Sunteți pe pagina 1din 11

Landasan Teori

I. Pengukuran Polygom
Polygon ( poly=banyak, gonos=sudut ) adalah serangkaian garis lurus yang
menghubungkan titik-titik dipermukaan bumi. Metode polygon adalah salah satu cara
penetuan posisi horisontal banyak titik. Tujuan pengukuran polygon untuk menetukan
koordinat titik-titik ikat ( kontrol ) pengukuran.
Kegunaan polygon :
 Kerangka dasar pengukuran
 Kontrol jarak dan sudut
 Basis titik untuk pengukuran selanjutya
 Memudahkan perhitungan pada plotting peta
Pengukuran polygon terbagi menjadi 3 yaitu pengukuran polygon terbuka,polygon
tertutup dan polygon bercabang. Dalam pengukuran ini menggunakan metode
pengukuran polygon tertutup. Perhitungan polygon tertutup terbagi dalam
 Perhitungan sudut dan jarak

 Perhitungan azimuth
 Perhitungan koordinat

Gambar : polygon tertutup

 Perhitungan sudut
Sudut yang diperhitungkan meliputi sebagai berikut :
a. Sudut yang diperoleh dalam pembacaan yang lenih lanjut diterangkan dalam bab cara
pengukuran menggunakan alat ukur theodolit
b. Perhitungan sudut polygon
c. Data yang diperoleh dari lapangan pada polygon tertutup apabaila menggunakan
sudut dalam dalam harus memenuhi syarat ( n-2 )x 180⁰, bila menggunakan sudut luar
adalah ( n+2 ) x 180⁰ dimana n=jumlah titik pengukuran. Kesalahan perhitungan
sudut akan berpengaruh pada kesalahan penutup polygon atau dengan kata lain
polygon tidak akan menutup. Kesalahan tersebut bergantung pada jarak, kedudukan
titik dan skala peta. Dalam praktikum ini kesalahan tersebut diabaikan.
 Perhitungan Azimuth
Perhitungan azimuth dapat dihitung apabila sudut-sudut yang diperhitungkan telah
memenuhi syarat dan azimuth diketahui pada waktu pengukuran. Pada polygon tertutup
perhitungan berdasarkan azimuth awal ( ʯ awal ). Sudut yang dipakai dalam perhitungan
tiap-tiap titik polygon pada praktikum ini memakai sudut luar.
 Perhitungan Koordinat
Syarat yang jarus dipenuhi untuk menghitung koordinat adalah :
1. Sudut telah dikoreksi untuk tiap titik
2. Jarak masing-masing titik pengukuran diketahui
3. Koordinat titik awal A ( XA , YA ) atau akhir Z ( Xz, Yz ) diketahui

Selanjutnya denga diketahui koordinat awal, maka dapat dihitung koordinat titik yang
diukur dengan menggunakan rumus.

Absis ( X ), Xn = Xawal + D Sin ʯ

Ordinat ( Y ), Yn = Yawal + D cos ʯ

Dimana : Xn atau Yn = absis atau ordinat yang akan dicari X awal atau Y awal = absis
atau ordinat awal yang telah diketahui D = Jarak antar titik.

Contoh perhitungan koordinat polygon tertutup adalah sebagai berikut:

No Azimuth Jarak D sin ʯ D cos ʯ Koreksi Koreksi Koordinat No


titik ʯ D Dx Dy X(∆x) Y(∆y) X Y titik
BM 0 D D sin ʯ D cos ʯ ∆x ∆Y Xp Yp BM
CP₁ 0 D1 D sin ʯ D cos ʯ ∆x₁ ∆Y₁ Xp±Dx±∆x₁ Yp±Dy±∆Y₁ CP₁
CP₂ 0 D2 D sin ʯ D cos ʯ ∆x₂ ∆Y₂ X₁±Dx±∆x₂ Y₁±Dy±∆y₂ CP₂
(n-1) 0 Dn D sin ʯ D cos ʯ ∆Xn-1 ∆Yn-1 Xn-1 Yn-1 P(n-1)
n=BM 0 ∆Xn ∆Yn Xn-1±Dx±∆Xn Yn-1±Dy±∆Yn n=BM

;Syarat yang harus dipenuhi adalah :

