Sunteți pe pagina 1din 15

A.

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Foundations of Education 11th Edition


Judul Chapter : The Teaching Profession
(Profesi Mengajar)
Pengarang :
1. Allan C. Ornstein
2. Daniel U. Levine
3. Gerald L. Gutek
Halaman : 28 – 49
Penerbit : WADSWORTH CENGAGE Learning (2011)

1
A. ISI BUKU

Hingga abad ke-21, guru cenderung dianggap sebagai suatu hal yang
kecil dan memiliki penghasilan yang rendah. Pelatihan bagi guru formal terdiri
dari satu atau dua tahun di sebuah sekolah normal ataupun universitas keguruan
dan para guru harus mengikuti aturan – aturan yang keras mengenai sikap mereka
di luar sekolah. Tidak terorganisasi dan diasingkan dari sekolah lainnya membuat
para guru tersingkir dari pendidikan wilayah lokal yang ada. Banyak dari
masyarakat mengatakan bahwa guru tidak bisa mengajarkan materi yang
dinginkan oleh khalayak masyarakat secara lebih objektif.
Namun, seiring perubahan waktu yang ada sekarang guru bekerja
keras untuk menjadi profesional dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai
instruksi, konten, dan metode yang bisa digunakan pada bidang-bidangnya. Saat
ini juga, para guru telah terorganisasi dengan baik sesuai kelompoknya dan telah
mendapat pengakuan yang sesuai dengan bidang kerjanya. Sering kali para guru
juga dapat berpartisipasi dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan unit
kerjanya. Mereka memiliki hubungan yang kuat dengan pihak administrasi
sekolah, para peneliti dari universitas, staf-staf pemerintahan, dan komunitas –
komunitas yang menaungi mereka.
Fokus diskusi yang akan dibahas pada bagian ini adalah :
1. Apa hal yang berpengaruh sehingga guru dapat dikatan sebagai sebuah
profesi ?
2. Pada bagian apa, sehingga guru juga dapat dianggap tidak sepenuhnya
sebagai sebuah profesi?
3. Membantu atau tidakkah upah jasa bagi seorang guru?
4. Apa yang menjadi tujuan dan aktifitas dari dua organisasi profesional utama,
NEA dan AFT?
5. Apa organisasi profesional lainnya untuk para guru?
6. Organisasi profesional apa yang dapat diikuti para pelajar dan guru?

2
A. Apakah Mengajar adalah Sebuah Profesi?
Sejatinya, pertanyaan mengenai apakah mengajar adalah sebuah
profesi mendapat perhatian yang penuh selama beberapa dekade terakhir oleh
para pakar pendidikan. Beberapa telah mencoba untuk mengidentifikasi
karakter ideal dari sebuah profesi, dan posisi guru sebagai sebuah profesi
dapat ditentukan dari hal-hal berikut :
1. Memiliki kesadaran dalam pelayanan publik, berkomitmen sepanjang
hidupnya untuk karir.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan pada bidang kerjanya.
3. Pelatihan khusus secara berkala.
4. Memiliki standar kontrol dalam persyaratan masuknya.
5. Otonomi dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bidang
kerjanya.
6. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap penilaian yang diberikan atas
tindakan yang dilakukan dalam proses pelayanan sebagai sebuah
perangkat standar kerja.
7. Memiliki sebuah organisasi pemerintahan sendiri yang terdiri dari para
anggota profesinya.
8. Memiliki asosiasi professional atau kelompok elit yang menyediakan
pengakuan terhadap individu atau anggota yang berprestasi.
9. Ada kode etik untuk membantu memperjelas hal-hal yang ambigu atau
poin yang diragukan terkait dengan layanan yang diberikan.
10. Prestise yang tinggi dan kemapanan ekonomi.
Dari kesepuluh aspek tersebut, para pakar menganggap bahwa
mengajar bukanlah sebuah profesi dalam arti yang sepenuhnya karena
memiliki kekurangan dalam memenuhi beberapa karakteristik profesi yang
tercantum di atas. Namun, mengajar dapat dianggap sebagai “semi profesi”.
Hal ini dikarenakan profesi guru atau mengajar berupaya dalam proses
pencapaian karakterisktik-karakteristik tersebut. Para sosiolog berpendapat
bahwa profesi perawat dan pekerja sosial lainnya juga merupakan bagian dari
semi profesi.

