Sunteți pe pagina 1din 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan perekonomian dan bergesernya pola kehidupan masyarakat

menyebabkan bergesernya pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit

degeneratif, salah satu penyakit degeratif yang paling banyak dialami oleh

masyarakat sekarang ini adalah penyakit hipertensi. Penyakit Hipertensi tidak dapat

diobati tetapi tekanan darah dapat dikontrol. Prinsip penatalaksanaan hipertensi

adalah dengan pengobatan seumur hidup atau pengobatan jangka panjang (Ryadi,

2002).

Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 % dari orang dewasa yang

menderita hipertensi, ketidakpatuhan mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang

masih terjadi (Carpenito, 2000). Keberhasilan program pengobatan hipertensi sangat

ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan karena

penyakit hipertensi tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikontrol sehingga

memerlukan kesabaran dan optimisme.

Agar pasien dapat mematuhi program pengobatan diperlukan dukungan dari

keluarga. Dukungan keluarga akan berjalan dan bermanfaat apabila keluarga dan

penderita dapat seiring dan sejalan, keluarga memotivasi penderita untuk patuh dalam

menjalankan program pengobatan dan penderita mempunyai perilaku untuk


mengembangkan perasaan mampu, bisa mengontrol diri sendiri dan percaya diri

dalam menyelesaikan masalahnya. Apabila hal tersebut berjalan dengan baik maka

dukungan keluarga akan sangat efektif dalam mendukung kepatuhan penderita dalam

menjalani program pengobatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada keluarga

dengan hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan hipertensi.

b. Mampu menyusun rencana keperawatan keluarga dengan hipertensi

c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan

pada keluarga dengan hipertensi.

d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan hipertensi.

C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini digunakan metode deskriptif yaitu

dengan menggambarkan dan memaparkan suatu kasus pasien hipertensi melalui

pendekatan proses keperawatan dengan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Wawancara

Data dikumpulkan melalui pembicaraan secara langsung dan terarah

dengan pasien dan keluarga sehingga diperoleh data tentang identitas pasien

dan penanggung jawab, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu dan saat

ini, riwayat penyakit keluarga serta informasi tentang kebutuhan bio, psiko,

sosial, spiritual pasien.

2. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung

dengan panca indra, alat tertentu dan pencatatan sistematis. Data yang

terperoleh antara lain : data umum, tingkah laku, pemeriksaan dari ujung

rambut sampai ujung kaki, vital sign.

3. Pemeriksaan Fisik

Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan fisik kepada pasien dengan

cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, serta pengukuran (TB, BB,

Vital Sign).

4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat

dokumen catatan pasien yang dituangkan dalam catatan perawatan, data

yang diperoleh antara lain : data pemeriksaan diagnostik, perkembangan

keadaan pasien dan therapi.

5. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan buku-buku sumber atau literatur yang ada hubungannya

dengan penulisan studi kasus.


BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional serta social individu-indidu yang didalamnya

dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya

ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. ( Duval,

1972 ).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat dibawah satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan

( Depkes RI, 1998 ).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan mereka hidup


dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta empertahankan kebudayaan.

( Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989 ).

b. Fungsi Keluarga

1) Fungsi keluarga secara umum (Friehipertensian, 1998), sebagai

berikut :

a) Fungsi Afektif (the affective function) yaitu yang berhubungan

dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar keluarga.

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya yang positif,

peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih saying.

b) Fungsi Social (socialization and placement function) yaitu proses

perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang

menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam

lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu

melakukan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin

norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam keluarga.

Selanjutnya individu maupun keluarga berperan didalam

masyarakat.
c) Fungsi Reproduksi (the reproduction function) yaitu fungsi untuk

meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.

d) Fungsi Ekonomi (the economic function) yaitu memenuhi

kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, perumahan dan

lain-lain.

e) Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan (the health care

function) yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan

keluarga dan individu.

2) Fungsi keluarga berdasarkan undang-undang no 10 tahun 1992 yaitu:

a) Fungsi Keagamaan

Membina, menterjemahkan, memberi contoh yang kongkrit,

melengkapi dan membina rasa, sikap dan praktek kehidupan

beragama.

b) Fungsi Budaya

Membina tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma, menyaring norma dan budaya asing, mencari pemecahan

masalah, beradaptasi terhadap budaya yang masuk dalam era

globalisasi, dan membina keluarga yang sesuai dan selaras


dengan budaya masyarakat untuk menunjang terwujudnya

keluarga kecil dan bahagia.

c) Fungsi Cinta Kasih

Menumbuhkembangkan potensi cinta kasih saying yang telah

ada, membina tingkah laku saling menyayangi, membina praktek

kecintaan dan membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga

yang mampu memberi dan menerima kasih saying.

d) Fungsi Perlindungan

Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga, membina

keamanan keluarga, baik fisik maupun psikis, membina dan

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal

munuju keluarga kscil bahagia sejahtera.

e) Fungsi Reproduksi

Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat, pendidikan tentang jarak melahirkan sebagai

modal yang konduksif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

f) Fungsi Sosialisasi

Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan sebagao

wanana pendidikan dan sosialisasi anak, sebagai tempat

pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan, membina


proses pendidikan untuk meningkatkan kematangan dan

kedewasaan, dalam rangka kematangan hidup bersama menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

g) Fungsi Ekonomi

Melakukan kegiatan ekonomi baik di dalam atau luar lingkungan

keluarga, mengelola ekonomi menuju keserasian, keselarasan,

dan keseimbangan, dapat mengatur waktu antara kegiatan orang

tua diluar rumah dan perhatian dengan anggota keluarga sebagai

modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

h) Fungsi Pelestarian Lingkungan

Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan

intern keluarga, ekstern keluarga, yang serasi, selaras, dan

seimbang antara lingkungan keluarga guna menuju pola hidup

keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

c. Tipe Keluarga

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.
2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenk, paman, bibi).

Namun dengan perkembangannya peran individu, dan

meningkatnya rasa individualisme, pengelompokkan tipe keluarga selain

kedua diatas berkembang menjadi :

1) Keluarga bentukkan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru

yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan

pasangan.

2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri

dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau

ditinggal pasangannya.

3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried feenager mother).

4) Single Adult Living Alone adalah bentuk keluarga yang terdiri dari

seorang dewasa (laki-laki dan perempuan) yang hidup dalam

rumahnya tanpa pernah menikah.

5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital

heterosexual cohabiting family).

6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

(gay and lesbian family)


d. Tingkat Perkembangan Keluarga

Terdapat delapan tahap tingkat perkembangan keluarga menurut

Friehipertensian, ( 1998 ) :

1) Tahap I : Keluarga Pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau

tahap pernikahan). Tugasnya adalah :

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua)

2) Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi

sampai umur 30 bulan). Tugasnya adalah :

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan).

b) Rekontruksi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

c) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.

