Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1
tidak terpenuhi,maka akan muncul suatu kondisi patologis salah satunya adalah
hipertermi (Mubarak dan Vhayatin,2008)
2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kejang demam
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit kejang demam
3. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan dari kejang demam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Suhu rectal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakarnium
(mansjoer,1999)
Kejang demam adalah suatu kondisi tubuh anak sudah dapat menahan
serangan deman pada suhu tertentu (Hardiono,2004:11)
2. ASPEK EPIDEMOLOGI
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi, angka
kejadian kejang demam di amerika serikat dan eropa 2-7%, sedangkan dijepang 9-
10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1 jam, 57% terjadi
antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24 jam. Seitar 30%
pasien akan mengalami kejang berulang dan kemudian meningkat menjadi 50% jika
kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah 9-35% kejang demam
pertama kali adalah kompleks, 25% kejang demam kompleks tersebut berkembang
kea rah epilepsy.
3
3. ETIOLOGI
1. Gangguan Vaskuler
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi
intraserbal atau antraventrikel,Sedangkan perdarahan akibat trauma langsung
berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural,terjadi thrombosis,adanya
penyakit perdarahan defisiensi vitamin K,Sindrom hiperviskositas disebabkan
oleh meningginya jumlah eritrosit,dan dapat di ketahui dari peninggian
hematocrit.Gejala klinisnya antara lain plethora,sianosis,letagri dan kejang.
2. Gangguan Metabolisme
3. Infeksi
4. Kelainan kongenital
5. Lain-lain
(dr.Rusepto,2005:1141)
4
4. PATOFISIOLOGI
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejnag pada kenaikan suhu
tertentu.Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada 38°C
5
sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kjang baru terjadi bila suhu mencapai
40°C atau lebih.Dari kenyataan ini dapat di simpulkan bahwa berulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga
dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien
menderita kejang.kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan meninggalkan gejala sisa.tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya di sertai apnea,meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnia,asidosis
lakta disebabkan oleh metabolism anaerobic,hipotensi arterial disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot,dan selanjutnya menyebabkan metabolism otot
meningkat.
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan ank
kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang di
sebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya Tosilitis,Otitis
adekuat,Bronhitis,Furunkolosis dan lain-lain (Ngastiyah 1997:231)
Umur anak ketika kejang antara 6 bulam sampai 4 tahun.Kejang demam yang
berlangsung singkat.Kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,sifat
6
bangkitan dapt berbentuk tonik,klnik,dan klonik,umumnya akan berhenti
sendiri,tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit,kejang fokal atai
parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial,berulang atau lebih
dari 1 kali dari 24 jam.Kejang berulang adalah kejang 2 kali/lebih dalam 1
hari,diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
6. KLASIFIKASI
7. PENATALAKSANAAN
a) Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko
terjadinya kerusakan selotak akibat kejang,suhu yang meningkat di atas suhu
normal,resiko terjadi bahaya atau komplikasi,gangguan rasa nyaman dan
nyaman,kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit.
7
pada otak mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai
retardasi mental bila kerusakannya berat.Jika kejang hanya sebentar tidak banyak
menimbulkan kerusakan,tetapi jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit
biasanya berakhir dengan apnea yang akan menimbulkan kerusakan otak yang
makin berat (pda keadaan demam,kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolism 10-15%,kebutuhan O2 akan meningkat 20%.Pada kejang
demam yang berlangsung lama kebutuhan O2 lebih banyak karena selain
diperlukan untuk metabolism basal diperlukan jga untuk kontaksi otot-otoy skelet
yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnia,asidosis laktat yang disebabkan
metabolism abaerobik,disertai hipotensi arterial dan kelaianan denyut jantung
yang menyebabkan kerusakan neuron otak selama berlangsung kejang.oleh karna
itu,kejang harus segera dihentikan dan apnea dihindarkan.
