Sunteți pe pagina 1din 11

ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No.

2 Oktober 2015, hal 127-137

Antioxidant Activity of Flavonoid from Rhizome Kaemferia galanga L.


Extract
Elok Kamilah Hayati, Rachmawati Ningsih, Latifah

Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Email: eloksunardji@yahoo.com

Abstract
Kaemferia galanga L. rhizome is a traditional crop which is widely used for herbal medicine. This research
is started from the extraction of maceration using ethanol 80% and partition with chloroform:water. 80 % ethanol
extract and chloroform fraction tested antioxidant activity with DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl),
phytochemicals with reagents, separation of the active compound by TLC (thin layer chromatography)
analytical and preparative TLC, the identification of compounds with sliding reagent using UV-Vis. The test
results on the antioxidant activity of 80% ethanol extract of 64,93% (100 ppm) and chloroform fraction of 54,9
% (100 ppm) with indigo IC50 of 13,07 mg/mL and 81,9 mg mL. 80 % ethanol extract and chloroform fraction
has potential as a source of natural antioxidants. Phytochemical test showed 80% ethanol extract contains
flavonoids, alkaloids and tannins. At the chloroform fraction extract containing flavonoids. The separation of the
active compounds with analytical TLC using eluent PE: ethyl acetate (5: 1) resulted in 7 stain (Rf 0,06 to 0,96)
and preparative TLC produce 8 spots (Rf from 0,19 to 0,83). Results from UV-Vis spectrum can be presumed
that such a class of flavonoid compounds flavanones or dihidroflavonol. It can be seen from the wavelength
range 210-285 nm in the bands I and 300-550 nm in band II. The addition of the reagent slide showed the
presence of hydroxyl groups in ring A, B and C and O-hydroxy on ring A.

Keywords: antioxidant activity, Kaemferia galanga rizhome, sliding reagent, Thin Layer Chromatography, 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl

Abstrak
Kencur merupakan tanaman tradisional yang banyak dimanfaatkan sebagai obat alami. Penelitian ini
diawali dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 80 % dan partisi dengan kloroform:air. Ekstrak
etanol 80 % dan fraksi kloroform dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, fitokimia dengan reagen,
pemisahan senyawa aktif dengan KLT analitik dan KLT preparatif, identifikasi senyawa dengan pereaksi geser
menggunakan UV-Vis. Hasil uji aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol 80 % sebesar 64,93 % (100 ppm) dan
fraksi kloroform 54,9 % (100 ppm) dengan nila IC50 sebesar 13,07 mg/mL dan 81,9 mg/mL. Ekstrak etanol 80 %
dan fraksi kloroform mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan alami. Uji fitokimia menunjukkan ekstrak
etanol 80 % mengandung senyawa flavonoid, alkaloid dan tanin. Pada ekstrak fraksi kloroform mengandung
senyawa flavonoid. Pemisahan senyawa aktif dengan KLT analitik menggunakan eluen PE:etil asetat (5:1)
menghasilkan 7 noda (Rf 0,06-0,96) dan KLT preparatif menghasilkan 8 noda (Rf 0,19-0,83). Hasil dari
spektrum UV-Vis dapat diduga bahwa senyawa flavonoid tersebut merupakan golongan flavanon atau
dihidroflavonol. Hal ini dapat dilihat dari rentang panjang gelombang 210 - 285 nm pada pita I dan 300 - 550 nm
pada pita II. Penambahan pereaksi geser menujukkan adanya gugus hidroksi pada cincin A, B dan C dan O-
hidroksi pada cincin A.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, Kaemferia galanga L., pereaksi geser, kromatografi lapis tipis, 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl

1. Pendahuluan memiliki potensi sebagai obat yaitu


Indonesia dikenal dengan kekayaan rimpang kencur (Kaemferia galanga L)
sumber daya alamnya yang melimpah, salah Wijayakusuma, 2008). Rimpang kencur
satunya yaitu memiliki aneka ragam sudah dikenal luas di masyarakat baik
tumbuhan yang digunakan sebagai obat sebagai bumbu makanan atau untuk
tradisional. Salah satu tumbuhan yang pengobatan diantaranya adalah batuk, mual,

