Sunteți pe pagina 1din 60

ASUHUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem


Musculoskeletal,oleh dosenIbu Dhestriyanti E, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh Kelompok I:

Asep Fajar Firdaus


Ayuandi Enggal P
Dian Mulyani
Fany Galyh P
Ike Kurniawati
Junaidi Abdilah
Leli Yulianti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK) SEBELAS APRIL SUMEDANG
2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam


urat. Pengertian ini perlu dilururuskan karena tidak semua keluhan dari
nyeri sendi disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini
diperparah oleh iklan jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak
jenisnya. Tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu
berarti asam urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.

Sebenarnya yang di maksud dengan asam urat adalah asam yang


berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme
purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin
terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur,buah, dan kacang-kacangan)
atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).

Jadi asam urat merupaka hasil metabolisme di dalam tubuh, yang


kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam
tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85% senyawa purin
untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15%. Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui
secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka
menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia
inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya sangat tinggi.
Produk makanan menganduk purin tinggi bagi ornag-orang tertentu, yang
punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika mengkonsumsi
makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat

2
melewati ambang batas normal. Beberapa jenis makanan yang diketahui
dapat meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan bearing, telur,
dan jeroan ikan. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan
mengiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, da kerupuk
limfa.

Konsumsi jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk


mengolah purin akibatknya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang
berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan
rasa sangat sakit. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan
menggiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, dan
kerumpuk limfa. Tapi salah satu dampaknya, jika tubuh kelebihan
senyawa purin maka meng alami sakit pada persendian.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Gout?
2. Bagaimana etiologi dari Gout?
3. Apa saja klasifikasi dari Gout?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
5. Bagaimana pathofisiologi dari Gout?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Gout?
7. Bagaimana asuhan Keperawatan dari Gout?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gout?
2. Untuk mengetahui etiologi dari Gout?
3. Untuk mengetahui dari Gout?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Gout?
5. Untuk mengetahui pathofisiologi dari Gout?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Gout?
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Gout.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Gout Artritis adaah sekolompok penyakit yang terjadi akibat deposit
kristal monosodiumm urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstra
selurel yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme
purin yaitu asam urat (Aru W.sudoyo. 2009)
Gout artritis adalah gangguan metabolisme asam urat yang ditandai
dengan hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi,
menyebabkan serangan akkut (Hendarto Natadidjaja. 1999).
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin
yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-
ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan ini berkaitan dengan
penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-
2% terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria
daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian
metatarsofalangeal kaki (Muttaqin,2008).
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan
asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki
bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407)
Gout merupakan keadaan heterogenus yang berhubungan dengan
defek genetik pada metabolisme purin atau hiperuricemia. (Brunner &
Suddarth. 2001;1810).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Gout Artritis (asam urat) adalah
penyakit gangguan metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.

4
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang mendukung, seperti:
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes melitus,, hipertensi,
gagguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat
menyebabkan hiperuricemia.
c. Karena penggunan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
d. Mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi adalah
jeroan yang dapat ditemukan pada hewa misalnya sapi, kambing dan
kerbau.

3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik :
1. Stadium artritis gout akut
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang
khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu 5-7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
mengira bahwa kakinya keseleo atau karena infeksi sehingga tidak
memnduga terkena penyakit gout atau tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat
hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat
sembuh dapat sembuh dalam beberapa hari sampai minggu.

5
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal,
diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian ob
at diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.

2. Stadium interkritikal
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka
waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berb
eda.
Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata
-rata berkisar 1 –
2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang l
upa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka
serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit g
out.
Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut,
namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukka
n bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
Dengan  manajemen yang tidak baik , maka keadaan interkritik akan b
erlajut menjadi stadium dengan pembentukan tofi.
3. Stadium artritis gout menahun (kronik)
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik
bertofus. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama
10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di
sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus.Tofus
ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih, pirai menahun
dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus
melanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi gerakan
sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkkan dibawah kulit

6
di sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk didalam ginjal dan organ
lainnya, dibawah kulit telinga atau disekitar sikut. Jika diobati, tofi
pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan masa kristal yang
menyerupai kapur.

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:


1. Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal.
2. Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.
a. Obat-obatan
Salisilat dosis rendah, diuretik, pyrazinamide(obat TBC), levodopa
(obat parkinson), asam nikotinat,ethambutol.
b. Penyakit lain
Insufisiensi ginjal: gagal ginjal adalah salah satu penyebab yang
lebih lazim hiperusemia. Pada gagal ginjal kronikkdar asam urat
pada umumnya tidak akan meningkat sampai kretinie clearance
kurang dari 20 mL/menit, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang
berperan. Pada kelainan ginjal tertentu, seperti nefpropati karena
keracunan timbal menahun, hiperusemia umumnya telah dapat
diamati bahkan dengan insufisiensi ginjal yang minimal.

4. Manifestasi Klinis
Secara klinis ditandai dengan adanya arthritis, tofi, dan batu
ginja. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu
jari kaki sebelah dalam disebut podagra.
Gejala lain dari arthritis pirai akut adalah demam, menggigil,
perasaan tidak enak badan, dan denyut jantung yang cepat, sendi
bengkak, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari yang
terserang yang terjadi mendadak (akut).

7
Manifestasi klinik gout terdiri dari arthritis gout akut,
interkritikal gout, dan gout menahun (kronik) denga tofi. Ketiga
stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi yang
progresif Kristal urat.
Serangan gout biasanya timbul mendadak pada malam hari
pada satu tempat (biasanya sendi pangkal ibu jari kaki). Pada saat
serangan, daerah sekitar sendi tersebut menjadi panas, merah,
bengkak, dan keras.Dapat juga disertai demam nyerinya, yang dapat
sangat hebat biasanya mencapai puncaknya dalam 24 jam.

5. Patofisiologi

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh


pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun
keduanya. Asam urat ini adalah produk akhir metabolisme purin.
Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat
diterangkan sebagai berikut :

Sintetis purin melibatkan dua jalur yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway)

1. Jalur de novo melibatkan sintetis purin dan kemudian asam urat


melalui precursor nonpurin . Substrat awalnya adalah ribosa-5-
fosfat, yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi
nulkeotida purin (asam inosinat, asam guarilat, asam aderilat). Jalur
ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan
terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu
mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.

8
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin
melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan
makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur
de novo. Basa purin bebas ( adenine, guanine, hipoxantin)
berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk precursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
hipoxantin guanine fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenine
foforibotransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus
proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi
kemudian dieksresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui
urin.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan serum asam urat
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat
yang tinggi dalam darah ( >6 mg% ). Kadar asam urat normal
dalam serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%.
pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat
peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah diperlukan untuk
mengetahui apakah kadar asam urat dalam darah berlebih
(hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil
pengobatan.pemeriksaan kadar asam urat dalam darah biasanya
juga diminta pada pasien-pasien yang mendapatkan kemoterapi
tertentu. Penurunan berat badan yang cepat yang mungkin terjadi
pada kemoterapi tersebut dapat meningkatkan jumlah asam urat
dalam darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam
darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Tapi nilai normal tiap rumah
sakit berbeda. Angka leukosit, menunjukkan peningkatan yang

9
signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama
periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal
yaitu 5000-10.000/mm3.
2. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan
sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai
akibat deposit asam urat di persendian.
3. Urine specimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seseorang
mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam urin.
Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat.
Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
feses atau tissue toilet selama waktu pengumpulan biasanya diet
purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin
meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
4. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau maternal aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum Kristal
urat yang tajam, memberikan diagnosis definitive gout.
5. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien
dengan hiperusemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk
mengetahui ada tidak batu asam urat.

7. Komplikasi
a. Penyakit ginjal
b. Batu ginjal (endapan kristal)
c. Hipertensi

10
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
1. Erosi,deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi
kronik dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
2. Hipertensi dan albuminurin.
3. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

8. Penatalaksana Keperawatan
a. Diet rendah purin
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin ( ginjal, hati, ikan
sarden, daging kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat
bergerak.
c. Latihan fisik
Mengajak klien melakukan ROM, gerak aktif pada ektremitas pada
yang tidak sakit dan melakukan perawatan diri.

11
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Tn. G (55 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada sendi jari
kaki, pergelangan kaki, lutut, jari tangan dan pergelangan tangan. Klien
mengatakan menderita asam urat sudah lima tahun dan sering kambuh. Keluarga
mengatakan klien senangnya makan jeroan di rumah makan padang. Dari hasil
pemeriksaan di dapatkan TTV TD: 125/80 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 22
x/menit, suhu 38oC, sekala nyeri: 7, jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan
pergelangan tangan dan kaki terlihat inflamasi (kemerahan, bengkak dan teraba
hangat), kadar asam urat serum 9 mg/dl.

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. G
b. Umur : 55 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status : menikah
e. Alamat :-
f. Suku bangsa : Indonesia
g. Pekerjaan :-
h. Tanggal masuk : 9 November 2016

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Tn. G merasakan nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
jari tangan dan pergelangan tangan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Tn. G mengeluh nyeri pada sendi jari kaki, pergelangan kaki, lutut,
jari tangan dan pergelangan tangan.