∑D sin ʯ=0 dan ∑Dcos ʯ=0

Oleh karena itu titik awal dan titik akhirnya sama, apabila ∑₁ⁿD sin ʯ≠0 dan ∑₁ⁿD cos
ʯ≠0, kesalahan yaitu sebesar ∆x dan ∆y sehingga mempengaruhi kedudukan titik dan
mengakibatkan polygon tidak tertutup. Kesalahan ini akibat pengaruh pengukuran sudut
azimuth. Besarnya kesalahan adalah sebesar :

∆x₁= D₁/∑1ⁿ x ( ∑IⁿsinD ʯ )...................... untuk absis

∆x₁= D₁/∑1ⁿ x ( ∑IⁿcosD ʯ )...................... untuk ordinat

Dimana : ∆x₁ dan ∆y₁ = koreksi atau besarnya kesalahan absis atau ordinat

∑₁ⁿD = jumlah jarak polygon

∑₁ⁿD sin ʯ = jumlah jarak dikali sin sudut azimuth ( untuk absis )

∑₁ⁿD Cos ʯ = jumlah jarak dikali cos sudut azimuth ( untuk ordinat )

Akibat kesalahan tersebut maka perhitungan koordinat juga dikoreksi, misalnya diketahui koordinat awalnya
dititik BM adalah Xp dan Yp dan titik akhir n adalah juga titik BM, perhitungan menjadi sebagai berikut :

Xbm = Xp

X₁ = Xp ± D Sin ʯ ± X₁

X₂ = Xp ± D Sin ʯ ± X₂

X(n-1) = X(n-2) ± D (n-1) sin ʯ ± X₁

Xn = X(n-1) ± Dn sin ʯ ± Xn

Oleh karena Xn = Xbm = Xp, maka harga x tersebut harus sama denga Xp. Demikian pula umtuk
perhitungan ordinat Yp identik seperti diatas, jadi harga-harga X₁,X₂,X(n-1),Xn dan Y₁,y₂,Y(n-1),Yn yang
didapat dari perhitungan adalah salingberkaitan, hingga akhirnya Xn=Xp dan Yn=Yp. Toleransi atau lintasi
kesalahan, dalam praktikum ini ( sx atau sy ) tidak melebihi 1 meter. Dalam pemgukuran yang
sesungguhnya toleransi kesalahan ini bervariasi tergantung dari pengadaan peta, sebagai contoh adalah
sebagai berikut :

Imbangan kesalahan
Panjang rata-rata Kesalahan penutup Sudut
penutup ( skala peta )
700 m- 1000 m 8" x n 1 : 20.000
400 m - 700 m 10" x n 1 : 10.000
200 m - 400 m 15" x n 1 : 5.000
100 m - 200 m 20" x n 1 : 3.000

A. Pengukuran waterpass ( Sipat Datar )

Pengukuran waterpas dimaksud untuk mengetahui ketinggian suatu titik diatas permukaan tanah. Ketinggian
disini adalah perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari bidang referensi yang telah ditetapkan
seseuatu titk tertentu sepanjang garis vertikal :

muka air laut sebagai bidang referensi

Metode pengukuran waterpas :

 Penentuan beda tinggi antara dua titik

Gb. Waterpass dengan insutrumen ditengah antara 2 titik


Selisih tinggi antara titik A dan titik B adalah sebesar ∆H. Arah bidikan ke titik A disebut pembacaan baak
belakang dan titik B disebut pembacaan baak muka untuk mengurangi kesalahan diusahakan letak instrumen
ditengah-tengah antara titik A dan B. Selisih tinggi besarnya adalah :

∆H = BT Belakang – BT Muka
Dimana : BT Belakang = Pembacaan benang tengah pada baak belakang

BT Muka = Pembacaan benang pada baak muka

Jika Hasil positif maka kondisi permukaan tanah dari titik A ke B naik, sebaliknya apabila ∆H negatif maka
titik A ke B turun. Pembacaan dilakukan melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat dari teropong.
Pembacaan terlihat dalam bidang diafragma yaitu benang atas ( BA ), Benang tengah ( BT ), dan benang
bawah ( BB ), dimana :

∆H = BT belakang – BT Muka, serta jarak dapat diketahui yaitu D = ( BA – BB ) x


100

Angka yang bercantum menunjukan jarak antara angka tersebut dengan alas mistar.

Gb. Waterpass dengan instrument tidak ditengah antara 2 titik.

