Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Menurut kania (2007),febris convulsion atau yang biasa disebut kejang


demam,merupakan penyakit neurologi pda anak ynag paling sering terjadi dan
memerlukan kecermatan diagnosis dalam memberikan penanganan secara
keseluruhan.Beberapa factor diduga menjadi penyebab kejang demam salah fektor
genetika.Kejang demam (febris convulsion) adalah perubahan aktifitas motoric atau
behavior yang bersifat paroksimal dam dalam waktu terbatas akibat dari aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.

Diperkirakan sebanyak 2 sampai 4 persen kejang demam terjadi dibeberapa


Negara di dunia.Angka kejadian kejang demam di asia dilaporkan lebih tinggi,kira-
kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks.Umumnya kejang demam timbul
pada usia 17 sampai 23 bulan dan kebanyakan terjadi pada anak laki-laki.Hasil rumah
sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2008-2010,terdapat 86 pasien
dengan kejang 41 (47,7%) paien diantaranya mengalami kejang berulang (Dewanti
dkk,2012)

Peningkatan suhu abnormal dalm rentang temperature yang smpit,37°C

(98,6°F) ±1ºC dapat menimbulkan kerusakan dengan efek yang permanen,seperti

kerusakan otak sehingga bisa menyebabkan kematian.Tubuh dapat secara sementara


mengatur temperature melalui mekanisme tertentu,seseorang akan mengigil ketika
bergerak dari lingkungan yang hangat ke lingkungan yang bersuhu dingin.Timbul
reapon adaptif dapat secara sementara meningkatkan temperature tubuh (perry dan
Potter,2005)

Teori konsep kebutuhan dasar manusia,pemenuhan kebutuhan pengaturan


suhu tubuh termasuk dalm kebutuhan fisiologis yang merupakan hal yang mutlak
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.Kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
memiliki prioritas tertinggi daripada kebutuhan dasar manusia lainnya,seperti
kebutuhan rasa aman dan keselamatan,kebutuhan rasa cinta memiliki dan
dimiliki,kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.Apabila kebutuhan dasar

1
tidak terpenuhi,maka akan muncul suatu kondisi patologis salah satunya adalah
hipertermi (Mubarak dan Vhayatin,2008)

2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kejang demam
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit kejang demam
3. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari kejang demam

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Suhu rectal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium
(mansjoer,1999)

Kejang demam adalah suatu kondisi tubuh anak sudah dapat menahan
serangan deman pada suhu tertentu (Hardiono,2004:11)

Kejang (konfulsi) merupakan akibat dari pembebasan lostrik yang tidak


terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang di tandai dengan serangan tiba-tiba
terjadi gangguan kesadaran ringan aktivitas motoric dan atau atas gangguan fenomena
sensori (Doegoes,2000:476)

Menurut pengertian di atas maka dapat di simpulkan kejang demam adalah


bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh lebih dari 38°C yang di
sebabkan oleh proses ekstrakarnium atau akibat dari pembebasan listrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral.

2. ASPEK EPIDEMOLOGI
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka
kejadian kejang demam di amerika serikat dan eropa 2-7%, sedangkan dijepang 9-
10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi
antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam. Seitar 30%
pasien akan mengalami kejang berulang dan kemudian meningkat menjadi 50% jika
kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9-35% kejang demam
pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang
kea rah epilepsy.

3
3. ETIOLOGI

Sebesar 10%-20% tidak dapat di temukan etiologinya dan sebaliknya tidak


jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonates.

1. Gangguan Vaskuler

Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi
intraserbal atau antraventrikel,Sedangkan perdarahan akibat trauma langsung
berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural,terjadi thrombosis,adanya
penyakit perdarahan defisiensi vitamin K,Sindrom hiperviskositas disebabkan
oleh meningginya jumlah eritrosit,dan dapat di ketahui dari peninggian
hematocrit.Gejala klinisnya antara lain plethora,sianosis,letagri dan kejang.

2. Gangguan Metabolisme

Gangguan metabolisme meliputi hipoklasemia, hipomagsemia, hipoglikemia,


defisiensi dan ketergantungan akan
Piridoksin,Aminoasidoria,Hiponatremia,Hypernatremia,Hiperbilirubinemia.

3. Infeksi

Kejang deman di sebabkan oleh infeksi antara lain : Meningitis


sapsis,Ensefalitas,Toksoplasma kongneital,penyakit-penyakit cytomegalic
inclusion.

4. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital meliputi : Porensetali,Hidransefali,Agnesis (sebagian otak)

5. Lain-lain

Disebabkan oleh Narcotic,Withdrawal,Neoplasma

(dr.Rusepto,2005:1141)

4
4. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan


energy yang dapat dari metabolisme.Bahan baku metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa.sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru
dan diteruskan di otak melalui system kardiovaskuler.Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi di
pecah menjadi CO2 dan air.Sel di kelilingi oleh membrane yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic.Dalam keadaan normal
membrane sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (CL-
).Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah,sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,maka terdapat perbedaan potensial
membrane yang disebut potensial membrane dari neuron.

Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini di perlukan energy dan


bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan
potensial membrane ini dapat di ubah oleh : perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstravaskuler,rangsangan datangnya mendadak misalnya mekanis,kimiawi atau
akiran listrik dari sekitarnya,perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena
peyakit atau keturunan.Dalam keadaan demam kenaikan 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolism basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.Pada
seorang anak umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hnya 15%.Oleh karena itu,kenaikan suhu
tubuh akan mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu
singkat akan terjadi difusi dari ion kaliaum maupun ion natrium melaluai membrane
tersebut dengan akibat terjadianya lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel
sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “neurontransmitter” dan terjadi
kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejnag pada kenaikan suhu
tertentu.Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada 38°C

5
sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kjang baru terjadi bila suhu mencapai
40°C atau lebih.Dari kenyataan ini dapat di simpulkan bahwa berulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga
dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien
menderita kejang.kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan meninggalkan gejala sisa.tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya di sertai apnea,meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnia,asidosis
lakta disebabkan oleh metabolism anaerobic,hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot,dan selanjutnya menyebabkan metabolism otot
meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah factor penyebab hingga terjadinya kerusakan


neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.Faktor terpenting dalam gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas
kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron
otak.Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga
terjadi epilepsy (Ngastiyah,1997).

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan ank
kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang di
sebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya Tosilitis,Otitis
adekuat,Bronhitis,Furunkolosis dan lain-lain (Ngastiyah 1997:231)

Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana (simple


febrile seizure),kejang demam komplek (complec febrile seizure).

1. Kejang demam sederhana

Umur anak ketika kejang antara 6 bulam sampai 4 tahun.Kejang demam yang
berlangsung singkat.Kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,sifat

6
bangkitan dapt berbentuk tonik,klnik,dan klonik,umumnya akan berhenti
sendiri,tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.

2. Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit,kejang fokal atai
parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial,berulang atau lebih
dari 1 kali dari 24 jam.Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1
hari,diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.

6. KLASIFIKASI

Klasifikasi kejang demam yaitu :

a. Kejang demam sederhana


Umur anak ketika kejang antara 6 bulam sampai 4 tahun.Kejang demam yang
berlangsung singkat.Kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,sifat
bangkitan dapt berbentuk tonik,klnik,dan klonik,umumnya akan berhenti
sendiri,tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit,kejang fokal atai
parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial,berulang atau lebih
dari 1 kali dari 24 jam.Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1
hari,diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.

7. PENATALAKSANAAN
a) Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko
terjadinya kerusakan selotak akibat kejang,suhu yang meningkat di atas suhu
normal,resiko terjadi bahaya atau komplikasi,gangguan rasa nyaman dan
nyaman,kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit.

 Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang

Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah


tidak lancer dan mengakibatkan peredaran O2 terganggu.Kekuangan O2 (anoksia)

7
pada otak mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai
retardasi mental bila kerusakannya berat.Jika kejang hanya sebentar tidak banyak
menimbulkan kerusakan,tetapi jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit
biasanya berakhir dengan apnea yang akan menimbulkan kerusakan otak yang
makin berat (pda keadaan demam,kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolism 10-15%,kebutuhan O2 akan meningkat 20%.Pada kejang
demam yang berlangsung lama kebutuhan O2 lebih banyak karena selain
diperlukan untuk metabolism basal diperlukan jga untuk kontaksi otot-otoy skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnia,asidosis laktat yang disebabkan
metabolism abaerobik,disertai hipotensi arterial dan kelaianan denyut jantung
yang menyebabkan kerusakan neuron otak selama berlangsung kejang.oleh karna
itu,kejang harus segera dihentikan dan apnea dihindarkan.