3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2 hingga 6 tahun). Tugasnya adalah :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah

b) Mensosialisasikan anak.
c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan

diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur

6 hingga 13 tahun). Tugasnya adalah :

a) Mensosialisakan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c) Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13

hingga 20 tahun). Tugasnya adalah :

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6) Tahap VI : Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).

Tugasnya adalah :
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri.

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension).

Tugasnya adalah :

a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan Kesehatan.

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua lansia dan anak-anak.

c) Memperkokoh hubungan perkawinan.

8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia (juga

menunjuk kepada keluarga yang berusia lanjut usia atau pension

hingga pasangan yang sudah meninggal dunia). Tugasnya adalah :

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup).
e. Lima Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan

Lima tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friehipertensian,

(1981) adalah :

1) Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3) Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

terlalu muda.

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan

baik fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada.

2. Konsep Dasar Hipertensi


a. Pengertian

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang sama atau

lebih dari 140 mmHg pada sistolik dan tekanan diastolik sama atau diatas

90 mmHg pada seseorang yang tidak sedang minum obat anti hipertensi

(Suyono, 2001).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Mansjoer, 1999).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di

mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka

waktu lama). Penderita yang mempunyai tekanan darah yang melebihi

140/90 mmHg saat istirahat (anonym, 2007).

b. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,

diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat

yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari

gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah

dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala


8
kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan

darah meningkat dengan gejala–gejala yang jelas dari kerusakan dan

gangguan faal dari target organ. Sedangkan menurut JVC VII, klasifikasi

hipertensi adalah :

TABEL 1
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JVC VII
Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi:

Stage I (ringan) 140-159 90-99

Stage II (sedang) 160-179 100-109

Stage III (berat) 180-209 110-120

Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto

(Depkes, 2007), mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4

tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan

Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-

139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159

mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan

DBP >= 100. mm Hg.)

c. Patofisiologi
1) Etiologi
Menurut Long, B.C. (1996) hipertensi menurut penyebabnya
digolongkan dalam dua golongan besar antara lain :

a) Hipertensi essensial atau primer atau idiopatik

Hipertensi essensial atau primer atau idiopatik adalah hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 90 % kasus,

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,

lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin

angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca

intra seluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti

obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui. Terdapat sekitar 10 % kasus, penyebabnya diketahui

seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal hipertensi vaskuler

renal, hiperaldasteronisme primer, dan sindrum cushing,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

Menurut Price (1995) faktor-faktor resiko penyebab

hipertensi antara lain :

a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

(1) Faktor genetik


Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita

hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium

terhadap sodium. Orang dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi (Soeperman, 1999).

(2) Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

usia, hipertensi biasanya terjadi pada orang yang telah berusia

lebih dari 50 tahun dan pada mereka yang sudah memasuki

masa pensiun. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60

% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya (Price,1995).

(3) Jenis kelamin

Tekanan darah pria pada umumnya lebih tinggi dibandingkan

dengan tekanan darah pada wanita dan laki-laki lebih beresiko

menderita hipertensi daripada perempuan, namun alasan


mengapa hal tersebut terjadi belumlah dijelaskan dengan pasti

(Price,1995).

b) Faktor yang dapat dimodifikasi

(1) Stress

Sudah lama diketahui bahwa stress atau ketegangan jiwa (rasa

tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

serta lebih kuat, tekanan darah akan meningkat, walaupun

demikian stress hanya meningkatkan tekanan darah secara

temporer, begitu mulai rileks maka tekanan darah akan

menjadi turun kembali. Stress akan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan

menstimulasi aktivitas syaraf simpatik. Adapun stress ini

dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

dan karakteristik personal (Suyono, 2001).

(2) Obesitas

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan

antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien


hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada

peningkatan berat badan seiring peningkatan umur, tidak

dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan

jumlah lemak pada bagian perut (Suyono, 2001).

(3) Nutrisi

Sodium adalah penyebab dari hipertensi esensial, asupan

garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan

dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan

meningkatkan tekanan darah. Sodium secara eksperimental

menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme

vasopressor pada susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium

akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi (Beck,

2000).

(4) Perokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi meskipun

mekanisme yang pasti pada manusia belum diketahui tetapi

hubungan antara merokok dengan peningkatan risiko

kardiovaskuler telah banyak dibuktikan (Suyono, 2001).

(5) Minum alkohol


Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi, peminum

alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun mekanisme

timbulnya hipertensi yang pasti belum diketahui (Suyono,

2001).

(6) Kurang gerak badan.

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olah raga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tekanan tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah. Kurang melakukan olah raga/aktivitas juga

dikaitkan dengan peran obesitas pada seseorang dimana pada

orang yang obesitas akan memudahkan timbulnya hipertensi

(Suyono, 2001).

(7) Komplikasi Penyakit

Hipertensi diketahui berhubungan atau komplikasi dari

beberapa penyakit, termasuk gangguan ginjal kronik, kencing

manis, dan hiperlipidemia/kolesterol tinggi (Suyono, 2001).

2) Proses terjadinya

Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk

memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan tersebut bergantung


pada faktor cardiac output dan tekanan perifer. Pada keadaan

normal untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh

yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan

tekanan perifer menurun.

Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah

yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat

diproduksinya renin. Renin akan merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang

merupakan vasokonstriktor kuat yang merangsang sekresi aldosteron

oleh cortex adrenal dimana aldosteron ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan

volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi.

Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan

mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga

meningkatkan cardiac aouput. Dalam sistim Renin-Angiotensien-

aldosteron pada patogenesis hipertensi, glandula supra renal

juga menjadi faktor penyebab oleh karena faktor hormon.


Sistem Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I

kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh Angiotensi

Convertion Ensym (ACE). Angiotensin II mempengaruhi Control

Nervus Sistem dan nervus perifer yang mengaktifkan sistim

simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat .

Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap

vaskuler smoot untuk vasokonstriksi renalis. Hal tersebut

merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan

meningkatkan extra Fluid volume melalui retensi air dan

natrium. Hal ini semua akan meningkatkan tekanan darah

melalui peningkatan cardiac output. (Mansjoer et al,1999 ).

3) Tanda dan Gejala

Pasien mungkin merasakan gejala yang tidak berarti. Onset

hipertensi yang bertahap sering disebut silent killer. Hipertensi dapat

muncul setelah setahun atau ditemukan saat sudah terjadi komplikasi.