Cara lain untuk menetukan beda tinggi seperti terlihat pada gambar, instrumen ditempatkan disebelah kanan
titik hB atau sebelah kiri titik A serta titik di A dan B atau sebelah kiri titik A serta tinggi titik di A dan B
diketahui, selisih tinggi ( ∆H ) besarnya : ∆H = Ha-Hb

Dimana : ∆H = selisih tinggi antara titik A dan B

Ha = tinggi titik A ( Pembacaan benang tengah dititik A )

Hb = tinggi titik B ( Pembacaan benang tengah dititik B )

Pembacaan pada rambu dititk B bisa dianggap pembacaan muka, sedangkan pada rambu dititk A adalah
pembacaan belakang,

 Waterpass memanjang
Waterpass memanjang atau berantai dimaksud untuk memperoleh suatu rangkaian atau
jaring-jaring pengukuran.

Gambar waterpass memanjang

Untuk menetukan tinggi antara titik A dan Titik B dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil. Jarak-jarak
tersebut disebut 1 slag sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mydan teliti.

∆H₁ = b₁-m₁
∆H₂ = b₂-m₂
∆H₃ = b₃-m₃
∆H₄ = b₄-m₄
∑₁ⁿ H = ( b₁ + b₂ + b₃ +......... bn ) – ( m₁ + m₂ + m₃ + .............mn )
∑₁ⁿ H = ∑₁ⁿb - ∑₁ⁿm
Dimana = ∑H = jumlah beda tinggi
∑b = jumlah pembacaan benang tengah belakang
∑m = jumlah pembacaan benag tengah muka

Untuk memberikan hasil yang teliti muka dilakukan pengukuran pergi dan pulang, dimana apabila hasil
antara dua pengukuran mempunyai selisih terhadap hasil rata-rata antara dua pengukuran tersebut maka
harganya harus memenuhi toleransi yang diisyaratkan. Toleransi tersebut dinyatakan dalam rumus : E= K x
S

Dimana : E = nilai kesalalahan


K = Konstan
S = Jarak
Tabel berikut adalah toleransi kesalahan pada berbagai tingkat pengurukan
Tingkat Tingkat Tingkat
keterangan Catatan
pertama Kedua ketiga
Perbedaan dua 2,5 mm x S 5mm x S 10mm x S
S adalah jarak
pembacaan (
satu arah
kedepan dan
kebelakang )
Kesalahan 2mm X S 5mm x S 10mm x S S dalam Km
penutup

Dalam praktikum ini tingkat pengukuran waterpass dikategorikan pada tingkat ketiga

II. Alat yang digunakan dalam praktikum


1. Theodolit ( TO )

Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital, hanya pada alat ini pembacaan
sudut azimuth dan sudut zenit dilakukan secara manual. Theodolit ( TO ) dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian atas,bagian tengah dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan kedalam
tabung, diatasnya terdapat alat pembaca nonius. Ditepi lingkaran terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas
terdiri dari bagian mendatar, diatasnya terdapat teropong dilengkai dengan sekrup-sekrup pengatur dan
garis-garis bidik diafragma.

Gambar Theodolit konvensional ( TO )

Keterangan Gambar Theodolit O ( TO ) :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal didalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhiadadi horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidadi horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horisontal

2. Statif ( kaki tiga )

Berfungsi sebagai penyangga alat ukur theodolit ataupun waterpass dengan ketiga kakinya dapat menyangga
penempatan alat yang pada masing-masing ujungya runcing, agar masuk kedalam tanah. Ketiga kaki statif
ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.

3. Rambu ukur atau baak ukut

Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang berukuran ± 3-4cm lebar ± 10cm dan
panjang ± 300cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai 500cm, ujung atas dan bawahnya biberi sepatu
besi. Bidang lebar dari baak ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bahian-
bagiannya dengan cat yang mencolok. Baak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya
bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Baak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok utama secara detail.

4. Rol meter

Terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 meter dan di lengkapi dengan tangkai untuk mengukur jarak
antara patok satu dengan patok yang lain.