127
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

bengkak, bisul dan antitoksin seperti yang terkandung dalam kencur Kaemferia
keracunan tempe bongkrek dan jamur. galanga L.
Selain itu, berkhasiat untuk menambah
daya tahan tubuh, menghilangkan masuk 2. Metodologi Penelitian
angin, dan kelelahan (Gholib, 2009). Bahan yang digunakan pada penelitian
Rimpang kencur mengandung ini terdiri dari serbuk rimpang kencur yang
beberapa senyawa aktif. Hasil penelitian berasal dari Materia Medika Batu. Bahan
Hasanah (2011) menginformasikan bahwa kimia etanol p.a, HCl 2 %, kloroform,
hasil skrining fitokimia ekstrak etanol NaOH, asam asetat glasial, petroleum eter,
rimpang kencur terdeteksi mengandung n-butanol, aquades, H2SO4, larutan FeCl3,
senyawa flavonoid, polifenol, tanin, kuinon, reagen Dragendrofff, reagen Meyer,
dan seskuiterpen. pereaksi Lieberman Burchard, DPPH,
Flavonoid merupakan salah satu vitamin C, logam Mg, asam asetat
kelompok senyawa metabolit sekunder anhidrat, amonia dan plat KLT Gel 60 F254.
yang paling banyak ditemukan di dalam Peralatan yang digunakan dalam penelitian
jaringan tanaman. Flavonoid berperan ini adalah spektronik 20+ dan UV-vis.
sebagai antioksidan dengan cara
mendonasikan atom hidrogennya atau 2.1 Preparasi sampel
melalui kemampuannya mengkelat logam, Sampel rimpang kencur dicuci hingga
berada dalam bentuk glukosida bersih, lalu dikering anginkan kemudian
(mengandung rantai samping glukosa) atau sampel dipotong kecil-kecil. Setelah itu,
dalam bentuk bebas yang disebut aglikon sampel kering dihaluskan dengan blender
(Cuppett, 1954). hingga halus dan diayak dengan ayakan 90
Metode yang sering digunakan dalam mesh.
pengujian antioksidan adalah DPPH yang
merupakan radikal bebas yang stabil. 2.2 Ekstraksi maserasi
Parameter yang digunakan untuk Serbuk rimpang kencur ditimbang sebanyak
mengetahui aktivitas antioksidan ialah IC50 60 gram. Kemudian dilarutkan dengan
(konsentrasi substrat untuk menghasilkan pelarut etanol 80 % sebanyak 180 mL.
50% reduksi dari DPPH) (Molyneux, Maserasi dilakukan selama 24 jam,
2003). kemudian dishaker selama 3 jam dengan
Eluen-eluen yang digunakan untuk kecepatan 120 rpm, kemudian disaring dan
memisahkan senyawa flavonoid adalah ampas yang diperoleh dimaserasi kembali
metanol-kloroform (1:39) dan (1:9) dengan pelarut yang sama dan dilakukan
(Milyasari, 2011) menghasilkan bercak sebanyak 3 kali pengulangan sampai
lembayung gelap, petroleum eter-etil asetat filtratnya berwarna bening. Selanjutnya
(5:1) menghasilkan bercak coklat-merah disaring dan filtratnya dipekatkan
dan kloroform-metanol-air (9,7:0,2:0,1) menggunakan rotary evaporator vaccum.
(Fitriani, 2011). Ekstrak pekat sebanyak 2,5 gram yang
Penelitian ini dilakukan untuk diperoleh selanjutnya dihidrolisis dengan
mengetahui aktivitas antioksidan dan HCl 2 N sebanyak 5 mL kemudian
dugaan senyawa flavonoid yang terdapat
dihomogenkan selama 1 jam, lalu dipartisi
pada ekstrak rimpang kencur. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dengan pelarut air : kloroform (1:1)
informasi ilmiah dan sebagai studi sehingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
pendahuluan potensi senyawa flavonoid (fase air) dan lapisan bawah (fase

