Sunteți pe pagina 1din 12

1

ASUHAN KEPERAWATANPASIEN DENGAN SINDROMAPASCA TRAUMA (PTSD)


OLEH : Rr.Sri Sedjat
A. Tujuan :
Memahami konsep sindroma pasca trauma
 Mengkaji pasien dengan sindroma pasca trauma
Merumuskan diagnosa keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan
Mengevaluasi tindakan keperawatan
B. PENGERTIAN :
 Sindroma pasca trauma adalahkeadaan di mana seorang individumengalami
penderitaan terus-menerus akibat mengalami satuatau lebih kejadian
traumatisberat yang tidak bisa ditoleransi.
 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang dapat
terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang
menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat
penganiayaan fisik atau perasaan terancam(American Psychological
Association, 2004).
 Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang dapat
terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan anda atau
membuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal, 2008).

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Bencana, ketdak Gangguan


stabilanPolitk, keseimbangan hidup
masalah ekonomi

TSUNAMI
 Paska tsunami 26 Desember 2004 di Srilanka mengakibatkankehilangan nyawa, harta,
tempat tinggal dan pekerjaan yangmempengaruhi status kesehatan jiwa
individu(http://www.psychological)

 Tsunami Aceh korban jiwa 230.000 orang meninggal/hilang, 85%penduduk kehilangan


properti dan 1.000.000 orang terkenadampak psikososial (Hamid, 2006). Tsunami
Ciamis korban jiwameninggal 413 orang, luka-luka 379 orang, hilang 15 orang
danmengungsi 4.190 orang (http://www.bakornaspbp.go.id)

 Pada anak-anak, dampak yang sering dirasakan adalah ketakutan,kecemasan,


kepanikan, dan rasa trauma yang berlebihan. Reaksiyang terjadi pada korban bencana
alam semacam ini disebutdengan post traumatic stres disorder

 (PTSD)Terjadi peningkatan gangguan mental berat dari 2-3% sebelum bencana


menjadi 3-4% setelah terjadi bencana. Gangguan mentalringan atau sedang (depresi,
ansietas dan Post Traumatic stressDisorder/PTSD) meningkat 20%
(World Mental Health Survey,2006)
2

1.Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa traumatik.


Pada umumnya mengandung tiga buah elemen sebagai Sbb : (Jaffe, Segal, & Dumke, 2005):
 Kejadian tersebut tidak dapat diprediksi (It was unexpected)
 Orang yang mengalami kejadian tersebut tidak siap dihadapkan pada kondisi / kejadian
demikian (The person was unprepared)
 Tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang tersebut untuk mencegah terjadinya
peristiwa tersebut (There was nothing the person could do to prevent it from
happening)
Pengalaman hidup apapun yang terlalu "mengguncang" dapat memicu PTSD, terutama jika
peristiwa tersebut dilihat sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga dan dikendalikan /
dikontrol (Smith & Segal. 2008).
Smith & Segal menyebutkan peristwa traumatk yang dapatmengarah kepada munculnya
PTSD termasuk:
 Perang (War)
 Pemerkosaan (Rape)
 Bencana alam (Natural disasters)
 Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
 Penculikan (Kidnapping)
 Penyerangan fisik (Violent assault)
 Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
 Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures -
especially in kids)
2. Kategorisasi PTSD
Secara umum gejala PTSD dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Merasakan kembali peristwa traumatk tersebut (Re-Experiencing Symptoms)
 Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan

mengenai peristiwa traumatik tersebut (Frequently having upsetting thoughts or


memories about a traumatic event). Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa
traumatik yang pernah dialami,
 Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang (Having recurrent nightmares).

 Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut akan terulang


kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback" (Acting or feeling as though the
traumatic event were happening again, sometimes called a "flashback").
 Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa
traumatik tersebut (Having very strong feelings of distress when reminded of
the traumatic event).
 Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat
ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut (Being physically responsive,
such as experiencing a surge in your heart rate or sweating, to reminders of
the traumatic event)

b. Menghindar (Avoidance Symptoms)


3

 Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan mengenai


peristiwa traumatik tersebut (Making an effort to avoid thoughts, feelings, or
conversations about the traumatic event).
 Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat
mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut (Making an effort to avoid
places or people that remind you of the traumatic event).
 Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa traumatik tersebut
(Having a difficult time remembering important parts of the traumatic event).
 Kehilangan ketertarikan atas aktivitas positif yang penting (A loss of interest in
important, once positive, activities).
 Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain (Feeling distant from others).
Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif, seperti kesenangan
c. . Hyperarousal Symptoms
 Suli/ kebahagiaan atau cinta / kasih sayang ( Experiencing difficulties having positive

feelings, such as happiness or love).


 Ketakberdayaan / ke’tumpul’an emosional dan ‘menarik diri

 Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-tengah - anda tidak


berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal, menikah dan
memiliki karir.
 Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk berfungsi secara efektif dalam
kehidupan sosial (pekerjaan, rumah tangga, pendidikan, dll)
 t untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah (Having a difficult time falling or
staying asleep).
 Mudah / lekas marah atau meledak-ledak (Feeling more irritable or having
outbursts of anger).
 Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi (Having difficulty concentrating).
 Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan bahaya
mengincar di setiap sudut "Feeling constantly "on guard" or like danger is
lurking around every corner".
 Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat "waspada"
(Being "jumpy" or easily startled).
 Terlalu siaga / waspada yang disertai ketergugahan/keterbangkitan secara
kronis.

Jika PSTD tidak ditangani dengan benar, maka akan mempengaruhi kepribadian
seseorang (perubahan kepribadian). Seperti paranoid (mudah curiga) misalnya.
Kesulitan hal ini adalah jarang sekali penderita dengan kesadaranya datang ke
para ahli. Apalagi stigma yang beredar dimasyarakat bahwa psikiater identik
dengan orang sakit jiwa atau gila.
3. Reaksi Stress Terhadap Bencana
a. Dampak Emosional
4

• Kaget
• Marah
• Sedih
• Mati rasa
• Merasa dihantui
• Bersalah
• Duka yang mendalam
• Terlalu perasa
• Merasa tidak berdaya
• ‘Tumpul’ dan tak lagi mampu merasa senang serta bahagia dengan aktifitas
sehari-harinya
• Disosiasi, berupa keberulangan dalam pikiran tentang bencana yang telah
terjadi, merasa terpaku dan dikendalikan oleh kejadian-kejadian, atau
keterpakuan pada bencana.
b. Dampak fisik
• Kelelahan fisik yang sangat
• Sulit atau bahkan tidak bisa tidur
• Gangguan tidur
• Sangat mudah tersentuh perasaan dan ingatannya
• Keluhan-keluhan yang mengarah pada gangguan syaraf
• Sakit kepala
• Reaksi-reaksi yang menggambarkan kegagalan sistem kekebalan tubuh
• Selera makan terganggu
• Libido meningkat atau justru menurun drastic
c. Dampak kognitf
• Sulit atau tak bisa lagi berkonsentrasi
• Tidak mampu membuat keputusan-keputusan
• Gangguan mengingat
• Sulit mempercayai informasi-informasi
• Kebingungan
• Mudah teralihkan atau perhatian mudah terpecah
• Menurunnya penilaian terhadap keadaan diri
• Menurunnya penilaian terhadap kemampuan diri
• Menyalahkan diri sendiri
• Merasa mudah diganggu oleh pikiran ataupun ingatan
• Khawatir atau cemas