Ketika terjadi kenaikan tekanan darah yang berarti maka pasien dapat

merasakan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, keletihan, sulit

tidur, gemetaran, mimisan atau penglihatan yang kabur. Sedangkan

pada pasien hipertensi maligna dapat ditemukan pasien mengalami

sakit kelapa, kerusakan penglihatan, kejang bahkan bisa sampai

koma. (Barry at al, 1999).


Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan akan

merusak pembuluh darah yang ada disebagian besar tubuh. Pada

beberapa organ seperti jantung, ginjal, otak dan mata, akan

mengalami kerusakan. Gagal jantung, infark miokard, gagal ginjal,

stroke dan gangguan penglihatan adalah konsekuensi yang umum

dari hipertensi. Ketika gejala spesifik muncul hal ini berhubungan

dengan kerusakan vaskuler pada organ yang mendapatkan aliran

darah dari pembuluh darah tersebut. Sebagai contoh, adanya angina

adalah dampak dari hipertensi terhadap jantung. Perubahan patologi

pada ginjal akan ditandai dengan nokturia. Pada serebrovaskuler akan

ditandai adanya perubahan penglihatan, cara bicara, mengantuk, tiba-

tiba jatuh kelemahan dan hemiplegi (Barry at al, 1999).

4) Komplikasi

Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung

koroner, cedera serebrovaskuler dan gagal ginjal. Hipertensi menetap

yang disertai dengan peningkatan tahanan perifer menyebabkan

gangguan pada endhotelium pembuluh darah yang mendorong

plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima dari

pembuluh darah dan menyebabkan pembentukan plaque atau

arterosklerosis. Peningkatan tekanan darah juga menyebabkan


hiperplasi otot polos, yang membentuk jaringan perut intima dan

mengakibatkan penebalan pembuluh darah dan penyempitan lumen.

Komplikasi yang timbul apabila hipertensi tidak terkontrol

adalah (Joewono, 2003) :

a) Krisis hipertensi yaitu keadaan kenaikan tekanan darah sangat

tinggi (TTD > 230 mmHg) bila tekanan darah tidak diturunkan

diperkirakan akan terjadi kerusakan organ sasaran atau bahkan

kematian dalam waktu dekat.

b) Penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi adalah

dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada pasien

hipertensi.

c) Penyakit jantung cerebrovaskuler, hipertensi adalah faktor resiko

paling penting dalam timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke

meningkat dengan setiap kenaikan tekanan darah.

d) Enselopati hipertensi : sindroma yang ditandai dengan perubahan

neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat

tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila

tekanan darah diturunkan.

e) Nefrossklerosis karena hipertensi.

f) Retinopati hipertensi.

d. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk penyakit hipertensi pemeriksaan diagnostik yang

diperlukan antara lain :

1) Pengukuran tekanan darah yang akurat, yang akan mewujudkan

peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya

gejala-gejala penyakit.

2) Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya untuk mencari penyebab

dan komplikasi yang timbul. Yang diperlukan pada pemeriksaan

laboratorium adalah : pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam

darah untuk menilai fungsi ginjal, pemeriksaan kalium dalam serum

yang dapat membantu menyingkirkan kemungkinan aldosterotisme

primer, pemeriksaan glukosa dalam darah karena sering dijumpai

hipertensi pada pasien diabetes melitus, pemeriksaan urinalisis untuk

mencari adanya proteinuri.

3) EKG, dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran

ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya penyakit jantung

koroner atau aritmia.

4) Foto rontgen, untuk mengetahui ditemukanya pembesaran jantung,

vaskularisasi atau adanya pelebaran aorta.

5) Ekokardiogram untuk melihat adanya penebalan dinding ventrikel

kiri dan terjadinya dilatasi serta gangguan fungsi sistolik dan

diastolik.
e. Penatalaksanaan Medis

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut Almatsier

(2003) yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara

non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang

gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,

olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teratur.

Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan

obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix.

Beta bloker seperti propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin,

prozazine, nitroprusside captopril. Simphatolitic seperti hidralazine,

diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu

pengobatan hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan

kausal, pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi

timbulnya komplikasi, upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan

menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi adalah

pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan

dengan menggunakan standar triple therapy (STT) menjadi dasar

pengobatan hipertensi. Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah


menurunkan angka morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat

anti hipertensi yang memenuhi harapan terus dikembangkan.

3. Tinjauan kasus

a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2015 asuhan keperawatan
keluarga Bapak B dengan hipertensi.
Menurut teori/model family centre nursing Friehipertensian:
I. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. B
2. Umur KK : 53 tahun
3. Pekerjaan Kepala Keluarga KK : PNS
4. Pendidikan Kepala Keluarga KK : S1
5. Alamat dan nomor telpon : Jl. Dewata, Sidakarya -
Denpasar/ (0361)
217863

b. Komposisi Anggota Keluarga


Nama Umur Sex Hub dng Kk Pendidikan Pekerjaan keterangan
Ny. P 50 P Istri S1 PNS Sehat
An. R 21 P Anak Kuliah - Sehat
An. A 16 L Anak SMA - Sehat

c. Genogram

Bpk B Anak R Anak A Ibu P

53 th Hipertensi 21 th 50 th
16 th

sehat sehat
sehat
Keterangan
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Menikah
: Tinggal serumah

d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. B adalah Keluarga tradisional, (nukleur family)
dimana 1 KK terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang tinggal
dalam 1 rumah.

e. Suku Bangsa
1. Asal Suku Bangsa Keluarga : Suku Bali
2. Bahasa yang digunaan Keluarga : Bahasa Indonesia dan Bahasa
Bali
3. Kebiasaan Keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan : klien mengatakan tidak memiliki
kebiasaan yang berhubungan dengan suku bangsa yang
mempengaruhi kesehatan keluarganya.

f. Agama
1. Agama yang dianut Keluarga
Keluarga Bpk B menganut agama Hindu dan seluruh anggota
keluarganya sembahyang tiga kali sehari.
2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Dalam kepercayaan agama Bpk B tidak terdapat kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan keluarganya

g. Status sosial Ekonomi Keluarga


1. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
Penghasilan keluarga Bpk B diperoleh dari Bpk B beserta sang
istri ibu P. yang sama-sama bekerja sebagai PNS. Penghasilan Bpk
B perbulan Rp. 2.000.000,00 dan penghasilan Ibu P Rp.
2.000.000,00. Jadi perbulan penghasilan rata-rata keluarga Bpk B
Rp. 4.000.000,00
2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
Sebagai kepala keluarga, tugas keuangan diatur sepenuhnya oleh
sang istri, klien hanya sebagai pencari nafkah, sedangkan istrinya
yang mengelola uang tersebut. Klien mengatakan jenis
pengeluaran rutin perbulan yaitu untuk makanan sehari-hari,
listrik, air, biaya kuliah dan sekolah serta transport untuk kedua
anak klien dan beberapa persen disisipkan untuk pengeluaran tidak
terduga.
3. Tabungan khusus kesehatan
Klien mengatakan untuk tabungan khusus kesehatan berupa
asuransi kesehatan (askes).
4. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transport)
Barang yang dimiliki keluarga Bpk B berupa rumah dengan segala
perabotannya, televisi, laptop, kendaraan roda dua, komputer,
kipas angin, setrika, kompor gas dan telepon rumah.