128
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

kloroform) dan partisi dilakukan secara pada tahap sebelumnya, setelah itu
bertahap (3 × 12,5 mL). Senyawa flavonoid larutan dimasukkan ke dalam kuvet
diasumsikan berada pada lapisan bawah hingga penuh dan diukur absorbansinya
dengan λmaks yang didapatkan.
(fase organik), Fase organik kemudian
b. Sampel dilarutkan dalam etanol p.a
dipekatkan dengan rotary evaporator. dengan konsentrasi 10, 25, 50 dan 100
Ekstrak flavonoid dapat dihitung ppm. Tabung reaksi disiapkan untuk
randemennya menggunakan rumus berikut: masing-masing konsentrasi, kemudian
tiap-tiap tabung reaksi diisi dengan 4,5
% Rendemen = Berat ekstrak x 100 (1) mL ekstrak dan ditambahkan DPPH
Berat sampel 1,5 mL (1:3). Perlakuan tersebut
diulangi hingga tiga kali pada tiap
konsentrasi. Sampel diinkubasi pada
2.3 Penentuan Panjang Gelombang suhu 37°C kemudian diukur
Maksimum absorbansinya pada λ maks. Data
Larutan DPPH 0,2 mM sebanyak 1,5 mL absorbansi yang diperoleh dari tiap
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, konsentrasi masing-masing ekstrak
ditambah 4,5 mL etanol p.a. kemudian dihitung nilai persen (%) aktivitas
diinkubasi pada suhu 37 °C dan didiamkan antioksidannya (Rizkia, 2014):
selama ± 30 menit, dimasukkan ke dalam
kuvet. Diamati λmaks larutan untuk
digunakan pada tahap selanjutnya. Abs kontrol - Abs sampel
% Aktivitas Antioksidan = x 100 (2)
Abs kontrol
Setelah didapatkan persen (%) aktivitas
2.4 Penentuan Waktu Kestabilan
antioksidan, selanjutnya masing-masing
Pengukuran Antioksidan
Dibuat larutan ekstrak 100 ppm sebanyak ekstrak dihitung nilai IC50 dengan
25 mL, kemudian diambil sebanyak 4,5 memperoleh persamaan regresi
mL. Ditambahkan 0,2 mM larutan DPPH menggunakan program “GraphPad
sebanyak 1,5 mL, lalu diinkubasi pada suhu prism5 software, Regression for
37 OC. Larutan yang diperoleh dipipet ke analyzing dose-response data”.
dalam kuvet, kemudian dicari waktu c. Pembanding vitamin C dilakukan
kestabilan pada rentangan waktu 5-120 seperti sampel, akan tetapi sampel
menit dengan interval 5 menit. Sampel diganti dengan larutan vitamin C.
diukur menggunakan spektronik 20+ pada
λmaksyang telah diketahui pada tahap 2.6 Uji fitokimia flavonoid
sebelumnya (Suroso, 2011). Ekstrak pekat masing-masing sampel
dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian
dilarutkan dalam 1 – 2 mL metanol panas
2.5 Pengukuran Potensi Antioksidan
50 %. Setelah itu ditambah logam Mg dan
pada Sampel
a. Absorbansi kontrol: 1,5 mL larutan 0,5 mL HCl pekat. Larutan berwarna merah
DPPH dimasukkan ke dalam tabung atau jingga yang terbentuk, menunjukkan
reaksi, ditambahkan etanol p.a adanya flavonoid. Hasil uji pereaksi ini
sebanyak 4,5 mL, kemudian ditutup selanjutnya digunakan pada tahap
tabung reaksi dengan aluminium foil, pemisahan senyawa aktif dengan KLT
lalu diinkubasi pada suhu 37 OC selama analitik untuk mengidentifikasi golongan
waktu kestabilan yang telah didapatkan flavonoid.

129
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

2.7 Uji fitokimia Alkaloid 2.11 Pemisahan Flavonoid


Ekstrak pekat masing-masing sampel Pemisahan dengan KLT Analitik
dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah menggunakan plat G60F254 1x10 cm yang
0,5 mL HCl 2 % dan larutan dibagi dalam telah diaktifkan dengan pemanasanpada
dua tabung. Tabung I ditambahkan 3 tetes suhu 100 oC selama 30 menit. Ekstrak
pereaksi Dragendorff, tabung II flavonoid ditotolkan pada jarak 1 cm dari
ditambahkan 3 tetes pereaksi Meyer. Jika tepi bawah plat dandikeringkan kemudian
tabung I terbentuk endapan jingga dan dielusi dengan jarak 8 cm. Eluen yang
pada tabung II terbentuk endapan digunakan adalah metanol-kloroform (1:39)
kekuning-kuningan atau putih, dan (1:9), PE-etil asetat (5:1) dan
menunjukkan adanya alkaloid. kloroform-metanol-air (9,7:0,2:0,1). Setelah
gerakan larutan pengembang sampai pada
2.8 Uji Fitokima Tanin garis batas, elusi dihentikan. Plat hasil elusi
Ekstrak pekat masing-masing sampel dikeringkan, noda yang terbentuk diamati
dimasukkan kedalam tabung reaksi, dengan lampu UV pada gelombang
kemudian ditambahkan dengan 2-3 tetes maksimum 254 nm dan 366 nm dan
larutan FeCl3 1 %. Jika larutan dihitung nilai Rf. Eluen yang terbaik
menghasilkan warna hijau kehitaman digunakan untuk pemisahan KLT
menunjukkan adanya senyawa tanin. preparatif.

2.9 Uji Fitokima Saponin Jarak rambat senyawa


Rf = (3)
Ekstrak pekat masing-masing sampel dalam Jarak rambat eluen dari penotolan
tabung reaksi ditambah air (1:1) sambil
dikocok selama 1 menit, apabila Pemisahan dengan KLT preparatif sama
menimbulkan busa ditambahkan 2 tetes dengan KLT Analitik, akan tetapi ukuran
HCl 1 N dan dibiarkan selama 10 menit, Platnya lebih besar yaitu 10 cm x 20 cm
bila busa yang terbentuk bisa tetap stabil dan dielusi menggunakan eluen yang
maka ekstrak positif mengandung saponin. memberikan pemisahan terbaik pada KLT
analitik. Isolat yang menunjukkan positif
2.10 Uji Fitokima Triterpenoid dan senyawa flavonoid dikerok. Isolat
Steroid dilarutkan dalam etanol p.a dan disentrifuge
Ekstrak pekat masing-masing sampel untuk mengendapkan silikanya, kemudian
dimasukkan dalam tabung reaksi, disaring dan diambil filtratnya.
dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform lalu
ditambah dengan 0,5 mL asam asetat 2.12 Identifikasi Flavonoid
anhidrat. Campuran ini selanjutnya menggunakan Spektrofotometer
ditambah dengan 1 - 2 mL H2SO4 pekat UV-Vis dan Pereaksi Geser
melalui dinding tabung tersebut. Jika hasil Filtrat yang diperoleh dari hasil KLT
yang diperoleh berupa cincin kecoklatan preparatif dianalisis menggunakan
atau violet pada perbatasan dua pelarut spektrofotometer UV-Vis, masing-masing
menunjukkan adanya triterpenoid, filtrat sebanyak 3 mL dimasukkan dalam
sedangkan jika terbentuk warna hijau kuvet dan diamati spektrumnya pada
kebiruan menunjukkan adanya steroid. panjang gelombang 200 – 800 nm.
Identifikasi dilanjutkan dengan
penambahan pereaksi geser NaOH 2 M,
AlCl3 5 %, AlCl3 5 %/HCl, NaOAc,