 Suhu yang meningkat di atas normal

Masing-masing pasien mempunyai ambang kejang yang berbeda,tidak selalu


dalam keadaan hipirpirieksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu
didahului kenaikan suhu sebelum bangkitan kejang terjadi.pada anak dengan
ambang kejang rendah,bila suhu naik menjadi 38°C atau lebih sedikit saja sudah
timbul kejang.Oleh karena itu,jika sudah diketahui suhu anak di atas normal anak
akan menderita kejang maka setelah diketahui suhu mulai naik di atas normal
anak akan menderita piretrik (pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak
menderita kejang demam di dapat setelah berobat ke dokter dan biasanya kejang
sudah lebih dari 1 kali).

 Risiko terjadi bahaya/komplikasi

Seperti pasien lain yang kejang,akibatnya dapat terjadi perlukan misalnya


lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi: akibat terkena benda tajam atau
keras yang ada disekitar anak,serta dapat juga terjatuh. Oleh karena itu,setiap anak
mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya.

Selain bahaya akibat kejang,resiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian


abat antikonvulsan (dapat terjadi di rumah sakit),misalnya karna kejang tidak
segera berhenti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian diberikan
diazepam maka dapat berakibat apnea.Begitu pula jika diberikan diazepam secra
intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat pernafasan.Oleh
8
karna itu,bila memberikan diazepam IV haris pelan sekali 1 ml selsms 1
menit.Jika keadaan memungkinan dapat juga digunakan mikrodip untuk
pemberian diazepam pada bayi.

 Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan ini juga dapat terjadi seperti pasien lain sebagai akibat penyakitnya
sendiri dan tindakan-tindakan pertolongan selama kejang atau tindakan
pengobatan jika di rumah sakit misalnya fungsi lumbal,pemasangan
infus,pengisapan lender,dan sebagainya.Walaupun pasien ketika kejang tidak
sadar perlakuan lemah-lembut dan kasih saying perlu dilaksanakan (misalnya
pada waktu pengisap lender harus dengan hati-hati sehingga tidak melukai selaput
lender tenggorokan).

 Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit

Pasien kejang tidak dirawat di rumah sakit ; kecuali apabila ia menderita


komplikasi atau dalam keadaan status konvulsivus.Jika pasien telah didiagnosis
kejang demam,orangtuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama
yang berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh,kenaikan suhu tubuh tersebut
disebebkan oleh infeksi.Orangtua perlu diajari bagaiman cara menolong pada saat
anak kejang (tidak boleh panic) dan yang penting adalah mencegah jangan sampai
timbul kejang.

Yang perlu dijelaskan adalah : harus selalu tersedia obat penurun panas yang
di dapatkan atas resep dokter yang telah mengandung antikonvulsan,agar anak
segera diberikan obat antipiretik bila orangtua mengetahui anak mulai demam
(jangan menunggu suhu meningkat lagi) dan pemberian obat diteruskan sampai
suhu turun 24 jam berikutnya,jika terjadi kejang,anak harus dibaringkan ditempat
yang rata,kepalanya dimiringkan,apabila terjadi kejang berulang atau kejang
terlalu lama walaupun telah diberikan obat,segera bawa pasien tersebut kerumah
sakit karena hanya rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan pada pasien
yang menderita status konvuksivus,apabila orangtua telah diberi obat persediaan
diazepam rektal berikan petunjuk cara memberikannya,yaitu ujung rektiol yang
akan dimasukkan kedalam anus dioles pakai minyak sayur atau vaselin kemudian
dimasukan ke dalam anus sambil di pencet sampai habis (tetapi dengan pelan-
pelan memencetnya) setelah kosong dan masih dipencet rektiol dicabut sebagian
9
isinya akan ikut terisap kembali),beritahukan orangtua jika anak akan
mendapatkan immunisasi agar memberitahukan kepada dokter/petugas imunisasi
bahwa anaknya penderita kejang demam (agar tidak diberikan pertussis).

b) Non Keperawatan.

Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu


dikerjakan,yaitu : membrentas kejang secepat mungkin,pengobatan
penunjang,memberikan pengobatan rumat,dan mencari dan mengobati penyebab.