Gangguan ini juga dapat terjadi seperti pasien lain sebagai akibat penyakitnya
sendiri dan tindakan-tindakan pertolongan selama kejang atau tindakan
pengobatan jika di rumah sakit misalnya fungsi lumbal,pemasangan
infus,pengisapan lender,dan sebagainya.Walaupun pasien ketika kejang tidak
sadar perlakuan lemah-lembut dan kasih saying perlu dilaksanakan (misalnya
pada waktu pengisap lender harus dengan hati-hati sehingga tidak melukai selaput
lender tenggorokan).
Yang perlu dijelaskan adalah : harus selalu tersedia obat penurun panas yang
di dapatkan atas resep dokter yang telah mengandung antikonvulsan,agar anak
segera diberikan obat antipiretik bila orangtua mengetahui anak mulai demam
(jangan menunggu suhu meningkat lagi) dan pemberian obat diteruskan sampai
suhu turun 24 jam berikutnya,jika terjadi kejang,anak harus dibaringkan ditempat
yang rata,kepalanya dimiringkan,apabila terjadi kejang berulang atau kejang
terlalu lama walaupun telah diberikan obat,segera bawa pasien tersebut kerumah
sakit karena hanya rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan pada pasien
yang menderita status konvuksivus,apabila orangtua telah diberi obat persediaan
diazepam rektal berikan petunjuk cara memberikannya,yaitu ujung rektiol yang
akan dimasukkan kedalam anus dioles pakai minyak sayur atau vaselin kemudian
dimasukan ke dalam anus sambil di pencet sampai habis (tetapi dengan pelan-
pelan memencetnya) setelah kosong dan masih dipencet rektiol dicabut sebagian
9
isinya akan ikut terisap kembali),beritahukan orangtua jika anak akan
mendapatkan immunisasi agar memberitahukan kepada dokter/petugas imunisasi
bahwa anaknya penderita kejang demam (agar tidak diberikan pertussis).
b) Non Keperawatan.
10
kebutuhan oksigen,bila diperlukan intubasi atau traketomi,pengisapan lender harus
dilakuakan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran,suhu,tekanan darah,pernafasandan fungsi
jantung diawasi secara ketat.Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring
untuk kelaianan metabolic dan elektrolit.Bila terdapat tekanan intracranial yang
meninggi jangan di berikan cairan dengan kadar natrium yang terlalu tinggi.Jika suhu
meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alcohol dan
es.Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2-4 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3
dosis;prometazon 4-6 mg/kg/BB/hari dibagi 3 dosis secara suntikan.
Untuk mencegah edema otak diberikan kartikosteroid dengan dosis 20-30
mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid misalnya
deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat.Daya kerja diazepam
sangat singkat,yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan;oleh karna itu
harus diberikan obat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama misalnya fenobarbital
atau defenilhidation.fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan
diazepam.Dosis awal pada neonates 30 mg; umur 1 bulan sampai 1 tahun 50 mg dan
umur 1 tahun keatas 75 mg dengan car memberikannya intramuskuler.Ssesudah itu
fenobarbital diberikan sebagai dosis rumat.Karena metabolism di dalam tubuh per
lahan pada anak cukup diberikan dalam 2 dosis sehari dan kadar maksimal dalam
darah terdapat 4 jam.Untuk mencapai kadar terapeutik secepat mungkin diperlukan
dosis yang lebih tinggi dari pada biasa.Dengan dosis ganda 8-10 mg/kgBB/hari,kadar
10-20 mg/ml ialah kadar efektif dalam darah tercapai dalam 48-72 jam.Di sub bagian
anak RSCM fenobarbital sebagai dosis “maintenance” diberikan setelah dosis awal
sebanyak 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan
kedua,diteruskan untuk hari berikutnya dengan dosis biasa 4-5 mg/kgBB sehari dibagi
dalam 2 dosis.Selam keadan belum memungkinkan antikovulsan diberikan secara
suntikan dan bila telah membaik diteruskan secara oral
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhna maupun epilepsy yang provokasi oleh
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut.Pemberian antibiotic yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.
11
Secara akedemis pasien kejang demam yang dating untuk pertama kali sebaliknya
dilakukan fungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya factor infeksidi
dalam otak misalnya meningitis.Pada pasien yang di ketahui kejang lama pemeriksaan
lebih intensif seperti fungsi lumbal,Darah
lengkap,Kalium,Magnesium,Kalsium,Natrium dan faal hati.Bila perlu rontgen foto
tengkorak,EEG,Ensefalografi dan lainlain.