130
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

NaOAc/H3BO3, kemudian diamati permukaan, sehingga diharapkan proses


pergeseran puncak serapannya, tahapan ekstraksi lebih maksimal karena kontak
kerja penggunaan pereaksi geser meliputi: antara sampel dengan pelarut lebih
1. Isolat diamati pada panjang gelombang maksimal.
200 – 800 nm, dicatat spektrum yang Proses ekstraksi serbuk rimpang
dihasilkan. kencur menggunakan metode maserasi.
2. Isolat dari tahap 1 ditambah dengan 3 Prinsipnya adalah mengekstrak senyawa
tetes NaOH 2 M, dikocok hingga aktif yang dapat larut dalam pelarut
homogen dan diamati spektrum yang berdasarkan tingkat kepolaran masing-
dihasilkan. Sampel didiamkan selama 5 masing pelarutnya like dissolves like
menit dan diamati spektrum yang (Khopkar, 2008). Metode ini didasarkan
dihasilkan. pada perendaman sampel didalam pelarut
3. Isolat dari tahap 1ditambah 6 tetes sehingga pelarut akan menembus dinding
pereaksi AlCl3 5 % dalam metanol, sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
kemudian dicampur hingga homogen mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif
dan diamati spektrumnya. Sampel akan larut dalam pelarut yang sesuai karena
ditambah 3 tetes HCl kemudian adanya perbedaan konsentrasi antara zat
dicampur hingga homogen dan diamati aktif di dalam sel dan di luar sel, sehingga
spektrumnya. larutan yang berdekatan terdesak keluar.
4. Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk Peristiwa tersebut akan berlangsung terus-
natrium asetat ± 250 mg. Campuran menerus sampai terjadi keseimbangan
dikocok hingga homogen konsentrasi antara larutan yang di luar
menggunakan vorteks dan diamati dengan yang ada di dalam sel (Voight,
spektrumnya, selanjutnya larutan 1995).
tersebut ditambah asam borat ± 150 Pemilihan pelarut etanol 80 %
mg, dikocok hingga homogen dan karena memiliki nilai kepolaran yang lebih
diamati spektrumnya. tinggi daripada etanol p.a sehingga dapat
mengekstrak sampel dengan lebih
3. Hasil dan Pembahasan maksimak. Selain itu, karena sifat
3.1 Preparasi Sampel. ketoksikan yang rendah daripada pelarut
Pengeringan dilakukan dengan cara alkohol lainnya (Guenther, 2006).
diangin-anginkan pada suhu ruang, hal ini Filtrat hasil maserasi di rotary
berfungsi mengurangi kadar air untuk vacuum evaporator yaitu proses pemisahan
menghindari tumbuhnya mikroba, sehingga ekstrak dari pelarut dengan pemanasan
sampel tidak mudah rusak. Pengeringan yang diatur dengan mempercepat putaran
sampel pada suhu ruang berfungsi untuk dari labu alas bulat . Pelarut dapat menguap
menghindari rusaknya senyawa aktif yang pada suhu 5 ̶ 10 ºC dibawah titik didihnya
terkandung dalam sampel. Menurt karena adanya penurunan tekanan (Sudjaji,
Hernawan, 2003 pengeringan sebaiknya 1988). Ekstrak pekat yang dihasilkan
dilakukan pada suhu kamar atau kurang dari sebanyak 5 gram dengan warna hijau pekat.
40 °C, pada suhu lebih dari 40 °C dapat Selanjutnya, dihidrolisis menggunakan HCl
terjadi penurunan kadar dan ekstrabilitas 2N untuk mempercepat pemutusan ikatan
flavonoid secara drastis. Tahap selanjutnya glikosida antara senyawa glikon (gula) dan
yakni penyerbukan sampel yang berfungsi aglikon (bukan gula).
untuk menyeragamkan ukuran sampel Hasil partisi menghasilkan 2 lapisan yaitu
dengan ukuran 90 mesh dan memperluas lapisan air dan lapisan organik. Komponen