12
2. Adanya inflamasi seperti kemerahan, bengkak dan teraba hangat
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tn. G sudah lima tahun menderita asam urat dan sering kambuh.
d. Riwayat kesehatan keluarga
-
e. Riwayat Nutrisi
Keluarga mengatakan Tn. G senangnya makan jeroan di rumah makan
padang

3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda –tanda Vital :
a. TD : 125/80 mmHg
b. HR : 100 x/menit
c. RR : 22 x/menit
d. T : 38oC
2. Pernafasan B1 (breath)
RR = 22x/menit, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat dan
suara nafas normal.
3. Kardiovaskular B2 (blood)
TD = 125/80mmHg, nadi = 100x/menit, suhu = 38 C.
4. Persyarafan B3 (brain)
-
5. Perkemihan B4 (bladder)
-

6. Pencernaan B5 (bowel)
-
7. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Adanya nyeri sendi, terlihat adanya Inflamasi (kemerahan,
dan bengkak) di bagian jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan
pergelangan tangan dan kaki, skala nyeri : 7 (nyeri berat. Bagian

13
jempol kaki, persendian jari, sendi lutut dan pergelangan tangan dan
kaki yang inflamasi teraba hangat dan lembek berisi cairan.

4. Analisa Data
No Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
1  Data subjektif  GOUT
Tn. G  Pelepasan kristal
mengatakan monosodium urat
nyeri pada sendi  Penimbunan dan
di bagian jari pengendapan Kristal
kaki, urat
pergelangan  Leukosit memakan
kaki, lutut, jari kristal urat.
tangan dan  Terjadi mekanisme
pergelangan peradangan.
tangan. Tn. G  Peningkatan sirkulasi
mengatakan darah daerah radang Gangguan rasa
Skala nyeri: 7  Vasodilatasi dari nyaman: nyeri
(nyeri berat), kapiler
 Data Objektif  Eritrema, panas
HR : 100  Nyeri
x/menit
RR : 22 x/menit,
Terlihat adanya
inflamasi
(kemerahan,
bengkak dan
teraba hangat)
pada bagian

14
jempol kaki,
persendian jari,
sendi lutut dan
pergelangan
tangan dan kaki
2  Data subjektif  GOUT
-  Terbentuknya tofi di
 Data objektif sendi
Suhu tubuh : 38  Reaksi imun tubuh
o
C, RR : 22  Respon leukosit
x/menit, HR : polimonukulerf
100 x/menit,  Robekan membrane
Terlihat adanya dan pelepasan
inflamasi oksidase
Peningkatan
(kemerahan,  Kerusakan sel
suhu tubuh
bengkak dan  Enzim lisosom lepas
teraba hangat) di synovial
pada bagian  Penigkatan intensitas
jempol kaki, inflamasi
persendian jari,  Peningkatan suhu
sendi lutut dan tubuh
pergelangan  Hipertermi
tangan dan kaki.

3  Data subjektif  GOUT


Tn. G  Pembentukan tukak
mengatakan pada sendi Hambatan
nyeri sendi di  Tofus-tofus mobilitas fisik
jari kaki, mengering
pergelangan  Kekakuan pada sendi

15
kaki, lutut, jari  Membatasi
tangan, pergerakan sendi
pergelangan  Hambatan mobilitas
tangan, Tn. G
mengatakan
sekala nyeri : 7
(sangat nyeri)
 Data objektif
Terlihat adanya
inflamasi
(kemerahan,
bengkak dan
teraba hangat)
pada jari kaki,
pergelangan
kaki, lutut,
pergelangan
tangan dan jari
kaki.
4  Data subjektif  GOUT
Tn. G  Penumpukan asam
mengatakan urat di tubulus ginjal
menderita asam  Pengendapan asam
urat selama 5 urat di tubulus ginjal Resiko
tahun, Keluarga  Kristalisasi terjadinya gagal
Tn. G  Batu ginjal ginjal
mengatakan Tn.  Hidronefrosis
G senang  Tekanan ginjal
memakan jeroan meningkat
 Data objektif  Kerusakan medula

16
Kadar asam urat ginjal
serum : 9 mg/dl  Kegagalan filtrasi
ginjal
 Gagal ginjal

5  Data subjektif  GOUT


Tn. G  Pola makanan yang
mengatakan banyak mengandung
menderita asam purin
urat sudah 5  Peningkatan kadar
tahun dan sering protein
kambuh,  Gangguan
keluarga Tn. G metabolisme purin Defisit
juga  Minimnya informasi pengetahuan
mengatakan Tn. tentantang pantangan
G senang pola makan,
memakan perawatan dan
jeroan.. pengobatan.
 Data objektif
Kadar asam urat
: 9 mg/dl

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Asam Urat : 9 mg/dl
b. Sel darah putih dan sodimentasi erosit meningkat
c. Pada aspirasi sendi di temukan asam urat
d. Pemeriksaan urin
e. Rontegen

17
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya penimbunan
kristal pada membran synovial ditandai dengan adanya inflamasi.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses inflamasi
ditandai dengan suhu tubuh 38oC.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian ditandai
adanya kemerahan dan bengkak.
4. Resiko gagal ginjal berhubungan dengan peningkatan purin di dalam
tubuh di tandai dengan kadar asam urat 9 mg/dl.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
pencegahan, pengobatan dan perawatan.

C. Intervensi

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan Rasa Tupen : 1. Observasi tanda 1. Adanya
nyaman: nyeri Denagan tanda vital kelainan pada
berhubungan dengan dilakukan 2. Lakukan tanda- tanda
adanya penimbunan tindakan pengkajian nyeri vital terutama
kristal pada membran keperawata secara HR dan RR
synovial ditandai n 3 x 24 jam komperehensif merupakan
dengan adanya nyeri 3. Observasi skala hubungan
inflamasi. berkurang nyeri dengan nyeri
dan rasa 4. Observasi adanya 2. Membantu
nyaman Tn. petunjuk non mengevaluasi
G terpenuhi. verbal mengenai derajat
Tupan : ketidaknyamanan. ketidaknyama
Setelah 5. Anjarkan prinsip nan dan

18
dilakukan managemen nyeri terjadinya
tindakan (tekhnik relaksasi komplikasi
keperawatan dan distraksi) 3. Skla nyeri
selama 3 6. Berikan posisi dapat
hari rasa yang nyaman. mengetahui
nyaman 7. Berikan kompres tingkat respon
klien dingin pada bagian nyeri.
terpenuhi yang terkena 4. Respon non
dan nyeri inflamasi. verbal
hilang 8. Anjurkan klien membantu
menghindari mengevaluasi
penggunaan sepatu derajat nyeri
yang sempit, dan
terantuk pada perubahannya.
benda yang keras 5. Teknik
agar tidak terjadi relaksasi
iritasi pada tofi. membantu
9. Kontrol atau
lingkungan yang mengontrol
dapat mengalihkan
mempengaruhi rasa nyeri,
nyeri memusatkan
10. Kolaborasi tim kembali
medis: analgetik perhatia dan
 Amati efek dapat
samping obat- meningkatkan
obatan koping.
tersebut . 6. Istirahat dapat
menurunkan
metabolisme
setempat dan

19
mengurangi
pergerakan
sendi yang
terjadi
7. Kompres
dingin
membantu
menghambat
implus-implus
nyeri.
8. Bila terjadi
iritasi maka
akan semakin
nyeri, apabila
luka akibat
tofi yang
pecah maka
rawatlah
secara steril
dan juga
perawatan
drain yang
terpasang pada
luka.
9. Lingkungan
bisa menjadi
pemicu
meningkatnya
derajat nyeri
10. Menurunkan
nyeri

20
meningkatkan
kenyamanan
2 Peningkatan suhu Tupen : 1. Monitor tanda- 1. Suhu 38,9-
tubuh b.d adanya Setelah tanda vital 41,1 oC
proses inflamasi dilakukan terutama suhu menunjukan
ditandai dengan suhu tindakan tubuh proses
tubuh 38oC. keperawatan 2. Anjurkan asupan penyakit
3 x 24 jam cairan oral, infeksius akut.
suhu tubuh sedikitnya 2,5 liter Pola demam
klien sehari dapat
menurun. 3. Berikan kompres membantu
Tupan : hangat dalam
Setelah 4. Kolaborasi tim diagnosis.
dilakukan medis: 2. Peningkatan
tindakan  Berikan cairan suhu tubuh
keperawatan Intravena dapat
selama 2  antipiretik mengakibatka
hari suhu 5. Monitor adanya n penguapan
tubuh klien komplikasi. tubuh
kembali meningkat
normal sehingga perlu
yaitu 36 oC diimbangi
– 37oC. asupan cairan
yang banyak.
3. Membantu
menurunkan
suhu tubuh
dengan dilatasi
pembuluh
darah
4. Berkolaborasi