1. Membrantas kejang secepat mungkin


Bila pasien dating dalam keadaan status konvilsivus,obat pilihan utama adalah
diazepam yang di berikan secara intravena.Keampuhan diazepam yang di berikan
seczrz intravena ini tidak di perlu dipersoalkan lagi karena keberhasilan untuk
menekan kejang sekitar 80-90% efek terapeutiknya sangat cepat,yaitu kira-kira 30
detik-5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak di jumpai apabila diberikan
secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg per suntikan.Dosis sesuai dengan
berat badan; kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5
mg,dan diatas 20 kg 0,5 mg/kgBB.Biasanya dosis rata-rata yang di pakai 0,3
mg/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan
10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah suntikan pertama secara IV di tunggu selama 15 menit,bila masih terdapat
kejang di ualangi suntikan kedua degan dosis yang sama juga intravena.Setelah 15
menit suntikan kedua masih kejang,diberi suntikan ketiga denagn dosis yang sama
akan tetapi pemberiannya secra intramuscular,diharapkan kejang akan berhenti.Bila
belum juga berhenti dapat juga di berikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara
intravena.
Akibat samping diazepam adalah mengantuk,Hipotensi,Penekanan pusat
pernafasan,Laringospasme dan henti jantung.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak di lupakan perlunya pengobatan
penunjang.Semua pakaiaan ketat dibuka,posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung,usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin

10
kebutuhan oksigen,bila diperlukan intubasi atau traketomi,pengisapan lender harus
dilakuakan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran,suhu,tekanan darah,pernafasandan fungsi
jantung diawasi secara ketat.Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring
untuk kelaianan metabolic dan elektrolit.Bila terdapat tekanan intracranial yang
meninggi jangan di berikan cairan dengan kadar natrium yang terlalu tinggi.Jika suhu
meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alcohol dan
es.Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2-4 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3
dosis;prometazon 4-6 mg/kg/BB/hari dibagi 3 dosis secara suntikan.
Untuk mencegah edema otak diberikan kartikosteroid dengan dosis 20-30
mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid misalnya
deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat.Daya kerja diazepam
sangat singkat,yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan;oleh karna itu
harus diberikan obat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama misalnya fenobarbital
atau defenilhidation.fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan
diazepam.Dosis awal pada neonates 30 mg; umur 1 bulan sampai 1 tahun 50 mg dan
umur 1 tahun keatas 75 mg dengan car memberikannya intramuskuler.Ssesudah itu
fenobarbital diberikan sebagai dosis rumat.Karena metabolism di dalam tubuh per
lahan pada anak cukup diberikan dalam 2 dosis sehari dan kadar maksimal dalam
darah terdapat 4 jam.Untuk mencapai kadar terapeutik secepat mungkin diperlukan
dosis yang lebih tinggi dari pada biasa.Dengan dosis ganda 8-10 mg/kgBB/hari,kadar
10-20 mg/ml ialah kadar efektif dalam darah tercapai dalam 48-72 jam.Di sub bagian
anak RSCM fenobarbital sebagai dosis “maintenance” diberikan setelah dosis awal
sebanyak 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan
kedua,diteruskan untuk hari berikutnya dengan dosis biasa 4-5 mg/kgBB sehari dibagi
dalam 2 dosis.Selam keadan belum memungkinkan antikovulsan diberikan secara
suntikan dan bila telah membaik diteruskan secara oral
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhna maupun epilepsy yang provokasi oleh
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut.Pemberian antibiotic yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.

11
Secara akedemis pasien kejang demam yang dating untuk pertama kali sebaliknya
dilakukan fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya factor infeksidi
dalam otak misalnya meningitis.Pada pasien yang di ketahui kejang lama pemeriksaan
lebih intensif seperti fungsi lumbal,Darah
lengkap,Kalium,Magnesium,Kalsium,Natrium dan faal hati.Bila perlu rontgen foto
tengkorak,EEG,Ensefalografi dan lainlain.

8. KOMPLIKASI
a. Kerusakan neurontransmiter
Kepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas ke
seluruh sel ataupun ke membrane sel yang menyebabkan kerusakan neuron
b. Epilepsy
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapt menjadi “matang” dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsy spontan.
c. Kelainan otonomis otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di
otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena yang disertai demam
e. Kemungkinan mengalami kematian.
(PP.IDAI,2005:6)

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama klien dalam masa perawatan.
Data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data dasar dan data khusus
1. Data Dasar
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Data yang perlu dikaji meliputi :
Gejala : penurunan nafsu makan, mual munta, haus,
Tanda : BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering.
b. Pola Eliminasi

12
Gejala : sering defekasi
Tanda : penurunan berkemih, iritasi rektal.
c. Pola Istrahat dan Tidur
Gejala : kelemahan, kesulitan tidur.
Tanda : nadi cepat
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien: lemah.
2) Kesadaran: komposmetis, apatis, samnolen, spoor, koma, reflek,
sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital: tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi).
4) Keadaan: mata cekung, mulut (mukusa kering).
5) Abdomen: bentuk cembung, kembung.
2. Data Khusus
Data khusus digolongkan menjadi 2 yaitu: data subjektif dan objektif:
a. Data subjektif: lemah, panas atau demam, anoreksia (tidak nafsu makan, mual,
muntah), defekasi.
b. Data objektif: suhu tingi, mukosa kering, BB turun, urin kurang, mata cekung.