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Keluarga Bpk B tidak meluangkan waktu khusus untuk melakukan
rekreasi keluarga tetapi setiap bulannya klien beserta keluarga besar
selalu melakukan ativitas kumpul keluarga. Selain itu, setiap hari
minggu pagi klien dan keluarga selalu jogging bersama di lapangan
Renon.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bpk B berada pada tahap V, yaitu keluarga dengan anak
remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja seperti:
a) Mempertahankan pola komunikasi, keluarga Bpk B
mempunyai 1 orang anak usia remaja putri dan 1 orang remaja
putra, keluarga terbuka terhadap anaknya. Anak R tampak
terbuka terkait permasalahan yang dialaminya didepan ibunya.
Anak A selalu dekat dengan orang tuanya dan selalu
berkomunikasi dengan baik
b) Memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
keluarga Bpk B menerapkan keseimbangan antara kebebasan
yang diberikan dengan tanggung jawab masing-masing. Ibu P
memberikan pembagian tugas kepada Anak R dalam
melakukan kegiatan mencuci baju, menyetrika, menyapu. Anak
R jarang bergaul dengan tetangga sekitar waktu lebih banya
dihabiskan di kampus dan tidur di rumah. Sedangkan Anak A
sering bergaul dengan teman di sekolah maupun tetangga
sekitar.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V telah terpenuhi yaitu,
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan hubungan terbuka dua arah.
c. Riwayat keluarga inti
1. Riwayat terbentuknya keluarga inti
Bpk B dan Ibu P sudah menikah sejak 24 tahun yang lalu.
Pernikahan direstui dengan kedua orang tua masing-masing dan
tidak dijodohkan dimana klien bertemu dengan sang istri berkat
kakak ipar nya, dan berkat lokasi kuliah yang sama, mengalami
masa pacaran sekitar 2 tahun lalu setelah sama-sama bekerja Bp B
dan istri memutusan untuk menikah pada tanggal 16 januari 1986.
2. Penyakit yang diderita orang tua
Penyakit yang diderita oleh keluarga Bpk B adalah penyakit ginjal
yang telah mengakibatkan ibu klien meninggal. Dari keluarga
istrinya, tidak menderita penyakit tertentu.
d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
Riwayat orang tua Bpk B dan ibu P tidak mempunyai kebiasaan
kawin cerai, tidak pemabuk, tidak merokok dan tidak menjudi.
Bpk W tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Keluarga Bpk
B tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti ISPA.
2. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
Keluarga Bpk B memilik kebiasaan mengkonsumsi fastfood, suka
mengkonsumsi daging, khusus Bpk B memiliki kebiasaan minum
kopi 2 kali sehari dan malas berolahraga.

III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah :
1. Ukuran rumah (luas rumah)
Rumah yang dihuni Bpk B adalah rumah pribadi berukuran 2 are.
2. Kondisi dalam dan luar rumah
Rumah terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur, kamar mandi
dan WC. Jarak antara septictank lebih dari 15 meter,kondisi wc
bersih dengan model wc leher angsa. Lantai rumah terbuat dari
keramik, rumah permanen, sirkulasi udara diperoleh dari pintu
depan, belakang dan jendela. Keluarga memiliki halaman rumah,
dengan tanaman hias dan perindang.
3. Kebersihan rumah
Rumah dalam kondisi bersih, tertata rapi, di tiap kamar terdapat
tong sampah, di halaman terdapat 1 tong sampah, tidak sampah
berserakan, selokan depan rumah cukup bersih dengan aliran air
lancar. Perabotan rumah bersih dan keluarga Bpk B selalu
membersihkan rumah setiap hari serta tidak suka menggantung
pakaian kotor di belakang pintu.
4. Ventilasi rumah
Tiap kamar memiliki minimal 1 ventilasi, pencahayaan cukup,
kondisi kamar tidak pengap yang menandakan ventilasi baik,
5. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Air limbah kamar mandi maupun limbah dapur disalurkan ke
pembuangan khusus yang dibuat oleh klien dengan jarak lebih 15
m dari sumur.
6. Air bersih
Air bersih berupa sumur. Air jernih, dan tidak berbau.
7. Pengelolaan sampah
Sampah kotor akan ditampung dalam 1 kresek, ditutup rapat, lalu
diletakkan di depan rumah tiap jam 7 pagi dan diangkut oleh
petugas DKP.
8. Kepemilikan rumah
Rumah miliki pribadi atas nama klien.
9. Kamar mandi /wc
Rumah klien memiliki 1 kamar mandi dengan WC dengan leher
angsa.

10. Denah rumah

U
1
3

S 3
2
5

3
4

Keterangan Gambar
1. Teras
2. Ruang tamu
3. Kamar tidur
4. Dapur
5. Kamar mandi

b. Karakter tetangga dan komunitas tempat tinggal :


1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
Keluarga Bpk B tinggal di lingkungan berpenduduk padat,
mayoritas suku Bali, rata-rata berpekerjaan sebagai wiraswasta.
Rumah Bpk B berada di pingir jalan raya, akses ke pelayanan
kesehatan, pendidikan, tempat bekerja mudah. Bpk B tidak
menutup kemungkinan daerah sekitar ditempati kaum pendatang,
dari berbagi macam suku terutama suku jawa, dan banyak suku
bangsa lain yang berada di sekitar lingkungan klien. Bpk B tidak
menutup diri atau hanya ingin tinggal dengan satu suku saja.
2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
Pada lingkungan Bp B setiap awal bulan pada minggu pertama
melakukan gotong royong di lingkungan sekitar rumah.
Diwajibkan dalam kegiatan suka duka seperti pernikahan dan
kematian di lingkungan banjar. Aturan juga menyangkut awig-
awig/aturan yang berlaku di banjar dan desa tempat tinggal klien.
3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
Bpk B tidak memiliki budaya tertentu yang mempengaruhi
kesehatan.

c. Mobilitas geografis keluarga


1. Apakah keluarga sering pindah rumah
Bpk B tidak pernah pindah rumah, setelah menikah keluarga Bpk
B tinggal menetap di rumahnya yang sekarang dan terpisah dengan
orang tua Bpk B.
2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga
Bpk B tidak pindah rumah sehingga tidak mengalami stress
sebagai dampak dari hal tersebut.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan keluarga