21
membantu
dalam proses
penyembuhan
pasien:
 Pemberian
cairan
intravena
sangat penting
dalam
penurunan
suhu tubuh
 Mengurangi
demam
denagan aksi
sentralnya
pada
hipotalamus,
meskipun
demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme,
dan
meningkatkan
autodestruksi
dari sel-sel
yang terinfeks.
5. Kejang dapat

22
timbul jika
suhu tubuh
bertambah
meningkat.
3 Hambatan mobilitas Tupen : 1. Kaji tingkat 1. Mengkaji
fisik b.d nyeri Denagan imobilisasi yang tingkat
persendian ditandai dilakukan disebkan oleh imobilisasi
adanya kemerahan dan tindakan edema dan pasien dapat
bengkak. keperawata persepsi pasien menentukan
n 3 x 48 jam tentang tindakan
klien imobilisasi selanjutnya.
mampu terebut 2. Memberikan
melakukan 2. Dorong kesempatan
ambulasi partisipaisi dalam untuk
Tupan : aktifitas, rekreasi. mengeluarkan
Setelah 3. Anjurkan pasien energi
dilakukan untuk melakukan memuaskan
tindakan latihan pasif dan perhatian,
keperawatan aktif. mmeningkatka
selama 4 4. Bantu pasien n perasaan
hari dalam perawatan mengontrol
diharapkan diri. diri pasien dan
pasien 5. Auskultasi bising membantu
mampu usus, monitor dalam
melakukan kebiasaan mengurangi
mobilisasi eliminasi dan isolasi sosial.
aktif menganjurkan 3. Meningkatkan
agar BAB teratur. aliran darah ke
6. Kolaborasi tim otot dan tulang
medis: untuk
Konsul dengan meningkatkan

23
ahli fisioterapi tonus otot,
mempertahank
an mobilitas
sendi,
mencegah
kontraktur/
atrfi dan
reapsorbsi Ca
yang tidak di
gunakan.
4. Meningkatkan
kekuatan dan
sirkulasi otot,
meningkatkan
kemampuan
pasien dalam
mengontrol
situasi,
meningkatkan
kemampuan
pasien untuk
sembuh.
5. Bedrest,
penggunaan
anal getika
dan perubahan
diet dapat
menyebabkan
penurunan
peristaltik usus
dan konstipasi.

24
6. Untuk
menentukan
program
latihan.
4 Resiko gagal ginjal Tupen : 1. Observasi tanda 1. Tanda-tanda
b.d peningkatan purin Didapatkan tanda vital. peningkatan
di dalam tubuh di kadar purin 2. Observasi intake elektrolit.
tandai dengan kadar di dalam dan output setiap 2. Ketentuan
asam urat 9 mg/dl. glomerulus 4- 8 jam dengan batas cairan
normal memperhatikan jika terjadi
Tupan : output di bawah oliguria.
Diharapkan 30 ml/jam. 3. Merupakan
kadar purin 3. Kaji adanya tanda-tanda
di dalam edema dengan lethargi cairan
glomerulus distensi vena yang
normal jugolaris dipsnea, menambah
tidak ada tachikardipeningk kerja dari
penumpuka atan tekanan jantung dan
n purin darah crakles menuju edema
yang pada auskultasi pulmoner dan
berlebih. 4. Observasi BUN, gagal jantung.
kreatinin asam 4. Fungsi ginjal
urat diketahui dan
5. Observasi peningkatan
urinalisasi sampai BUN lebih
hematuria, dari 25 mg/dl
penurunan dan kreatinin
kreatinin lebih dari 1,5
clerence, ekskresi mg/dl.
elektrolit, 5. Ketentuan
penurunan gaya kemampuan

25
berat khas dan ginjal untuk
ketidak normalan mengkonsentr
lainnya. asi urin
6. Kolaborasi ekskresi
dengan tim elektrolit dan
medis: kerusakan
Laboratorium pada ginjal.
mengambil urine 6. Pemeriksaan
specimen 24 urin specimen
24 dapat
menentukan
produksi dan
ekskresi dan
asam urat.
5 Defisit pengetahuan Tupen : 1. Kaji pengetahuan 1. Seberapa luas
berhubungan dengan Dengan paien mengenai pengetahuan
kurangnya informasi dilakukan asam urat (GOUT). pasien
tentang pencegahan, tindakan 2. Kaji kemampuan mempengaruhi
pengobatan dan keperawata pasien dalam proses
perawatan. n 3 x 48 jam mengungkapkan perawatan dan
klien intruksi yang pengobatan.
mengetahui diberikan oleh 2. Mengetahui
mengenai dokter atau respon dan
penyakit, perawat. kemampuan
mengetahui 3. Berikan jadwal kognitif klien
makanan obat yang harus di dalam
yang baik gunakan meliputi menerima
untuk diet nama obat, dosis, informasi.
purin. tujuan dan efek 3. Penjelasan ini
Tupan : samping. dapat
Setelah 4. Diskusikan tentang meningkatkan

26
dilakukan pentingnya diet koordinasi dan
tindakan yang terkontrol, kesadaran
keperawatan misal dengan pasien
selama4 menghindari terhadap
hari makanan tinggi pengobatan
diharapkan purin seperti hati yang teratur.
pasien dapat ginjal, sareden. 4. Diet purin
mengubah 5. Kolaborasi dengan pada pola
prilaku yang sumber-sumber makan dapat
lebih baik, komunitas arthritis. menurunkan
mengenai kadar purin
diet, dalam tubuh.
pengetahuan 5. Kolaborasi
dan Bantuan dan
perawatan dukungan dari
mengenai orang lain
asam urat untuk
meningkatkan
pemulihan
maksimal.
Mengkaji pola
tidurnya dan
mengidentifik
asi intervensi
yang tepat.

D. Implementasi dan Evaluasi


No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Hari/tgl Jam
Keperawatan
1 Gangguan Rasa Rabu/9/ 11.00 1. Mengobservasi tanda- S:

27
nyaman: nyeri 11/201 WIB tanda vital 1. Paien
berhubungan 6 2. Melakukan pengkajian mengatakan
dengan adanya nyeri secara nyeri berkurang
penimbunan komperehensif 2. Pasien
kristal pada 3. Mengobservasi skala mengatakan
membran nyeri skala nyeri 6
synovial 15.00 4. Mengobservasi adanya O:
ditandai dengan WIB petunjuk non verbal 1. TTV :
adanya mengenai TD: 120/80
inflamasi. ketidaknyamanan. mmHg
5. Mengajarkan prinsip HR: 95 x/m
managemen nyeri RR: 19 x/m
(tekhnik relaksasi dan T : 38oC
19.00 distraksi) 2. Pasien terlihat
WIB 6. Memberikan posisi tidak meringis
yang nyaman. kesakitan
7. Memberikan kompres 3. Pasien terlihat
dingin pada bagian sedikit rileks
yang terkena inflamasi. A:
8. Menganjurkan klien Masalah teratasi
menghindari sebagian
penggunaan sepatu P:
yang sempit, terantuk Ulangi dan
pada benda yang keras lanjutkan interven
11.00 agar tidak terjadi iritasi
WIB pada tofi.
9. Mengontrol
lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
10. Berkolaborasi tim
medis: analgetik

28
 Amati efek
samping obat-
obatan tersebut .

2 Peningkatan Rabu/0 1100 1. Memonitor tanda- S:


suhu tubuh b.d 9/11/20 wib tanda vital terutama 1. Keluarga
adanya proses 16 suhu tubuh mengatakan
inflamasi 2. Menganjurkan asupan pasien teraba
ditandai dengan cairan oral, sedikitnya suhu badan
suhu tubuh 2,5 liter sehari pasien lebih
38oC. 3. Memberikan kompres baik dari pada
hangat tadi pagi dan
4. Berkolaborasi tim masih teraba
medis: sedikit hangat
 Berikan cairan 2. Pasien
Intravena mengatakan
 antipiretik sudah minum
5. Memonitor adanya 1,5 liter/ hari
komplikasi. O:
1. TTV
TD: 128/85
HR: 87 x/m
RR: 19 x/m
T : 37oC
2. Pasien
terpasang
cairan IV 500
ml/labu
A:
Masalah teratasi

29
sebagian
P:
Lanjutkan
Intervensi
3 Hambatan Kamis/ 08.00 1. Mengkaji tingkat S:
mobilitas fisik 10/11/2 WIB imobilisasi yang 1. Pasien
b.d nyeri 016 disebkan oleh edema mengatakan
persendian dan persepsi pasien mampu
ditandai adanya tentang imobilisasi menggerakan
kemerahan dan terebut sedikit demi
bengkak. 2. Mendorong sedikit
partisipaisi dalam meggerakkan jari
aktifitas, rekreasi. tanagan dan kaki
13.00 3. Menganjurkan pasien 2. Pasien
WIB untuk melakukan mengatakan
latihan pasif dan aktif. masih sulit untuk
4. Membantu pasien bergerak bebas
dalam perawatan diri. 3. Pasien
5. Mengauskultasi mengatakan BAB
bising usus, monitor kurang teratur
kebiasaan eliminasi karena kesuliat
dan menganjurkan untuk menuju
agar BAB teratur. kamar mandi.
6. Berkolaborasi tim O:
medis: Konsul dengan 1. Pasien terlihat
ahli fisioterapi sedikit –dikit
mulai
melakukan
gerakan pasif
2. Pasien masih
sulit untuk