8. KOMPLIKASI
a. Kerusakan neurontransmiter
Kepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapt meluas ke
seluruh sel ataupun ke membrane sel yang menyebabkan kerusakan neuron
b. Epilepsy
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapt menjadi “matang” dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsy spontan.
c. Kelainan otonomis otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di
otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena yang disertai demam
e. Kemungkinan mengalami kematian.
(PP.IDAI,2005:6)
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama klien dalam masa perawatan.
Data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data dasar dan data khusus
1. Data Dasar
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Data yang perlu dikaji meliputi :
Gejala : penurunan nafsu makan, mual munta, haus,
Tanda : BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering.
b. Pola Eliminasi
12
Gejala : sering defekasi
Tanda : penurunan berkemih, iritasi rektal.
c. Pola Istrahat dan Tidur
Gejala : kelemahan, kesulitan tidur.
Tanda : nadi cepat
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien: lemah.
2) Kesadaran: komposmetis, apatis, samnolen, spoor, koma, reflek,
sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital: tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi).
4) Keadaan: mata cekung, mulut (mukusa kering).
5) Abdomen: bentuk cembung, kembung.
2. Data Khusus
Data khusus digolongkan menjadi 2 yaitu: data subjektif dan objektif:
a. Data subjektif: lemah, panas atau demam, anoreksia (tidak nafsu makan, mual,
muntah), defekasi.
b. Data objektif: suhu tingi, mukosa kering, BB turun, urin kurang, mata cekung.
a. Pertumbuhan
Dengan anak memasuki usia sekolah pertumbuhan menjadi cepat tinggi, lebar,
gigi mulai tumbuh merata di bagian rahang belum tumbuh, tubuh anak
berubah, identitas seksual menguat.
b. Perkembangan
Pada usia 6-12 tahun masuk tahap usia sekolah lebih banyak didapatkan
keterampilan motoric, social, dan intelektual seperti aktivitas membaca
memungkinkan ekspensi konsep diri melalui imajinasi kedalam peran,
perilaku dan tempat lain melalui permainan, anak-anak berintreaksi sengan
13
teman sebaya, mengembangkan keterampilan motoric dan intektual tambahan,
anak-anak mengekspresikan perasaan melalui permainan, literature, gambar,
dan music. Perawat dapat menggunakan hal ini untuk mendapat petunjuk
dalam konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak
berubah secara fisik, emosional, mental dan social
c. Konsep diri : tugas perkembangan
Pada usia 6-12tahun masuk tahap anak usia sekolah yang lebih banyak tugas
perkembangan konsep diri yang positif.
1. Dapat mengatur diri-diri (industry)
2. Berinteraksi dengan teman sebaya
3. Harga diri meningkat dengan penguasan keterampilan baru
4. Menyadari kekuatan dan keterbatasan
System sensorik lebih kompleks dari system motoric karena model dari system
sensorik mempunyai perbedaan traktus,lokasi pda medulla spinalis.pengkajian
sensorik merupakan pengkajian subjektif,luas,serta membutuhkan kerja sama
klien.penguji dianjurkan mengenali penyebaran saraf perifer yang berasal dari
medulla spinalis.
14
Hilangnya sensasi suhu disebut termoanetesia.berkurangnya sensasi suhu
disebut termohipestesia.terasanya senssa suhu secara berlebihan disebut
termohiperalgesi. Terasanya sensasi suhu secara berlebihan disebut
termohiperestesia.