3
Secara khusus, mengajar tampaknya tertinggal di belakang profesi
lainnya seperti hukum dan kedokteran dalam empat bidang ini, yaitu : (1)
memiliki pengetahuan dan keterampilan pada bidang kerjanya, (2) memiliki
standar kontrol dalam persyaratan masuknya, (3) otonomi dalam membuat
keputusan yang berkaitan dengan bidang kerjanya, serta (4) prestise yang
tinggi dan kemapanan ekonomi.
Dari poin yang keempat mengenai prestise kerja dan kemapanan
ekonomi dapat diuraikan bahwa, yang dimaksud dengan prestise kerja yaitu
mengacu pada penilaian masyarakat terhadap pekerjaan itu sendiri. Pada
umumnya prestise dari suatu pekerjaan dinilai dari seberapa besar manfaat
yang bisa diberikan oleh suatu pekerjaan terhadap masyarakat secara umum.
Prestise kerja mengacu pada pekerjaan yang membutuhkan pendidikan dan
keterampilan yang tinggi. Berdasarkan aspek status sosial, profesi mengajar
dapat dikategorikan ke dalam profesi yang memiliki prestise relative tinggi.
Sebuah studi yang cukup terkenal dimulai pada tahun 1947 yang
dilakukan oleh National Opinion Research Center (NORC) menyatakan dari
500 pekerjaan, rata-rata skor tertinggi untuk suatu profesi yang dikategorikan
memiliki prestise tinggi adalah 82% untuk dokter dan ahli bedah, dan yang
terendah 9% untuk tukang semir sepatu. Guru sekolah dasar berada di
persantase 60%, sedangkan untuk guru sekolah menengah sebanyak 63%.
Harris Poll (2008) menyatakan bahwa 52% dari responden
menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah profesi yang memiliki nilai
prestise yang sangat tinggi. Pemadam kebakaran menduduki peringkat teratas
dengan persentase 57% dan agen real estate berada pada posisi paling bawah
yaitu sebanyak 6%.
Salah satu alasan mengapa guru dikategorikan sebagai pekerjaan
yang memiliki nilai prestise yang sangat tinggi adalah dilihat dari aspek
pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang guru selama beberapa
dekade terakhir cenderung mengalami peningkatan. Alasan lain dilihat dari
segi kompleksitas dari mengajar itu sendiri. Menurut Brian Rowan,
kompleksitas dari suatu pekerjaan sangat berhubungan dengan prestise

4
pekerjaan itu sendiri. Mengajar memiliki 75% lebih nilai dibandingkan
dengan pekerjaan lainnya.
Kompleksitas pekerjaan guru diwujudkan dalam keterampilan
mereka untuk menerapkan prinsip – prinsip logis atau keilmuan berfikir untuk
mendefinisikan suatu permasalahan, mengumpulkan data, membangun fakta,
dan menarik kesimpulan. Untuk menjadi seorang guru, anda harus mampu
bersikap efisien dalam berbahasa atau menyampaikan suatu maksud baik dari
segi membaca, menulis, dan berbicara. Hal yang paling penting dari itu
semua adalah anda harus mampu bekerja secara efektif dengan banyaknya
karakteristik peserta didik, orang tua, kolega, dan atasan.
Meskipun upah guru sejak tahun 1930 mengalami peningkatan dari
rata-rata orang yang bekerja pada bidang industri, upah guru tetap lebih
rendah jika dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi lainnya seperti
arsitek, perawat, akuntan, ataupun terapis. Gerakan reformasi pendidikan
pada tahun 1980 dan 1990an menempatkan guru sebagai pusat perhatian yang
layak untuk diperjuangkan dalam upaya peningkatan upah kerjanya.

5
B. Organisasi – organisasi Guru
Faktor penting dalam pengembangan pengajaran sebagai suatu
profesi dapat dilihat dari berkembangnya organisasi professional bagi para
guru. The National Education Association (NEA) dan American
Federation of Teacher (AFT) adalah dua lembaga professional penting yang
menaungi guru sebagai suatu profesi. Meskipun secara teknis kerja memiliki
kecenderungan aroma persaingan yang sama – sama berjuang untuk
kepentingan anggotanya, pengakuan, dan kekuasaan. Pada tabel berikut akan
terlihat perbedaan utama antara keduanya.

Meskipun beberapa pakar cenderung berpendapat bahwa perbedaan


ini merupakan kompetisi professional yang sehat, beberapa beranggapan
bahwa hal ini bersifat merugikan. Hal ini dikarenakan terjadinya pemisahan
kekuasaan dan sebagai bentuk pemborosan sumber daya. Selain itu menurut
mereka guru tidak akan mencapai status professional yang utuh sampai
adanya kesatuan diantara keduanya yang secara bersama-sama akan berbicara
kepentingan untuk mereka. Dari hasil kritis ini, maka pada tahun 2000,
dibentuklah kemitraan NEA-AFT sebagai upaya untuk memaksimalkan kerja
mereka atas nama anggota dan atas nama semua orang yang mereka layani.
Apapun pilihan organisasinya diserahkan sepenuhnya kepada para guru untuk
memilih berdasarkan kecenderungannya.