30
melakukan
ROM aktif
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi anjurkan
pasien melakukan
latihan pasif dan
aktif
4 Resiko gagal Kamis/ 11.00 1. Mengobservasi tanda S:
ginjal b.d 09/11/2 WIB tanda vital. 1. Pasien
peningkatan 016 2. Mengobservasi intake mengatakan
purin di dalam dan output setiap 4- 8 sering buang air
tubuh di tandai jam dengan kecil dan nyeri
dengan kadar memperhatikan saat buat air
asam urat 9 output di bawah 30 kecil
mg/dl. ml/jam. O:
3. Mengkaji adanya 1. Pasien terlihat
edema dengan selalu buang air
distensi vena jugolaris dan merintih
dipsnea, kesakitan.
tachikardipeningkatan 2. Hasil urin
tekanan darah crakles spesimen 24
pada auskultasi jam: 840 mg/24
4. Mengobservasi BUN, jam
15.00 kreatinin asam urat A:
WIB 5. Mengobservasi Masalah
urinalisasi sampai keperawatan belum
hematuria, penurunan teratasi seluruhnya

31
kreatinin clerence, P:
ekskresi elektrolit, Intervensi di ulang
penurunan gaya berat dan di lanjutkan
khas dan ketidak
normalan lainnya.
6. Melakukan kolaborasi
dengan bagian
laboratorium
mengambil urine
specimen 24
5 Defisit Kamis 08.00 1. Mengkaji S:
pengetahuan /09/11/ WIB pengetahuan paien 1. Pasien
berhubungan 2016 mengenai asam urat mengatakan
dengan (GOUT). sudah ngetahui
kurangnya 2. Mengkaji kemampuan mengenai
informasi pasien dalam penyakit GOUT
tentang mengungkapkan (Asam Urat)
pencegahan, intruksi yang 2. Pasien
pengobatan dan diberikan oleh dokter mengatakan
perawatan. atau perawat. sudah
3. Memberikan jadwal mengetahui
obat yang harus di makanan yang
gunakan meliputi dapat
nama obat, dosis, menyebabkan
tujuan dan efek asam urat dan
samping. akan
4. Mendiskusikan mengurangi
tentang pentingnya mengonsumsi
diet yang terkontrol, jeroan
misal dengan 3. Pasien
menghindari makanan mengatakan

32
tinggi purin seperti akan mulai
hati ginjal, sareden. melakukan diet
5. Melakukan kolaborasi tinggi purin.
dengan sumber- O:
sumber komunitas 1. Pasien terlihat
arthritis. memahami
mengenai
penyakit GOUT
(Asam Urat)
2. Pasien mulai
melakukan diet
rendah purin.
3. Terlihat keluarga
memberi
dukungan
terhadap proses
penyembuhan
pasien.
A:
Masalah
keperawatan
teratasi seluruhnya
P:
Lanjutkan
Intervensi yang
belum terlaksana.

E. Pendidikan Kesehatan

1. Membatasi asupan purin atau rendah purin.


2. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan.

33
3. Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat.
4. Mengurangi konsumsi lemak.
5. Mengkonsumsi banyak cairan.
6. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
7. Mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral.
8. Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur.
9. Perhatikan, sari bukanlah “penertralisir”.
HASIL ANALISIS JURNAL I
HUBUNGANKONSUMSI MAKANANSUMBER PURINDENGAN KADAR
ASAMURATPADAWANITA USIA45-59 TAHUNDI DESA
SANGGRAHANKECAMATANKRANGGAN KABUPATEN
TEMANGGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Gambaran umum responden meliputi usia dan jenis pekerjaan. Berdasarkan


penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah usia 45-49
tahun yaitu 49,30, usia 50-54 tahun sebanyak 35,21% dan usia 55-59 tahun
sebanyak 15,49%. Paling banyak responden bekerja sebagai ibu rumah tangga 46
(64,8%) responden. selanjutnya petani 12 (16,9%) responden. Sisanya 10
(14,1%) responden sebagai wirausaha dan PNS 3 (4,2%). Tabel 1 Karakteristik
Responden

Karakteristik Frekuensi %
Umur (tahun)
45-49 35 49,30
50-54 25 35,21
55-59 11 15,49
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 46 64,8

34
Petani 12 16,9
Wirausaha 10 14,1
PNS 3 4,2
Makanan Sumber Purin Berdasarkan hasil wawancara food frequncy
(FFQ) semi kuantitatif diketahui bahwa sebagian besar responden
mengkonsumsi makanan sumber purin setiap kali makan yaitu 3-4 kali makan
dalam sehari. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Purin Di
Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung

Konsumsi Makanan Frek (%)


Sumber Purin
Lebih (>100-150 gr/hr) 37 52,1
Cukup (≥50-1—gr/hr 23 32,1
Kurang (<50 gr/hr) 11 15,5
Total 71 100
Pada Tabel 2 diketahui bahwa paling banyak 52,1% (n=37) responden
memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori lebih (>100-
150 gr/hr), sisanya 32,4% (n=23) responden memiliki asupan konsumsi
makanan sumber purin dalam kategori cukup (≥ 50- 100gr/hr dan 15,5% (n= 11)
memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori kurang (<
50gr/hr).

Pada Tabel 2 diketahui bahwa paling banyak 52,1% (n=37) responden


memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori lebih (>100-
150 gr/hr), sisanya 32,4% (n=23) responden memiliki asupan konsumsi
makanan sumber purin dalam kategori cukup (≥ 50- 100gr/hr dan 15,5% (n= 11)
memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin dalam kategori kurang (<
50gr/hr).

Jenis makanan lainnya yang sering dikonsumsi responden adalah hasil


olahan kedelai (tahu dan tempe), yang mana kedua makanan tersebut memiliki
kandungan gizi seperti protein, kalsium, karbohidrat, fosfor, besi, vitamin A,B,C
dan air. Protein dari tempe dan tahu tersebut terdiri atas asam-asam amino yang

35
sebagian besar akan terbentuk menjadi purin. Rata-rata konsumsi tempe dan tahu
responden dalam sehari yang diperoleh dari hasil wawancara FFQ
Semikuantitatif berkisar antara 200-250 gr/hari, konsumsi tersebut termasuk
dalam asupan berlebih, jika dibandingkan dengan kecukupan purin dalam
sehari. Konsumsi makanan sumber purin dikatakan cukup apabila berkisar antara
≥ 50-150 gr/hari. Tingginya konsumsi nabati tahu dan tempe karena responden
menyatakan tempe dan tahu memiliki cita rasa yang enak serta harganya yang
relatif murah sehingga digemari oleh sebagian responden. Selain hal tersebut,
tingginya konsumsi tempe dan tahu dikarenakan karena sebagian besar
responden (81,7%) bermata pencaharian sebagai petani, pedagang dan sebagai
ibu rumah tangga. Dilihat dari penghasilan responden yang rendah mereka lebih
memilih tempe dan tahu sebagai makanan yang sering ditambahkan dalam
sayuran yang mereka masak serta digunakan sebagai lauk pauk. Hal tersebut
juga didukung karena tempe juga merupakan makanan khas yang diolah menjadi
empis- empis tempe, sehingga sebagian besar responden menyatakan lauk pauk
mereka belum lengkap jika belum ada olahan dari tempe atau tahu.

Ada berbagai cara yang dilakukan oleh responden di Desa


Sanggrahan, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung untuk 7 memasak
tempe dan tahu, menghidangkan serta memakannya. Cara tersebut diantaranya
ada yang dimasak dengan cara digoreng, yang biasanya dikonsumsi responden
sebagai camilan sehari-hari seperti tempe goreng atau mendoan, keripik tempe
dan kering tempe, ditumis (sambal goreng tempe, empis-empis tempe, oseng-
oseng tempe) begitu pula dengan tahu, tahu biasanya diolah menjadi tahu
goreng, tumis tahu, tahu bacem, tahu rebus, tahu bawang garam dan kering tahu.

Responden juga menyatakan sering mengkonsumsi makanan sumber


purin seperti tempe atau tahu yang digoreng dengan menggunakan minyak
jelantah yang digunakan lebih dari 3 kali penggorengan hampir setiap hari
dimana makanan yang digoreng dapat meningkatkan kadar asam urat darah
karena lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin.
Penggorengan yang bersuhu tinggi menyebabkan ikatan rangkap pada asam

36
lemak tidak jenuh akan terurai menjadi ikatan jenuh. Pada saat penggorengan
akan terjadi degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng, sedangkan
proses penggorengan dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan reaksi
dekomposisi pada minyak goreng karena panas dan terbentuk akreolin, yaitu
senyawa yang bersifat racun. Hal inilah yang dapat menghambat pengeluaran
asam urat melelui urin didalam tubuh. (Yulstiani, 2008).

Selain itu jenis makanan sumber purin yang mengandung purin


paling tinggi yaitu jeroan. Responden menyatakan mengkonsumsi jeroan dan
hasil makanan laut 2-3 kali dalam seminggu seperti usus dan ampela hati ayam
serta teri yang biasanya diolah menjadi empis-empis tempe, dimana bahan
makanan tersebut dicampurkan bersama tempe.