d. Dampak Interpersonal
• Membatasi dan menarik diri
5

• Menghindar dari relasi-relasi sosial yang ada


• Meningkatnya konflik dalam berhubungan dengan orang lain
• Keterlibatan dan prestasi kerja menurun
• Keterlibatan dan prestasi di sekolah menurun
4. Bagaimana cara mengatasi dan menghilangkan masalah trauma?
Berbagai model psikoterapi telah dikembangkan untuk mengatasi PTSD seperti, terapi
perilaku, desensitisasi, hipnoterapi, semuanya cukup efektif asal penderita juga mendapatkan
dukungan dari masyarakat lingkunganya dan juga orang terdekatnya.
a. Menerapkan Prinsip Dasar Penanganan Stress pada Phase Emergensi:
 Membantu survivor (dalam hal ini adalah korban) untuk istirahat dan tidur
untuk pemulihan kondisi tubuh
 Menyiapkan area yang aman untuk interaksi antar personal.
 Menangani dengan segera kondisi dan kesehatan fisik.
 Membantu dalam mencari dan memastikan keselamatan anggota
keluarganya
 Membantu menghubungkan survivor dengan keluarga, orang yang dicintai,
atau pihak-pihak yang dapat membantu lainnya
 Membantu survivor untuk mengambil langkah praktis mengatasi masalah
aktual dan kembali ke kehidupan semula
 Membantu memfasilitasi kehidupan normal yang menyangkut keluarga,
komunitas, sekolah, dan pekerjaan
 Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya
 Membantu survivor menurunkan tekanan masalah, kecemasan, atau
kesedihannya hingga ke level yang dapat dikelolanya
 Membantu penolong pertama survivor melalui konsultasi dan training
tentang pola umum reaksi stress dan teknik pengelolaan stress.
b. Menetapkan Prioritas
Membantu melindungi survivor dari luka atau terpaan stimulus traumatik
selanjutnya dengan cara :
 Memberikan tempat perlindungan yang memisahkan mereka dari stimulus-
stimulus tersebut.
 Melindungi mereka dari media atau orang-orang yang sekedar ingin tahu.

c. Memberikan bantuan dan pengarahan


Survivor biasanya kehilangan arah, shock, atau mengalami dissosiasi.
Membantu mengarahkan mereka untuk menjauh dari:
6

 Area kerusakan/tempat kejadian


 Survivor lain yang terluka
 Bahaya yang terus berlangsung

d. Memberi kesempatan untuk berinteraksi


Hubungan sosial adalah elemen penting bagi proses pemulhan.
 Ketika berinteraksi dengan survivor, agar diciptakan situasi dan memberi dia
kesempatan untuk mengalami kembali nilai-nilai sosial untuk saling
menolong dan menanamkan nilai-nlai kebaikan.
 Membantu survivor untuk dapat berhubungan dengan orang yang dicintai,
memberikan informasi yang akurat dan memadai, tempat dimana mereka
bisa mendapatkan dukungan tambahan

e. Penanganan segera & perawatan penderita akut


 Survivor yang menunjukkan reaksi stress panik yang berlebihan perlu
mendapatkan intervensi dengan segera.
 Upayakan untuk menangkap tanda-tanda fisik berupa gemetar, berteriak-
teriak marah, agitasi, sikap tubuh seperti robot yang menandakan panik
atau kesedihan mendalam.
 Segera lakukan pendekatan terapeutik, pastikan keselamatannya, upayakan
untuk mendengarkan dan menghargai pengalamannya, dan menunjukkan
empathi. Pertolongan medis mungkin juga dibutuhkan jika ada.
 Kehadiran anda dapat meredakan penderitaan survivor yang panik atau
sedih mendalam:
 Upayakan untuk mendampingi atau menyiapkan orang yang dapat selalu
berada di dekatnya sampai perasaannya reda.

f. Penanganan Gangguan Berat


 Ditangani secara intensif oleh Psikiater dan didampingi oleh Psikolog.
 Dapat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa atau berobat Jalan.
 Dilakukan Evaluasi Setiap Bulan Sekali.
 Dipindahkan kedalam program Penanganan Gangguan Sedang apabila
hasil Evaluasi menunjukkan demikian.

g. Penanganan Gangguan Sedang


 Ditangani secara intensif oleh Psikolog melalui Konseling Individual.
 Dilakukan dalam ruangan khusus yang memenuhi syarat untuk
dilaksanakan konseling.
7

 Diberikan pekerjaan-pekerjaan ringan yang disukainya.