131
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

glikon terdistribusi pada fase air sedangkan


senyawa metabolit sekunder (aglikon) 3.4 Uji Aktivitas Antioksidan
terdistribusi pada fase organik. Flavonoid Pengujian aktivitas antioksidan pada
sampel dilakukan pada panjang gelombang
terkandung dalam fasa organik karena
515.1 nm selama waktu kestabilan
memiliki kepolaran yang sesuai. senyawa- sebagaimana DPPH berperan sebagai
senyawa yang memiliki kepolaran berbeda radikal bebas akan bereaksi dengan
dapat terekstrak kedalam pelarut yang antioksidan membentuk DPPH-H (1,1-
sesuai (Voight, 1994). Fasa organik difenil-2-pikrilhidrazin). Antioksidan akan
dipekatkan menggunakan vacuum rotary mendonorkan atom hidrogennya kepada
evaporator untuk menghilangkan radikal DPPH untuk menetralkan radikal
DPPH dan membentuk radikal antioksidan
pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak
yang lebih stabil.
flavonoid. DPPH* + AH DPPH-H + A*
3.2 Penentuan Panjang Gelombang Larutan kontrol berfungsi untuk
Maksimum mengetahui absorbansi radikal DPPH
Panjang gelombang maksimal DPPH 0,2 sebelum direduksi oleh sampel. Selisih
mM adalah 515,1 nm. absorbansi sampel yang telah direduksi
DPPH dengan absorbansi kontrol
3.3 Penentuan Waktu Kestabilan merupakan sisa radikal DPPH yang terbaca
Pengukuran Antioksidan
pada spektrofotometer UV-Vis. Semakin
Penentuan waktu kestabilan berfungsi
mengetahui waktu yang dibutuhkan sampel besar selisihnya semakin besar aktivitas
untuk mereduksi radikal DPPH dengan antioksidan sampel.
sempurna dan memiliki absorbansi yang
stabil. Tabel 2. Persentase aktivitas antioksidan
Konsentrasi % Aktivitas antioksidan
Tabel 1. Waktu kestabilan sampel sampel Ekstrak Fraksi
Vitamin
Sampel Waktu kestabilan (ppm) etanol klorofor
C
(menit) 80% m
Ekstrak etanol 80% 60 – 70 10 49 33 95
Fraksi kloroform 75 – 85 25 53,53 39,2 96
50 57,78 42,5 97
Vitamin C 50 – 60
75 60,19 47,8 97
100 64,93 54,9 97
Masing-masing sampel diinkubasi
pada suhu 37 °C selama pengukuran waktu Persen (%) aktivitas antioksidan merupakan
kestabilan. Pada suhu ini reaksi
salah satu parameter yang menunjukkan
berlangsung lebih cepat dan optimal.
Suroso (2007) membandingkan pengukuran kemampuan suatu antioksidan dalam
waktu kestabilan DPPH dari sampel yang menghambat radikal bebas. Semakin tinggi
diinkubasi dengan suhu ruang dan pada persen (%) aktivitas antioksidan
suhu 37 °C didapatkan hasil bahwa pada menunjukkan banyaknya atom hidrogen
suhu 37 °C reaksi DPPH dengan sampel yang diberikan oleh senyawa aktif kepada
lebih stabil yang ditandai dengan nilai radikal DPPH sehingga DPPH tereduksi
absorbansi yang tidak jauh berbeda pada
menit ke 30-55. menjadi DPPH-H (Rahayu dkk, 2010).