Konsumsi jeroan akan menambah purin dalam tubuh, sehingga


mengganggu keseimbangan purin dalam serum, hal ini dapat mengakibatkan
meningkatnya kadar asam urat dalam darah bahkan melebihi batas normal
(diatas 7 mg/dl). Purin yang terkandung dalam jeroan akan dirubah dan disusun
kembali menjadi protein-protein tubuh. Proses pengubahan purin ini melibatkan
enzim HGPRT. Enzim HGPRT (hypoxantin-guanyl phosporilbosyl transferase)
merupakan enzim yang memiliki hubungan yang cukup erat dengan purin
sebagai bahan dari asam urat. Disamping itu responden juga sering
mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein (seperti kopi, teh) 1-2 kali
perhari, dimana minuman seperti ini dapat menyebabkan peningkatan kadar
asam urat, karena kopi, teh mengandung alkoloida turunan purin (xantin), jika
dalam darah kadar alkoloida ini tinggi, maka dengan adanya enzim xantin
oksidase akan terbentuk asam urat. Selain itu responden juga menyatakan sering
membuat minuman kopi atau teh dengan menggunakan gula 2-3 sendok makan
perhari, selain teh dan kopi responden juga sering membuat minuman dari sirup
dengan penambahan gula yang dibuat minuman seperti es buah yang dicampur
dengan sirup. Konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula,
permen, arum manis, 8 gulali dan sirup dapat mengganggu kinerja tubuh dalam
mengatur keseimbangan asam urat. High Fructose Syrup (HFS) memicu

37
aktifitas sintesis purin endogen sehingga kadar asam urat meningkat. Fruktosa
juga menurunkan ekskresi asam urat terhadap transport protein yang
dikendalikan oleh gen SLC2A9, pengaruh fruktosa terhadap penurunan ekskresi
asam urat direspon positif oleh gen yang peka terhadap asam urat sehingga dapat
meningkatkan asam urat serum dan memicu kenaikan kadar asam urat. selain itu
HFS dalam darah mendorong percepatan proses glycation sehingga terbentuk
radikal bebas yang memicu stress oksidatif yang akan menimbulkan kekacauan
sistem yang mengatur keseimbangan asam urat.

Responden yang mempunyai asupan konsumsi makanan sumber


purin dalam kategori cukup ≥ 50- 100 gr/hari sebanyak 23 responden (32,14%)
dikarenakan responden sudah mulai mengurangi asupan makanan yang
mengandung purin sejak di diagnosa menderita asam urat seperti jeroan, ikan
asin, telur, bayam, kangkung, kembang kol, tahu, tempe, ikan pindang, mereka
mengkonsumsi hanya ketika mereka ingin makan makanan itu saja dan dalam
jumlah yang sedikit.

Responden yang mempunyai asupan konsumsi makanan sumber


purin dalam kategori kurang < 50 gr/hari sebanyak 11 responden (15,5%). Hal
ini dikarenakan karena responden menghindari dan menjaga pola makan karena
mereka tidak ingin penyakit asam urat yang mereka derita kambuh lagi,
responden menyatakan sayuran yang sering mereka konsumsi adalah terong,
pepaya muda dan daun talas, sedangkan frekuensi konsumsi tahu dan tempe
adalah 2-3 kali dalam seminggu.

Tabel 3 Kadar Asam Urat Pada Wanita Usia 45-59 Tahun di Desa
Sanggrahan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung

Kadar Asam Urat Frek (%)


Normal (≤ 6mg/dl) 28 39,4
Tinggi (> 6mg/dl) 43 60,6
Total 71 100

38
Pada Tabel 3 Diketahui bahwa dari 71 responden yang diteliti
sebagian besar 60,6% (n=43) responden memiliki kadar asam urat dalam
kategori tinggi (> 6mg/dl), dan selebihnya 39,4% (n= 28) responden memilki
kadar asam urat dalam kategori normal Normal (≤ 6mg/dl). Kadar asam urat
pada wanita usia 45-59 tahun berkisar antara 4,80 – 8,40 dengan rata-rata 6,5
mg/dl. Pemeriksaan kadar asam urat responden menggunakan uji strip dengan
metode enzimatik yaitu tes dengan metode pengambilan sampel darah kapiler
dengan cara penusukan jarum diujung jari.

Responden yang memiliki kadar asam urat normal ( ≤ 6 mg/dl)


yaitu responden yang mengurangi asupan makanan yang mengandung purin
sejak di diagnosa menderita asam urat seperti jeroan, ikan asin, telur, bayam,
kangkung, kembang kol, tahu, tempe, ikan pindang, mereka mengkonsumsi
hanya ketika mereka ingin makan makanan itu saja dan dalam jumlah yang
sedikit.

Responden yang memiliki kadar asam urat tinggi (> 6 mg/dl) 9


yaitu responden yang sering mengkonsumsi makanan sumber purin dengan
kategori cukup dan lebih. Keadaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satu penyebab tingginya kadar asam urat adalah makanan tinggi purin, hal
ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi makanan tersebut rata-rata diatas
kebutuhan perhari yang diketahui dari wawancara FFQ (Food Frequency
Questionaire).

Purin adalah molekul yang terdapat didalam sel yang berbentuk


nukleotida. Asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dan
nukleoprotein di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida
oleh enzim ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase. Enzim
nukleotidase dan fosfatase menghidrolisis mononukleotida menjadi nukleosida
yang kemudian diserap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase intestinal
menjadi basa purin dan pirimidin. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi
menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N- glikosidat
inosin dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleotida purin fosforilase,

39
akan melepas senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin
selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing- masing oleh
enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam
urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat
yang terbentuk dapat diserap dan selanjutnya diekskresikan ke dalam urin
(Rodwell, 2003).

Hubungan Konsumsi Makanan Sumber purin dengan Kadar Asam Urat


Pada Wanita Usia 45-59 Tahun di Desa Sanggrahan Kecamatan Kranggan
Kabupaten Temanggung.

Tabel 4 Tabulasi silang Konsumsi Makanan Sumber Purin Dengan Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 45-59 Tahun di Desa Sanggrahan Kecamatan
Kranggan Kabupaten Temanggung

Kategori Kategori
Konsumsi Kadar asam Urat
makanan Tinggi Normal Total p value
sumber % n % n % n
purin
Lebih Cukup 34 91,9 3 8,1 37 100
Kurang 5 21,7 18 78,3 23 100
0,0001
4 36,4 7 63,6 11 100
Total 43 60,6 28 39,4 71 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 37 responden (52,1%)


yang mengkonsumsi makanan sumber purin dengan kategori lebih memiliki
kadar asam urat tinggi yaitu sebanyak 34 orang (91,9%) dan yang memilki kadar
asam urat normal sebanyak 3 orang (8,1%) sedangkan terdapat 23 responden
yang mengkonsumsi 10 makanan sumber purin dengan kategori cukup memiliki
kadar asam urat tinggi yaitu sebanyak 5 orang (21,7%) dan yang memiliki kadar
asam urat normal sebanyak 18 orang (78,3%) dan terdapat 11 responden yang

40
mengkonsumsi makanan sumber purin dalam kategori kurang memiliki kadar
asam urat tinggi sebanyak 4 orang (36,4%) dan yang memiliki kadar asam urat
normal sebanyak 7 orang (63,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Spearman rho, didapatkan p value= 0,0001 jika dibandingkan dengan α = 0,05
maka p ≤ 0,05 dapat diinterpretasikan ada hubungan konsumsi makanan sumber
purin dengan kadar asam urat pada wanita usia 45-59 tahun di Desa Sanggrahan
Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, sedangkan berdasarkan nilai
korelasi Spearman rho diperoleh r = 0,500 yang menunjukkan bahwa arah
korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.

Peningkatan kadar asam urat dengan cepat dapat terjadi, antara lain
karena asupan makanan yang tinggi purin. Dalam kehidupan sehari-hari,
pembatasan konsumsi makanan tinggi purin, seperti daging, jeroan, dan berbagai
jenis sayuran dan kacang-kacangan yang mengandung purin perlu dilakukan,
teutama bagi penderita kadar asam urat tinggi, karena hal ini berpeluang
meningkatkan metabolisme purin didalam tubuh yang menghasilkan kadar asam
urat berlebih didalam darah. Hal ini dikarenakan tubuh telah menyediakan 85%
senyawa purin untuk kebutuhan tubuh, sedangkan dari makanan hanya
diperlukan 15% saja (Indriawan, 2009).