 Dilakukan evaluasi satu kali setiap bulan.
 Program penanganan gangguan ringan atau berat didasarkan hasil
evaluasi. Penanganannya dilaksanakan secara intensif melalui konseling
kelompok oleh Helper dibawah supervisi Psikolog dengan cara :

a. Seminggu sekali dalam 3 bulan pertama


b. Dua bulan sekali mulai bulan keempat sampai keduabelas (sampai
sembuh)
 Pengelompokan dilakukan berdasarkan usia dan keluarga dengan jumlah
kelompok maksimal 12 orang (10 orang ideal)
 Dilakukan dalam ruangan atau tempat yang memenuhi syarat untuk
konseling kelompok.
 Diberikan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan minat dan
penguasaannya.
 Dilakukan evaluasi setiap bulan.
 Dipindahkan kedalam program Penanganan Gangguan Sedang apabila
hasil evaluasi menunjukkan perkembangan demikian.
 Apabila perkembangannya positif diminta untuk tetap aktif membantu
kelompoknya untuk recovery.

WEWANCARA Merasa marah atau gusar


Menyatakan takut
Teringat kembali peristwa
traumats yang pernah
PENGKAJIAN dialaminya (flashback)
Merasa bersalah sehingga
peristwa traumats terjadi
OBSERVASI kembali
Merasakan sakit kepala
Merasakan pikiran terganggu
Menyatakan tdak lagi punya rasa
(perasaan tdak peka)
Merasa berdebar-debar
Agresi
(palpitasi)
Mengasingkan diri
Mersakan
Keadaan mood terganggu
AnsietasMenghindar
Perilaku kompulsif
Denial (mengingkari)
Depresi

Data Obyektf (Observasi)


 Tak bisa dipengaruhi siapapun
 Sulit berkonsentrasi
8

 Mengompol (pada anak)


 Sindroma terkejut yang berlebihan
 Keadaan lambung yang sensitive
 Berduka, Putus asa
 Horor, Waspada berlebihan
 Mimpi yang mengganggu
 Mudah tersinggung
 Neurosensori mudah terangsang
 Mimpi buruk, Amnesia psikogenik
 Represi, Serangan panik, Penyalahguna obat
C. Diagnose Keperawatan
 Sindroma pasca trauma.
 Risiko pasca trauma
D. Tindakan Keperawatan untuk pasien
Tujuan Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya
3. Memahami hubungan antara peristiwa traumatis yang dialaminya dengan keadaan
dirinya saat ini.
4. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi Sindroma pasca trauma yang dialami
5. Mengidentifikasi factor pendukung yang bisa dijangkau
6. Memanfaatkan factor pendukung
7. Menggunakan obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan aturan.
E. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya denganpasien:
 Perkenalkan diri
 Buat kontrak asuhan dengan pasien
 Jelaskan bahwa perawat akan membantu pasien
 Jelaskan bahwa perawat akan menjaga kerahasiaan informasi tentang pasien
 Dengarkan dengan penuh empati ungkapan perasaan pasien
2. Diskusikan dengan pasien kejadiantraumats yang dialaminya:
 Jika mewawancarai pasien, ruangan harus tenang,bebas dari gangguan, tetapi mudah
berhubungan dengan staf yang lain dalam mengatasi masalahyang mungkin timbul
 Perawat harus menyadari bahwa menceritakan pengalaman traumatis dapat
menyebabakan ketidak nyamanan yang bermakna kepada pasien
 Jika pasien menjadi terlalu cemas, diskusi seharusnya ditunda dan bantu pasien
mengembalikan kontrol diri terhadap rasa menderita(distress) atau memberikan
tindakan yang sesuai.
3. Diskusikan dengan pasien keadaan pasien setelah mengalami peristwa traumats:
 Perasaan (emosi) dan pikiran saat ini
 Kondisi fisik yang dialami saat ini
 Kondisi sosial (hubungan denganorang lain baik keluarga, maupun orang lain)
 Kondisi spiritual

4. Diskusikan dengan pasien:


 Kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial,dan spiritual pasien sebelum peristiwa
traumatis terjadi
 Kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial,dan spiritual pasien sesudah peristiwa
traumatis terjadi
 Hubungan antara kondisi saat inidengan peristiwa traumatis yang terjadi
5. Diskusikan cara-cara mengatasi sindroma pasca trauma:
 Cara verbal (ventilasi perasaan)
 Cara fisik (nafas dalam, senam, jogging)
 Cara social (sharing dengan rekan senasib melalui self help group)
9

 Cara spiritual (berdoa, berserah)