6
Hal terpenting adalah bagaimana setiap guru membuat komitmen
untuk berperan secara aktif dalam keanggotaannya sehingga dapat membantu
para guru untuk meningkatkan profesionalitas kerjanya dan membangun
jaringan yang kuat antar anggotanya. Selain itu, keaktifan dalam keanggotaan
organisasi professional ini juga dapat membantu untuk meningkatkan
gaji/upah bagi para guru, memperbaiki kondisi kerja, dan banyak keuntungan
lainnya yang bisa diperoleh oleh anggotanya. Dengan banyak membaca
jurnal, majalah, ataupun buletin yang dipublikasikan oleh sebagian besar
organisasi ini dapat membuat para guru mengikuti perkembangan terbaru di
lapangan.
1. National Education Association (NEA)
National Education Association (NEA) adalah organisasi yang bersifat
kompleks, organisasi multifaset yang terlibat dalam pendidikan lokal,
negara bagian, dan tingkat nasional. Berbeda dengan AFT, secara
keanggotaan NEA terdiri dari kebanyakan guru dan para administrator di
tingkat nasional (dijelaskan secara detail pada tabel 2.1). NEA termasuk
kedalam lima organisasi lobi terbesar di Negara Amerika bersama dengan
lebih dari 14.000 afiliasi lokal yang paling berpengaruh terhadap lobi-lobi
pendidikan.
Pada akhirnya, NEA hanya akan mendukung guru untuk mogok kerja
sebagai jalan terakhir dalam penyelesaian suatu permasalahan, berbeda
dengan AFT yang lebih cenderung menggunakan taktik/strategi dalam
penyelesaian suatu perkara.
NEA menawarkan berbagai layanan professional untuk para anggotanya.
Keuntungan bagi setiap individu antara lain berupa tabungan asuransi,
jasa keuangan, dan diskon keanggotaan pada berbagai layanan. Divisi
riset NEA melakukan studi tahunan mengenai status profesi, juga
menerbitkan memo penelitian dan survey opini secara tahunan. Publikasi
utama NEA adalah surat kabar bulanan, NEA Today. Lebih dari 50 negara
afiliasi juga mempublikasikan majalah bulanan ini.

7
2. American Federation Of Teacher (AFT)
American Federation Of Teacher (AFT) dibentuk pada tahun 1916, AFT
berafiliasi dengan American Federation of Labor and Congress of
Industrial Organizations (AFL-CIO). AFT pada awalnya hanya terbuka
bagi guru kelas. Pada tahun 1976, untuk meningkatkan keanggotaannya
AFT menargetkan tenaga professional seperti pendidikan tinggi fakultas,
perawat, tenaga professional kesehatan, dan tenaga sekolah terkait seperti
paraprofessional dan pekerja kantin, pemelihara, dan sopir. Keanggotaan
pada tahun 2009 tercatat lebih dari 1,4 juta orang yang terdiri dari 8000
orang guru.
AFT menerbitkan majalah triwulan professional, American Educator, dan
majalah bulanan, American Teacher. Selain itu, afiliasi lokal juga
menerbitkan buletin dua bulanan. AFT juga menyediakan banyak
keuntungan individu bagi tiap anggotanya yang sama dengan NEA.
Namun, tidak seperti NEA, AFT selalu mengharuskan anggotanya untuk
bergabung dengan 3000 afiliasi lokal, 43 negara bagian, dan organisasi-
organisasi nasional secara bersama-sama.
3. Asosiasi Profesional Lainnya
Selain kedua organisasi profesional yang telah dijelaskan sebelumnya,
masih terdapat banyak lagi jenis organisasi/asosiasi profesional lainnya
yang dapat menunjang aktifitas dan kegiatan para guru untuk menjadi
tenaga pengajar yang ahli dalam bidangnya di Amerika. Ada juga
organisasi yang juga menaungi siswa/pelajar dalam kegiatan
pembelajarannya yang ditujukan untuk memastikan bahwa para pelajar
dilayani dan disiapkan secara baik di sekolahnya. Kelompok orang tua-
guru juga menyediakan forum bagi orang tua dan guru untuk bekerja
sama dalam menciptkan lingkungan belajar yang positif. Penjelasan
ringkasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