d. Sensasi abnormal di permukaan tubuh
Kesemutan di sebut juga paresthesia. Nyeri-pana-dingin terus menerus disebut
sebagai disestesia-hiperpasia
3. Sensasi propriosefti, yaitu sensasi gerak,getar,sikap,dan tekan.
Perasaan eksteroseptif dan proprioseptif sering diklasifikasikan juga sebagai
somastesia, yaitu sensai yang bangkit akibat ransangan sensasi di jaringan yang
berasal dari somatopleura. sensasi ferak di kenal juga sebagai kinesthesia, sensasi
sikap di kenal juga sebagai sttestesia, sensasi getar di kenal juga sebagai
palestesia, sensasi tekan di kenal juga sebagai barestesia
4. Sensasi interoseptif atau viseroestesia, yaitu sensai yang bangkit akibat ransang
sensasi di jaringan yang berasal daari viseropleura ( usus,paru,limpa,dan
sebagainya)
5. Sensasi diskriminatif atau sensai multimodalitas, yaitu sensai yang sekaligus
memberikan pengenalan secara banding.
15
infeksi rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
atau Nadi dan RR dalam 4. Monitor TD,nadi dan RR
inflamas rentang normal 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
i Tidak ada perubahan 6. Monitor WBC,Hb,dam Hct
warna kulit dan tidak 7. Monitor intake dan output
ada pusing 8. Berikan antipiretik
9. Berikan pengobatan untuk mengobati
penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan IV
13. Kompres pasien pada lipatan paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya mengigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD,nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
16
keletihan dan penanganan emergency yang
di perlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penaganaan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign monitoring
1. Monitor TD,nadi,suhu dan RR
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor VS saat pasien berbaring,duduk
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu,warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,bradikardi,peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2. Ansietas Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
b/d Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
perubah Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
an besar Kreteria hasil : pelaku pasien
(lingkun Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
gan) mengidentifikasi dan akan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
gejala cemas stress
17
Mengidentifikasi,me 5. Temani pasien untuk memberikan
ngungkapkan dan keaamanan dan mengurangi takut
menunjukan tehnik 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
untuk mengontrol 7. Lakukan back/neck rub
nyeri 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
Vital sign dalam 9. Identifikasi tingkat cemas
batas normal 10. Bantu pasien mengenal situasi yang
Postur tubuh,ekspresi menimbulkan kecemasan
wajah,bahasa tubuh dan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
tingkat aktivitas perasaan,ketakutan dan presepsi
menunjukan 12. Instruksikan pasien mengunakan tehnik
berkurangnya relaksasi
kecemasan Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. Defisien Knowledge : disease Teaching : disease process
si process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengeta Knowledge : health pengetahuan pasien tentangproses penyakit
huan b/d behavior yang spesifik
kurang Kreteria hasil : 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan
informa Pasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan dengan
si menyatakan anatomi,fisiologi,dengan cara yang tepat
dengan pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala tantang suatu
preoses penyakit,kondisi,pron penyakit dengan cara yang tepat
penyakit ogsis dan program 4. Gembarkan proses penyakit dengan yang
nya pengobatan tepat
Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,dengan
mampu menjalankan cara yang tepat
prosedur yang 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi,dengan cara yang tepat
benar 7. Hindari jaminan yang kosong
Pasien dan keluarga 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuaan pasien dengan cara yang
kembali apa yang di tepat
jelaskan perawat/tim 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
18
kesehatan lainnya mungkin untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datangdan aau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusiksn pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi
dikomunitas local,dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan,dengan cara yang
tepat
12. EVALUASI
1. Hipertermi
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
2. Ansietas
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk
mengontrol nyeri
Vital sign dalam batas normal
3. Defisiensi pengetahuan
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit,kondisi,pronogsis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu menjalankan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
19
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Menurut kania (2007),febris convulsion atau yang biasa disebut kejang
demam,merupakan penyakit neurologi pda anak ynag paling sering terjadi dan
memerlukan kecermatan diagnosis dalam memberikan penanganan secara
keseluruhan.Beberapa factor diduga menjadi penyebab kejang demam salah fektor
genetika.Kejang demam (febris convulsion) adalah perubahan aktifitas motoric atau
behavior yang bersifat paroksimal dam dalam waktu terbatas akibat dari aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-
NOC Edisi Revisi Jilid 1
Buku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
http://jtptunimus-gdl-s1-2012-maryatung0-114-2-bab2.pdf
http://gdl-arifinpugu-278-1-arifink-i.pdf
Buku asuhan keperawatan pada system persarafan
21