6. Diskusikan ttg sumber bantuan yg adadi masyarakat yg dpt dimanfaatkan o/ P
 Bantu mengidentifikasi kekuatan dansumber yang dimiliki
 Eksplorasi system pendukung yang tersedia
 Bantu berhubungan dengan systempendukung atau nara sumber untukmemenuhi
kebutuhan pasien
 Bantu membuat rangkuman aktivitas lamadan memulai aktivitas yang baru
7. Bantu pasien menggunakan obat-obatan sesuai aturan jika perlu
F. Tindakan Keperawatan Kepada keluarga Klien
Tujuan: Keluarga mampu :
 Mengenal masalah Sindroma pasca trauma yang terjadi pada pasien
 Memahami cara merawat pasien
 Mempraktekkan cara merawat pasien
 Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

Tindakan keperawatan kepada keluarga :


 Diskusikan dengan keluarga tentang peristiwa traumatis yang terjadi dan dampak yang
terjadipada pasien
 Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengatasi Sindroma pasca trauma yang dialami
olehpasien
 Latih keluarga mempraktekkan cara merawatpasien
 Diskusikan dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh
keluarga untuk mengatasi Sindroma pasca trauma yang dialami oleh pasien
DX.2. Tindakan keperawatan untuk Pasien Risiko Sindroma Pasca Trauma
Tujuan Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Memahami adanya risiko sindroma pascatrauma
3. Mencegah timbulnya sindroma pasca trauma
 Meningkatkan kekuatan ego
 Mengekspresikan perasaan kepada orang lain
 Meningkatkan hubungan social
 Meningkatkan dukungan social Mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping
yang efektif
4. Menggunakan obat sesuai aturan
 TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Bina hubungan saling percaya denganpasien:
 Berkenalan dengan pasien
 Buat kontrak terapi
 Jelaskan bahwa perawat akan menjaga kerahasian infromasi tentang pasien
Tunjukkan sikap empati terhadap ekspresi perasaan pasien
2.Diskusikan dengan pasienperistwa traumats yang telahdialami oleh pasien:
 Diskusikan dengan pasien tentang sindroma psikologis terhadap trauma
 Diskusikan ketersediaan dankeadekuatan sistem pendukung dan sumber yang ada di
masyarakat
 Diskusikan situasi di dalamkeluarga
3. Diskusikan dan lath pasien:
 Meningkatkan kekuatan ego
 Ekspresi perasaan kepada orang lain
 Meningkatkan hubungan social
 Meningkatkan dukungan social
 Mengidentifikasi dan menerapkanmekanisme koping yang adaptif
4. Lath pasien menggunakan obatsesuai aturan
G. Evaluasi Pasien dengan Sindroma Pasca Trauma
 Pasien, Menceritakan :
1. Peristiwa traumatis yang dialaminya
2. Kondisi perasaan, pikiran, fisik, social,dan spiritual saat ini
3. Hubungan antara pengalamantraumatis dengan kondisi pasien saat ini
10

4. Cara-cara mengatasi masalah akibatSindroma pasca trauma yang dialami


5. Mempraktekkan cara mengatasi masalah Sindroma pasca trauma yang dialami
6. Memanfaatkan sumber bantuanyang bisa dimanfaatkan dimasyarakat
Keluarga:
 Menjelaskan masalah Sindroma pasca trauma yang terjadi pada pasien
 Menjelaskan cara merawat pasien
 Mempraktekkan cara mengatasi masalah pasien
 Melaporkan telah memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
Tindakan untuk Keluarga Klien Risiko sindroma pasca Trauma
 Tujuan: Keluarga mampu
1.Memahami masalah risiko sindroma pasca trauma
2. Mengetahui cara merawat pasien
3. Merawat pasien dengan risiko sindroma pasca trauma
4. Memanfaatkan sumber bantuan yang tersedia di masyarakat
Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percayadengan keluarga
Diskusikan risiko sindroma pascatrauma
 Diskusikan cara mencegah sindroma pasca trauma
 Latih keluarga merawat pasien
 Diskusikan dengan keluarga sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga
Evaluasi Asuhan Keperawatan Pasien dengan Risiko Sindroma Pasca Trauma
Pasien:
 Menunjukkan kekuatan ego yang adekuat
 Memiliki dukungan social yang adekuat
 Mendemonstrasikan afek yang sesuai dengan
Situasi
 Mendemonstrasikan interaksi social yang adekuat
 Mengidentifikasi dan menggunakan koping yang
efektif