8
9
C. PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis ingin memaparkan tentang mengajar yang


ditinjau dari segi profesinya. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Jumanta
mengenai etika profesi pengajar disebutkan bahwa, “Etika Profesi Pengajar pada
hakekatnya adalah perumusan dan pelaksanaan cara mengajar yang baik serta
pelaksanaannya sesuai dengan perilaku yang baik di masyarakat. Namun
demikian untuk menjadikan mengajar sebagai suatu profesi masih memerlukan
pemikiran yang lebih mendalam.”
Guru merupakan subjek sentral dalam proses pembelajaran yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang berlangsung. Peran
yang sangat vital ini menjadikan tuntutan tersendiri bagi para guru/pengajar untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengajar menuju profesionalitas kerja yang
tinggi.
Pada bagian awal makalah ini disebutkan mengenai sepuluh (10)
karakteristik suatu pekerjaan dapat dikategorikan sebagai profesi atau bukan. Dari
kriteria yang diinginkan, menurut beberapa pakar mengajar dapat dikategorikan
sebagai profesi ataupun semi profesi. Hal ini bergantung pada penilaiannya
masing-masing. Karakteristik tersebut dapat dijadikan landasan dari penilaian kita
masing-masing terhadap profesi guru.
Anggapan masyarakat bahwa siapapun dapat mengajar menjadikan
beberapa pandangan bahwa tidak ada perlunya mendalami ilmu tentang mengajar.
Sehingga profesi mengajar cenderung dianggap sepele atau kecil oleh sekelompok
orang. Itulah mengapa, profesi mengajar cenderung mengalami ketertinggalan
dibandingkan dengan profesi lainnya seperti dokter, arsitek, pengacara, dan
sebagainya seperti yang telah disebutkan pada bagian isi buku ini sebelumnya.
Pada bagian dua dari buku ini disebutkan beberapa fenomena yang
berkaitan dengan semakin majunya masyarakat berfikir tentang pentingnya
profesi guru yang ada di Amerika. Mereka cenderung lebih cepat merespon atau
bahkan tersadar mengenai arti pentingnya profesi guru. Dengan semakin
berkualitasnya seorang guru, hal ini dapat mengantarkan mereka dalam

10
mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas pula. Untuk itulah, mereka
telah membuat berbagai organisasi profesional yang berpihak pada kepentingan
guru, siswa, tenaga pendidikan terkait lainnya demi mewujudkan kesejahteraan
yang diharapkan.
Lain halnya dengan kondisi guru yang ada di Indonesia. Kesejahteraan
guru di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak
diterapkannya Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 melalui
sertifikasi guru. Dengan adanya sertifikasi guru ini mengharuskan setiap pendidik
untuk lebih meningkatkan keterampilan dan penguasaannya pada bidang ilmu
yang diajarkan untuk menjadi tenaga ahli atau pengajar yang profesional. Dengan
terciptanya profesionalitas dalam bekerja akan mengantarkan seorang guru untuk
memenuhi sepuluh kriteria yang diharapkan dari sebuah profesi.
Namun sayangnya, tidak semua guru sanggup untuk memenuhi kriteria-
kriteria yang diharapkan dengan adanya program sertifikasi ini. Sehingga hasil
yang diperoleh dari program ini kebanyakan bisa disebut sebagai program “boleh
jadi saja”. Hal ini penulis ungkap dari kebanyakan fenomena yang terjadi di
sekitar penulis khususnya di sekolah.
Program sertifikasi guru yang ada di Indonesia tidak bisa menjamin
bahwa setiap guru yang telah memegang sertifikat mengajar mampu menerapkan
pembelajaran yang baik dan profesional. Hanya sedikit dari para pemegang
sertifikat tersbut bisa disebut layak sebagai pengajar yang profesional. Hal ini bisa
jadi dikarenakan tuntutan yang diharapkan tidak melihat aspek sumber daya
manusia yang menjadi target atau sasaran program tersebut. Sebagai contoh, saat
ini proses pembelajaran dituntut sudah berbasiskan IT. Penggunaan media-media
pembelajaran yang bersifat interaktif digunakan untuk menyesuaikan dengan
kondisi zaman yang makin “melek” dengan teknologi. Namun tidak semua dari
guru yang telah bersertifikasi tersebut mampu untuk mengimplementasikan proses
pembelajaran seperti yang diharapkan tadi dengan berbagai alasan dan
pemakluman khususnya proses pembelajaran yang terjadi di daerah-daerah.
Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi salah satu pembela dari
ketidakmampuan tersebut.