5. Pilox atau cat

Digunakan untuk memberi tanda patok sebagai titik yang akan dilakukan pengukuran

6. Kompas

Digunakan untuk menetukan arah utara dalam pengukuran sehingga dijadikan patokan utama dalam
pengukuran yang bisa disebut sudut azimuth

7. Payung

Digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun hujan karena lensa teropong
pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari
8. Waterpass

Digunakan untuk mengukur ketinggian atau beda tinggi dimana prinsipnya adalah membuat garis bidik
mendatar dengan bantuan nivo. Berdasarkan konstruksinya waterpass dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :

a. Waterpass tipe kekar ( dumpy level )


b. Waterpass tipe jungkit ( tilting level )
c. Waterpass tipe otomatis ( automatic level )

Waterpass yang digunakan dalam praktikum ilmu ukur tanah adalah

 Merk : Topcon
 Type : AFL – 240
 Image : EREC
 Magnification : 24 X
 Objective lens : 45 mm
 Field of : 1⁰ 20’
 Minimum fokus : 0,9 m/ 2,9 ft
 Resolving power : 4.0”
 Standia constant : 0,1 m
 Standia ratio : 100
 Overall length : 240 m
 Relative btightes : 1,86

Bila melihat melalui teropong benang-benang silang akan tampak sbb :


Gambar bagian-bagian waterpass sebagai berikut :

III. Tata cara melakukan praktikum pengukuran

 Pengukuran polygon dengan theodolit


Cara penggunaan theodolit :
- Alat dipegang diatas patok dari berdir i menggunakan statif untuk mengetahui as pesawat tepat
diatas patok atau belum, digunakan penduluin dan diusahakan ketelitiannya 3 mm. Jika alat
belum tepat diatas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat berada diatas patok.
- Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam posisi mendatar.
Pengaturan digunakan dengan bantuan sekrup pengatur instrumen dan nivo kotak. Setelah
dilakukan pengaturan dengan tepat,alat dapat digunakan.
- Pengukuran azimuth
Dapat diukur dengan bantuan kompas yang ada pada pesawat theodolit, metode ini dapat
dilakukan dengan cara memposisikan kmpas pada arah utara magnetis, kemudian set 0 pada
keadaan tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu sudut yang
dinamakan azimuth. Azimuth adalah suatu sudut yang dimulai dari arah utara, searah putaran
jarum jam dan di akhiri pada ujung objektif garis bidik atau garis yang dimaksud dan besarnya
sama dengan angka pembacaan. Penentuan azimuth awal dilakukan pada saat alat berdiri di patok
pertama.
- Pengukuran sudut biasa dan sudut luar biasa
Dalam pengukuran praktikum ini ada 5 titik atau pokok dengan jarak antar patok atau titik yang
bervariasi, alat theodolit berdiri disetiap titik tersebut dengan membidik secara vertikal titik yang
berada di sebelumnya dan sesudahnya. Kemudian setelah diarahkan ketitik secara pas dan dicatat
sudut biasa untuk mengukur sudut luar biasa, alat diputar 180⁰ kemudian sudut dicatat untuk
sudut luar biasa. Pengukuran dilakukan dengan metode polygon tertutup sehingga titik awal dan
akhir bertemu.

 Pengukuran profil memanjang denga waterpass


Dalam praktikum pengukuran profil memanjang ini titik atau patok menggunakan titik dalam
pengukuran polygon. Metode yang digunakan dalam mengukur ini adalah metode pulang pergi.
Kemudian alat waterpass di seimbangkan denga melihat kedudukan nivo sambil memutar sekrup
penyetel hingga gelembung yang berada didalamnya dalam kedudukan yang seimbang ( ditengah-
tengah ). Dengan menggunakan metode pulang pergi, maka pengukuran yang pertama yaitu
pengukuran pergi dulu. Alat diletkkan diantara dua titk, misalnya titik p1 dan titk p2, kemudian bak
ukur atau rambu ukur diletakkan di atas patok tau titik p1 dan p2. Waterpass diarahkan ke patok
pertama ( p2 ) dan dibaca sebagai pembacaan belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benag
atas, benang bawah dan benang tengah. Setelah itu teropong diarahkan ke titik p2 sebagai pembacaan
benang muka pengukuran dilakukan langkah tersebut di semua titik yang telah ditentukan. Kemudia
setelah selesai mengukur metode pergi kemudian mengukur metode pulang yaitu mengukur dengan
arah yang sebaliknya dari pengukuran pergi. Hasil bidikan kemudian dicatat kedalam form yang
sudah ditentukan. Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu ukur
yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan bacaan tengah ( BT
), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut bacaan atas ( BA ) dan yang tepat dengan
benang stadia bawah disebut bacaan bawah ( BB ). Karena jarak antara benang diafragma mendatar
ke benang stadia dan bawah sama maka : BA-BT = BT-BB atau BT – ½ ( BA-BB ) persamaan ini
bisa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan. Benang tengah digunakan untuk
menentukan beda tinggi antara titik satu dengan tempat berdirinya alat.

S-ar putea să vă placă și