1. Perkumpulan/organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga
Bpk B mengatakan ikut terlibat dalam yayasan pembangunan desa
dan ikut serta dalam keanggotaan banjar adat. Ibu P ikut dalam
PKK di banjar setempat dan anak-anaknya tergabung dalam STT.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Bpk B tidak ada masalah intern keluarga termasuk masalah
keuangan. Jika keluarga mengalami masalah maka Bpk B biasanya
meminta nasihat dan bantuan dari orang tua dan saudara-saudaranya.
Keluarga dari pihak Bpk B dan istrinya turut membantu baik moril
maupun materiil jika Bpk B menghadapi masalah.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola komunikasi keluarga
1. Cara dan jenis komunikasi yang digunakan keluarga
Interaksi dalam keluarga Bpk B paling sering pada pagi dan malam
hari. Saat pagi hari sebelum semua anggota keluarga berangkat
beraktivitas, dan pada malam hari saat semua anggota keluarga
beristirahat dan menikmati malam dengan menonton televisi
bersama. Komunikasi bersifat terbuka dan dua arah.
2. Cara keluarga memecahkan masalah
Cara pemecahan permasalahan keluarga Bpk B dengan berdiskusi
bersama dan pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan
bersama. Setiap anggota keluarga memiliki hak untuk
menyampaikan pendapatnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah
Keluarga Bpk B saling mendukung satu sama lain. Bila ada
anggota keluarga yang mengalami masalah maka Bpk B
mengatakan biasanya anggota keluarga yang bermasalah tersebut
akan bercerita dengan anggota keluarga yang lain. Lalu keluarga
akan membantu dalam menyelesaikan masalah yang dialami klien.
Keluarga berespon dengan menunjukkan sikap mendukung, empati
dan turut sedih dengan permasalahan yang terjadi. Apabila angota
keluarga ada yang sakit maka diusahakan untuk berobat dan
mendapat perawatan yang memadai sampai kondisi membaik.
2. Power yang digunakan keluarga
Kekuatan keluarga dipimpin oleh kepala keluarga sebagai
pengambil keputusan dengan sebelumnya mempertimbangkannya
dengan anggota keluarga yang lain.
c. Struktur peran (formal dan informal)
a. Peran seluruh anggota keluarga
Bpk B sebagai kepala keluarga pencari nafkah yang menjadi PNS
dan istrinya selain sebagai pengatur rumah tangga, pengasuh anak,
juga bekerja sebagi PNS. Anak R sebagai anak kuliahan tampak
selalu membantu orang tua dalam melakukan dalam kegiatan
sehari-hari dan di bantu oleh an. A.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Bpk B menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota
keluarga seperti sembahyang. Bila akan pulang terlambat akan
memberitahukan terhadap orang tua, dan tidak boleh menginap di
rumah siapapun kecuali saudara. Jika anak Bpk B pulang malam dan
tidak memberi kabar sanksi yang diberikan biasanya anak dimarahi
untuk tidak mengulangi hal yang sama.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang
Keluarga Bpk B biasanya menyampaikan secara langsung
ungkapan kasih sayang mereka termasuk dengan tindakan ekspresi
kasih sayang.
2. Perasaan saling memiliki
Keluarga Bpk B mengatakan diantara anggota keluarga saling
memliki satu sama lain, hal ini terbukti dari apabila ada salah satu
anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan
memperhatikan kesehatan anggota keluarga yang lain.
3. Dukungan terhadap anggota keluarga
Keluarga Bpk B saling mendukung satu sama lain ini terbukti dari
saling memberikan selamat jika ada anggota keluarga yang meraih
satu prestasi tertentu dan memberikan dukungan baik dalam
dukungan emosional dalam mencapai prestasi maupun kesuksesan
kerja.
4. Saling menghargai, kehangatan
Antar anggota keluarga saling menghargai perasaan satu sama lain,
kebebasan dan tidak berkata yang menyinggung di antar keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
1. Bagaimana memperkenalkan keluarga dengan dunia luar
Keluarga Bpk B membiasakan anak-anaknya untuk berinterasi
dengan tetangganya, tetapi anak R memang jarang keluar rumah
karena terlalu sibuk dengan urusan kampus. Ibu P selalu
memberikan kebebasan kepada anak untuk bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar, tidak membatasi terkait dengan hubungan
lawan jenis.
2. Interaksi dan hubungan keluarga
Keluarga Bpk B memiliki hubungan yang baik dengan saudara
yang lain, sering berkumpul bersama di akhir pekan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1. Kondisi kesehatan seluruh anggota keluarga
Bpk B memiliki penyakit hipertensi saat ini mengeluh mengalami
kaku pada leher, pusing. Ibu P dalam kondisi sehat aktif olahraga
setiap pagi. Kebiasan makan keluarga sehari-hari berupa nasi,
lauk-pauk, sayur dan terkadang buah. Ibu P mengatakan Anak R
sangat terbuka dengan ibunya baik terkait permasalahan
perkuliahan maupun permasalahan pribadi. Anak A juga sangat
terbuka, sering berbicara mengenai permasalahan pribadinya.
Keluarga Bpk B juga memberikan diskusi terkait pendidikan seks,
prilaku-perilaku menyimpang seperti alcohol, merokok dan
narkoba untuk menghindarkan anak-anaknya dari bahaya tersebut.
2. Bila ditemui data maladaptive langsung melakukan pengkajian
Bpk B mengeluh mengalami kaku pada leher, nyeri, dengan skala
4, pada kepala, nyeri dirasakan terus menerus sampai menggangu
aktivitas.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stresor jangka panjang dan jangka pendek serta kekuatan keluarga
Stresos jangka pendek yang dialami oleh Bpk B berupa stress terhadap
beban pekerjaan yang begitu banyak serta nyeri kepala yang dirasakan
terus-menerus.
b. Respon keluarga terhadap stress
Upaya Bpk B dalam mengatasi stress biasanya dengan berkumpul
dengan keluarganya, saling berkomunikasi dengan anggota keluarga,
memperbanyak berdoa, sehingga Bpk B merasa sedikit terobati dengan
berdoa.

c. Strategi koping yang digunakan


Bpk B biasanya meminta bantuan istrinya untuk menyelesaikan
maslah pekerjaan selain itu juga meminta bantuan kepada rekan
kerjanya.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dari hasil pengkajian, tidak diperoleh adanya cara-cara keluarga
dalam mengatasi masalah secara maladaptif