132
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

Persentase aktivitas antioksidan tertinggi Kuatnya aktivitas antioksidan


terdapat pada vitamin C diikuti ekstrak ekstrak etanol 80% bisa dipengaruhi oleh
etanol 80%, dan ekstrak fraksi kloroform. kestabilan struktur dan posisi gugus
hidroksil pada ketiga senyawa yang
Pada ekstrak etanol 80% selain
terdapat pada ekstrak etanol 80%. Menurut
mengandung senyawa flavonoid juga Winarno, 2008 posisi orto gugus OH pada
terdapat senyawa alkaloid dan tannin yang suatu senyawa merupakan posisi yang
bersifat sinergis sehingga, persen paling bagus untuk antioksidan. Flavonoid
aktivitasnya lebih besar dibandingkan fraksi mendonorkan atom H sebagai peredam
kloroform. radikal DPPH, sehingga terjadi penstabilan
Parameter lain yang digunakan untuk radikal flavonoid dengan adanya resonansi.
mengetahui kekuatan antioksidan ialah IC50 3.5 Uji Fitokimia dengan Reagen
(Inhibition Concentration 50 Value). IC50 Uji kualitatif untuk mengetahui senyawa
merupakan konsentrasi substrat yang dapat aktif yang terkandung dalam tanaman.
menyebabkan berkurangnya 50 % aktivitas Adanya reaksi pengujian warna dengan
DPPH (Molyneux, 2003). suatu reaksi warna (Kristanti, 2008). Uji
fitokimia reagen dilakukan pada ekstrak
etanol 80 % rimpang kencur dan ekstrak
Tabe 3. Nilai IC50 sampel pekat hasil partisi yaitu fraksi kloroform.
Sampel Nilai IC50(μg/mL) Berikut ini hasil pengujian fitokimia reagen
Ekstrak etanol 80% 13,07 dapat dilihat pada Tabel 4:
Fraksi kloroform 81,09
Vitamin C 0,04 Tabel 4. Hasil uji fitokimia rimpang kencur
Golongan Ekstrak Keterangan
senyawa aktif Etanol Fraksi Hasil Positif
Semakin kecil nilai IC50 80% kloroform
Berwarna
menandakan semakin besar aktivitas Flavonoid + +
jingga
antioksidan sehingga konsentrasi yang Alkaloid Endapan
+ -
dibutuhkan untuk meredam radikal DPPH Mayer jingga
sebesar 50 % semakin kecil. Vitamin C Endapan
Dragendroff + -
kuning
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi,
Berwarna
kemudian diikuti ekstrak etanol 80% dan Tanin + - hijau
ekstrak fraksi kloroform. Hal ini kehitaman
disebabkan oleh kestabilan struktur vitamin Tidak ada
C yang dapat mendonorkan dua atom Saponin - - busa atau
gelembung
hidrogennya. Vitamin C dan ekstrak etanol
Tidak
80% memiliki nilai IC50< 50 ppm dan terbentuk
Triterpenoid - -
termasuk dalam kategori sangat kuat cincin
aktivitasnya, sedangkan nilai IC50 ekstrak coklat
Keterangan: + = Positif mengandung senyawa
fraksi kloroform berada dalam rentang 50- - = Tidak terkandung senyawa
100 ppm, hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak fraksi kloroform memiliki aktivitas Hasil uji fitokimia dengan reagen
antioksidan yang kuat. menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol

133
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

80% dan fraksi kloroform positif Tabel 5 menunjukkan variasi pelarut


mengandung senyawa flavonoid yang PE: etil aseta (5:1) merupakan eluen terbaik
ditandai dengan adanya warna jingga. yang mampu memberikan pemisahan
Selain itu, pada ekstrak etanol 80% terbaik dibandingkan dengan eluen lainnya.
positif mengandung senyawa alkaloid yang Eluen ini mampu memisah 7 noda dan
ditandai dengan terjadi perubahan warna menunjukkan adanya flavonoid setelah
ekstrak dari kuning kehijauan menjadi diamati bawah lampu UV 254 dan 366 nm
oranye dengan endapan jingga setelah dengan pereaksi FeCl3 2 %. Nilai Rf
diberi pereaksi Dragendorf, sedangkan pada masing-masing noda pada eluen terbaik ini
uji Mayer didapatkan endapan kekuningan- adalah 0,06, 0,19, 0,6, 0,7, 0,85, 0,91 dan
kuningan. Positif mengandung tannin yang 0,96. Rf yang lebih besar menunjukkan
ditandai dengan terbentuknya warna hijau senyawa cenderung lebih terdistribusi pada
kehitaman pada ekstrak setelah fase geraknya (PE:etil asetat) yang bersifat
ditambahkan dengan FeCl3 disebabkan kurang. Sehingga, proses migrasi solut
karena tanin akan membentuk senyawa berlangsung lebih cepat.
kompleks dengan ion Fe3+ (Effendy, 2007).
3.7 Pemisahan Senyawa Tanin dengan
3.6 Pemisahan senyawa flavonoid KLT Preparatif
dengan KLT analitik Eluen yang digunakan merupakan eluen
KLT analitik ini digunakan untuk mencari terbaik pada pemisahan KLTA yaitu PE:etil
eluen terbaik dari beberapa eluen yang baik asetat (5:1).
dalam pemisahan senyawa flavonoid. Eluen Pemisahan flavonoid menggunakan KLTP
yang baik adalah eluen yang menghasilkan menghasilkan 8 spot. Perbedaan jumlah
senyawa dalam jumlah yang banyak noda pada pemisahan KLTA dan KLTP
ditandai dengan munculnya noda. Noda
dimungkinkan karena pemisahan senyawa
yang terbentuk tidak berekor dan jarak
antara noda satu dengan yang lainnya jelas pada KLTA kurang maksimal dilihat dari
(Harborne, 1987). ukuran plat pada KLTA yaitu 1x10
KLT yang digunakan terbuat dari sedangkan pada KLTP 10x20 dan prosen
silika dengan ukuran 1 × 10 cm G60 F254 penjenuhan dari keduanya sehingga, proses
(Merck). Pemisahan KLT akan optimal jika elusinya lebih maksimal pada KLTP.
ukuran bercak penotolan dibuat sekecil
3.8 Identifikasi senyawa flavonoid
mungkin. Penotolan sampel yang tidak
dengan spektrofotometer UV-Vis
tepat akan menyebabkan noda yang dan pereaksi geser
menyebar dan puncak ganda (Gandjar, Spektrofotometer UV-Vis merupakan
2007). metode yang berguna untuk menganalisis
dugaan awal struktur flavonoid. Metode ini
Tabel 5. Pemisahan flavonoid dengan KLTA membantu mengidentifikasi jenis senyawa
No. Eluen Jumlah noda polifenol dan pola oksigenasinya.
1. PE:etil asetat (5:1) 7 Kedudukan gugus hidroksi fenol pada inti
PE:etil asetat flavonoid dapat ditentukan dengan
2. 5
(19:1)
menambahkan pereaksi geser (Markham,
PE:kloroform
3. 5 1988). Serapan khas senyawa flavonoid
(1:9)
pada UV-Vis mempunyai dua pita. Panjang
Metanol:kloroform
4. 1 gelombang pada pita I antara 300 - 550 nm,
(1:19)

