodian yang dibuat oleh
nasional. Peranan Perfini dalam pengembangan
Cina.
perfilman nasional telah menjadi pelopor
kelahiran film bergenre nasional dan REFERENSI
memproduksi film-film bertema kebangsaan.
Perfini telah berperan pula melahirkan para Abdullah, Taufik dkk. (1993) Film Indonesia
pemain dan sutradara film yang berkualitas dan Bagian I (1900-1950). Jakarta: Dewan
eksis dalam dunia perfilman. Perfini sejak 1950- Film Nasional.
1970 telah memproduksi sebanyak 31 film dan Aneka, No. 1 Tahun 1 1950.
beberapa filmnya mendapat penghargaan di Anwar, Rosihan (2012) Sang Pelopor Tokoh-
berbagai ajang festival film, baik nasional tokoh Sepanjang Perjalanan Bangsa:
maupun internasional. Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia,
Jilid 5. Jakarta: Kompas Gramedia.
CATATAN Bintang Betawi, 30 November 1900.
1
Tanggal 30 Maret 1950 merupakan milestone (tonggak Biran, Misbach Yusa (1982). Selintas Kilas
penting) sejarah film Indonesia, yang kemudian Sejarah Film Indonesia. Jakarta:
ditetapkan dan diperingati sebagai Hari Film Nasional.
2
Selain memberikan dana yang besar, wujud dukungan
Sinematek Indonesia.
Bupati tersebut lebih jauh lagi. Anaknya bahkan ________ (2008). Kenang-kenangan Orang
diikutsertakan sebagai salah satu pemain utama film Bandel. Jakarta: Komunitas Bambu.
pertama itu. ________ (2009). Sejarah Film (1900-1950);
3
The Teng Choen dengan perusahaannya bernama Java Bikin Film di Jawa. Depok: Komunitas
Industrial Film (JIF) disebut sebagai perintis dalam
menjadikan usaha pembuatan film sebagai sesuatu yang
Bambu.
dikelola dengan mantap (http://musa666.wordpress) ________ (2009). Peran Pemuda dalam
diunduh 14 Nopember 2013. Kebangkitan Film Indonesia. Jakarta:
4
ANIF selanjutnya menjadi Perusahaan Film Negara Kementerian Negara Pemuda dan
(PFN), sebuah perusahaan film pemerintah indpenden. Olahraga.
5
Dalam diskusi film di rumah Usmar Ismail tersebut,
diikuti oleh Djadug Djayakusuma dan Suryo Sumanto.
Direktorat Profesi (2000). Sinematografi.
6
Fred Young merupakan pengusaha bioskop di Jawa Jakarta: Direktorat Jenderal Seni dan
Timur, namanya terkenal sebagai pimpinan grup Budaya, Departemen Pariwisata, Seni
sandiwara Bintang Surabaya pada zaman Jepang. dan Budaya.
Sandiwara zaman Jepang merupakan kelanjutan dari
29
Neneng Ridayanti (Peranan Perfini dalam Mengembangkan Perfilman Indonesia, 1950-1970)

Gottchalk, Louis (1983). Mengerti Sejarah,


terjemahan Nugroho Notosusanto.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Gunawan, R. “Sejarah Perfilman Indonesia”,
Prisma, 1990.
Irawanto, Budi (1999). Film, Ideologi, dan
Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema
Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo.
Kohn, Hans (1984). Nasionalisme, Arti dan
Sejarahnya. Jakarta: PT Pembangunan.
Kristanto, J.B. (2007). Katalog Film Indonesia
(1926-2007). Jakarta: Penerbit Nalar.
Perfini (1958). Memperingati Sewindu Perfini
dengan 8 PA (8 Pendjuru Angin).
Jakarta: Perfini.
______ (1960). Memperingati Sepuluh Tahun
Perfini. Jakarta: Perfini.
Purwadarminta (1988). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Said, Salim (1982). Profil Dunia Film Indonesia.
Jakarta: Penerbit Grafiti Press.
Siagian, Gayus (2010) Sejarah Film Indonesia
Masa Kelahiran Pertumbuhan. Jakarta:
FFTV IKJ.
Siahaan, J. E. (ed.). (1983). Usmar Ismail
Mengupas Film. Jakarta: Penerbit Sinar
Harapan.
Sinematek Indonesia (t.t.). Koleksi Artikel
Perfilman. Jakarta: t.p.
Sin Po, 16 Agustus 1941
Soekanto, Soerjono (2013). Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013.
“Sejarah Film Indonesia Part I”,
(https://musa666.wordpress.com/2011
/04/17/sejarah-film-indone sia-part-i/
“Usmar Ismail”, (https://urangminang.
wordpress.com/2008/03/04/usmar-
ismail/, diakses pada 4 Maret 2008).

30

S-ar putea să vă placă și