11
Hal lain yang diangkat dalam bagian ini adalah mengenai organisasi
profesi guru yang ada di Amerika. Sama halnya dengan yang ada di Amerika, di
Indonesia, guru juga memiliki berbagai macam pilihan organisasi profesional
yang bisa diikuti untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengajar dan
mencari informasi kekinian mengenai profesinya. Sebelum era reformasi hanya
ada satu organisasi profesional guru yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia atau
biasa kita kenal dengan singkatan PGRI. Namun sejak era reformasi bergulir,
mulai bermunculan berbagai organisasi profesional lainnya yang bisa menjadi
wadah bagi para guru dalam menyalurkan aspirasi, pendapat, dan keahliannya.
Organisasi profesi lainnya yang ada di Indonesia antara lain MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran), ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia), IPBI (Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia), HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi
Pendidikan Indonesia), dan sebagainya.

12
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa seiring perubahan


waktu yang ada sekarang guru bekerja keras untuk menjadi profesional dengan
pengetahuan yang lebih baik mengenai instruksi, konten, dan metode yang bisa
digunakan pada bidang-bidangnya. Dengan adanya profesionalitas dalam bekerja
maka hal tersebut akan berbanding lurus dengan upah/gaji yang dapat diterima
oleh seorang pendidik guna mensejahterakan kehidupannya.
Guru yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi akan dapat
bekerja secara maksimal untuk perbaikan dan kemajuan ilmu berdasarkan
bidangnya. Kesejahteraan hidup tersebut juga dapat membantu dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Dukungan dan
perhatian yang serius dari berbagai instansi yang terkait dengan pendidikan
mutlak sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
dimaksudkan agar seorang guru dapat merasa lebih aman dan terkontrol dengan
baik sesuai dengan perannya. Selain itu para guru juga dapat memiliki wadah
dalam menyalurkan minat serta aspirasinya demi kemajuan bidang ilmunya.
Bagi para guru yang telah bersertifikat, hendaknya lebih meningkatkan
wawasan keilmuannya. Dengan begitu upaya pemerintah dalam menjamin
kesejahteraan dari para guru bisa lebih dioptimalkan. Karena guru yang terampil
dalam mengelola kelas dan pembelajarannya akan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan. Sehingga para peserta didik dapat belajar secara
maksimal dan hasil belajar yang diperoleh akan semakin baik. Dengan makin
baiknya pendidikan kita maka akan terbentuklah Sumber Daya Manusia (SDM)
yang unggul di Indonesia dan kelak hal ini akan menjadi penentu perbaikan
bangsa ini pada masa yang akan datang.
Bagi lembaga penyelenggara pendidikan yang dipercaya untuk
mempersiapkan calon tenaga pendidik dalam hal ini adalah guru, hendaknya lebih
meningkatkan kualitas lembaganya baik dari segi pengelolaan dan pengakuan
lembaganya. Hal ini dimaksudkan agar para lulusan yang kelak akan menjadi
tenaga kependidikan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk

13
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapatkan. Dengan berbenah dirinya
lembaga-lembaga terkait yang memiliki kepentingan dalam mempersiapkan
tenaga pendidik diharapkan dapat membantu para guru untuk mencapai
profesionalitas kerjanya. Karena sejak awal mereka telah terbiasa dididik untuk
menjadi tenaga yang profesional.
Pada bagian akhir, rekomendasi yang penulis berikan untuk pemerintah
selaku pemegang kebijakan yang tertinggi dalam pelaksanaan pendidikan
ditekankan untuk lebih serius dalam memperhatikan dan mengusahakan perbaikan
bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah diharapkan tidak hanya bekerja
berdasarkan kepentingan-kepentingan kelompok saja. Pemerintah harus memiliki
visi dan misi yang jelas bagi pendidikan Indonesia ke depannya. Agar perbaikan
mutu serta kualitas pendidikan tidak hanya dilakukan berdasarkan periode kerja
saja. Tapi memang memiliki konsep serta arahan yang berkelanjutan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.

14
E. DAFTAR RUJUKAN

Jumanta. Etika Profesi sebagai Guru. www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=


&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CEEQFjAF&
url=http%3A%2F%2Fjumanta.com%2Fdownload%2Fdoc_download%2F1-
etikaprofesiguru.html&ei=y0oVPTIBcOPuATmgoHoBg&usg=
AFQjCNFFfdlNTntCLMS18nR6XDwgXD1vAw&bvm=bv.76247554,d.c2E.
Diakses tanggal 25 September 2014.

Lisdiana, Hayyun. Implementasi Sikap Profesional Guru Terhadap Organisasi


Profesi Sekolah. http://www.academia.edu/4480767/Implementasi
Sikap_Profesional_Guru_Terhadap_Organisasi_Profesi_di_Sekolah.
Diakses tanggal 25 September 2014.

15

S-ar putea să vă placă și