134
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

Sedangkan pada pita II mempunyai panjang Tabel 6. Hasil pemisahan dengan KLTP
gelombang antara 210 - 285 nm. Isolat hasil Warna noda
Nilai Dugaan
KLTP yang diidentifikasi pada penelitian Spot dibawah sinar
Rf senyawa
ini adalah isolat 6, 7 dan 8 dan dilarutkan UV366 nm
dalam etanol. 1 0,19 Kuning -
2 0,24 Hijau Flavonoid
3 0,39 Merah muda -
4 0,53 Kuning -
5 0,58 Merah muda -
6 0,69 Oranye Flavonoid
7 0,72 Hijau Flavonoid

Tabel 7. Data spektrum isolat 6, 7 dan 8


Panjang gelombang maksimum (nm) dengan penambahan pereaksi geser
Isolat EtOH EtOH + EtOH + EtOH + EtOH + EtOH + EtOH +
NaOH NaOH 5 menit AlCl3 AlCl3/HCl NaOAc NaOAc/H3BO3
6 291,1 285,0 289,0 292,9 292,0 291,1 284,9
7 308,0 307,0 308,0 308,0 309,1 307,0 302,0
217,7 216,0 219,0 - - 217,0 220,0
8 280,0 280,1 281,8 281,8 282,6 280,0 282,9

Dari data spektrum di atas diperkuat dengan pergeseran batokromik


diasumsikan senyawa flavonoid yang pada pita II, setelah penambahan pereaksi
mungkin dari hasil KLT preparatif geser NaOAc pada isolat.
dibawah sinar UV 366 nm adalah isolat Penambahan pereaksi geser NaOH
7. Hal ini dikarenakan isolat 7 tersebut setelah 5 menit menunjukkan adanya
setelah ditambahkan pereaksi geser pergeseran hipsokromik pada pita II, hal ini
memiliki 2 panjang gelombang menunjukkan bahwa ada gugus orto
maksimum pada daerah 210 - 285 nm dihidroksi pada cincin A. Hal ini diperkuat
(pita II) dan 300 - 550 nm (pita I). dengan adanya pergeseran hipsokromik
Isolat yang lain diduga bukan pada pita II setelah penambahan pereaksi
merupakan senyawa flavonoid karena geser H3BO3, yang menunjukkan adanya
setelah ditambahkan pereaksi geser ada gugus orto dihidroksi pada atom C-6,C-7
yang memiliki satu panjang gelombang atau C-7,C-8.
maksimum dan panjang gelombang Penambahan AlCl3 tidak
maksimum pada pita I dan pita II tidak meyebabkan pergeseran panjang
sesuai dengan data literatur. Sehingga gelombang, hal ini menunjukkan bahwa 5-
diperkirakan isolat-isolat tersebut OH dengan gugus prenil pada cincin 6.
dimungkinkan merupakan senyawa Sedangkan, penambahan AlCl3/HCl
polifenol yang lain. menghasilkan pergeseran batokromik pada
Penambahan pereaksi geser NaOH pita I sebesar 1,1 nm yang memungkinkan
menyebabkan terjadinya pergeseran adanya gugus o-diOH pada cincin B dari
batokromik sebesar 1,5 pada pita II, yang auron dan khalkon.
menunjukkan adanya gugus hidroksi pada Pergeseran batokromik yang terjadi
cincin A yaitu pada atom C-7. Dugaan ini pada penambahan pereaksi geser NaAc