Pengkajian tumbuh kembang pada anak :

Pada usia 6-12th (indusstri vs inforloritas) masing-masing tahap terdiri dari


komponen yang diharapkan dan yag tidak diharapkan. Setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu klien dalam mengembangkan
konsep diri yang positif.

a. Pertumbuhan
Dengan anak memasuki usia sekolah pertumbuhan menjadi cepat tinggi, lebar,
gigi mulai tumbuh merata di bagian rahang belum tumbuh, tubuh anak
berubah, identitas seksual menguat.
b. Perkembangan
Pada usia 6-12 tahun masuk tahap usia sekolah lebih banyak didapatkan
keterampilan motoric, social, dan intelektual seperti aktivitas membaca
memungkinkan ekspensi konsep diri melalui imajinasi kedalam peran,
perilaku dan tempat lain melalui permainan, anak-anak berintreaksi sengan

13
teman sebaya, mengembangkan keterampilan motoric dan intektual tambahan,
anak-anak mengekspresikan perasaan melalui permainan, literature, gambar,
dan music. Perawat dapat menggunakan hal ini untuk mendapat petunjuk
dalam konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak
berubah secara fisik, emosional, mental dan social
c. Konsep diri : tugas perkembangan
Pada usia 6-12tahun masuk tahap anak usia sekolah yang lebih banyak tugas
perkembangan konsep diri yang positif.
1. Dapat mengatur diri-diri (industry)
2. Berinteraksi dengan teman sebaya
3. Harga diri meningkat dengan penguasan keterampilan baru
4. Menyadari kekuatan dan keterbatasan

Pengkajian system sensorik

System sensorik lebih kompleks dari system motoric karena model dari system
sensorik mempunyai perbedaan traktus,lokasi pda medulla spinalis.pengkajian
sensorik merupakan pengkajian subjektif,luas,serta membutuhkan kerja sama
klien.penguji dianjurkan mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari
medulla spinalis.

Di dalam praktis klinis,ada lima jenis sensibilitas (sensori) yang perlu


diketahuiperawat menjadi objek pemeriksaaan.adapun kelima jenis sensasi itu adalah :

1. Sensasi khusus atau sensasi pancaindra,seperti sensasi penciuman atau sensasi


olfaktorik,sensasi visual,perasaan auditorik,pengecapan gustratorik, dan
sebagainya
2. Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik.
a. Sensasi raba
Hilangnya sensasi raba disebut anastesia.menurunnya sensasi raba dikenal
sebagai hipestesia.sensasi raba secara berlebihan disebut hiperestesia.
b. Sensasi nyeri
Hilangnya sensasi nyeri di dsebut analgesia.berkurangnya sensasi nyeri
disebut hipalgesia.sensasi nyeri secara berlebih disebut hiperalgesia.
c. Sensasi suhu

14
Hilangnya sensasi suhu disebut termoanetesia.berkurangnya sensasi suhu
disebut termohipestesia.terasanya senssa suhu secara berlebihan disebut
termohiperalgesi. Terasanya sensasi suhu secara berlebihan disebut
termohiperestesia.
d. Sensasi abnormal di permukaan tubuh
Kesemutan di sebut juga paresthesia. Nyeri-pana-dingin terus menerus disebut
sebagai disestesia-hiperpasia
3. Sensasi propriosefti, yaitu sensasi gerak,getar,sikap,dan tekan.
Perasaan eksteroseptif dan proprioseptif sering diklasifikasikan juga sebagai
somastesia, yaitu sensai yang bangkit akibat ransangan sensasi di jaringan yang
berasal dari somatopleura. sensasi ferak di kenal juga sebagai kinesthesia, sensasi
sikap di kenal juga sebagai sttestesia, sensasi getar di kenal juga sebagai
palestesia, sensasi tekan di kenal juga sebagai barestesia
4. Sensasi interoseptif atau viseroestesia, yaitu sensai yang bangkit akibat ransang
sensasi di jaringan yang berasal daari viseropleura ( usus,paru,limpa,dan
sebagainya)
5. Sensasi diskriminatif atau sensai multimodalitas, yaitu sensai yang sekaligus
memberikan pengenalan secara banding.

10. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (lingkungan)
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi proses
penyakitnya

11. INTERVENSI KEPERAWATAN

N NAND NOC NIC


o. A
1. Hiperter Termoregulation Fever treatment
mia b/d Kreteria hasil : 1. Monitor suhu sesering mungkin
proses  Suhu tubuh dalam 2. Monitor IWL

15
infeksi rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
atau  Nadi dan RR dalam 4. Monitor TD,nadi dan RR
inflamas rentang normal 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
i  Tidak ada perubahan 6. Monitor WBC,Hb,dam Hct
warna kulit dan tidak 7. Monitor intake dan output
ada pusing 8. Berikan antipiretik
9. Berikan pengobatan untuk mengobati
penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan IV
13. Kompres pasien pada lipatan paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya mengigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD,nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya

16
keletihan dan penanganan emergency yang
di perlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penaganaan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign monitoring
1. Monitor TD,nadi,suhu dan RR
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor VS saat pasien berbaring,duduk
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu,warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,bradikardi,peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2. Ansietas  Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
b/d  Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
perubah  Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
an besar Kreteria hasil : pelaku pasien
(lingkun  Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
gan) mengidentifikasi dan akan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
gejala cemas stress

17
 Mengidentifikasi,me 5. Temani pasien untuk memberikan
ngungkapkan dan keaamanan dan mengurangi takut
menunjukan tehnik 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
untuk mengontrol 7. Lakukan back/neck rub
nyeri 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
 Vital sign dalam 9. Identifikasi tingkat cemas
batas normal 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
Postur tubuh,ekspresi menimbulkan kecemasan
wajah,bahasa tubuh dan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
tingkat aktivitas perasaan,ketakutan dan presepsi
menunjukan 12. Instruksikan pasien mengunakan tehnik
berkurangnya relaksasi
kecemasan Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. Defisien  Knowledge : disease Teaching : disease process
si process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengeta  Knowledge : health pengetahuan pasien tentangproses penyakit
huan b/d behavior yang spesifik
kurang Kreteria hasil : 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan
informa  Pasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan dengan
si menyatakan anatomi,fisiologi,dengan cara yang tepat
dengan pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala tantang suatu
preoses penyakit,kondisi,pron penyakit dengan cara yang tepat
penyakit ogsis dan program 4. Gembarkan proses penyakit dengan yang
nya pengobatan tepat
 Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,dengan
mampu menjalankan cara yang tepat
prosedur yang 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi,dengan cara yang tepat
benar 7. Hindari jaminan yang kosong
 Pasien dan keluarga 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuaan pasien dengan cara yang
kembali apa yang di tepat
jelaskan perawat/tim 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

18
kesehatan lainnya mungkin untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datangdan aau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusiksn pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi
dikomunitas local,dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan,dengan cara yang
tepat

12. EVALUASI
1. Hipertermi
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
2. Ansietas
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol nyeri
 Vital sign dalam batas normal
3. Defisiensi pengetahuan
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit,kondisi,pronogsis dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu menjalankan prosedur yang dijelaskan secara
benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya

19
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Menurut kania (2007),febris convulsion atau yang biasa disebut kejang
demam,merupakan penyakit neurologi pda anak ynag paling sering terjadi dan
memerlukan kecermatan diagnosis dalam memberikan penanganan secara
keseluruhan.Beberapa factor diduga menjadi penyebab kejang demam salah fektor
genetika.Kejang demam (febris convulsion) adalah perubahan aktifitas motoric atau
behavior yang bersifat paroksimal dam dalam waktu terbatas akibat dari aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.

Peningkatan suhu abnormal dalm rentang temperature yang smpit,37°C

(98,6°F) ±1ºC dapat menimbulkan kerusakan dengan efek yang permanen,seperti

kerusakan otak sehingga bisa menyebabkan kematian.Tubuh dapat secara sementara


mengatur temperature melalui mekanisme tertentu,seseorang akan mengigil ketika
bergerak dari lingkungan yang hangat ke lingkungan yang bersuhu dingin.Timbul
reapon adaptif dapat secara sementara meningkatkan temperature tubuh (perry dan
Potter,2005)

20
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-
NOC Edisi Revisi Jilid 1
 Buku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
 http://jtptunimus-gdl-s1-2012-maryatung0-114-2-bab2.pdf
 http://gdl-arifinpugu-278-1-arifink-i.pdf
 Buku asuhan keperawatan pada system persarafan

21

S-ar putea să vă placă și