VII. Pemeriksaan fisik (head to toe)


Hasil Pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 31 Oktober 2011
Aspek Bp. B Ibu P An. R An. A
TD 200/100 130/80 110/80 120/80
(mmHg)
TB (cm) 184 160 157 179
BB (kg) 90 60 48 55
IMT 27,2 24 20 17,1
Suhu (0 C) 37 36,6 36 36
Nadi (x/m) 80 80 80 80
Rambut Normal, Normal, Normal, Normal,
Kepala
distribusi distribusi distribusi distribusi
tidak merata, merata, jenis merata, jenis merata, jenis
jenis rambut rambut ikal, rambut ikal, rambut ikal,
ikal, warna warna rambut warna rambut warna rambut
rambut hitam. hitam coklat hitam
Mata, Tidak ditemui Tidak ditemui Tidak ditemui Tidak ditemui
telinga, gangguan gangguan gangguan gangguan
mulut, pada mata, pada mata, pada mata, pada mata,
hidung, telinga, mulut, telinga, mulut, telinga, mulut, telinga, mulut,
tenggoroka dan gigi dan gigi dan gigi dan gigi
n bersih, hidung bersih, hidung bersih, hidung bersih, hidung
serta serta serta serta
tenggorokan tenggorokan tenggorokan tenggorokan
normal. normal. normal. normal.
Leher Ada kaku Tidak ada Tidak ada Tidak ada
leher, kaku leher, kaku leher, kaku leher,
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
jugularis tidak jugularis tidak jugularis tidak jugularis tidak
ada. ada. ada. ada.
Thorax Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal, S1 S2 normal, S1 S2 normal, S1 S2 normal, S1 S2
tunggal tunggal tunggal tunggal
regular, regular, regular, regular,
murmur tidak murmur tidak murmur tidak murmur tidak
ada, suara ada, suara ada, suara ada, suara
nafas nafas nafas nafas
vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler,
ronchi tidak ronchi tidak ronchi tidak ronchi tidak
ada, wheezing ada, wheezing ada, wheezing ada, wheezing
tidak ada. tidak ada. tidak ada. tidak ada.
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkaka pembengkaka pembengkaka pembengkaka
n hepar, n hepar, n hepar, n hepar,
ginjal, limpa, ginjal, limpa, ginjal, limpa, ginjal, limpa,
tida teraba tida teraba tida teraba tida teraba
benjolan. benjolan. benjolan. benjolan.
Bising Bising Bising Bising
usu=7x/menit, usu=7x/menit, usu=7x/menit, usu=7x/menit,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan.
Ekstrimitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
atas, bawah kelinan kelinan kelinan kelinan
dan pegerakan, pegerakan, pegerakan, pegerakan,
persendian kekauan kekauan kekauan kekauan
sendi, sendi, sendi, sendi,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
5, ROM aktif 5, ROM aktif 5, ROM aktif 5, ROM aktif
System Tidak Tidak Tidak Tidak
genitalia diperiksa diperiksa diperiksa diperiksa

Kesimpulan hasil PF
Adanya nyeri kepala pada bp. B dengan skala 4, terdapat kaku pada
leher, TD 200/100 mmHg.

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
Keluarga berharap tidak terjadi hal-hal yang merugikan pada Bp. B
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah
kesehatan yang dialami Bp. B

Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan
perumusan diagnosis keperawatan. Analisis dibuat dalam bentuk matrik
Analisis data keperawatan
No Data Diagnosa keperawatan
1 DS: Bp. B mengatakan mengalami Nyeri akut pada keluarga Bp. B
nyeri di kepala, skala nyeri 4, berhubungan dengan ketidakmampuan
nyeri terus-menerus. keluarga merawat angota keluarga
DO: bp. B tampak gelisah, teraba yang mengalami nyeri kepala akibat
kaku pada leher. hipertensi

2 DS: - Hipertensi pada keluarga Bp. B


DO: TD: 200/100 mmHg berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga
yang mengalami hipertensi.

Skoring
1. Nyeri akut pada keluarga Bp. B berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat angota keluarga yang mengalami nyeri kepala akibat
hipertensi
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : 3/3 x 1 1 Setiap terjadi peningkatan TD,
actual Bp. B selalu mengeluh nyeri
kepala dan tidak dilakukan
tindakan apapun.
Kemungkinan 1/2 x 2 1 Hipertensi selain disebabkan
masalah untuk di faktor diet disebabkan pula oleh
ubah: sebagian faktor stress pekerjaan. Harapan
keluarga terhadap kesembuhan
tinggi, tetapi nyeri kepala dapat
juga disebabkan oleh faktor
stress
Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Bp. B merasakan nyeri kepala.
untuk dicegah : Sedangkan keluarga tidak
cukup mengetahui penyebab, akibat
dan perawatan. Dengan
demikian perlu diberikan
informasi tentang perawatan
nyeri kepala.
Menonjolnya 2/2 x 1 2/2 Keluarga menganggap nyeri
masalah : masalah kepala yang dialami oleh bp. B
ada dan segera perlu segera ditangani karena
ditangani. mengganggu aktivitas sehari-
harinya.
Total 3 2/3

2. Hipertensi pada keluarga Bp. B berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat angota keluarga yang mengalami hipertensi.

Kriteria Nilai Skor Pembenaran


Sifat masalah : 3/3 x 1 1 Peningkatan TD klien = 200/100
actual mmHg yang mengindikasikan
terjadi hipertensi.
Kemungkinan 1/2 x 2 1 Hipertensi selain disebabkan
masalah untuk di faktor diet disebabkan pula oleh
ubah: sebagian faktor stress pekerjaan. Harapan
keluarga terhadap kesembuhan
tinggi, tetapi hipertensi dapat
terjadi kambuhan saat stressor
yang muncul banyak.
Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Bp. B merasakan nyeri kepala,
untuk dicegah : kaku pada leher, TD = 200/100
cukup mmHg. Sedangkan keluarga
tidak mengetahui penyebab,
akibat dan perawatan. Dengan
demikian perlu diberikan
informasi tentang perawatan
diabetes nyeri kepala.
Menonjolnya 2/2 x 1 2/2 Keluarga menganggap hipertensi
masalah : masalah yang dialami oleh bp. B perlu
ada dan segera segera ditangani karena
ditangani. mengganggu aktivitas sehari-
harinya.
Total 3 2/3

Prioritas Diagnosa Keperawatan


a) Nyeri akut pada keluarga Bp. B berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat angota keluarga yang mengalami nyeri kepala akibat
hipertensi
b) Hipertensi pada keluarga Bp. B berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat angota keluarga yang mengalami hipertensi.