135
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

menujukkan adanya gugus 7-OH atau ada 6. Daftar Pustaka


gugus yang peka terhadap basa seperti pada Cuppett, S.M., dan Schrepf, C. Hall III.
C-6,C-7 atau C-7,C-8 atau C-3,C-4’- 1954. Natural Antioxidant Are They
dihidroksi. Pergeseran hipsokromik yang Reality. Dalam Foreidoon Shahidi:
terjadi pada pita I dan pita II, setelah Natural Antioxidants, Chemistry,
penambahan pereaksi geser NaAc dan Health Effect and Applications,
H3BO3 menunjukkan adanya gugus orto AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-
dihidroksi pada cincin A dan B pada atom 24.
C-6,C-7 atau C-7,C-8. Berdasarkan data Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia
interpretasi perubahan panjang gelombang Koordinasi Jilid I. Malang: Banyu
maksimum isolat 7 dari spektrofotometer Media Publishing.
UV-Vis maka senyawa flavonoid yang Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S. dan
mungkin dari isolat 7 termasuk golongan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi Ekstrak
flavanon atau dihidroflavonol, karena Metanol Daun Sirih Merah (Piper
spektrum yang terbentuk merupakan ciri crocatum ruiz &Pav ) pada Tikus
khas dari flavanon atau dihidroflavonol Putih. Majalah Obat Tradisional: 16
dengan kemungkinan terdapat gugus (1), 34-42.
hidroksi pada C-3,C-6, C-7, dan C-4’. Gandjar, I.G dan Rohman, A. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta:
4. Kesimpulan Pustaka Pelajar.
Ektrak etanol rimpang kencur 80% dan Gholib, D. 2009. Daya hambat ekstrak
fraksi kloroform memiliki potensi kencur terhadap pertumbuhan jamur
antioksidan yang kuat dengan nilai persen Tripchophyton mentagrobhytes dan
cryptococcus neoformans jamur
aktivitas tertinggi 64,93 % dan 54,9 %
penyebab penyakit kurap pada kulit
dengan nilai IC50 13,07 μg/mL dan 81,9 dan penyakit paru, Bul. Littro, vol.20,
μg/mL. Hasil dari KLTA eluen terbaik no.1, hal 59-67.
adalah PE:etil asetat yang mampu Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. Jakarta :
menghasilkan spot sebanyak 7. Dan hasil UI Press.
KLTP menghasilkan 8 spot. Hasil Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia:
identifikasi menggunakan spektrofotometer Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Cetakan Kedua.
UV-Vis dan diperkuat dengan penambahan
Penerjemah: Padmawinata, K. dan I.
pereaksi geser menunjukkan bahwa isolat 7 Soediro. Bandung: ITB.
merupakan golongan flavanon atau Hasanah, A. N., Nazaruddin, F., Febrina,
dihidroflavonol. E., dan Zuhrotun, A. (2011). Analisis
Kandungan Minyak Atsiri dan Uji
5. Ucapan Terima Kasih Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
1. DIPA UIN Malang atas bantuan Rimpang Kencur (Kaempferia
pendanaan penelitian galanga L.) . Jurnal Matematika &
2. Rachmawati Ningsih, M.Si selaku Sains. 147-153.
dosen konsultan. Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia
3. Semua staf laboratorium jurusan kimia Analisis. Jakarta: Universitas
yang telah membatu dalam melayani Indonesia.
fasilitas alat dalam proses penelitian. Markham, K.R. 1998. Cara
Mengidentifikasi Flavonoid,

136
ALCHEMY: Journal of Chemistry, Vol. 4 No. 2 Oktober 2015, hal 127-137

Terjemahan Kosasih Padmawinata. Rahayu, D dan Hastuti, S.D. 2009.


Bandung: Penerbit ITB. Stabilitas Saponin sebagai Antibiotik
Marliana, E. 2005. Aktivitas Antioksidan Alami Hasil Isolasi Gel Daun Aloe
Ekstrak Etanol Daun Andong barbandis miller pada Variasi Suhu
(Cordyline fruticosa L.). Jurnal dan Lama Simpan. Jurnal. Malang:
Mulawarman Scientifie, Volume 11, Jurusan Peternakan Fakultas
Nomor 1, April 2012 ISSN 1412- Peternakan-Perikanan Universitas
498X. Muhammadiyah Malang.
Milyasari, C. 2011. Isolasi Senyawa Suroso, H.C. 2007. Uji Antioksidan dan
Antibakteri Staphylococcus aureus Identifikasi Senyawa Aktif pada
dan E.coli dari Ekstrak Buah Tanaman Anting-anting (Achalypha
Blimbing Wuluh (Averrhoa blimbi. Indica L.). Skripsi Tidak Diterbitkan.
L). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Fakultas
Malang: Fakultas Sains dan Sains dan Teknologi Universitas
Teknologi Universitas Islam Negeri Islam Negeri Maaulana Malik
Malang. Ibrahim Malang.
Molyneux, P. 2003. The Use of The Stable Voight, R.1995. Buku Pelajaran Teknologi
Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl Farmasi. Diterjemahkan oleh Soedani
(DPPH), for Estimating Antioxidant Noerono Soewandi, Apt. Yogyakarta:
Activity. Journal of Science and Universitas Gajah Mada press
Technology. Institute of Food Wijayakusuma, H. 2008. Pengobatan
Research Colney, Norwich, United Herbal dengan Ramuan Tionghoa.
Kingdom. Vol 26(2) : 211-219. Jakarta: Niaga Swadaya.

137

S-ar putea să vă placă și