Seseorang dikatakan mempunyai asupan purin berlebih jika asupan


purinnya lebih dari >100- 150 gr/hari. Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa asupan makanan sumber purin responden yang diteliti sebesar 200-250
gr/hari dari total asupan purin yang dibutuhkan perhari. Hasil penelitian
menunjukkan responden yang memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin
kategori lebih dengan kadar asam urat tinggi, menyatakan bahwa responden
sering mengkonsumsi makanan yang mengandung purin, selain itu dikarenakan
kebiasaan makan responden tidak banyak berubah setelah mengetahui bahwa
dirinya didiagnosa menderita asam urat dan responden masih tetap
mengkonsumsi makanan sumber purin yang seharusnya dilarang. Hal ini
dikarenakan karena faktor sosial ekonomi yang merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Selain hal

41
tersebut karena makanan tersebut sudah tersedia karena sebagian besar
responden menanamnya diladang sendiri, selain lebih hemat responden akan
lebih mudah dan praktis dalam menyediakan makanannya.

Purin di dalam bahan pangan terdapat didalam asam nukleat berupa


nukleoprotein, di usus, asam nukleat dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim
pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat ini akan dipecahlagi menjadi
mononukleotida. Mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida yang secara
langsung dapat diserap oleh 11 tubuh dan sebagian dipecah lebih lanjut menjadi
purin dan pirimidin. Purin dioksidasi oleh enzim xanthin oksidase membentuk
asam urat yang merupakan produk akhir dari metabolisme purin (Lorrain, 2002).

Responden yang memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin


dalam kategori cukup dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 5 responden. Hal
ini menunjukkan bahwa asupan konsumsi makanan sumber purin yang cukup
juga cenderung berisiko memiliki kadar asam urat yang tinggi pula. Peningkatan
kadar asam urat darah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tingginya
asupan makanan sumber purin, usia, obesitas, dan aktivitas fisik atau kebiasaan
olah raga (Setiati, 2009) faktor yang paling berpengaruh yaitu tingginya asupan
makanan sumber purin. Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan
produksi asam urat. Pembentukan asam urat di dalam tubuh selain merupakan
hasil dari proses fisiologis normal, juga terjadi akibat faktor dari luar terutama
dari makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Utami
(2009) Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi
purin dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin.

Responden yang memiliki asupan konsumsi makanan sumber purin


dalam kategori kurang dengan kadar asam urat tinggi sebanyak 4 responden. Hal
ini menunjukkan walaupun beberapa responden memiliki kadar asam urat
normal, namun masih terdapat beberapa orang yang memiliki kadar asam urat
tinggi walaupun mereka sudah menjaga pola makan. Selain itu responden juga
menyatakan kurang mengkonsumsi cairan (air putih), responden menyatakan
hanya mengkonsumsi air putih 3 gelas dalam sehari. Minuman memiliki

42
kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air dalam tubuh manusia.
Cairan merupakan salah satu media pembuangan hasil metabolit tubuh. Jika
seseorang mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang tinggi, reabsopsi air di
ginjal menurun dan ekresi zat terlarut air akan meningkat. Asupan minimal
cairan perhari yaitu 2,5 liter (8 gelas). Namun kebutuhan seseorang akan air
berbeda-beda tergantung tingkat aktifitas fisik, suhu dan lingkungan. Selain itu
cairan juga dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi dan luas
permukaan tubuh. Rata-rata asupan cairan responden yang mengkonsumsi
makanan sumber purin dalam kategori kurang, namun memiliki kadar asam urat
tinggi yaitu 3 gelas perhari.

Sacher (2004) mengemukakan asam urat merupakan metabolisme


akhir purin. Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus menerus
seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak
ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial.
Selain itu, Sylvia (2006) menjelaskan pada wanita kadar asam urat tidak
meningkat sebelum masa menopause karena estrogen membantu meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal. Namun pada saat memasuki masa menopause
yaitu 45-59 tahun akan 12 terjadi perubahan hormonal pada organ-organ
kewanitaan. Salah satu organ yang mengalami perubahan yaitu ovarium.
Ovarium akan mengecil dan mengalami penurunan fungsi, yaitu untuk
menghasilkan estrogen (Fitrah, 2010).

Terjadi peningkatan kadar asam urat dikarenakan pada usia 40 tahun


akan dimulai proses penuaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat
kecenderungan terjadi penurunan kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler
maupun pada tingkat organ sejalan dengan proses menua. Akibat yang terjadi
berkaitan dengan menurunnya kapasitas untuk beradaptasi terhadap lingkungan
internal yang berubah yaitu cenderung membuat orang berusia lanjut mengalami
kesulitan untuk memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi di dalam
tubuh atau memelihara homeostatis tubuh. Gangguan terhadap homeostatis
tubuh tersebut dapat menyebabkan disfungsi sistem organ. Salah satunya terjadi

43
perubahan pada ginjal, seperti penurunan kecepatan penyaringan (filtrasi),
pengeluaran (ekskresi), dan penyerapan kembali (reabsorbsi) oleh ginjal,
akibatnya pembuangan atau ekskresi sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit
yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri (Setiati, 2009).

Berdasarkan penelitian, ternyata pola makan memegang peranan


utama, disisi lain kebiasaan hidup tanpa olahraga. Makanan yang mengandung
purin dapat meningkatkan kadar asam urat. Jika pola makan diatur dengan baik
dapat membantu pengontrolan kadar asam urat dalam batas normal. Asam urat
sangat erat kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang
tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi)

KETERBATASAN PENELITIAN

Hasil pengukuran kadar asam urat dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan alat digital yang tidak dikonversi dari hasil laboratorium sehingga
hasilnya tidak sama dengan pengukuran yang dilakukan di laboratorium

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan konsumi makanan sumber purin


dengan kadar asam urat pada wanita usia 45-59 tahun di Desa Sanggrahan
Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung disimpulkan bahwa sebagai
berikut:

1. Asupan konsumsi makanan sumber purin responden sebagian besar


dalam kategori lebih sebanyak 37 responden (52,1%), dan sisanya
responden yang mengkonsumsi makanan sumber purin dalam kategori
cukup sebanyak 23 (32,4%) dan responden yang mengkonsumsi
makanan sumber purin dalam kategori kurang sebanyak 11 (15,5%). 2.
Kadar asam urat responden sebagian besar dalam kategori tinggi
sebanyak 43 responden (60,6%) dan sisanya responden mempunyai kadar
asam urat dalam kategori normal sebanyak 28 responden (39,4%). 3.

44
Ada hubungan antara konsumsi makanan sumber purin dengan kadar
asam urat pada wanita usia 45-59 tahun di Desa Sanggrahan
2. Kadar asam urat responden sebagian besar dalam kategori tinggi
sebanyak 43 responden (60,6%) dan sisanya responden mempunyai kadar
asam urat dalam kategori normal sebanyak 28 responden (39,4%).
3. Ada hubungan antara konsumsi makanan sumber purin dengan kadar
asam urat pada wanita usia 45-59 tahun di Desa Sanggrahan 13
Kecamtan Kranggan Kabupaten Temanggung.

HASIL ANALISIS JURNAL II

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN ASAM URAT


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA ASAM URAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

Hasil Penelitian

45
Karakteristik Responden

Karakteristik
Respondendiketahui karakteristik
umur palingbanyak adalah diatas 55
tahunsebanyak 19 responden
denganpresentasi 63,30%, dan 40-55
tahunsebanyak 11 responden
denganpresentase 36,70%.

Berdasarkan grafik disamping


dapat diketahui karakteristik jenis kelamin
paling banyak adalah perempuan
sebanyak 22 responden dengan presentasi
73,30%, dan laki-laki sebanyak 8
responden dengan presentase
26,70%.

Berdasarkan grafik
disamping dapat diketahui
karakteristik pendidikan responden
paling banyak adalah diploma
sebanyak 10 responden dengan presentasi 30%, SD sebanyak 7 responden
(23,30%), SMA sebanyak 5 responden (16,70%), tidak sekolah sebanyak 4
responden (13,30%), SMP sebanyak 2 responden (6,70%) dan sarjana sebanyak
2 responden (6,70%).

Berdasarkan grafik disamping dapat


diketahui kadar asam urat tinggi pada
laki-laki paling banyak AU 7,1-9,0
mg/dl sebanyak 7 responden dengan

46
presentase sebanyak 87,50%, AU >9,0 mg/dl sebanyak 1 responden (12,50%)
dan kadar asam urat pemeriksaan pada laki-laki paling banyak AU 3,0-7,0 mg/dl
sebanyak 6 responden (75%), AU 7,1-9,0 mg/dl sebanyak 2 responden (25%).

Berdasarkan grafik disamping dapat


diketahui kadar asam urat tinggi pada
perempuan paling banyak AU 6,1- 8,0
mg/dl sebanyak 20 responden dengan
presentase sebanyak 90,90%, AU >8,0
mg/dl sebanyak 2 responden (9,10%)
dan kadar asam urat pemeriksaan pada perempuan paling banyak AU 2,6-6,0
mg/dl sebanyak 15 responden (68,20%), AU 6,1-8,0 mg/dl sebanyak 7
responden (31,80%).

ANALISIS UNIVARIAT

Pengetahuan Tentang Asam Urat


Pretest pengetahuan tentang asam urat

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan


bahwa pengetahuan masyarakat sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit Asam Urat (Gout) paling
banyak memiliki kategori pengetahuan
kurang.

Posttest pengetahuan tentang asam urat

47
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat
sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit Asam Urat
(Gout) paling banyak memiliki kategori
pengetahuan baik.