Keluarga:
 Menjelaskan masalah risiko yang dialamioleh pasien
 Menjelaskan cara mencegah terjadinyasindroma pasca trauma
 Memperagakan cara merawat pasien untukmencegah sindroma pasca trauma
 Memanfaatkan sumber bantuan yangtersedia di masyarakat
Lathan : 1
Mendiskusikan peristiwa trauma yang dialami oleh pasien, Sindroma yang terjadi, cara
mengatasi, danbelajar satu cara mengatasi Sindroma pasca trauma
ORIENTASI :
 Assalamualaikum. Nama Saya …. Saya senang dipanggil …. Nama Ibu siapa?
 Senang dipanggil apa?
 Bagaimana perasaan Ibu setelah mengalami kejadian trauma yang lalu?
 Bagaimana kalau kita berbincang tentang apa yang Ibu alami dan perasaan saat
ini berhubungan dengan kejadian tersebut?
 Mau berapa lama kita berbincang- bincang?
 Bagaimana kalau 30 menit?
 Mau di mana?
 Bagaimana kalau di ruang tamu ini saja?
KERJA :
 Coba Ibu ceritakan peristiwa yang Ibu alami!
 Apa yang Ibu rasakan? Apa yang Ibu pikirkan saat ini dengan adanya peristiwa itu?
 Bagaimana kondisi fisik setelah peristiwa itu?
 Bagaimana kehidupan beribadah Ibu setelah peristiwa itu terjadi?
Bagaimana hubungan Ibu dengan orang lain? Apakah ada perubahan?
 Bagus. Ibu sudah mau menceritakan peristiwa yg Ibu alami, & apa yang Ibu alami saat ini
 Apa yang Ibu lakukan untuk mengatasi rasa tidak nyaman selama ini?
11

 Apakah cara itu bisa mengatasi masalah Ibu?


 Ada satu cara yang bisa Ibu lakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang Ibu
alami akibat peristiwa trauma tersebut yaitu dengan bercerita dengan orang lain. Silakan
Ibu ceritakan apa pikiran dan perasaan yang Ibu alami kepada orang yang Ibu percayai.
Seperti saat ini yang kita lakukan.
 Bagaimana Bu? Mau dicoba?
Ya, bagus.
TERMINASI :
 Bagaimana perasaan Ibu setelah bercerita panjang lebar tadi? Apakah merasa lebih lega?
 jadi peristiwa yang Ibu alami adalah ….Persitiwa itu menimbulkan perasaan …,
kondisi fisikIbu menjdi …., sementara itu hubungandengan orang lain menjadi ….,
kehidupanspiritual menjadi … sampai sekarang.
 Saya anjurkan Ibu mau bercerita hal-hal yang Ibu rasakan kepada saya atau
keluarga sehingga beban perasaan menjadi berkurang.
 Kita akan ketemu lagi 2 hari lagi ya Bu? Saya akan datang jam 10 pagi. Apakah Ibu
bersedia? Tempatnya di sini saja ya Bu?

KESIMPULAN :

Post Trauma Syndrome Disorder (PTSD) merupakan bentuk gangguan psikologis yang
diakibatkan oleh trauma terhadap kejadian yang dialami seseorang. Trauma ini dapat
menyebabkan berbagai macam reaksi stress baik secara emosional, fisik, kognitif maupun
interpersonal. Oleh sebab itu membutuhkan penanganan secara sungguh-sungguh sesuai
dengan tingkat traumatis yang dialami.
BUKU PUSTAKA :

Smith, M., Segal R., Segal, J. (November, 2008). "Post-traumatic Stress Disorder (PTSD):
Symptoms, Treatment, and Self-Help." This data retrieved from http://www.
helpguide.org/mental/post_traumatic_stress_disorder_symptoms_treatment.htm.
12

S-ar putea să vă placă și