b. Perencanaan

Rencana asuhan keperawatan keluarga Bp. B


DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA STANDAR RENCANA
KEPERAWATAN EVALUASI EVALUASI INTERVENSI
Nyeri akut pada Tujuan umum:
setelah dilakukan
keluarga Bpk B
kunjungan rumah
berhubungan
selama 4 minggu,
dengan
nyeri pada
ketidakmampuan keluarga Bpk B
keluarga teratasi.
merawat angota
keluarga yang
mengalami nyeri
kepala akibat
hipertensi
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 4x45,
keluarga mampu:
1. Mengenal
nyeri akut
a) Menjelaskan Respon Verbal Nyeri tengkuk Diskusikan dengan
apa yang kepala keluarga pengertian
dimaksud merupakan rasa nyeri tengkuk kepala.
dengan nyeri tidak
Anjurkan keluarga
tengkuk menyenangkan
untuk mengungkapkan
kepala dengan
kembali pengertian
onset/kejadian
nyeri tengkuk kepala.
yang tiba-tiba
dari intensitas Berikan pujian atas
ringan hingga jawaban yang benar
berat pada
tengkuk kepala.
b) Menjelaskan Respon Verbal Menyebutkan Diskusikan bersama
penyebab salah tiga dari keluarga penyebab
nyeri tengkuk empat penyebab nyeri tengkuk kepala.
Motivasi keluarga
kepala nyeri tengkuk
kepala : untuk mengulang
peningkatan kembali penyebab nyeri
tekanan tengkuk kepala
darah/hipertensi,
Jelaskan kembali
adanya
tentang hal-hal yang
ketegangan
telah di diskusikan.
pikiran,
peredaran darah
dalam otot yang
kurang lancar,
kelainan tulang
pada leher
berupa kelainan
sendi dari ruas
tulang leher
menyebabkan
penekanan saraf
disekitarnya

2. Mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
Respon Verbal Menyebutkan Identifikasi akibat nyeri
masalah nyeri
akibat bila nyeri tengkuk kepala yang
tengkuk kepala
tengkuk kepala lalu
a) Menjelaskan tidak diatasi
Motivasi keluarga
akibat yang seperti:
untuk mengungkapkan
terjadi bila gangguan
kembali akibat nyeri
nyeri tengkuk aktivitas, TD
kepala tidak dan RR tengkuk kepala bila
diatasi semakin tidak diatasi
meningkat.
b) Mengambil Respon Verbal Keputusan Diskusikan dengan
keputusan keluarga untuk keluarga tentang
untuk mengatasi nyeri rentang nyeri yang
mencegah nyeri tengkuk kepala akan dialami seseorang.
Gali pendapat keluarga
tengkuk kepala agar tidak
bagaimana cara
agar tidak bertambah
mengatasi nyeri
bertambah berat.
tengkuk kepala.
parah
Motivasi keluarga
untuk memutuskan
mengatasi nyeri
tengkuk kepala secara
tepat.

Beri reinforcement
atas keputusan yang
diambil keluarga
3. Merawat
Cara perawatan Gali pengetahuan
keluarga
Respon verbal
nyeri tengkuk keluarga dalam
dengan nyeri :
a) Menjelaskan kepala : mengatasi nyeri
1. Kompres air
cara perawatan tengkuk kepala.
hangat pada Diskusikan dengan
nyeri tengkuk
daerah nyeri keluarga cara
kepala
2. Lakukan
perawatan nyeri
senam untuk
tengkuk kepala.
melemaskan
otot dan Motivasi keluarga
memelihara untuk mengungkapkan
fungsi sendi kembali
apa yang
tulang leher
telah disampaikan
3. Anjurkan
untuk
melakukan
teknik
relaksasi

b) Mendemonstra Respon Keluarga dan Demonstrasikan cara


sikan cara psikomotor klien perawatan nyeri
perawatan mendemonstrasi tengkuk kepala seperti :
nyeri tengkuk kan kembali cara teknik relaksasi (guided
kepala perawatan nyeri imagery, tarik nafas
tengkuk kepala dalam, distraksi).
Motivasi keluarga
seperti teknik
untuk redemonstrasi.
relaksasi :
Beri pujian positif atas
guided imagery,
upaya keluarga dalam
tarik nafas
menilai keberhasilan
dalam, distraksi.
terapi modalitas yang
Serta senam
dilakukan.
untuk
mengurangi rasa
nyeri tengkuk
pada leher.
Keluarga dapat
menilai
keberhasilan
pelaksanaan
tindakan yang
dilakukan
dengan
menggunakan
self control yang
disediakan untuk
mengobservasi
adanya
penurunan
denyut dani,
penurunan skala
nyeri, dan
lamanya nyeri
terjadi.

4. Keluarga Respon Verbal Menciptakan Diskusikan dengan


mampu suasana rumah keluarga tentang
memodifikasi yang tenang, lingkungan dan
lingkungan kembangkan komunikasi yang
dalam komunikasi efektif untuk
perawatan yang terbuka, mengurangi nyeri
nyeri tengkuk menyediakan tengkuk kepala.
Beri kesempatan
kepala waktu dan
keluarga untuk
menjadi
bertanya tentang hal
pendengar yang
yang belum jelas
baik bagi pasien

5. Keluarga
mampu
memanfaatkan
Respon Verbal Menjelaskan Klarifikasi pengetahuan
pelayanan
kesehatan bila fasilitas keluarga tentang
nyeri tengkuk kesehatan yang manfaat fasilitas
kepala dapat digunakan kesehatan
Diskusikan dengan
berlanjut : untuk mengatasi
a) Menyebutkan keluarga tentang
bila nyeri
manfaat manfaat pelayanan
berlanjut
fasilitas kesehatan
Anjurkan keluarga
kesehatan
untuk periksa ke
pelayanan kesehatan
bila nyeri tengkuk
kepala muncul dengan
durasi lama dan nyeri
hebat

b) Memanfaatkan Respon Kunjungan Tanyakan perasaan


fasilitas Psikomotor keluarga ke keluarga setelah
pelayanan fasilitas mengunjungi fasilitas
kesehatan kesehatan bila kesehatan.
nyeri tengkuk
kepala muncul
dengan durasi
lama dan rasa
nyeri hebat

DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA STANDAR RENCANA


KEPERAWATAN EVALUASI EVALUASI INTERVENSI
Hipertensi pada Tujuan umum: setelah
keluarga Bpk B dilakukan kunjungan
berhubungan rumah selama 4
dengan minggu, keluarga Bpk
ketidakmampuan B dapat mengkontrol
keluarga merawat hipertensinya
anggota keluarga
yang mengalami
hipertensi.
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 4x45, keluarga
mampu:
1. Mengenal
hipertensi
a) Menjelaskan apa Respon Hipertensi Diskusikan
yang dimaksud Verbal didefinisikan oleh dengan keluarga
dengan hipertensi Joint National pengertian
Committee on hipertensi
Detection,
Anjurkan
Evaluation and
keluarga untuk
Treatment of High
mengungkapkan
Blood Pressure
kembali
(JNC) sebagai pengertian
tekanan darah hipertensi
yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg
dan
diklasifikasikan
sesuai derajat
keparahannya,
mempunyai
rentang dari
tekanan darah
normal tinggi
sampai hipertensi
maligna.
b) Menjelaskan Respon Menyebutkan 3 dari Diskusikan
penyebab Verbal 4 penyebab bersama keluarga
hipertensi hipertensi. penyebab
Hipertensi tidak hipertensi.
Motivasi
mempunyai
keluarga untuk
penyebab spresifik.
mengulang
Berikut beberapa
kembali
faktor yang
penyebab
mempengaruhi
hipertensi
terjadinya
hipertensi antara Jelaskan
lain: kembali tentang
a. Genetik: respon
hal-hal yang
nerologi
telah di
terhadap stress
diskusikan.
atau kelainan
eksresi atau
transport Na+.
b. Obesitas: terkait
dengan level
insulin yang
tinggi yang
mengakibatkan
tekanan darah
meningkat.
c. Stress
Lingkungan
d. Hilangnya
elastisitas
jaringan dan
arterisklerosis
serta pelebaran
pembuluh darah

2. Mengambil
keputusan untuk
mengatasi masalah
Identifikasi
hipertensi
Respon Menyebutkan
akibat hipertensi
a) Menjelaskan Verbal akibat bila nyeri
akibat yang terjadi tengkuk kepala Motivasi
bila hipertensi tidak diatasi keluarga untuk
tidak diatasi seperti : gagal mengungkapkan
jantung, angina kembali akibat
pectoris, infark hipertensi bila
jantung, stroke, tidak diatasi
aneurysm.
b) Mengambil Respon Keputusan Diskusikan
keputusan untuk Verbal keluarga untuk dengan keluarga
mencegah mengatasi tentang tingkatan
hipertensi agar tidak hipertensi agar hipertensi
bertambah parah tidak bertambah dialami
berat. seseorang.
Gali pendapat
keluarga
bagaimana cara
mengelola
hipertensi

Motivasi
keluarga untuk
memutuskan
mengelola
hipertensi
secara tepat dan
beri
reinforcement
3. Merawat keluarga
dengan hipertensi:
Respon Cara perawatan Gali pengetahuan
a) Menjelaskan cara
verbal hipertensi : keluarga dalam
perawatan
1. Mengkonsumsi
mengatasi
hipertensi
garam dalam
hipertensi.
batas diet Diskusikan
2. Anjurkan
dengan keluarga
keluarga untuk
cara perawatan
berolahraga
hipertensi.
3. Anjurkan untuk
melakukan Motivasi
teknik relaksasi keluarga untuk
untuk mengatasi mengungkapkan
stress. kembali apa
yang telah
disampaikan
4. Keluarga mampu Respon Menciptakan Diskusikan
memodifikasi Verbal suasana rumah dengan keluarga
lingkungan dalam yang tenang, tentang
perawatan kembangkan lingkungan dan
hipertensi komunikasi yang komunikasi yang
terbuka, efektif untuk
menyediakan mengontrol
waktu dan menjadi hipertensi.
Beri kesempatan
pendengar yang
keluarga untuk
baik bagi Bapak B
bertanya tentang
hal yang belum
jelas

5. Keluarga mampu
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan bila
Respon Menjelaskan Klarifikasi
hipertensi
Verbal fasilitas kesehatan pengetahuan
berlanjut:
yang dapat keluarga tentang
a) Menyebutkan digunakan untuk manfaat fasilitas
manfaat fasilitas mengatasi bila kesehatan
Diskusikan
kesehatan hipertensi berulang
dengan keluarga
tentang manfaat
pelayanan
kesehatan
Anjurkan
keluarga untuk
periksa ke
pelayanan
kesehatan bila
gejala hipertensi
muncul kembali.

b) Memanfaatkan Respon Kunjungan Tanyakan


fasilitas pelayanan Psikomotor keluarga ke perasaan
kesehatan fasilitas kesehatan keluarga setelah
bila hipertensi mengunjungi
berulang fasilitas
kesehatan.

c. IMPLEMENTASI

Hr/Tgl/Jam Dx Implementasi Evaluasi

1 2 3 4

Jumat, Dx 2 Tupen 1 S : Keluarga mengatakan mengerti


30/10/15 tentang penjelasan yang
 Menjelaskan kepada diberikan yaitu pengertian,
Pukul 10 oo keluarga tentang pengertian, penyebab, proses terjadi, tanda
wita penyebab, proses terjadinya, dan gejala, serta komplikasi
tanda dan gejala serta hipertensi
komplikasi penyakit O : Keluarga tampak aktif saat
hipertensi. ditanya dan dapat menjawab
dengan sebagian besar dan
dapat menjelaskan kembali apa
yang telah dijelaskan
A: Tupen 1 tercapai
P : Lanjutkan ke tupen 2
Jumat, Dx 1 Tupen 1 S : Keluarga mengatakan mengerti
30/10/15 dengan penyakitnmya.
 mendiskusikan dengan O : Keluarga tampak termotivasi
Pukul 1010 untuk mengontrol kembali
keluarga pengertian nyeri
kesehatan Bapak B
wita A: Tupen 1 tercapai
tengkuk kepala. P : Lanjutkan ke tupen 2

Jumat Dx 2 Tupen 2 : S : Keluarga mengatakan mengerti


30/10/15 tentang penjelasan perawat
Memotivasi keluarga untuk O : Keluarga tampak termotivasi
Pukul 1030 mengungkapkan kembali akibat untuk mengontrol penyakitnya
nyeri tengkuk kepala bila tidak
wita diatasi A: Tupen 2 tercapai
P : Lanjutkan ke tupen3
DAFTAR PUSTAKA

Ali,Z (1999), Pengantar Keperawatan Kesehatan Keluarga, Jakarta : Yayasan Bunga


Raflesia.

Carpenito, L.J (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Efendy, N. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (cetakan


pertama). Jakarta : EGC.

Engram, B (1998). Perencanaan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

Friedman, M.M (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. (edisi ketiga)
Jakarta : EGC

Mansjoer, A. (2000). Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Perkeni (1998) Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia : Perkeni

Prce, S.A (1995). Konsep klinik Proses-proses Penyakit, (edisi keempat) Jakarta :
EGC.

Suyono, S (2001). Ilmu Penyakit Dalam ketiga (jilid 2) Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana.

S-ar putea să vă placă și