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan


bahwa sikap masyarakat sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit Asam Urat (Gout) paling
banyak memiliki kategori sikap cukup.
Analisis Uji Wilcoxon Sign Rank

Test Uji wilcoxon sign rank test pengetahuan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil Z stat pada uji wilcoxon -4,800
dan nilai p-value 0,000. Maka kesimpulan dari hasil di atas adalah Ho ditolak

48
yang artinya ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan asam urat terhadap
pengetahuan tentang asam urat.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil Z stat pada uji wilcoxon -4,625
dan nilai p-value 0,000. Maka kesimpulan dari hasil di atas adalah Ho ditolak
yang artinya ada pengaruh yang signifikan terkait pendidikan kesehatan asam
urat terhadap sikap penderita asam urat.

PEMBAHASAN

Pengetahuan Tentang Asam Urat Sebelum dan Sesudah Diberikan


Pendidikan Kesehatan Asam Urat

Berdasarkan data dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata pengetahuan pretest sebesar 11,17. Sedangkan nilai rata- rata posttest sebesar
16,6. Sel anjutnya hasil uji analisis pengetahuan didapatkan nilai Wilcoxon
Sign Rank Test sebesar - 4,800 dan nilai p-value 0,000.

Dapat dilihat adanya peningkatan rata-rata pengetahuan sebelum dan


sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan hasil uji analisis Wilcoxon Sign
Rank Test, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini ada pengaruh yang
signifikan terkait pemberian pendidikan kesehatan asam urat terhadap
pengetahuan penderita asam urat.

49
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh melalui penglihatan
ataupun pendengaran dan juga pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan
(Wawan & Dewi, 2011). Seseorang bisa memiliki pengetahuan tinggi jika
memiliki pengetahuan yang baik serta didukung pengalaman-pengalaman dalam
mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan tentang kesehatan merupakan proses perubahan perilaku


individu secara dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses
transfer pengetahuan dari seseorang ke orang lain. Tetapi perubahan itu terjadi
karena adanya kesadaran diri individu, kelompok atau masyarakat untuk
mempelajarinya (Mubarak & Chayatin, 2009).

Hasil penelitian juga ini didukung oleh penelitian dari Huda yang mana
hasilnya ada pengaruh pendidikan kesehatan gout arthritis terhadap peningkatan
pengetahuan pada penderita gout (Huda, 2011).

Sikap Terhadap Asam Urat Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan


Kesehatan Asam Urat

Berdasarkan data dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 49,67. Sedangkan nilai
rata-rata posttest yaitu sebesar 58,50. Selanjutnya hasil uji analisis sikap
didapatkan nilai Wilcoxon Sign Rank Test sebesar - 4,625 dan nilai p-value
0,000.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak.


Dengan kata lain bahwa sikap itu belum termasuk tindakan atau aktivitas,
sehingga peneliti mengartikan bahwa sikap yang ada pada responden tersebut
merupakan suatu bentuk respon ataupun reaksi responden terhadap suatu objek
yang dimanifestasikan terhadap persepsi dari responden dalam menerima
pendidikan kesehatan yang telah diberikan (Sunaryo, 2004).

` Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Prihatmawati tentang


penndidikan kesehatan asam urat dan menunjukkan hasil yang positif khususnya

50
pada sikap yang mana hasilnya terdapat pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan terhadap sikap penderita gout arthritis (Prihatmawati, 2013).

Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Asam Urat Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Penderita Asam Urat

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan


sikap antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengalami
peningkatan. Sehingga dapat diartikan ada pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam urat.

Hasil statistik penelitian ini dapat dijelaskan nilai rata-rata pada pretest
pengetahuan yaitu 11,17 sedangkan nilai rata-rata posttest pengetahuan yaitu
16,60 dan didapatkan probabilitas sebesar 0,000, menunjukkan 0,000 < 0,05.
Sedangkan nilai rata-rata pada pretest sikap yaitu 49,67 dan posttest sikap 58,50
dengan didapatkan probabilitas sebesar 0,000, menunjukkan 0,000 < 0,05, Maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan nilai selisih dan hasil analisis hal ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terkait pemberian
pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita asam
urat.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan


pesan kepada masyarakat, kelompok atau individu agar dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Pada
penelitian ini pendidikan kesehatan yang sudah dilakukan terbukti memberikan
dampak yang positif khususnya pada pengetahuan dan sikap. Sebelum diberikan
pendidikan kesehatan kategori pengetahuan dan sikap responden cukup
bervariasi. Mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang dan sikap yang
cukup. Namun setelah pendidikan kesehatan diberikan sebanyak 2 kali selama 2
minggu, respon daripada responden menunjukkan hasil yang cukup bagus yaitu
pengetahuan dan sikap responden mengalami peningkatan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Kurniawati dkk (2014)


dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

51
klien Gout Arthritis yang mana hasil penelitian tersebut menyebut bahwa
pendidikan kesehatan Gout Arthritis atau asam urat memberikan perubahan
terhadap pengetahuan dan sikap penderita.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Huda (2011) bahwa


dengan pendidikan kesehatan tentang Gout Arthritis akan memberikan dampak
positif terhadap peningkatan pengetahuan maupun sikap pada pasien Gout
Arthritis.

HASIL ANALISIS JURNAL III

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KADARASAM URAT


(GOUT) PADA LAKI-LAKI DEWASADI RT 04 RW 03 SIMOMULYO
BARUSURABAYA

Hasil dan PembahasanPenyajian hasil penelitian meliputidata umum dan


data khusus. Data umumtentang karakteristik responden berdasarkanusia, dan
kadar asam urat sedangkan datakhusus yang disajikan tentang faktor genetik,diit
tinggi purin, alkohol dan obesitasresponden di RT 04 RW 03 Simomulyo
BaruSurabaya.

Berdasarkan tabel diatas


menunjukkanbahwa sebagian besar
23 (57,5%) respondentidak
mempunyai riwayat keluarga
yangmenderita asam urat.

52
Berdasarakan tabe1 diatasmenunjukkan bahwa sebagian besar 28(70,0%)
responden senang
mengkonsumsimakanan yang
mengandung purin.Berdasarakan
tabe1 diatasmenunjukkan bahwa
mayoritas 34 (85,0%)responden
mempunyai IMT < 30 Kg/m2

Berdasarkan diatas diketahui bahwaterbanyak responden berusia 48-60


tahunsebesar 18 (45,0%) responden, 15 respondenmemiliki hasil kadar asam urat
sedang dan 3responden memiliki hasil kadar asam urattinggi. Berdasarkan uji
statistik diperoleh nilaiX2sebesar 3,913 dengan nilai p-value sebesar0,141 > α
=0,05.

Berdasarkan diatas diketahui bahwasebagian besar 23 (57,5%) responden

53
tidakmempunyai riwayat keluarga yang menderitaasam urat, 19 (47,5%)
responden memilikihasil kadar asam urat sedang dan 4 (10,0%)responden
diantaranya memiliki hasil kadarasam urat tinggi. Berdasarkan uji
statistikdiperoleh nilai X2sebesar 5,631 dengan nilaip-value sebesar 0,018 < α
=0,05.

Berdasarkan diatas diketahui bahwa sebagian besar 28 (70,0%) responden


senang mengkonsumsi makanan mengandung purin, terdapat 23 (57,5%)
responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 5 (12,5%) responden
memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X

2 sebesar 9,122 dengan nilai p-value sebesar 0,003 < α =0,05.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas 34 (85,0%)


responden tidak obesitas, terdapat 25 (62,5%) responden memiliki hasil kadar
asam urat sedang dan 9 (22,5%) responden memiliki hasil kadar asam urat
tinggi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X2 sebesar 3,756 dengan nilai p-
value sebesar 0,053 > α =0,05.

Berdasarkan uji bivariat pada table 7 didapatkan terbanyak 18 (45,0%)


responden berusia 48-60 tahun, 15 (37,5%) responden diantaranya memiliki
hasil kadar asam urat sedang dan 3 responden memiliki hasil kadar asam urat
tinggi. Diketahui enzim urikinase yang mengoksidasi asam urat menjadi alotonin
yang mudah dibuang akan menurun seiring dengan bertambah tuanya umur
seseorang. Jika pembentukan enzim ini terganggu maka kadar asam urat darah

54
menjadi naik (Sustrani dkk, 1998 dalam penelitian Andry). Kuzuya dkk (2002)
melakukan penelitian pada 50.000 laki-laki dan 30.000 wanita di Jepang
nonhiperuricemia yang menerima pemeriksaan tahunan pada instansi kesehatan
antara 1989- 1998 menemukan bahwa selang beberapa waktu serum asam urat
mengalami kenaikan pada semua kelompok, tapi pada laki-laki yang lahir
belakangan (yang lebih muda) mempunyai kadar asam urat lebih tinggi dari pada
laki-laki yang lebih tua. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa tidak selalu
orang yang berusia lebih tua cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih
tinggi. Kadar asam urat pada pria yang berusia 44 tahun asam urat serum rata-
rata secara keseluruhan adalah sekitar 350 μmol/L, dan sedikit menurun antara
usia 50 dan 70 tahun.

Berdasarkan tabel 7 juga didapatkan hasil penelitian responden berusia


48-60 tahun yang memiliki hasil kadar asam urat sedang berjumlah 15 orang, hal
ini mungkin dikarenakan enzim urikinase masih berfungsi dengan baik, sehingga
pembungan asam urat melalui ginjal tidak terganggu, selain itu responden di usia
48-60 tahun telah mengetahui diet untuk penyakit asam urat dari berbagai media
salah satunya dari media internet sehingga, responden dapat menjaga pola makan
dengan baik dan kadar asam uratnya tidak meningkat. Berdasarkan hasil uji
analisis bivariat menunjukan variabel usia terhadap kadar asam urat mempunyai
nilai p- value = 0,141, maka tidak terdapat pengaruh faktor usia terhadap kadar
asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.

Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa terbanyak 17 (42,5%)


responden yang memiliki riwayat keturunan, terdapat 8 (20,0%) responden
memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 9 (22,5%) responden memiliki hasil
kadar asam urat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang dengan riwayat
genetik/keturunan yang mempunyai hiperurisemia, mempunyai risiko 1-2 kali
lipat di banding pada penderita yang tidak memiliki riwayat genetik/keturunan
(Purwaningsih, 2009). Selain itu, Analisis The National Heart, Lung, and Blood
Institute Family Studies menunjukkan hubungan antara faktor keturunan dengan
asam urat sebanyak kira- kira 40%.

55
Faktor genetik dapat memengaruhi hasil kadar asam urat pada laki-laki,
khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki mempunyai hasil kadar
asam urat yang tinggi sebelum usia 25 tahun maka perlu diperiksa enzim yang
dapat menyebabkan peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang
perlu diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran asam urat
pada ginjal yang dapat diturunkan dalam suatu keluarga. Berdasarkan hasil uji
analisis bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,018 < α = 0,05, maka terdapat
pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki

Faktor genetik dapat memengaruhi hasil kadar asam urat pada laki-laki,
khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki mempunyai hasil kadar
asam urat yang tinggi sebelum usia 25 tahun maka perlu diperiksa enzim yang
dapat menyebabkan peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang
perlu diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran asam urat
pada ginjal yang dapat diturunkan dalam suatu keluarga. Berdasarkan hasil uji
analisis bivariat diperoleh nilai p-value sebesar 0,018 < α = 0,05, maka terdapat
pengaruh faktor genetik terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04
RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.

uji bivariat menunjukkan bahwa sebagian besar 28 (70,0%) responden


yang senang mengkonsumsi makanan mengandung purin, terdapat 23 (57,5%)
responden memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 5 (12,5%) responden
memiliki hasil kadar asam urat tinggi. Tjokroprawiro, (2007) Asam urat di dalam
tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari dalam yang
merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sangat erat kaitannya
dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah
asupan protein sangat tinggi) (Utami, 2009). Ada beberapa jenis makanan yang
diketahui kaya purin, antara lain baik daging sapi, babi, kambing, atau makanan
dari laut (sea food), kacang-kacangan, bayam, jamur, dan kembang kol
(Vitahealth, 2007). Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X2
sebesar 9,122 dengan nilai p-value sebesar 0,003 < α = 0,05, maka terdapat

56
pengaruh faktor diet tinggi purin terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki
di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.

Analisis bivariat menunjukan bahwa terbanyak 10 (25,0%) responden


yang mengkonsumsi minuman beralkohol, terdapat 4 (10,0%) responden yang
memiliki hasil kadar asam urat sedang dan 6 (15,0%) responden memiliki hasil
kadar asam urat tinggi. Minuman yang mengandung alkohol seperti bir, tuak,
tape dan lainnya dapat meningkatkan kadar asam urat khususnya pada laki-laki
(Damayanti, 2013). Alkohol merupakan salah satu sumber purin, etanol dalam
alkohol meningkatkan produksi asam urat dengan menyebabkan peningkatan
omset nukleotida adenin. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa sesudah
injeksi etanol terjadi peningkatan produksi nukleotide dan asam urat melalui
perubahan ATP dimana terjadi peningkatan degradasi adenosine triphospat
menjadi adenosine monofosfat yang merupakan prekusor asam urat. Konversi
alkohol menjadi asam laktat akan menurunkan ekskresi asam urat melalui
mekanisme inhibisi kompetitif akskresi asam urat oleh tubulus proksimal karena
penghambatan transportasi urat oleh laktat (Manampiring, 2011).

Pada umumnya laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru senang


mengkonsumsi minuman beralkohol, hal ini sering terlihat saat adanya sebuah
acara seperti, acara nikahan dll, selain itu karena adanya kebiasaan senang
mengkonsumsi minuman alkohol di masa lalunya. Hal ini yang menyebabkan
kadar asam urat pada laki-laki di RT 04 RW 03 menjadi tinggi, meskipun
responden hanya mengaku meminum alkohol sedikit, tetap saja dapat
meningkatkan kadar asam urat, karena kandungan purin dan etanol dalam
minuman alkohol yang tinggi Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh
nilai X 2 sebesar 4,596 dengan nilai p-value sebesar 0,032 < α = 0,05, maka
terdapat pengaruh faktor minuman alkohol terhadap kadar asam urat (gout) pada
laki-laki di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru Surabaya.

Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa terbanyak 6 (15,0%)


responden yang obesitas, terdapat 2 (5,0%) responden memiliki hasil kadar asam
urat sedang dan 4 (10,0%) responden yang memiliki hasil kadar asam urat tinggi.

57
Kegemukan sering dihubungkan dengan kadar asam urat serum dan merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya pirai pada hiperurisemia asimtomatis. Hal ini
dihubungkan dengan insiden hiperurisemia yang sesuai dengan beratnya
kegemukan. Peningkatan massa tubuh dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam urat endogen (Manampiring, 2011). Obesitas tubuh bagian atas
(obesitas abdominal) berhubungan lebih besar dengan intoleransi glukosa atau
penyakit diabetes mellitus, hiperinsulinemia, hipertrigliseridemia, hipertensi, dan
gout dibanding obesitas bawah. Tingginya kadar leptin pada orang yang
mengalami obesitas dapat menyebabkan resistensi leptin. Leptin adalah asam
amino yang disekresi oleh jaringan adiposa, yang berfungsi mengatur nafsu
makan dan berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas
insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis. Jika resistensi leptin terjadi di
ginjal, maka akan terjadi gangguan diuresis berupa retensi urin. Retensi urin
inilah yang dapat menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat melalui urin,
sehingga kadar asam urat dalam darah orang yang obesitas tinggi (Febby, 2013).
Klasifikasi IMT (WHO, 2004), normal (18,50-24,99 kg/m2), pre obese (25,00-
29,99 kg/m2), obese (> 30,00 kg/m2).

Dalam penelitian yang dibuat oleh peneliti bahwa faktor obesitas tidak
berpengaruh terhadap kadar asam urat pada laki-laki dewasa di Simomulyo Baru
Surabaya, hal ini dikarenakan dari 40 responden yang diteliti hanya ada 6
responden yang obesitas, jumlah 6 tersebut tidak dapat diolah. Responden yang
termasuk dalam pre obese berjumlah 11 orang, apabila jumlah tersebut di ujikan
statistik mungkin faktor obesitas dalam penelitian ini dapat memengaruhi kadar
asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru
Surabaya. Berdasarkan hasil uji analisis bivariat diperoleh nilai X2 sebesar 3,756
dengan nilai p-value sebesar 0,053 > α =0,05, maka tidak terdapat pengaruh
faktor obesitas terhadap kadar asam urat (gout) pada laki-laki di RT 04 RW 03
Simomulyo Baru Surabaya.

Berdasarkan hasil uji bivariat tertinggi pada ketiga faktor yang memiliki
nilai p-value < α =0,05 adalah faktor alkohol dengan nilai p- value sebesar 0,032

58
< α =0,05, maka dapat disimpulkan bahwa faktor dominan yang memengaruhi
kadar asam urat (gout) pada laki-laki dewasa di RT 04 RW 03 Simomulyo Baru
Surabaya adalah faktor alkohol. Peneliti mengetahui faktor dominan yang
memengaruhi kadar asam urat dengan menggunakan uji bivariat, seharusnya
untuk mengetahui faktor dominan harus menggunakan uji multivariat, tetapi
peneliti tidak dapat menggunakan uji multivariat karena skala pada penelitian ini
rata-rata adalah skala nominal.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin
adalah salah satu struktur kimia pembentuk DNA.
b. Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi
karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyababkan
kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar
asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau
bengkak.

59
c. Gejala asam urat seperti : kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari
atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat
bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa pada pagi dan malam hari.

B. Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai


bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang akan datang diantaranya:
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang rencana keperawatan ada pasien dengan Gout penddokumentasian
harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injury pada klien dengan Gout
maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan
kebutuhan klien yang mengalami Gout.
3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis
dengan keluarga klien sehingga keluarga kklien diharapkan mampu
membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

60

S-ar putea să vă placă și